Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada tahun ( 1896 Widal ) mendapatkan salah satu metode untuk diagnosis
penyakit demam tifoid. Pada tahun yang sama ( Wright dari Inggris dan
Pfeifer dari Jerman ) mencoba vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era
1970 dan 1980 mulai dicoba vaksin oral yang berisi kuman hidup yang
dilemahkan dan vaksin suntik yang berisi Vi kapsul polisakarida. Pada tahun (
1948 Woodward dkk ) di Malaysia menemukan bahwa kloramfenikol adalah
efektif untuk pengobatan penyakit demam tifoid.

Pada tahun 1829 Pierre Louis ( Perancis ) mengeluarkan istilah typhoid


yang berarti seperti typhus. Baik kata typhoid maupun typhus berasal dari
kata yunani typhos. Terminologi ini dipakai pada penderita yang mengalami
demam disertai kesadaran yang terganggu.

Baru pada tahun ( 1837 William Word Gerhard ) dari Philadelphia dapat
membedakan tifoid dari typhus. pada tahun ( 1880 Eberth ) menemukan
Bacillus typhosus pada sediaan histology yang berasal dari kelenjar limfe
mesentarial dan limpa. Pada tahun ( 1884 Gaffky ) berhasil membiakkan
salmonella tyhpi, dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan
udara.

Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan


rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.
Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,
penderita dalam fase konfalesen, dan kronik karier (Depkes RI, 2009) .

Penyakit thypoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka kejadian


luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2003 menempati
urutan ke 21 dari 22 (4,6%) penyakit yang tercatat. Meskipun hanya

1
menempati urutan ke 21, penyakit thypoid memerlukan perawatan yang
komprehensif, mengingat penularan salmonella thypi ada dua sumber yaitu
pasien dengan demam thypoid dan pasien dengan carier. Pasien carier adalah
orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspresi salmonella
thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun (Depkes, 2008) .

Hasil rekapitulasi kunjungan di Puskesmas Tlogosari wetan menunjukkan


bahwa penyakit ini mengalami peningkatan pada tahun 2008 angka kejadian
penyakit ini berkisar 156 kasus per 100.000 penduduk. Dibandingkan tahun
2006 angka kejadiannya lebih kecil yaitu 127 kasus per 100.000 penduduk.
Adapun untuk kejadian typhoid di Puskesmas Tlogosari Wetan pada anak
usia 3-19 tahun serta membantu mencarikan jalan pemecahannya (Walchi,
2007) .

Lingkungan sehat dan bersih sangat menjamin status kesehatan seseorang ,


namun hal tersebut masih dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak penting.
Sehingga membuat kehidupan menjadi tidak sehat dan banyak menimbulkan
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh bakteri , diantara nya Demam
Typhoid.

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan


oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.

Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting


karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,
kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar
higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H,
2009).
Data WHO tahun 2009, memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam
tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China
pada tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun.

2
Insidens rate demam tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208
per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu
358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk
perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000
penderita. Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan
CFR sebesar 10% (Nainggolan, R, 2011).
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien
rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan
proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus
193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan
jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).

1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan laporan pendahuluan ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan atau perawat tentang penyakit
demam typhoid beserta prinsip asuhan keperawatan klien dengan kasus
typhoid
b. Tujuan khusus
Menjelaskan pengertian typhoid
Menjelaskan etiologi typhoid
Menjelaskan patofisiologi typhoid
Menjelaskan tanda dan gejala typhoid
Menjelaskan komplikasi typhoid
Menjelaskan penatalaksanaan typhoid

3
1.3 Manfaat

A. Manfaat bagi praktek keperawatan

Untuk menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada


pasien dengan kasus typhoid.

B. Manfaat bagi Institut

Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama


pada perawatan pasien typhoid, juga sebagai bahan bacaan dan menambah
wawasan bagi mahasiswa keperawatan yang berkaitan dengan cara
perawatan typhoid.

C. Manfaat bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai kasus typhoid.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Thypi.Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella (Smeltzer & Bare, 2002).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi(Arief Maeyer, 1999 ).

Demam typhoid adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh Salmonella


typhi (WHO).

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W., &
B. Setiyohadi, 2006).

Demam tifoid (Thypoid fever) adalah penyakit menular yang bersifat akut,
yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial
yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di
distal ileum. Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai
demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang - kadang
pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya ( Samsuridjal , 2010 ) .

