BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
3. Manfaat Penulisan
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi Typhoid
2. Etiologi Typhoid
3. Tanda dan Gejala Typhoid
4. Klasifikasi Typhoid
5. Komplikasi Typhoid
6. Pemeriksaan Penunjang Typhoid
7. Penatalaksanaan Typhoid
B. PATHWAY
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi dan Rasional
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Praktis
1) Bagi Klien dan Keluarga
Klien dapat menjaga pola makan, menghindari stress, sehingga
meminimalkan kekambuhan. Keluarga juga mampu memberdayakan
masalah kesehatan yang terjadi pada keluarganya.
2) Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan mata kuliah keperawatan
medikal bedah yang berkaitan dengan pemberian asuhan keperawatan
pada klien dengan typhoid.
3) Bagi Profesi Keperawatan
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi Typhoid
Demam Thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
keasadaran. Demam Thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi
(Titik Lestari, 2016).
Deman Thypoid adalah penyakit sistematik yang diebabkan oleh
bakteri ditandai dengan deman insidious yang berlangsung lama, sakit
kepala yang berat, badan lemah, anoreksia, bradikardi relative,
splenomegali, pada penderita kulit putih 25% di antaranya
menunjukkan adanya “rose spot” pada tubuhnya, batuk tidak produktif
pada awal penyakit (Masriadi, 2016).
Demam Thypoid atau Thypoid fever adalah suatu sindrom sistemik
yang terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam Thypoid
merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam
enterik adalah demam paraThypoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi
A, S. Schottmuelleri (semula S. Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii
(semula S. Paratyphi C). Demam Thypoid memperlihatkan gejala lebih
berat dibandingkan demam enterik(Lolon, 2018).
2. Etiologi Typhoid
Penyebab utama Demam Thypoid ini adalah bakteri samonella
typhi. Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif,
bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga
macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat
kompleks lipopo lisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI.
Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerobdan
fakultatifanaerob pada suhu 15-41 derajatcelsius (optimum 37
derajatcelsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya
adalah lingkungan, sistemimun yang rendah, feses, urine,
makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain
sebagainya (Titik Lestari, 2016).
b. Perforasi Usus
Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama didahului
oleh perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian distal
ileum ditandai dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan
gejala peritonitis.
2. Komplikasi eksternal diantaranya adalah :
a) Sepsis
Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik.
b) Hepatitis dan kholesistitis
Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada pemeriksaan
amilase serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk
adanya komplikasi pankreatitis.
c) Pneumonia atau bronkhitis
Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10 %, umumnya
disebabkan karena adanya superinfeksi selain oleh salmonella.
d) Miokarditis toksik
Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan perubahan
segmen ST dan gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi
lemak dan nekrosis.
e) Trombosis dan flebitis
Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan
gejala residual yaitu termasuk tekanan intrakranial meningkat,
trombosis serebrum, ataksia serebelum akut, tuna wicara, tuna
rungu, mielitis tranversal, dan psikosis.
f) Komplikasi lain
Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis,
sindrom nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis,
osteomilitis, dan artritis.
6. Pemeriksaan Penunjang Typhoid
Menurut Lolon (2018), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada klien yang mengalami Demam Thypoid adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan darah tepi
Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia,
trombositopenia.
2) Pemeriksaan sumsum tulang
Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang.
3) Biakan empedu
Terdapat basil salmonella typhosa pada urine dan tinja. Jika
pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak
didapatkan basil salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka
pasien dinyatakan betul- betul sembuh.
4) Pemeriksaan widal
Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih,
sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi
tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer H
dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila
penderita telah lama sembuh.
7. Penatalaksanaan Typhoid
Berdasarkan Titik Lestari (2016), penatalaksanaan pada Demam
Thypoid yaitu:
1) Perawatan
a) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
transfusi bila ada komplikasi perdarahan.
c) Pasien dengan kesadaran yang menurun posis itubuh harus diubah-
ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi
pneumonia, hipostatik dan dekubitus.
d) BAB dan BAK perludiperhatikan, karena kadang-kadang terjadi
obstipasi dan retensi urine.
2) Diet
a) Diet yang sesuai, cukupkalori dan tinggi protein.
b) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari. Di masa lampau Deman Thypoid diberi bubur saring,
kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkatan
kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut dimaksudkan
untuk menghindari komplikasi pendarahan usus atau perforasiusus.
