Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN

DIAGNOSA MEDIS TYPHOID FEVER DIRUANG EDELWEIS RS.


BHAYANGKARA H.S. SAMSOERIMERTOJOSO SURABAYA

Di Susun:

Nama: Uswatun Hasanah

NIM : 181141042

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS

SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny. M dengan Diagnosa Medis Typhoid Fever di Ruang Edelweis RS.
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya”. Dalam Penulisan Laporan Pendahuluan,
penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Laporan Pendahuluan selanjutnya.

Dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih


yang tak terhingga kepada pihak yang membantu dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan
ini, khususnya kepada Kepala Ruangan di ruang Edelweis, para Perawat ruang Edelweis, para
Dosen Pembimbing akademik praktik RS pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang
telah membantu dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini. Akhirnya penulis berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan
bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa

Robbal ‘Alamiin.

Surabaya, 24 Maret 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri memiliki angka tinggi di wilayah
negara-negara berkembang yang beriklim tropis, seperti di wilayah asia, salah satunya di
Indonesia.

Penderita Typhoid sebagian besar berusia > 9 tahun (10–12 tahun) sedangkan
sebagian besar berusia ≤ 9 tahun (7–9 tahun) tidak terdiagnosis menderita typhoid dan
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis menderita demam typhoid
dibandingkan berjenis kelamin perempuan. (Hilda dan Fariani, 2016)

Data WHO (World Health Organisation) memperkirakan angka insidensi di seluruh


dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena Typhoid dan
70% kematiannya terjadi di Asia (WHO, 2008 dalam Depkes RI, 2013).

Insidens Typhoid tergolong tinggi terjadi di wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia
Tenggara dan kemungkinan Afrika Selatan (insidens > 100 kasus per 100.000 populasi per
tahun). Incidents Typhoid yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per
tahun) berada di wilayah Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia
Baru). (Djoko Widodo, 2014)

Indonesia sendiri mempunyai insidens Typhoid yang banyak dijumpai pada populasi
dengan usia 3-9 tahun. Kejadian Typhoid di Indonesia juga berkaitan dengan rumah tangga,
yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena Typhoid, tidak adanya sabun untuk
mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat
buang air besar dalam rumah. (Djoko Widodo, 2014). Dalam buku yang ditulis oleh Marni
(2016), Khan, dkk (2013) menurut penelitianya menyatakan bahwa kejadian Typhoid di
Indonesia mencapai 148,7 per 100.000 penduduk. (Marni, 2016). Ditjen Bina Upaya
Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI, melaporkan Typhoid menempati urutan
ke-3 dari 10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia (41.081
kasus). (Djoko Widodo, 2014)

Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pencernaan yang
ditandai dengan demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan dapat pula terjadi
gangguan kesadaran pada penderita. (Arfiana dan Arum, 2016).

Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi yang menyerang usus halus khususnya daerah ileum. (Bachrudin dan
Najib, 2016)

Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama disebabkan
oleh Salmonella typhi. Typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari
demam enteric adalah demam paratyphoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S.
schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S.hirschfeldii (semula S. parathypi C).Typhoid
memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain. (Widagdo, 2014)
Penanganan yang tidak adekuat atau terlambat akan menyebabkan komplikasi di usus
halus, diantaranya perdarahan, perforasi, dan peritonitis. Pasien yang mengalami nyeri hebat
juga dapat mengalami syok neurogenic, komplikasi dapat menyebar di luar usus halus,
misalnya bronkitis, kolelitiasis, peradangan pada meningen, dan miokarditis. (Marni, 2016)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi typhoid fever?

2. Apakah etiologi typhoid fever?

3. Bagaimana fatofisiologi typhoid fever?

4. Apa saja manifestase klinis typhoid fever?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang typhoid fever?

6. Bagaimana komplikasi typhoid fever?

7. Bagaimana penatalaksanaan typhoid fever?

8. Bagaimana pencegahan typhoid fever?

9. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien typhoid fever?


1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan


pada pasien dengan penyakit typhoid fever.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi typhoid fever

b. Untuk mengetahui etiologi typhoid fever

c. Untuk mengetahui fatofisiologi typhoid fever

d. Untuk mengetahui manifestase klinis typhoid fever

e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang typhoid fever

f. Untuk mengetahui komplikasi typhoid fever

g. Untuk mengetahui penatalaksanaan typhoid fever

h. Untuk mengetahui pencegahan typhoid fever

i. Untuk mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien typhoid


fever

1.4 Manfaat

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis diharapkan laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat untuk


menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya seorang perawat.

2. Manfaat praktis

Hasil laporan pendahuluan ini dapat memberikan sumbangan dan masukan


mengenai asuhan keperawatan mengenai penyakit typhoid fever.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Thypoid

2.1.1 Definisi Thypoid

Demam thypoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella enterica
serovar thypi (S typhi). salmonella enterica serovar thypi A, B, dan C kuman-kuman tersebut
menyerang pada system pencernaan, terutama pada perut dan usus yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi yang disebut demam parathypoid. Demam thypoid dan parathypoid termasuk
ke dalam demam enterik. Sekitar 90% dari demam enterik adalah demam thypoid. Kuman-
kuman tersebut menyerang pada sistem pencernaan, dan ditandai adanya demam suhu tubuh
yang meningkat (hipertermi) yang berkepanjagan (Nelwan, 2012).

Menurut Widagdo (2011) demam thypoid ini adalah suatu sindrom sistemik yang
terutama disebabkan oleh kuman salmonella thypi. Demam thypoid merupakan jenis terbanyak
dari salmonellosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan
oleh S. parathphi A, S Schottmuelleri (semula S. parathypi B), dan S. Hirschfeldii (semula S.
parathypi C). Dan demam thypoid ini memperlihatkan suatu gejala yang lebih berat
dibandingkan dengan demam enterik yang lain, beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa penyakit demam thypoid adalah merupakan suatu penyakit infeksi akut yang akan
menyerang tubuh manusia khususnya pada sistem saluran pencernaan yaitu pada usus halus
yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi yang masuk melalui makanan atau minuman
yang tercemar dan ditandai dengan adanya demam berkepanjangan lebih dari satu minggu yaitu
gangguan pada sistem saluran pencernaan, serta kehilangan nafsu makan, mual, pusing dan
lebih diperburuk dengan adanya juga gangguan penurunan kesadaran.