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi


salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella ( Bruner and Sudart, ) .

5
2.2 Etiologi

Penyebab demam typhoid adalah bakteri Salmonella typhi.Sementara


demam paratyphoid yang gejalanya mirip dengan demam typhoid namun
lebih ringan, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. ( James
Chin, MD, 2006)

Salmonella typhisama dengan salmonella yang lain adalah bakteri Gram-


nagative, mempunyai flegala, tidak berkapul, tidak membentuk spora,
fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flageral antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K)yang terdiri dari polisakarida.
Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi,
S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro,
1997).

2.3 Patofisiologi

Kuman Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan


makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam
lambung.Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid di
ileum terminalis yang mengalami hipertrofi.

Basil diserap di usus halus, melalui pembuluh limfe halus masuk ke


dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfe. Basil
yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe, sehingga
organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan.

Basil masuk kedalam darah dan menyebar keseluruh tubuh terutama


kelenjar limfoid usus halus, sehingga tukak berbentuk lonjong pada
mukosanya, mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus, Gejala demam
disebabkan oleh endotoxin.

6
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Masa inkubasi demam tifoid
berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah
dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam
keadaan asimtomatis (Soegeng soegijanto, 2002).

2.4 Manifestasi klinis

Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama, keluhan dan


gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu
demam,nyeri kepala,pusing,nyeri otot,anoreksia,mual muntah,nyeri perut ,
batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapat peningkatan suhu
badan.

Dalam minggu kedua gejala-gejala terlihat lebih jelas berupa


demam,bradikardi,dan lidah penderita tifoid kotor ditengah, tepi dan ujung
merah dan tremor, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma.

2.5 Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :

1. Komplikasi intestinal

a. Perdarahan usus

b. Perforasi usus

2. Komplikasi ekstraintestinal :

7
a. Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi
perifer(renjatan,sepsis), miokarditis,trombosis, dan
tromboflebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitiktrombositopeniadan


sindrom uremia hemolitik.

c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis.

d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan


kelolitiasis.

e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan


perinefritis.

f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis

g. Komplikasi neuropsikiatri : delirium, meningismus, meningitis,


polineuritis perifer, sindrome Guillain-Barre, psikosis dan
sindrom katatonia.

2.6 Penatalaksanaan dan terapi

Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan kasus


typhoid :

1. Pemberian antibiotik , gunanya yaitu untuk menghentikan dan


memusnahkan penyebaran kumam
2. Istirahat dan perawatan profesional, bertujuan mencegah omplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring minimal 7 atau 14
hari, mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan kekuatan pasien. Dalam
perawatan perlu sekali dijaga hygene personal, kebersihan tempat tidur,
pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien.

8
3. Diet dan terapi penunjang, sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien
mulai dari bubur saring, bubur kasar sampai akhirnya nasi

Adapun terapi yang dapat diberikan pada pasien typhoid antara lain :

1. IVFD : Ringer laktat 20tts/i


2. Injeksi :

a. Ranitidine 1A/12 jam

b. Cefotaxime 500 mg/12 jam

c. Paracetamol 3 x 500 mg/hari

d. Sohobion 2 x 1

9
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 28 tahun
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Alamat : Takengon
Tanggal masuk RS : 24 November 2014
Tanggal Pengkajian : 24 November 2014
Diagnosa Medis : Typhoid

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tony
Hubungan dengan pasien : Ayah

10
Pekerjaan : PNS
Alamat : Takengon

3.2 KELUHAN UTAMA


Os mengeluh demam selama 4 hari, demam naik turun, dan tidak nafsu
makan.