Karena ada pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan. Banyak pasien
tidak menyukai bubur saring karena tidak sesuai dengan selera mereka,
karena mereka hanya makan sedikit, keadaan umum dan gizi pasien
semakin menurun dan masa penyembuhan menjadi lama. Beberapa
peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi
dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat
kasar), dapat diberikan dengan aman pada pasien Demam Thypoid
yang takut makan nasi/bentuk makanan yang diinginkan, terserah
pasien sendiri apakah makan bubur saring atau bubur kasar atau nasi,
dengan lauk pauk rendah selulosa.
3) Obat-obatan
Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian
yang tinggi sebelum adanya obat-obatan antimikroba (10-15%). Sejak
adanya obat antimikroba terutama kloramfenikol angka kematian
menurun secara drastis (1-4%).
a) Kloramfenikol
Adanya resistensi kuman salmonella terhadap kloramfenikol di
berbagai daerah, tapi tetap digunakan sebagai obat pilihan. Dalam
pemberian kloramfenikol tidak terdapat kesamaan dosis. Dosis yang
dianjurkan ialah 50-100 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari. Untuk
neonatus, penggunaan obat ini sebaiknya dihindari dan bila terpaksa,
dosis tidak boleh melebihi 25 mg/kgBB/hari, selama10 hari.
b) Tiamfenikol
Pemberian tiamfenikol, demam turun setelah 5-6 hari. Komplikasi
hematologi pada pengguaan tiamfenikol lebih jarang dilaporkan. Dosis
oral yang dianjurkan 50-100 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari.
c) Kotrimoksasol
Kelebihan kotrimoksasol antara lain dapat digunakan untuk kasus
yang resisten terhadap kloramfenikol, penyerapan di usus cukup baik.
Dosis oral yang dianjurkan adalah 30-40 mg/kgBB/hari
sulfametoksazol dan 6-8 mg/kgBB/hari untuk trimetropim, diberikan
dalam 2 kali pemberian, selama 10-14 hari.
d) Ampisilin dan Amoksilin
Digunakan pada pengobatan Demam Thypoid, terutama pada kasus
resisten terhadap kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah:
(1) Ampisilin 100-200 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari.
(2) Amoksilin 100 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari.
Pengobatan Demam Thypoid yang menggunakan obat kombinasi
tidak memberikan keuntungan yang lebih baik bila diberikan obat
tunggal.
a) Seftriakson
Dosis yang dianjurkan adalah 50-100 mg/kgBB/hari,
tunggal atau dibagi dalam 2 dosis IV.
b) Sefotaksim
Dosis yang dianjurkan adalah 150-200 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3-4 dosis IV.
c) Siprofloksasin
Dosis yang dianjurkam 2x200-400 mg oral pada anak
berumur lebih dari 10 tahun.
d) Kortikosteroid
Diberikan dengan indikasi yang tepat karena dapat
menyebabkan perdarahan usus dan relaps. Tetapi, pada kasus berat
penggunaan kortikosteroid secara bermakna menurunkan angka
kematian.
B. PATHWAY
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data fokus pengkajian pasien anak typhoid adalah sebagai berikut:
1. Identitas klien
Meliputi nama lengkap, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,
umur dan asal suku bangsa.
a. Typhoid tidak hanya terjadi pada pasien dewasa, namun sering
juga ditemukan pada pasien anak, terutama pada usia responden yaitu
usia 5-15 tahun, yang kurang memperhatikan kebersihan diri,
kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air
besar yang kurang baik, kondisi kuku dan jari tangan yang kotor
(Nuruzzaman, 2016).
b. Tempat tinggal dan lingkungan pasien merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit typhoid.
Kebersihan lantai, dan lingkungan sekitar rumah yang tidak terjaga
kebersihannya. Serta cara pengelolan sampah pada sekitar ligkungan
tempat tinggal (Ruztam, 2012).
2. Keluhan Utama
Biasanya anak dibawa oleh orang tuanya dengan alasan masuk
demam tinggi. Pasien typhoid dapat mengalami kenaikan suhu pada
minggu pertama, menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari, sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
sembelit, atau diare, disertai bintik-bintik merah muda didada (Rose
spots).
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Perasaan tidak enak badan, demam tinggi, lesu, nyeri kepala,
pusing, pucat, dan kurang bersemangat, mual, muntah, serta nafsu
makan berkurang (terutama pada masa inkubasi).
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya anak pernah mengalami riwayat penyakit typhoid atau
pernah mengalami riwayat penyakit lainnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien apakah ada yang pernah memiliki riwayat
penyakit typhoid atau penyakit keturunan lainnya.