2.1.2 Etiologi Thypoid

Menurut Inawati (2017) demam thypoid timbul yang di akibat dari infeksi oleh bakteri
golongan salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui pada sistem saluran pencernaan
(mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar) yang akan masuk kedalam
tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang sudah tercemar. Cara
penyebarannya untuk bakteri ini yaitu pada muntahan manusia, urine, dan kotoran-kotoran dari
penderita thypoid yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat) yang sudah
hinggap ditempat kotor, dan lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun
buah-buah segar. Sumber utama yang akan terinfeksi adalah manusia yang selalu
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakitnya, baik ketika ia sedang sakit atau sedang
dalam masa penyembuhan demam thypoid, sehingga penderita masih mengandung salmonella
didalam kandung empedu atau didalam ginjalnya. Bakteri salmonella thypi ini hidup dengan
baik pada suhu 37oC, dan dapat hidup pada air steil yang beku dan dingin, air tanah, air laut
dan debu selama berminggu-minggu, dan juga dapat hidup berbulanbulan dalam telur yang
terkontaminasi dan tiram beku.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Thypoid Menurut Ardiansyah (2012) gejala klinis yang akan timbul pada penderita
demam thypoid pada klien dewasa lebih berat dibanding pada anak. Penyakit ini masa
tuntasnya 10 hari hingga sampai 20 hari. Masa tuntas tersingkat untuk demam thypoid adalah
4 hari, jika terinfeksi melalui makanan. Sedangkan masa tuntas terlama berlangsung 30 hari,
jika itu terinfeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi juga dapat berlangsung 7 hari
hingga sampai 21 hari, walaupun pada umumnya 10-12 hari ditemukan gejala abnormal yaitu
perasaan tidak enak badan, terasa lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat, yang
kemudian disusul juga dengan gejala gejala klinis yang lain sebagai berikut, yaitu :

1. Demam Demam berlangsung terjadi selama tiga minggu, yaitu bersifat febris remiten, dan
dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama seperti demam tinggi atau
hipertermi yang berkepanjangan yaitu suhunya setinggi 39oC-40oC sehingga mengakibatkan
sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk. Pada minggu kedua suhu
tubuh akan berangsur-angsur meningkat setiap harinya, yang biasanya menurun pada pagi hari
kemudian meningkat pada sore hari ataupun juga pada malam hari dan suhu tubuh penderita
demam thypoid ini terus menerus dalam keadaan demam tinggi (hipertermi). Pada minggu
ketiga suhu tubuh ini akan berangsur-angsur turun dan normal kembali diakhir minggu, hal itu
jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati, dan juga bila keadaan membaik, gejala-
gejala tersebut akan berkurang dan temperatur mulai turun.

2. Gangguan pada saluran pencernaan Pada penderita demam thypoid ini disertai adanya
perubahan pola napas yaitu napas jadi berbau tidak sedap, mukosa bibir menjadi kering dan
pecah-pecah, lidah putih kotor ujung dan adanya tepi kemerahan, perut akan terasa kembung,
hati dan limpa membesar, dan disertai nyeri pada perabaan.

3. Gangguan pada kesadaran Pada penderita demam thypoid ini kesadaran akan menurun,
walaupun tidak terlalu merosot, yaitu dengan adanya gangguan kesadaran seperti apatis sampai
samnolen (keinginan untuk tidur dan terus tidur). Di gejala-gejala tersebut ada munculnya
gejala lain, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. a. Berperan
dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh. terutama hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolestrol.

2.1.4 Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat juga ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat),
dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman
salmonella typhi kepada orang lain, kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikosumsi oleh orang yang sehat. Apabila
makanan tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar salmonella tyhpi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian
distal dan mencapai jaringan limpoid. Didalam jaringan limpoid ini kuman akan berkembang
biak, lalu masuk ke aliran darah untuk mencapai sel-sel retikuloendotetial. Sel-sel
retikuleondetial ini kemudian akan melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus, dan kandung ampedu
(Padila, 2013).

Demam dan gejala pada thypoid ini disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan
penelitian sperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan penyebab utama pada demam
thypoid. Endotoksemia berperan pada patogenis thypoid, karena akan membantu pasien
inflamasi lokal pada usus halus. Demam ini disebabkan salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintesis dan pelepsan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang
(Padila,2013).
Pathway Typhoid Fever

Salmonella thyposa

Masuk kedalam darah gastrointensal masuk kedalam saluran

Bakteri mengeluarkan endokrin bakteri masuk ke usus

Peradangan local meningkat inflamasi usus halus

Respon gangguan inflamentasi gangguan saluran prncernaan

Nyeri pada pusat

Termoregulasi kalor,dulor,tumor, penurunan malaise diare

Rubor,fungsio laesa peristalic kelemahan volume

Nyeri perut Hipertermi usus intoleransi cairan

Nyeri akut aktivitas menu-

Peningkatan run

Asam lambung

Anorexia mual muntah

Penurunan nafsu makan

Gangguan kebutuhan nutrisi (Resiko Defisit


Nutrisi)
2.1.5 Pemeriksaa Penunjang

Menurut Muttaqin, (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
demam thypoid antara lain sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

Untuk mengindentifikasi adanya anemia karena asupan makanan yang terbatas, malabsorspi,
hambatan pembentukan darah dalam sumsum, dan penghancuran sel darah merah dalam
pendarahan darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000- 4000 mm3 ditemukan pada
fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia
yaitu hilangnya eosinophil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu
pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan
endotoksin laju endap darah meningkat.

b. Pemeriksaan Leukosit

Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi dalam batas
normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder.

c. Pemeriksaan feses

Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan pada usus dan perforasi.

d. Tes widal

Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan ati bodi (aglutinin). Agglutinin yang
spesifik terhadap sallmonela terdapat dalam serum pasien demam thypoid, juga pada orang
yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam
thypoid. Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud tes widal adalah untuk menentukan adanya
agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam thypoid. Akibat infeksi oleh
kuman salmonella, pasien membuat anti bodi (agglutinin), yaitu:

1) Aglutinin O, yaitu dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

2) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagella kuman).


3) Aglutinin V, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).

Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang ditentukan tinternya untuk
diagnosis. Makin tinggi titernya, kemungkinan makin besar pasien menderita demam thypoid.
Pada pasien yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan
selang paling sedikit 5 hari.

e. Biakan darah

Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah negative tidak
menyingkirkan demam thypoid, karena pada pemeriksaan minggu pertama penyakit berkurang
dan pada minggu-minggu berikutnya pada waktu kambuh biakan akan terjadi positif lagi.

f. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah adanya kelainan atau komplikasi akibat demam
thypoid.

2.1.6 Komplikasi

Menurut Sodikin (2011) komplikasi biasanya terjadi pada usus halus, namun hal
tersebut jarang terjadi, apabila komplikasi ini terjadi pada seorang anak maka dapat berakibat
fatal. Gangguan pada usus halus dapat berupa sebagai berikut, yaitu:

1. Perdarahan
usus Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit perdarahan tersebut sehingga dapat
ditemukan jika dilakukan adanya pemeriksaan feses dengan benzidin, jika pendarahan
banyak maka dapat terjadi melena yang bisa disertai nyeri pada perut dengan tanda-tanda
renjatan. Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi
pada bagian usus distal ileum.
2. Perforasi
Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di
rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan
diafragma pada foto rongten abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
3. Peritonitis
Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang
(defebce musculair) dan adanya nyeri tekan.
Komplikasi ekstraintestinal diantaranya adalah:

a. Komplikasi kardiovaskuler: miakarditis, trombosis, dan tromboflebitis.

b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombusa penia dan sindrom urenia hemolitik.

c. Komplikasi paru: pneumonia, emfiema, dan pleuritas.

d. Kompilkasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitaris.

e. Komplikasi ginjal: glumerulonetritis, prelene tritis, dan perine pitis.

f. Komplikasi tulang: ostieomilitis, spondylitis, dan oritis.

4. Komplikasi diluar usus

Terjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis (bacteremia), yaitu meningitis, kolesitisis,


ensefalopati, dan lain-lain. Kumolikasi diluar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu
bronkopneumonia.