3.3 RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Provocative/Palliative
A. Penyebab nya tidak diketahui
B. Hal yang memperbaiki keadaan pasien dengan membawa ke
rumah sakit
2. Quantity/quality
A. Os merasakan demam
B. Os terlihat meringis
3. Ragion
A. Lokasi : di seluruh tubuh
B. Penyebaran : tidak menyebar
4. Savetity ( menggunakan aktivitas)
Os melakukan aktivitas tanpa bantuan dari keluarga
5. Time (waktu timbul penyakit)
Penyakit dapat timbul kapan saja
6. Riwayat penyakit yang lalu
Pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit Hepatitis A

3.4 RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Os pernah mengalami demam.

11
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
klien memberikan obat sesuai indikasi dokter
C. Pernah dirawat/dioperasi
Os tidak pernah dirawat
D. Alergi
Os tidak ada alergi
E. Imunisasi
Tidak ada

3.5 RIWAYAT KELUARGA (DISERTAI GENOGRAM)


A. Orang tua : Orang tua klien tidak mengalami demam
B. Saudara kandung : Saudara kandung juga tidak mengalami demam
C. Penyakit keturunan yang ada : -
D. Anggota keluarga yang meninggal : Ada
E. Penyebab meninggal : -
F. Genogram
Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarga

Genogram

12
Keterangan :
laki-laki hidup

Laki-laki meninggal

perempuan hidup

laki laki penderita

------- Tinggal Bersama

Penderita

3.6 RIWAYAT / KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Bahasa yang digunakan : Bahasa Gayo
B. Persepsi pasien tentang penyakitnya : os ingin cepat sembuh
C. Konsep diri :
1. Body image : klien menyukai semua anggota tubuhnya

2. Ideal diri : Klien berharap supaya cepat pulang kerumah untuk


beraktivitas seperti biasa
3. Harga Diri : baik.
4. Peran Diri : Klien berperan sebagai anak ke 2 dalam
keluarga
5. Personal Identity : Klien sebagai kepala keluarga
D. Keadaan emosi : klien dapat mengontrol emosinnya
E. Perhatian terhadap orang lain : baik
F. Hubungan dengan keluarga : baik
G. Hubungan dengan orang lain : baik

13
H. Kegemaran : main game
I. Mekanisme pertahanan diri : baik

3.7 PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, kesadaran : Compost Mentis

B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 37 °C Nadi : 96x/menit

TD : 142/92 mmHg RR : 24x/menit

TB : 159 cm BB : 54 Kg

C. Pemeriksaan kepala dan leher


a. Kepala dan rambut
1. Kepala :
Bentuk : simetris

Ubun-ubun : keras tertutup

Kulit kepala : bersih

2. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata,
keadaan rambut baik

Bau : Rambutnya tidak berbau

Warna kulit : Sawo matang

3. Wajah : Oval, tidak ada kelainan


Warna kulit : tidak ada kelainan

b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan
Mata klien lengkap, simetris kiri dan kanan

14
2. Palpebra
Palpebra klien normal/tidak terdapat kelainan

3. Konjuktiva dan sclera


Konjuktiva dan sclera pucat

4. Pupil
Pupil klien normal dapat beradaptasi dengan rangsangan
cahaya

5. Kornea
Kornea dan iris klien normal/tidak terjadi gangguan

c. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septumnasi : simetris
2. Lubang hidung : simetris
3. Cuping hidung : tidak ada cuping
d. Telinga
1. Bentuk telinga : simetris ka.ki
2. Ukuran telinga : sedang
3. Ketajaman pendengaran : klien dapat mendengar dengan baik
e. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : kering
2. Keadaan gusi dan gigi : bersih
3. Keadaan lidah : normal
f. Leher
1. Tiroid : tidak ada pemeriksaan
2. Suara : tidak ada pemeriksaan
3. Denyut nadi karotis : tidak ada pemeriksaan
D. Pemeriksaan integument
1. Kebersihan : Baik,kulit tampak bersih.
2. Warna : warna kulit klien hitam

15
3. Turgor : Turgor kulit baik
4. kelebaban : Kering
E. Pemeriksaan payudara dan ketiak
1. Ukuran dan bentuk payudara : tidak ada pemeriksaan
2. Warna payudara dan areola : tidak ada pemeriksaan
3. Kelainan payudara dan putting : tidak ada pemeriksaan
4. Aksila dan clavikula : tidak ada pemeriksaan

F. Pemeriksaan Thoraks dan Dada


1. Infeksi Thoraks
a. Bentuk thoraks : tidak ada pemeriksaan
b. Pernafasan :
- Frekuensi : tidak ada pemeriksaan
- Irama : tidak ada pemeriksaan
c. Tanda kesulitan bernafas : tidak ada pemeriksaan
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara : tidak ada pemeriksaan
b. Perkusi : tidak ada pemeriksaan
c. Auskultasi
- Suara nafas : tidak ada pemeriksaan
- Suara tambahan : tidak ada pemeriksaan
3. Pemeriksaan Jantung
a. Insfeksi : tidak ada pemeriksaan
b. Palpasi : tidak ada pemeriksaan
- Ictus cordis : tidak ada pemeriksaan
c. Perkusi : tidak ada pemeriksaan
d. Auskultasi : tidak ada pemeriksaan
G. Pemeriksaan Abdomen
1. Infeksi :
a. Bentuk abdomen : tidak ada pemeriksaan