6. Pola sehari-hari
a. Nutrisi
Pada Pasien thypoid akan mengalami penurunan perubahan
terjadinya berat badan karena mengalami perubahan pola nafsu
makan. Pada pasien thypoid ini akan merasakan gejala yaitu rasa
mual, muntah, anorexia yang akan mengakibatkan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
b. Eliminasi
Pada pasien thypoid ini biasanya terjadi konstipasi karena
tirah baring lama, dan diare dikarenakan bakteri Salmonella typhi
berkembangbiak pada usus halus, dan mengganggu proses
pencernaan manusia, yang menyebabkan terjadinya penurunan
perestaltik usus. Sehingga pasien typhoid diharuskan menjalani
diet yang sesuai rendah serat, cukup kalori dan tinggi protein.
c. Istirahat/tidur
Pada pasien thypoid adalah mengalami kesulitan untuk
tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh pada malam hari
sehingga pasien merasa gelisah pada saat untuk beristirahat
ataupun saatnya untuk tidur.
d. Aktivitas
Pasien mengalami penurunan pada aktivitas, badan pasien
sangat terasa lemas, lesu, kurang bersemangat, karena adanya
peningkatan suhu tubuh yang berkepanjangan. Aktivitas pasien
akan terganggu, pasien harus tirah baring total, agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan pasien harus dibantu oleh
keluarga.
7. Pemeriksaan Fisik
b. Tanda Vital :
1) Suhu Tubuh
2) Kesadaran
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kultur darah (biakan, empedu)
Biakan empedu basil Salmonella typhi dapat ditemukan dalam
darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering
ditemukan dalam urine dan feses.
a) Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
b) Kultur urin : bisa positif pada akhir kedua
c) Kultur feses : bisa positif pada minggu kedua hingga minggu
ketiga.
2) Pemeriksaan Uji Widal
Pemeriksaan yang diperlukan adalah titer zat inti terhadap
antigen O. Apabila titer lebih dari 1/80-1/160 dan seterusnya, maka
hal ini menunjukan bahwa semakin kecil titrasi berarti semakin
berat penyakitnya. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih merupakan
kenaikan yang progesif.
3) Pemeriksaan Darah
Perifer Lengkap Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula
leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukosit dapat terjadi
walaupun tanpa dosertai infeksi sekunder.
4) Pemeriksaan SGOPT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali
normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
dapat memerlukan penanganan khusus.
10. Genogram
Garis keturan klien yang dilihat dari tiga generasi ke atas dari
kluarga klien. Hal ini berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit-
penyakit keturunan dan menular dalam keluarga klien sehingga untuk
lebih spesifik mengetahuinya.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi Salmonella typhi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
N Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasion
O (SDKI) (SLKI) (SIKI) al
1 Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
dengan proses infeksi tindakan ( I.15506)
Salmonella typhi. keperawatan Observasi
(D.0130) selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi penyebab
Definisi : diharapkan suhu hipotermia (mis.
Suhu tubuh meningkat di tubuh pasien dehidrasi, terpapar
atas rentang normal menurun atau lingkungan panas,
tubuh. rentang normal penggunaan inkubator)
Penyebab : dengan kriteria 2. Monitor suhu tubuh
1. Dehidrasi hasil : 3. Monitor kadar
2. Terpapar lingkungan Termoregulasi elektrolit
panas (L.14134) 4. Monitor haluaran urine
3. Proses penyakit (mis. 1. Tidak 5. Monitor komplikasi
Infeksi,kanker) menggigil akibat hipertermia
4. Ketidaksesuaian 2. Kejang Terapeutik
pakaian dengan suhu menurun 1. Sediakan lingkungan
lingkungan. 3. Takikardi yang dingin
5. Peningkatan laju menurun 2. Longgarkan atau
metabolisme. 4. Takipnea lepaskan pakaian
6. Respon trauma. menurun 3. Basahi dan kipas
7. Aktivitas berlebihan. 5. Suhu tubuh permukaan tubuh
8. Penggunaan normal (36,5 – 4. Berikan cairan oral
inkubator. 37,5) 5. Ganti linen setiap hari
Gejala dan Tanda Mayor 6. Suhu kulit atau lebih sering jika
Gejala : membaik mengalami
Tidak tersedia. 7. Tekanan darah hiperhidrosis (keringat
Objektif normal (100- berlebih)
1. Suhu tubuh diatas 120/60-80) 6. Lakukan pendinginan
nilai normal. eksternal (mis. selimut
Gejala dan Tanda Minor hipotermia atau
Subjektif : kompres dingin pada
Tidak tersedia. dahi, leher, dada,
Objektif abdomen, aksila)
1. Kulit merah. 7. Hindari pemberian
2. Kejang. antipiretik atau aspirin
3. Takikardi. 8. Berikan oksigen, jika
4. Takipnea. perlu
5. Kulit terasa hangat. Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, Jika perlu
Regulasi Temperatur
(I.14578)
Observasi
1. Monitor suhu bayi
sampai stabil (36,5
derajat celcius sampai
37,5 derajat celcius)
2. Monitor suhu tubuh
anak tiap dua jam, jika
perlu
3. Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan
dan nadi
4. Monitor warna dan
suhu kulit
5. Monitor dan catat
tanda dan gejala
hipotermia atau
hipertermia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau
suhu kontinu, jika perlu
2. Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat
3. Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
4. Masukkan bayi BBLR
ke dalam plastik segera
setelah lahir (mis.