2.1.7 Penatalaksanaan

Menurut Inawati (2017) pengobatan/penatalaksanaan pada penderita Demam thypoid


adalah sebagai berikut

1. Penatalaksanaan medis

a. Pasien demam thypoid perlu dirawat, pasien harus mengalami tirah baring ditempat tidur
sampai minimal 7 sampai 14 hari. Maksud untuk tirah baring ini adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi pendarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi untuk pasien harus
dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihannya kekuatan pasien. Kebersihan tempat
tidur, pakaian, dan peralatan yang dipakai pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisi
tubuhnya minimal 2 jam harus diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
terjadi adanya dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-
kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
b. Diet dan terapi penunjang

Diet makanan untuk penderita demam thypoid ini harus mengandung cukup intake
cairan dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap untuk pasien demam thypoid diberi
bubur, kemudian bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukan bahwa
pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran
dengan serat kasar) dan diet tinggi serat akan meningkatkan kerja usus sehingga resiko
perforasi usus lebih kuat.

c. Pemberian obat

Terapi Obat-obatan atibiotika anti inflamasi dan anti piretik:

Pemberian antibiotika sangat penting dalam mengobati demam thypoid karena semakin
bertambahnya resitensi antibiotic, pemberihan terapi empirik merupakan masalah dan kadang-
kadang controversial. Kebanyakan regimen antibiotik disertai dengan 20% kumat.

1) Amoksilin adalah obat kemampuan untuk menurunkan demam, efektivitas amoksilin


lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol dalam percepatan penurunan suhu
tubuh sampai yang normal dan tingkat kambuh. Dosis yang dianjurkan 100mg/kg/24
jam secara oral dalam tiga dosis.

2) Kotimoksazol efektivitas kurang lebih sama dengan kloramfenikol. Dosis yang


dianjurkan orang dewasa 2x2 tablet, oral (1 tablet mengandung 80mg) selama 10 hari.

3) Sefotaksim diberikan 200/kg/hari secara intervena tiap 6 jam dalam dosis 12g/hari.
Penangkapan dinding sel bakteri sintesis, yang menghambat pertumbuhan bakteri.
Generasi ketiga sefaloprin degan spektrum garam negatif. Lebih rendah efikasi
terhadap organisme gram positif. Sangat baik dalam kegiatan vitro S typhi dan
salmonella lain dan memiliki khasiat yang dapat diterima pada demam thypoid.

4) Seftriaxsone dosis yang dianjurkan adalah 80mg/hari. IV atau IM. Satu kali sehari
selama 5 hari, penangkapan dinding sel bakteri sintesis, yang menghambat
pertumbuhan bakteri. Generasi ketiga sefaloprin dengan spektrum luas gram negatif
aktivitas terhadap organisme gram positif. Bagus aktivitas ini vitro terhadap S typhi dan
salmonella lainnya.
5) Dexametason 3 mg/kg untuk dosis awal, disertai dengan 1 mg/kg setiap 6 jam selama
48 jam, memperbaiki angka ketahanan hidup penderita syok, menjadi lemah stupor atau
koma.

6) Anti inflamasi (anti radang). Yaitu kortikosteroid diberikan pada kasus berat.

7) Dengan gangguan kesadaran. Dosis yang dianjurkan 1-3 mg/hari IV, dibagi dalam
3 dosis hingga kesadaran membaik.

8) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti paracetamol.

9) Antipiretik untuk menurunkan keluhan mual dan muntah.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut (Nugroho, 2011) tindakan keperawatan yang dilakukan untuk pasien


dengan demam thypoid antara lain:

a. Gangguan suhu tubuh (Hipertermi).

1) Kaji penyebab hipertermi

2) Jelaskan pada klien/keluarga pentingnya mempertahankan masukan cairan


yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.

3) Ajarkan/lakukan upaya mengatasi hipertermi dengan kompres hangat,


sirkulasi cukup, pakaian longgar dan kering dan pembatasan aktivitas.

4) Jelaskan tanda-tanda awal hipertermi: kulit kemerahan, letih, sakit kepala,


kehilangan nafsu makan.

b. Kebutuhan nutrisi dan cairan

1) Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan secara adekuat,


konsulkan pada ahli gizi.

2) Timbang BB secara berkala.

3) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.

4) Ciptakan suasana yang membangkitkan selera makanan: tampilan pada


makanan, sajian makanan dalam keadaan hangat, makan secara bersamaan,
suasana yang tenang, lingkungan yang bersih.
5) Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan.

2.1.8 Pencegahan penyakit thypoid

Menurut Inawati (2017) melakukan pencegahan untuk penderita demam


thypoid, yaitu:

1. Vaksin parenteral
Vaksin demam thypoid biasanya diberikan dalam serangkaian dua suntikan
subkutan 0,5 ml diberikan pada empat interval mingguan. Tingkat perlindungan
adalah 70%. Dosis booster dianjurkan setiap 3 tahun didaerah endemis tifus, ini
tidak boleh diberikan kepada ibu hamil dan merupakan kontraindikasi dalam
pemulihan mereka dari penyakit serius.
2. Vaksin oral
Vaksin hidup ini diberikan secara lisan dalam bentuk tiga kapsul diambil pada
hari ke 1, 3, dan 5, dengan dosis booster setelah 3 tahun. Tidak harus diberikan
sampai setidaknya seminggu telah berlalu sejak pasien telah diambil setiap
antibiotic yang efektif terhadap salmonella.
Bentuk oral paling tidak sama efektifnya dengan (dan dalam beberapa kasus
lebih efektif dari pada) vaksin yang disuntikan.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dalam mengidentifikasi diagnosis


keperawatan dan perencanaan asuhan bagi setiap dewasa. Riwayat keperawatan awal
masuk adalah pengumpulan data yang sistemik tentang anak dan keluarga yang
memungkinkan perawat untuk memecahkan asuhan keperawatan (Wong, 2009).

Adapun yang perlu dikaji pada klien dengan thypoid adalah:

1. Data umum identitas klien


Penyakit ini sering ditemukan pada semua usia dari bayi di atas satu tahun
hingga dewasa. Dalam data umum ini meliputi nama klien, jenis kelamin,
alamat, agama, bahasa yang dipakai, suku, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal MRS dan
diagnosa medis (wahid,2013).
2. Kesehatan umum

1. Keluhan utama

Merupakan alasan utama masuk rumah sakit atau keluhan utama klien
masuk dengan menderita demam thypoid yaitu alasan spesifik untuk
kunjungan klinik atau rumah sakit. Dengan adanya berbagai keluhan
tersebut dapat dipandang sebagai topik dari penyakit saat ini sebagai
deskripsi masalah tersebut (Wong, 2009).

Pada klien penderita demam thypoid keluhan utama yang akan muncul
berupa demam tinggi (hipertermi) yang berkepanjangan, perasaan tidak
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat, serta
nafsu makan berkurang (terutama pada masa inkubasi) (Sodikin, 2011).

a. Riwayat penyakit sekarang


Riwayat penyakit sekarang merupakan keluhan utama dari
paling awal saat dirumah, lalu saat di rumah sakit, pada saat
pengkajian dan sampai perkembangan saat ini yang membantu untuk
membuat rencana tindakan keperawatan (Wong, 2009).
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,
bersifat febris, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu
pertama suhu tubuh berangsur-angsur baik pada setiap harinya,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadan
demam. Saat minggu ketiga, suhu berangsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga (Sodikin, 2011).
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan berisi tentang informasi
yang berhubungan dengan adanya semua aspek status kesehatan
klien yang telah ada sebelumnya dan memfokuskan untuk beberapa
area yang umumnya dihilangkan dalam pengkajian riwayat orang
dewasa, seperti riwayat kelahiran, riwayat pemberian makanan
secara rinci, imunisasi dan pertumbuhan dan perkembangan (Wong,
2010).
Untuk mengetahui lebih lanjut riwayat dahulu apakah
sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypoid, sebelumnya
masuk rumah sakit dan juga untuk mengetahui adanya relaps.
c. Riwayat penyakit keluarga
Pada saat pengkajian perlu ditanyakan pada pasien maupun
anggota keluarga apakah sebelumnya ada keluarga yang menderita
demam thypoid sehingga bisa terjadi adanya penularan.