16
b. Benjolan/massa : tidak ada pemeriksaan
c. Bayangan pembuluh darah : tidak ada pemeriksaan
2. Auskultasi
- Peristaltik usus : tidak ada pemeriksaan
3. Palpasi
a. Benjolan / massa : tidak ada pemeriksaan
b. Tanda ascites : tidak ada pemeriksaan
c. Hepar : tidak ada pemeriksaan
d. Lien : tidak ada pemeriksaan
e. Titik mc.burney : tidak ada pemeriksaan
4. Perkusi
a. Suara abdomen : tidak ada pemeriksaan
b. Pemeriksaan ascites : tidak ada pemeriksaan
H. Pemeriksaan kelamin dan Daerah Sekitarnya
1. Genitalia :tidak ada pemeriksaan
2. Anus : tidak ada pemeriksaan
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal / ekstremitas
1. Ekstremitas Atas
a. Kesimetrisan Otot : simetris
b. Edema (derajat) : tidak ada
c. Kekuatan Otot : tidak ada
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada
2. Ekstremitas Bawah
a. Kesimetrisan Otot : simetris
b. Edema : tidak ada pemerisaan
c. Kekuatan Otot : tidak ada pemeriksaan
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada pemeriksaan
e. Varises : tidak ada pemeriksaan
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran :
GCS : 15 E 5 M 5 V 5

17
2. Meningeal sign : tidak ada pemeriksaan
3. Status mental
a. Kondisi emosi dan perasaan : Stabil
b. Orientasi : normal
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan) : normal
Motivasi (kemauan) :Kemauan pasien untuk sembuh sangat besar
d. Bahasa:Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa Gayo

4. Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius / N I / Penciuman (hidung) : normal
b. Nervus Optikus / N II / Penglihatan (mata) : normal
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen / N
VI/Bergeraknya bola mata : normal
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas) : normal
e. Nervus Fasialis/N VII/Wajah/(otot wajah) : normal
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII/Acusticus (pendengaran) :
normal
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X/ Menelan
(tenggorokan) : normal
h. Nervus Asesorius/N XI/Bahu : normal
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah : normal
5. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : sedikit terganggu
b. Romberg Test : tidak ada pemeriksaan
c. Test Jari Hidung : tidak ada pemeriksaan
d. Pronasi Suvinasi Test : tidak ada pemeriksaan
e. Heel to Shin Test : tidak ada pemeriksaan
6. Fungsi Sensorik
a. Identifikasi sentuhan ringan : tidak ada pemeriksaan
b. Test Tajam Tumpul : tidak ada pemeriksaan

18
c. Test Panas Dingin : tidak ada pemeriksaan
d. Test Getaran : tidak ada pemeriksaan
e. Sreognosis Test : tidak ada pemeriksaan
7. Reflek
a. Reflek Bisep : tidak ada pemeriksaan
b. Reflek Trisep : tidak ada pemeriksaan
c. Reflek Brachioradialis : tidak ada pemeriksaan
d. Reflek Patelar : tidak ada pemeriksaan
e. Reflek Tendon Achiles : tidak ada pemeriksaan
f. Reflek Plantar : tidak ada pemeriksaan

3.8 POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Pola tidur
a. Sebelum sakit :
- Waktu tidur : jam 22.00 WIB
- Waktu bangun : jam 05.30 WIB
- Masalah tidur : tidak ada
- Hal – hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
- Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada
b. Selama sakit :
- Waktu tidur : jam 24.00 WIB
- Waktu bangun : jam 05.00 WIB
- Masalah tidur : tidak nyaman
- Hal – hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
- Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada
B. Pola eliminasi
a. Sebelum Sakit :
 BAB
- Pola BAB : 1x sehari
- Karakteristik Fases :