bahan
polyethytene,polyureth
ane)
5. Gunakan topi bayi
untuk mencegah
kehilangan panas pada
bayi baru lahir
6. Tempatkan bayi baru
lahir di bawah Radiant
warmer
7. Pertahankan
kelembaban indikator
50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan
panas karena proses
evaporasi
8. Atur suhu inkubator
sesuai kebutuhan
9. Hangatkan terlebih
dahulu bahan-bahan
yang akan kontak
dengan bayi (mis.
selimut, kain
bedongan, stetoskop)
10. Hindari meletakkan
bayi di dekat jendela
terbuka atau di area
aliran pendingin
ruangan atau kipas
angin
11. Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan penghangat
ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh,
jika perlu
12. Gunakan kasur
pendingin, water
circulation blankets,
ice pack atau gel pad
dan intravaskular
cooling catheterization
untuk menurunkan
suhu tubuh
13. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
1. Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan heat
stroke
2. Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin
3. Demonstrasikan teknik
perawatan metode
kanguru (PMK) untuk
bayi BBLR
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antipiretik Jika perlu.
Objektif :
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diaforesis
3 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Gangguan
berhubungan dengan tindakan Makanan ( I.03111)
kehilangan nafsu makan keperawatan Observasi
(D.0032) selama 3 x 24 1. Monitor asupan dan
Definisi jam, diharapkan keluarnya makanan dan
Beresiko mengalami nafsu makan cairan serta kebutuhan
asupan nutrisi tidak cukup meningkat dengan kalori
untuk memenuhi kriteria hasil : Terapeutik
kebutuhan metabolisme Nafsu makan 1. Timbang berat badan
Faktor Risiko (L.09080) secara rutin
1. Ketidakmampuan 1. Keinginan 2. Diskusikan perilaku
menelan makanan makan makan dan jumlah
2. Ketidakmampuan meningkat aktivitas fisik
mencerna makanan 2. Asupan (termasuk olahraga)
3. ketidakmampuan makanan yang sesuai
mengabsorpsi nutrien meningkat 3. Lakukan kontrak
4. Peningkatan 3. Energi untuk perilaku (mis. target
kebutuhan makan berat badan, tanggung
metabolisme meningkat jawab perilaku)
5. Faktor ekonomi (mis. 4. Asupan nutrisi 4. Dampingi ke kamar
finansial tidak meningkat mandi untuk
mencukupi) 5. Kemampuan pengamatan perilaku
6. Faktor psikologis merasakan memuntahkan kembali
(mis. stress, dan makanan
keengganan untuk ma menikmati 5. Berikan penguatan
kan) makanan positif terhadap
meningkat keberhasilan target dan
Status Menelan perubahan perilaku
(L.06052) 6. Berikan konsekuensi
1. Mempertahan jika tidak mencapai
kan makanan target sesuai kontrak
di mulut 7. Rencanakan program
meningkat pengolahan untuk
2. Muntah perawatan di rumah
menurun (mis. medis, konseling)
3. Refleks Edukasi
lambung 1. Anjurkan membuat
menurun catatan harian tentang
4. Usaha perasaan dan situasi
menelan pemicu pengeluaran
meningkat makanan (mis.
5. Refleks pengeluaran yang
menelan disengaja, muntah,
meningkat aktivitas berlebih)
Berat badan 2. Ajarkan pengaturan
(L.03018) diet yang tepat
1. Berat badan 3. Ajarkan keterampilan
membaik kopi untuk
2. Indeks masa penyelesaian masalah
tubuh perilaku makan
membaik Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
badan kebutuhan kalori
dan pilihan makanan