3. Pola Kesehatan Sehari-hari

1. Nutrition

Kecenderungan berat badan penderita demam thypoid ini akan


mengalami perubahan terjadinya berat badan karena mengalami penurunan
nafsu makan. Pada penderita pasien demam thypoid ini yang akan dirasakannya
berupa gejala yang muncul yaitu rasa mual, muntah, anorexia kemungkinan
juga nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nugroho, 2011)...

2. Elimination and Change


Pada demam thypoid ini biasanya terjadi konstipasi dan diare atau
mungkin normal.
Pada sistem integument dengan demam thypoid ditemukan gejala
seperti dada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik-
bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kepiler kulit yang dapat
ditemukan pada minggu pertama demam (Sodikin, 2011).
3. Activity/Rest
Data yang sering muncul pada pasien demam thypoid adalah mengalami
kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh sehingga
pasien merasa gelisah pada saat untuk beristirahat ataupun saatnya untuk
tidur. Klien mengalami penurunan pada aktivitas. Karena badan klien sangat
lemah dan klien dianjurkan istirahat karena adanya peningkatan suhu tubuh
yang berkepanjangan.
4. Personal Hygiene
Untuk memenuhi kebutuhan kebersihan badan pasien demam thypoid
ini akan di bantu oleh keluarga atau perawat, karena pasien merasa lemas
sehingga menghambat dalam melakukan kegiatan perawatan badan.
4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : Pasien lemas dan akral panas

b. Tingkat kesadaran : Perlu di observasi karna akan mengalami penurunan


kesadaran seperti apatis atau samnollen walaupun tidak merosot.

c. TTV: Tekanan darah pada penderita demam thypoid normal 110/80-120/80


mmHg, dan suhu tubuh akan menigkat yang disebabkan oleh salmonella thypi
hingga 390C-400C, respirasi akan mengalami peningkatan atau tidak karna
pasien demam thypoid bisa mengalami sesak nafas, nadi akan normal/tidak.

d. Pemeriksaan kepala Inspeksi: bentuk simetris, tidak terdapat lesi Palpasi :


tidak ada nyeri tekan

e. Pemeriksaan mata Inspeksi: konjungtiva anemis Palpasi: tidak ada nyeri


tekan

f. Pemeriksaan hidung Inspeksi: tidak terdapat cuping hidung Palpasi: tidak


ada nyeri tekan

g. Pemeriksaan mulut dan Faring Inspeksi: mukosa bibir pecah-pecah dan


kering, ujung lidah kotor dan tepinya berwarna kemerahan. Palpasi : tidak ada
nyeri tekan. h. Pemeriksaan thorax

1) Pemeriksaan paru

Inspeksi: respirasi rate mengalami peningkatan

Palpasi: tidak adanya nyeri tekan

Perkusi: paru sonor

Auskultasi: tidak terdapat suara tambahan

2) Pemeriksaan jantung

Inspeksi: ictus cordis tidak nampak, tidak adanya pembesaran Palpasi:


biasanya pada pasien dengan demam thypoid ini ditemukan tekanan
darah yang meningkat akan tetapi didapatkan takikardi saat pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh.

Perkusi: suara jantung pekak


Auskultasi: suara jantung BJ 1”LUB” dan BJ 2”DUB” terdengar
normal, tidak terdapat suara tambahan.

i. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi: bentuk simetris

Auskultasi: bising usus biasanya diatas normal (5-35x/menit)

Palpasi: terdapat nyeri tekan pada bagian epigastrium

Perkusi: hipertimpani

j. Pemeriksaan integument

Inspeksi: terdapat bintik-bintik kemerahan pada punggung dan


ekstermitas, pucat, berkeringat banyak

Palpasi: turgor kulit, kulit kering, akral teraba hangat

k. Pemeriksaan anggota gerak Kekuatan otot menurun, kelemahan pada


anggota gerak atas maupun bawah

l. Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus Pada penderita demam thypoid ini
biasanya kadang-kadang terjadi diare atau konstipasi, produksi kemih pasien
akan mengalami penurunan.

5. Pemeriksaan diagnostic

Untuk menegakan diagnosis penyakit demam thypoid, perlu dilakukan


pemeriksaan laboratorium yang mencangkup pemeriksaanpemeriksaan sebagai
berikut:

a. Tepi darah

b. Terdapat gambaran leukopenia.

c. Limfosiotis relative.

d. Emeosinofila pada permulaan sakit.

e. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.

Hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu menentukan penyakit


secara tepat.
1) Pemeriksaan widal
Pemeriksaan positif apabila terjadi reaksi aglutinasi. Apabila titer lebih
dari 1/80, 1/160 dan seterusnya, maka hal ini menunjukan bahwa semakin
kecil titrasi berarti semakin berat penyakitnya.

2) Pemeriksaan darah untuk kultur.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan digunakan sebagai landasan untuk pemilihan intervensi


guna mencapai hasil yang menjadi tanggung jawab dan untuk tindakan perawat.
Diagnosa keperawatan perlu dirumuskan setelah melakukan analisa data dari hasil
pengkajian untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang melibatkan klien beserta
keluarganya. Dengan demikian asuhan keperawatan dapat dilakukan sesuai kebutuhan
yakni memenuhi kebutuhan fisik, emosi atau psikologis, tumbuh berkembang,
pengetahuan atau intelektual, sosial dan spiritual yang didapatkan dari pengkajian
(Sumiatun, 2010)

Diagnosa yang biasanya muncul pada demam thypoid menurut Amin, Hardi
(2015) adalah sebagai berikut:

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake makanan yang tidak adekuat.

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak


adekuat dan peningkatan suhu tubuh.

2.2.3 Iplementasi keperawatan

Secara teori menurut Amin, Hardi (2015) kulit terasa hangat ditunjukan pasien yang
merupakan batasan karakteristik pasien dengan hipertermi. Penatalaksanaan merupakan
insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan yang mencangkup peningkatan kesehatan
pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan (Nursalam, 2013).
2.2.4 Evaluasi

Berdasarkan teori mengenai hipertermia, yang tidak dikatakan mengalami masalah


hipertermi yaitu suhu klien normal 36oC-37,5oC dan akral terasa hangat (Padila, 2013).
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, proses continue yang paling penting
untuk menjamin kualitas dan ketetapan keperawatan yang diberikan dan dilakukan untuk
meninjau respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana keperawatan dan memenuhi
kebutuhan pasien secara adekuat (Hidayat, 2009).