19
o Warna : Kuning kecoklatan
o Konsistensi : Lunak
o Bau : Bau busuk

 BAK
- Pola BAK : 4-5 x sehari
- Karakteristik :
o Warna : Kekuning kuningan
o Bau : Normal
o Berat Jenis : Normal

b. Selama Sakit :
 BAB
- Pola BAB : 1x sehari
- Karakteristik Fases :
o Warna : Kekuning coklat
o Konsistensi : Lunak
o Bau : Bau busuk
 BAK
- Pola BAK : Rutin
- Karakteristik :
o Warna : Kekuning - kuningan
o Bau : Normal
o Berat Jenis : Normal
C. Pola makan dan minum
1. Sebelum Sakit :
a. Pola makan :
- Diet type : makan biasa

20
- Jumlah/porsi : normal
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia :-
- Mual muntah : tidak ada
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : -
- BB biasa : 58 kg
b. Tanda objek
- BB sekarang : 60 kg
- TB : 160 cm
c. Waktu pemberian makanan : sesuai pola diet

d. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak
- Kesulitan menelan : tidak
- Tidak dapat makan sendiri : -
e. Pola minum
- Jumlah/porsi : 6-8 gelas sehari
- Kesulitan menelan : tidak
2. Selama Sakit :
1. Pola makan :
- Diet type : makan biasa
- Jumlah/porsi : 2/3 porsi yang disediakan habis
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia : ada
- Mual muntah: ada
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa : 60 kg
2. Tanda objek

21
- BB sekarang : 55 kg
- TB : 160 cm
1. Waktu pemberian makanan : sesuai pola diet
2. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak
- Kesulitan menelan : tidak
- Tidak dapat makan sendiri : -
3. Pola minum
- Jumlah/porsi : 3-4 gelas sehari
- Kesulitan menelan : tidak

D. Kebersihan diri / personal hygene


a. Sebelum sakit:
1. Pemeliharaan badan : bersih
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : bersih
3. Pemeliharaan kuku : bersih
b. Selama sakit:
4. Pemeliharaan badan : kurang bersih
5. Pemeliharaan gigi dan mulut : kurang bersih
6. Pemeliharaan kuku : kurang bersih
E. Pola kegiatan / aktivitas :
1. Sebelum sakit : aktivitas pasien lancar
2. Selama sakit : aktivitas terganggu karena sakit
F. Kebiasaan ibadah
1. Sebelum sakit : ibadah rutin
2. Selama sakit : ibadah terganggu

3.9 HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK

22
1. Laboratorium
a. Jenis spesimen : urine pagi
b. Kekeruhan : jernih
c. Warna : kuning muda
d. Berat jenis : 1,020
e. Protein : 25 mg/ dl (+)
f. Keton : + 4
g. Eritrosit : 5-10
h. Leukosit : 2-5
i. Epitel : 25-50
j. Anti dengue IgM : -
k. Anti dengue IgG : -
2. EKG : tidak dilakukan
3. Rongent : tidak dilakukan

3.10 THERAPI YANG DIBERIKAN


NO NAMA OBAT DOSIS HARI
1 Ranitidine 1A 12 jam
2 Cefotaxime 500 mg 12 jam
3 Paracetamol 500 mg 3X1

3.11 ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


Ds : os mengeluh Hipertermi Gangguan rasa nyaman
demam
Do : os terlihat
lemah dengan suhu
: 380C

23
RR : 24 x/i
Td : 142/92 mmHg
Pulse : 90x/i
Ds : os mengeluh Dehidrasi Resiko tinggi terhadap
kering didaerah perubahan membran
sekitar bibir mulut mukosa oral
Do : membrane
mukosa mulut os
terlihat kering dan
pecah-pecah
Ds : os mengeluh Masukan makanan yang Perubahan nutrisi kurang
tidak nafsu makan tidak adekuat/kurang dari kebutuhan tubuh
Do : 2/3 porsi diet
MB yang
disediakan habis .