Berdasarkan teori diatas masalah demam thypoid dengan hipertermi teratasihal ini
dikarenakan kolaborasi antara tim medis, pasien dan keluarga yang baik, sehingga peneliti-
peniliti mampu melakukan asuhan keperawatan sesuai prosedur.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri memiliki angka tinggi di wilayah
negara-negara berkembang yang beriklim tropis, seperti di wilayah asia, salah satunya di
Indonesia. Penderita Typhoid sebagian besar berusia > 9 tahun (10–12 tahun) sedangkan
sebagian besar berusia ≤ 9 tahun (7–9 tahun) tidak terdiagnosis menderita typhoid dan
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis menderita demam typhoid
dibandingkan berjenis kelamin perempuan. (Hilda dan Fariani, 2016)Data WHO (World
Health Organisation) memperkirakan angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta
per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena Typhoid dan 70% kematiannya terjadi di
Asia (WHO, 2008 dalam Depkes RI, 2013).

3.2 Saran

Selelah kita mempelajari apa yang telah dibahas, maka kita perlu menerapkan dalam
profesi kita. Kiranya laporan pendahuluan ini dapat berguna dan memberi wawasan tentang
patologi penyakit typhoid fever.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Arfiana & Lusiana, A. (2016) Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak PraSekolah
.Yogyakarta : Trans Medika

Bachrudin, M & Najib, M .(2016). Keperwatan Medikal Bedah 1. Jakarta :Pusdik SDM
Kesehatan

Baratawidjaja, K,G & Rengganis I. (2012). Imunologi Dasar Edisi ke-10.Jakarta : FKUI

Katzung. (2011). Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi X. Jakarta :EGC

Kirnamoro & Maryana (2014) Anatomi Fisiologi .Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Moorhead, dkk.(2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Indonesian


Edition.Indonesia : ELSEVIER

Morton, S & England, B.S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teoridan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.

Nanda Internasional. (2015). Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi–10. Jakarta : EGC

Nurarif, A,H & Hardhi, K. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Medicaction

Nuruzzaman ,H & Fariani,S,. (2016) analisis risiko kejadian demam tifoid berdasarkan
kebersihan diri dan kebiasaan jajan di rumah Vol. 4 No. 1.(Online), (http ://www.e-
jurnal.com/m=1, diakses pada 3 oktober 2017)
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 22 Maret 2022 Jam Masuk : 11:00


Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2022 No. RM : 00082xxx
Jam Pengkajian : 15:20 Diagnosa Masuk : Typhoid Fever
Hari Rawat ke :1
IDENTITAS

1. Nama Pasien : Ny. M


2. Umur : 46 th.
3. Suku/ Bangsa : Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMK
6. Pekerjaan : Penjual Nasi
7. Alamat : Jl. Raya PagesanganNo. 43
8. Sumber Biaya : BPJS

KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama: Nyeri perut bagian ulu hati

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien masuk IGD RS. Bhayangkara Surabaya pada hari selasa,22 maret 2022 pada
jam 11:00 dengan keluhan nyeri perut bagian ulu hati, dada terasa panas, tenggorokan
kering, pasien terlihat pucat, pasien secara spontan buang air kecil(BAK) sebanyak
10x/hari, gelisah dan hanya berbaring ditempat tidur dengan: TD: 104/58 mmHg, N:
83x/m, RR: 20x/m, S: 37,2, SpO2: 99%, BB: 57 Kg, TB: 158 Cm, GCS: 15,dan HB: 10.g.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : ya √ ✓ tidak 1.1 kapan: diagnosa: Typhoid Fever
2. Riwayat penyakit kronik dan menular: ya tidak √ jenis: Tidak ada
1.3 1.2
Riwayat kontrol : Pasien tidak pernah kontrol
Riwayat penggunaan obat: Pasien tidak menggunakan obat-obatan
3. Riwayat alergi : apasien tidak memiliki riwayat alergi
Obat
1.7 ya tidak √ 1.6jenis : Tidak ada alergi obat
1.4
Makanan
1.10 ya 1.5 √
tidak
1.8 1.9jenis : Tidak ada alergi makanan
Lain-lain
1.13 ya tidak
1.11
√ jenis : Pasien tidak ada alergi lainnya
1.12

1.16 √
4. Riwayat Operasi : ya tidak 1.14
- Kapan : Pasien tidak 1.15 operasi
1.17ada riwayat
- Jenis Operasi : Pasien tidak ada riwayat operasi
5. Lain-lain :
Tidak ada masalah pada riwayat penyakit dahulu

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Ya Tidak √ 1.18
1.20
1.21 1.19
- Jenis : Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga

- Genogram :

Ket: = Laki-laki

= Perempuan

= Pasien
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Perilaku sebelum sakit yang mempengatuhi kesehatan :
Alkohol
1.26 ya tidak √ 1.22
1.24
Merekok
1.27
1.32 ya 1.25 tidak √ 1.23
1.28
1.30
Keterangan
1.33 ...............................................................................
1.31 1.29
Obat
1.38 ya tidak √ 1.34
1.36
Keterangan
1.39 1.35
...............................................................................
1.37
Olah
1.44Raga ya tidak √ 1.40
1.42
Keterangan
1.45 1.41
..............................................................................
1.43
OBSERVASI DA PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda tanda vital
S: 37,2 ℃ N: 83x/m TD: 104/58 mmHg RR: 20x/m
Kesadaran √ Compos
1.46 Mentis Apatis
1.54 Somnolen Sopor
1.50 Koma
1.48
1.52
2. Sistem Pernapasan (B1)
1.47 1.55 1.53 1.51 1.49
a. RR : 20x/m
b. Keluhan : Sesak Nyeri waktu nafas Orthopnea
1.60 1.58 1.56
Batuk: Tidak ada Produktif
1.61
1.62 Tidak
1.64Produktif
1.59 1.57
Masalah Keperawatan:
Sekret: Tidak ada 1.63 Konsentrasi
1.65 : Tidak ada
Warna: Tidak ada Bau: Tidak ada
c. Penggunaan otot bantu nafas:
d. PCH ya 1.68 √ tidak
1.66
e. Irama nafas √ teratur
1.69
1.70 tidak
1.67 teratur
1.72
f. Pleural Friction rub: 1.71 1.73
g. Pola nafas : Normal Dispoe
1.78 Ksmaul
1.76 Cheyne
1.74 Stroke
h. Suara nafas ; Normal Cracles
1.79
1.80
Ronki
1.77
1.84 Wheezing
1.75
1.82
i. Alat bantu nafas ya 1.88
1.81 √ tidak
1.85
1.86 1.83
Jenis:Pasien tidak menggunakan alat bantu nafas
1.89 1.87
j. Penggunaan WSD : Tidak menggunakan alat bantu nafas
- Jenis : Tidak ada
- Jumlah cairan : Tidak ada
- Undulasi : Tidak ada
- Tekanan : Tidak ada
k. Tracheostomy : ya 1.92 √ tidak
1.90
l. Lain-lain : Tidak ada1.93
masalah keperawatan
1.91 pada sistem pernafasan

3. Sistem Kardio Vaskuler (B2)


a. TD : 104/52 mmHg
Masalah Keperawatan:
b. N : 83x/m
Nyeri Akut
c. Keluhan nyeri dada : √ ya 1.94 tidak
1.96
P : Nyeri timbul disaat perut1.95
kram 1.97
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada bagian perut dan ulu hati
S :7
T : -+ 10- 25 menit
d. Irama jantung : √ reguler
1.98
ireguler
1.100
e. Suara jantung : √ normal
1.102 (S1/S2 tunggal) 1.101
1.99 murmur
1.104
Gallop
1.103
1.108 lain-lain
1.105
1.106
f. Ictus Cordis : Tidak terkaji 1.109 1.107
g. CRT : Tidak terkaji
h. Akral : √ hangat 1.116kering 1.114merah 1.112basah
1.110
√Pucat
1.111
1.120 panas
1.117 √dingin
1.115
1.118 1.113
1.122
i. Sirkulasi perifer : √ normal
1.1211.124 1.123menurun
1.126 1.119
j. JVP : Tidak terkaji 1.125 1.127
k. CVP : Tidak terkaji
l. CTR : Tidak terkaji
m. ECG & Interprestasinya: Tidak terkaji
n. Lain-lain : Tidak terkaji
4. Sistem Pesyarafan (B3)
a. GCS: 15 Masalah Keperawatan:
b. Refleks Fisiologis √ patella
1.128 triceps biceps
1.130
1.132
c. Refleks Patologis √ babinsky
1.129
1.134 brudznsky
1.133
1.138 kernig
1.131
1.136
Lain-lain 1.135 1.139 1.137
d. Keluhan pusing ya √ tidak
1.140
1.142
P : Tidak ada 1.143 1.141
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada
T : Tidak ada

e. Pemeriksaan saraf kranial:


N1 : √ normal
1.144 tidak Ket:
1.146
N2 : √ normal
1.145
1.148 tidak
1.150Ket:
1.147
N3 : √ normal
1.149
1.152 tidak
1.154Ket:
1.151
N4 : √ normal
1.153
1.156 tidak
1.158Ket:
1.155
N5 : √ normal
1.157
1.160 tidak
1.162Ket:
1.159
N6 : √ normal
1.161
1.166 tidak
1.168Ket:
1.163
N7 : √ normal
1.167
1.164 tidak
1.170Ket:
1.169
N8 : √ normal
1.165
1.172 tidak
1.174Ket:
1.171
N9 : √ normal
1.173
1.176 tidak
1.178Ket:
1.175
N10 : √ normal
1.177
1.180 tidak
1.182Ket:
1.179
N11 : √ normal
1.181
1.186 tidak
1.188Ket:
1.183
N12 : √ normal
1.187
1.184 tidak
1.190Ket:
1.189
f. Pupil √ isokor
1.185 anisokor 1.191
1.192 Diameter: Tidak terkaji
1.194
g. Scelera anikterus
1.195
1.198 √ ikterus
1.193
1.196
h. Konjunctiva 1.202 √ anemis
ananemis
1.199 1.197
1.200
i. Istirahat/ tidur: 7 Jam 1.203 Gangguan
1.201 tidur: Tidak ada gangguan tidur
j. Lain: Tidak ada masalah keperawatan pada sistem persyarafan
5. Sistem Perkemihan (B4)
a. Kebersihan genetalia: √ bersih
1.206
kotor
1.204Masalah Keperawatan:
b. Sekret: ada1.210 √ tidak
1.208Infeksi saluran kemih
1.207 1.205
c. Ulkus: ada1.214 √ tidak
1.212
1.211 1.209
d. Kebersihan meutus uretra√ bersih
1.216 kotor
1.218
1.215 1.213
e. Keluhan kencing √ ada1.222 tidak
1.220
1.217 1.219
Bila ada, jelaskan: Kencing hampir 10x/hari
1.223 1.221

f. Kemampuan berkemih:
√ Spontan
1.224 1.226alat bantu, sebutkan
Jenis : Tidak terkaji
1.225 1.227
Ukuran : Tidak terkaji
Hari ke : 1

g. Produksi urine: 1000 ml


Warna : Pekat
Bau : Khas
h. Kandung kemih: Membesar ya √ tidak
1.228
1.230
i. Nyeri tekan √ ya 1.232 tidak
1.234
1.231 1.229
j. Intake cairan oral: 500 cc/hari parental : 700
1.233 1.235
k. Balance cairan: 164 cc
l. Lain-lain : Tidak ada
6. Sistem Pencernaan (B5) Masa Keperawatan:
a. TB : 158 Cm BB : 57 Kg
Resiko Defisit Nutrisi
b. IMT : 22.8 Interpretasi : Normal

c. Mulut: bersih √ kotor


1.236 berbau
1.240 1.238
d. Membran mukosa √ lembab
1.242 kering
1.246 stomatitis
1.244
1.241 1.237 1.239
e. Tenggorokan: Kering
1.243 1.247 1.245
Sakit menelan kesulitan
1.248 menelan
1.250
Pembesaran
1.254 tonsil nyeri tekan
1.252
1.251 1.249
1.255 1.253
f. Abdomen: √ tegang
1.258 kembung
1.262 ascites
1.260
g. Nyeri tekan: √ ya 1.256 tidak
1.264
1.259 1.263 1.261
h. Luka operasi: ada √ tidak
1.268
1.257 1.266
1.265
Tanggal operasi : Tidak ada
1.269 1.267
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
Drain : ada √ tidak
1.270
1.272
- Jumlah : Tidak ada
1.273 1.271
- Warna : Tidak ada
- Kondisi area sekitar inseri : Tidak ada
i. Peristaltik : Tidak terkaji
j. BAB : 2-3x/hari Cair Terakhir tanggal: Kamis,17 Maret 2022
k. Konsistensi : keras
1.280 lunak
1.278 √ cair1.274 lendir/darah
1.276
l. Diet : padat
1.286 √ lunak
1.282 cair1.284
1.281 1.279 1.275 1.277
m. Diet Khusus : Tidak terkaji
1.287 1.283 1.285
n. Nafsu makan : baik √ menurun
1.288 Frekuensi : 2x/hari
1.290
o. Porsi makan : habis
1.294 √ tidak
1.292Keterangan : 1/4 Porsi
1.291 1.289
p. Lain-lain : Ada masalah pada sistem pencernaan
1.295 1.293
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior Masalah Keperawatan:
OD OS Tidak ada MK
Tidak Virus Tidak
terkaji Palpebra terkaji
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO

b. Keluhan nyeri ya √ tidak


1.298 1.296
P : Tidak ada
1.299 1.297
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada
T : Tidak ada
c. Luka operasi ada √ tidak
1.302
1.300
Tanggal operasi : Tidak ada
1.301 1.303
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang lain : Tidak ada
e. Lain-lain Tidak ada masalah keperawatan pada sistem penglihatan
8. Sistem pendengaran
Masalah Keperawatan:
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Nyeri Akut
OD OS
Tidak Aurcicula Tidak
terkaji MAE terkaji
Membran
Tymphani
Rinne
Weber
Swabach

b. tes Audiometri
Tidak terkaji

c. Keluhan nyeri √ ya tidak


1.306 1.304
P : Nyeri timbul pada saat perut kram
1.307 1.305
Q : Seperti tidak kedengaran
R : Nyeri pada bagian telinga
S :4
T : 2-5 menit