3.12 PRIORITAS MASALAH


1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
2. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan dehidrasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan makanan yang tidak adekuat/kurang

3.13 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


N DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA
INTERVENSI RASIONALISASI
O KEPERAWATAN HASIL
1 Gangguan rasa Pasien dapat menyatakan -beri kompres -dengan
nyaman berhubungan hilangnya rasa hangat memberikan
dengan hipertermi ketidaknyaman dan suhu -periksa tanda- kompres hangat
Ds : os mengeluh tubuh normal kembali. tanda vital setiap demam pasien bisa
demam Dengan criteria evaluasi : 3 jam sekali turun
Do : klien terlihat -kolaborasi -suhu 38 o
C

24
lemah dengan suhu : -menyangkal demam dengan tenaga merupakan proses
380C -melaporkan adanya kesehatan infeksius yang akut
RR : 24 x/i perasaan nyaman lainnya dalam Pola demam dapat
Td : 192/42 mmHg -TTV yang meliputi suhu, memberikan membantu dalam
Pulse : 90x/i RR,pulse,Td dalam obat diagnosis mengigil
batasan yang normal. -anjurkan klien sering mendahului
minum puncak suhu.
sebanyak 2500 -Digunakan untuk
cc/hari mengurangi
demam dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus
meskipun demam
dapat berguna
dalam membatasi
pertumbuhan
organisme.

2 Resiko tinggi Mempertahankan -anjurkan klien -karena alkohol


integritas membrane untuk dapat mengiritasi
terhadap
mukosa dan menghindari mukosa dan
perubahan
mengidentifikasi/melaku produk pencuci mempunyai efek
membran mukosa kan intervensi khusus mulut yang
mengeringkan,
oral berhubungan untuk mengingkat kan mengandung menimbulkan
dengan dehidrasi. kesehatan mukosa oral. alkohol ketidak nyamanan
-berikan cairan -mencegah
Ds : os mengeluh
selama 24 jam kekeringan mulut
kering didaerah
dalam batas berlebihan dari
sekitar bibir mulut yang ditentukan periode lama tanpa
Do : membrane -anjurkan masukan oral
mukosa mulut os hygene gigi -menurunkan

terlihat kering dan yang baik pertumbuhan


setelah makan bakteri potensial
pecah-pecah
dan pada saat penyebab infeksi
tidur.
3 Perubahan nutrisi Pasien dapat - memberikan Untuk meningkatkan
kurang dari kebutuhan mempertahan kebutuhan pemahaman pengetahuan klien

25
tubuh berhubungan nutrisi untuk tubuh kepada keluarga tentang nutrisi
dengan masukan secara adekuat. Dengan pasien tentang sehingga motivasi
makanan yang tidak criteria evaluasi : manfaat makanan untuk makan
adekuat/kurang - nafsu makan meningkat - timbang berat meningkat.
Ds : os mengeluh tidak - klien dapat badan klien setiap
- untuk mengetahui
nafsu makan menghabiskan makanan 3 hari
apakah BB pasien
Do : 2/3 porsi diet MB sesuai dengan porsi yang - berikan klien
menurun atau
yang disediakan habis . sudah disiapkan. makanan dengan
meningkat
porsi kecil dan
sesering mungkin
- untuk menghindari
terjadinya muntah
sehingga porsi
makan yang
disediakan habis

3.14 IMPLEMENTASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
1 Gangguan rasa nyaman berhubungan -memberikan kompres hangat
dengan hipertermi -memeriksa tanda-tanda vital
Ds : os mengeluh demam setiap 3 jam
Do : klien terlihat lemah dengan suhu : 380C -memberikan obat sesuai
RR : 24 x/i indikasi dokter
Td : 142/92 mmHg -melakukan kolaborasi dengan
Pulse : 90x/i tenaga kesehatan lain
-menganjurkan klien minum
sebanyak 2500 cc/hari

2 Resiko tinggi terhadap perubahan membran menganjurkan klien untuk


mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi. menghindari produk pencuci
Ds : os mengeluh kering didaerah sekitar mulut yang mengandung
bibir mulut alkohol dan memberikan

26
Do : membrane mukosa mulut os terlihat penjelasan mengenai efek
kering dan pecah-pecah samping pemakaian pencuci
mulut yang mangandung
alkohol
-memberikan air agar tidak
terjadi kekeringan mukosa
oral
- anjurkan os untuk menjaga
hygene gigi dan mulut pada
saat setelah makan atau mau
tidur
3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan -memantau pemasukan nutrisi
tubuh berhubungan dengan masukan -menimbang berat badan klien
makanan yang tidak adekuat/kurang setiap 3 hari
Ds : os mengeluh tidak nafsu makan -memberikan makanan dengan
Do : 2/3 porsi diet MB yang disediakan porsi kecil sesering mungkin
habis