d. Luka operasi ada √ tidak


1.310
1.308
Tanggal operasi : Tidak ada
1.309 1.311
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
e. Alat bantu dengar : Tidak ada
f. Lain-lain : Pasien tidak menggunkan alat dengar
9. Sistem muskuloskeletal (B6)
Masalah Keperawatan:
a. Pergerakan sendi : √ bebas
1.314 terbatas
1.312
Tidak ada MK
b. Kekuatan otot :
1.315 1.313
5-5-5-5-5 5-5-5-5-5
5-5-5-5-5 5-5-5-5-5
c. Kelainan ekstremitas : ya √ tidak
1.318 1.316
d. Kelainan tulang belakang : ya √ tidak
1.322 1.320
1.319 1.317
Frankel : Tidak terkaji
1.323 1.321
e. Fraktur : ya √ tidak
1.324
1.326
- Jenis : Tidak ada fraktur
1.327 1.325
f. Traksi ya 1.330 √ tidak
1.328
- Jenis : Tidak ada
1.331 1.329
- Beban : Tidaka ada
- Lama pemasagan : Tidak ada
g. Penggunaan spalk/gips: ya √ tidak
1.332
1.334
h. Keluhan nyeri ya √ tidak
1.338 1.335 1.336 1.333
P : Tidak ada
1.339 1.337
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada
T : Tidak ada
i. Sirkulasi perifer : Tidak terkaji
j. Kompartemen syndrome ya 1.342 √ tidak
1.340
k. Kulit : ikterik √ sianosis
1.350 kemerahan hiperpigmentasi
1.348
1.343 1.341 1.346 1.344
l. Tugor baik √ kurang
1.356 jelek
1.354 1.352
1.351 1.349 1.347 1.345
m. Luka operasi ada √ tidak
1.360
1.3581.357 1.355 1.353
Tanggal operasi : Tidak ada
1.359 1.361
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
Drain : ada √ tidak
1.362
1.364

1.365 1.363

- Jumlah : Tidak ada


- Warna : Tidak ada
- Kondisi area sekitar insersi : Tidak ada
n. ROM : Tidak terkaji
o. Cardinal Sign : Tidak ada Cardinal sign
p. Lain-lain : Tidak ada masalah keperawatan pada sistem muskuloskeletal
10. Sistem Integumen
a. Penilaian resiko decubitus
Aspek yang Kriteria penilaian Nilai
dinilai 1 2 3 4
Persepsi Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak ada
Sesoris Sepenuhnya Terbatas Ringan Gangguan
Kelembaban Terus Sangat Kadang2 Jarang Basah
Menerus Lembab Basah
basah
Aktifitas Bedfast Chairfast Kadang2 Lebih Sering
Jalan Jalan
Mobilitas Immobile Sangat Keterbatasa Tidak ada
Sepenuhnya Terbatas Ringan Keterbatasan
Nutrisi Sangat Kemungkinan Adekuat Sangat baik
Buruk Tidak
Adekuat
Gesekan & Bermasalah Potensial Tidak
Pergeseran Bermasalah Menimbulkan
Masalah
NOTE: Pasien dengan nilai total <16 maka dapat dikatakan Total Nilai
bahwa pasien berisiko mengalami decubitus (passure
ulcers)
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 -= moderate risk, 12 or less
= high risk)

b. Warna : Kuning kecoklatan Masalah Keperawatan:

Tidak ada MK
c. Pitting edema : +/- grade: Tidak ada
d. Ekskoriasis : ya √ tidak
1.366
1.368
e. Psoriasis : ya √ tidak
1.370
1.372 1.367
1.369
f. Pruritus : ya √ tidak
1.374
1.376 1.371
1.373
g. Urtikaria : ya √ tidak
1.378
1.380 1.375
1.377
h. Lain-lain : Tidak ada masalah pada sistem argumen
1.381 1.379
11. Sistem Endokrin
Masalah Keperawatan:
a. Pembesaran tyroid : ya 1.382 √ tidak
1.384
Tidak ada MK
b. Pembesaran kelenjar getah bening : ya 1.386 √ tidak
1.388
1.383 1.385
c. Hipoglikemia : ya 1.390 √ tidak
1.392
1.387 1.389
d. hiperglikemia : ya √ tidak
1.396
1.394
1.391 1.393
e. Kondisi kaki DM
1.395 1.397
- Luka gangren ya √ tidak
1.398
1.400
Jenis : Tidak ada
1.401 1.399
- Lama luka : Tidak ada
- Kedalaman : Tidak ada
- Kulit kaki : Tidak ada
- Kuku kaki : Tidak ada
- Telapak kaki : Tidak ada
- Jari kaki : Tidak ada
- Infeksi ya √ tidak
1.404 1.402
- Riwayat luka sebelumnya ya 1.408 √ tidak
1.406
1.405 1.403
Jika ya :
1.409 1.407
- Tahun : Tidak ada
- Jenis Luka : Tidak ada
- Lokasi : Tidak ada
- Riwayat amputasi sebelumnya ya √ tidak
1.410
1.412
Jika ya :
1.413 1.411
- Tahun : Tidak ada
- Lokasi : Tidak ada

f. ABI : Tidak terkaji


g. Lain-lain : Tidak ada masalah keperawatan pada sistem Endokrin

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL Masalah Keperawatan:

a. Persepsi klien terhadap peyakitnya: Tidak ada MK


Pasien cemas pada keadaannya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam √ gelisah tegang marah/menangis
1.418 1.416 1.414
c. Reaksi saat interaksi √ koorperatif tidak kooperatif
1.422 curiga
1.420
1.424
1.419 1.417 1.415
d. Gangguan konsep diri : Tidak gangguan konsep diri
1.425 1.423 1.421
e. Lain-lain: Tidak ada masalah keperawatan pada pengkajian psikososial

PENGKAJIAN HYGIENE & KEBIASAAN Masalah Keperawatan:

Jelaskan: Pasien mengatakan kadang mandi 2 atau 3x/hari dan pasien Tidak ada MK
Tidak pernah sikat gigi sebelum tidur pada malaam hari.

PENGKAJIANSPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit √ sering
1.430 kadang-kadang tidak pernah
1.428 1.426
- Selama sakit sering
1.436
kadang-kadang
1.434
√ tidak pernah
1.432
1.431 1.429 1.427
b. Batuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:
1.437 1.435 1.433
Memberikan motivasi pasien untuk beribadah, sikat gigi seebelum tidur pada malam hari
dan agar cepat diberi kesembuhan.
PENGKAJIAN SPIRITUAL Masalah Keperawatan:
Jelaskan : Pasien mengatakan sering beribadah disaat sehat, saat
Tidak ada MK
Pasien hanya sakit biasa ibadahnya kadang-kadang di-
Lakukan, dan saat di rawat inap pasien tidan sholat/ibadah
Sama sekali.

TERAPI
- Infus Ns 1000 cc/hari =14 tpm
- Infus PZ + KCL 25 mg/Kl tpm (7)
- Infus Levo 1x750
- Injeksi Ondan 4 mg
- Injeksi OMZ 40 mg
- Injeksi Panto 2x1 = Jam 06:00-18:00
- Injeksi Ondan 2x8 = Jam 06:00-18:00
DATA TAMBAHAN LAIN
1. Darah Lengkap
- Hemoglobin 10.g 12.0-16.0
- Hematokrit 34,7 35.0-45,0
- Eritrosit 3.9 4.0-5.5
2. Elektroloit
- Natrium (Na) 136.50 136.00-146.00
- Kalium (K) 2.30 3.40-5.10
- Klorida (Ci) 104.80 98.00-106.00
3. Index Eritrosit
- Trombosit 291.000 150.000-450.000
- Lekosit 3.520 4000-11.000
4. GDA :149

Surabaya, 16 April 2022

(Uswatun Hasanah.)

B. ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Pasien mengatakan nyeri perut Salmonella Typosa Nyeri Akut
pada bagian ulu hati disaat perut kram.
DO: Pasien tampak pucat dan merintih Masuk kedalam darah
kesakitan. grantrointensial
P: Nyeri timbul disaat perut kram
Q: Seperti ditusuk-tusuk Bakteri mengeluarkan
R: Nyeri pada perut bagian ulu hati endokrin
S: 7
T: ± 20-30 menit
Peradangan local menigkat
TTV:
TD: 104/58 mmHg
N: 83x/menit Gangguan pada pusat
RR: 20x/menit termoragulasi
S: 37,2°C
SpO2: 96%
Implamentasi

Nyeri Akut

No DATA ETIOLOGI MASALAH


2. DS: Pasien mengatakan nafsu makan Salmonella Typosa Resiko Defisit
menurun Nutrisi
DO: Pasien mengatakan tidak
Masuk kedalam saluran
menghabiskan makanannya
BB: 57 Kg
Imflamasi usus halus
TB: 158 Cm
IMT: 22.8
HB: 10.g Gangguan saluran
GDA: 149 pencernaa
TTV:
TD: 104/58 mmHg
Penurunan peristalic usus
N: 83x/menit
RR: 20x/menit
S: 37,2°C Peningkatan asam

SpO2: 99%

Amorexia

Mual

Penurunan nafsu makan

Gangguan Kebutuhan
nutrisi

Resiko Defisit Nutrisi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Imflamasi)
2. Resiko Defisit Nutrisi berhububgan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient.
C. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI
DX KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1.monitor ttv
berhubungan tindakan keperawatan 2.identivikasi skla nyeri
dengan agen selama 2x24 jam 3.berikan teknik non
pencedera diharapkan masalah farmokologi untuk
fisiologis keperawatan dapat mengurangi rasa nyeri
(inflamasi) teratasi dengan kriteria (kompres)
hasil : 4.fasilitasi intirahat dan
1.kemampuan menuntaskan tidur
aktivitas meningkat (5) 5.kolaborasi pemberian
2.keluhan nyeri menurun analgetik untuk
(5) mengurangi rasa nyeri
3. meringis menurun(5)
4.frekuensi nadi membaik
(5)
5.nafsu makan membaik
(5)

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


DX KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
2. Resiko deficit Setelah dilakukan 1.Monitor TTV
nutrisi tindakan 2x24 jam 2.monitor asupan makanan
berhubungan diharapkan masalah 3.berikan makanan tinggi
dengan ketidak keperawatan dapat kalori dan tinggi protein
mampuan teratasi dengan kriteria 4.anjurkan posisi duduk
mengabsorpsi hasil: 5.anjurkan diet yang di
nutrisi 1.porsi makan yang programkan
membaik (5) 6.kolaborasi dengan ahli
2.nyeri abdomen gizi untuk menentukan
menurun (5) jumlah kalori dan jenis
3.berat badan membaik nutrisi yang dibutuhkan
(5)
4.indeks massa tubuh
(IMT) membaik (5)
5.nafsu makan membaik
(5)

TGL/JAM NO IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


DX

23/03/2022 1. 1.Monitor TTV S : pasien mengatakan masih


nyeri perut bagian ulu hati
Jam 10.15 TD :111/68 mmHg
O : Pasien masih merintih
N : 76x/ menit
kesakitan
RR : 20x/menit
TTV :
S: 35,4˚C
TD : 125/76 mmHg
SPO2 : 98 %
N: 74x/ menit
2.Mengidentifikasi skalan nyeri
RR : 2x/menit
P: Nyeri timbul pada saat perut
S: 35,6˚C
kram
SPO2 : 98 %
Q: Terasa tertusuk-tusuk
P : nyeri timbul saat perut
R: Perut bagian ulu hati
kram
S :7
Q : terasa ditusuk-tusuk
T: ± 2 menit-7 menit
R : Perut bagian ulu hati
3.memberikan tekhnik non
S:4
farmokologi untuk mengurangi
rasa nyeri (kompres) T : 1 menit – 3 menit

4. mengfasilitasi istirahat dan A : masalah keperawatan


tidur sedikit teratasi

6.mengkolaborasi pemberian P: intervensi dilanjutkan


analgetik untuk mengurangi rasa (1,2,6)
nyeri

-terapi yang diberikan :

a. Infus Ns 14 tpm

b. injeksi antrain 1 gr
c. injeksi ondan 4mg

d. injeksi omz 40 mg
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL/JAM NO IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
DX
24/03/2022 1 1.monitor TTV S: Pasien mengatakan
Jam 22.00 TD : 114/86 mmHg nyeri perut berkurang
N : 68x/ menit O: pasien terlihat lebih
RR : 20x/ menit fresh
S :SPO2 : 96% TTV
2.mengidentifikasi skala nyeri TD: 121/80 mmHg
P: Nyeri hilang timbul saat N:83x/menit
perut kram RR:20x/menit
Q: Terasa ditusuk-tusuk S:35,1˚C
R: Perut bagian ulu hati SPO2:96 %
S: 4 Skala nyeri :3
T:± 1 menit-3menit A : Masalah
3.mengkolaborasi pemberian keperawatan sudah
analgetik untuk mengurangi teratasi
rasa nyeri P : intervensi
dihentikan pasien
pulang
Tgl/Jam No Implementasi Evaluasi TTD
DX
21/03/2022 1.monitor TTV S: Pasien mengatakan
Jam 10.15 TD:111/68 mmHg masih tidak nafsu
N: 76x/menit makan dan mual
RR:20x/menit O: Pasien masih
S: 35,4˚C tampak lemah dan
SPO2:98 % letih, makanan tidak
2.Monitor asupan makanan habis 1/4 porsi
(1/2 porsi) TTV
3.memberikan makanan TD :125/76 mmhg
berkaloridan tinggi protein N :74x/ menit
4.menganjurkan posisi duduk RR :20x/menit
Menganjurkan diet yang S :35,6 ˚C
diprogramkan SPO2 : 98 %
5.menganjurkan diet yang A : masalah
diprogramkan keperawatan belum
6.mengkolaborasi dengan ahli teratasi
gizi P : Intervensi
-terapi yang diberikan dilanjutkan (1,2,6)
a.infus Ns 14 tpm
b.infuz Pz + KCL 25 mg/kl
tpm (7)
Tgl/Jam NO Implementasi Evaluasi TTD

DX

24/03/2022 2. 1. Memonitor TTV S: Pasien mengatakan


sudah nafsu makan
Jam 22.00 TD : 119/86 mmhg
O: Pasien sudah
N : 68x/menit
menghabiskan porsi
RR : 20x/menit makanya

SPO2 : 96% TTV :

2.Memonitor asupan makanan TD : 121/80 mmHg


(1/4 porsi )
N : 83x/menit
6.mengkolaborasi dengan ahli gizi
RR : 20x/menit
untuk menentukan jumlah kalori
dengan jenis nutrisi yang S : 35,1˚C
dibutughkan
SPO2 : 96%

A : Masalah keperawatan
sudah teratasi

P: intervensi dihentikan
pasien pulang

Anda mungkin juga menyukai