27
3.12 EVALUASI

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)


DX TANGGAL/HARI/JAM

1 S : pasien mengatakan masih demam dan lemas


O : k/u lemah
Gangguan rasa nyaman berhubungan
24 November 2014 / senin/ 13.00 WIB A : masalah belum teratasi
dengan hipertermi
P : intervensi dilanjutkan

2 S : os mengatakan bibir serta membrane


mukosanya masih kering.
Resiko tinggi terhadap perubahan
O : membrane mukosa klien terlihat kering
membran mukosa oral berhubungan 24 November 2014 / senin/ 13.00 WIB
A : masalah belum teratasi
dengan dehidrasi
P : intervensi dilanjutkan

3 Perubahan nutrisi kurang dari 24 November 2014 / senin/ 13.00 WIB S: klien mengatakan masih belum nafsu makan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan

28
masukan makanan yang tidak
O : porsi yang disediakan 2/3 habis
adekuat/kurang
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
-Memberikan pemahaman kepada keluarga
klien dan klien tentang manfaat makanan
-Timbang berat badan klien
-Berikan makanan dengan porsi kecil sesering
mungkin
I:
I : -Memantau pemasukan nutrisi
-Menimbang berat badan klien
-Memberikan makanan dengan porsi kecil
sesering mungkin

29
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)
DX TANGGAL/HARI/JAM

1 S : pasien mengatakan demamnya sudah mulai


berkurang dan lemasnya sudah mulai hilang
Gangguan rasa nyaman berhubungan
25 November 2014 / selasa / 13.00 WIB O : k/u lemah
dengan hipertermi
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

30
2 S : os mengatakan bibir serta membrane
mukosanya masih kering.
Resiko tinggi terhadap perubahan
O : membrane mukosa klien terlihat kering
membran mukosa oral berhubungan 25 November 2014 / selasa / 13.00 WIB
A : masalah belum teratasi
dengan dehidrasi
P : intervensi dilanjutkan

3 Perubahan nutrisi kurang dari 25 November 2014 / selasa / 13.00 WIB S: klien mengatakan masih belum nafsu makan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan O : porsi yang disediakan 2/3 habis
masukan makanan yang tidak A : masalah teratasi sebagian
adekuat/kurang P : intervensi dilanjutkan
-Memberikan pemahaman kepada keluarga
klien dan klien tentang manfaat makanan
-Timbang berat badan klien
-Berikan makanan dengan porsi kecil sesering
mungkin
I
I : -Memantau pemasukan nutrisi
-Menimbang berat badan klien
-Memberikan makanan dengan porsi kecil

31
sesering mungkin

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)


DX TANGGAL/HARI/JAM

32
1 S : pasien mengatakan tidak lagi demam dan
lemas
Gangguan rasa nyaman berhubungan
26 November 2014 / rabu / 18.00 WIB O : k/u baik
dengan hipertermi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

2 S : os mengatakan bibir serta membrane


mukosanya tidak lagi kering.
Resiko tinggi terhadap perubahan
O : membrane mukosa segar
membran mukosa oral berhubungan 26 November 2014 / rabu / 18.00 WIB
A : masalah teratasi
dengan dehidrasi
P : intervensi dihentikan

3 Perubahan nutrisi kurang dari S: klien mengatakan sudah nafsu makan


kebutuhan tubuh berhubungan dengan O : porsi yang disediakan di habiskan
masukan makanan yang tidak 26 November 2014 / rabu / 18.00 WIB A : masalah sudah teratasi
adekuat/kurang P : intervensi dihentikan

33
34
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Tn.R dengan diagnosa
medis Febris meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi
2. Setelah dilakukan beberapa pengkajian, didapatkan 3 diagnosa
keperawatan :
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
b. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan dehidrasi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan makanan yang tidak adekuat/kurang
3. Berdasarkan implementasi yang didasarkan pada intervensi
keperawatan, maka diperoleh hasil evaluasi, bahwa masalah telah
teratasi.
4.2 Saran
a. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
thypoidharus didasarkan pada 5 metode Asuhan Keperawatan.
b. Dalam melakukan asuhan keperawatan, sebaiknya bersamaaan
dengan komunikasi yang baik pada pasien.

35
36

Anda mungkin juga menyukai