Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“Tifus/Typhoid”

OLEH :

KELOMPOK 4

1. Intan Putri I.L Selan (1807010434)


2. Jeki A. Toudenga (1807010258)
3. Linda Nur Amelia (1807010050)
4. Maria Anne Febiani (1807010034)
5. Maria Yosefina Tobu (1807010064)
6. Noldi Amelia Modok (1807010094)
7. Yohanes P.R Bedan (1807010245)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah yang berjudul
“Tifus / Typhoid” ini dapat terselesaikan. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya memperbaiki bentuk maupaun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 24 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
2.1 Sejarah Penyakit Tifus/Typhoid.................................................................................. 3
2.2 Definisi Tifus/Typhoid ............................................................................................... 3
2.3 Penyebab dan Cara Penularan Penyakit TifusTyphoid ............................................... 4
2.4 Segitiga Epidemiologi Penyakit Tifus/Typhoid .......................................................... 5
2.5 Tanda dan Gejala Penyakit Tifus/Typhoid ................................................................. 7
2.6 Faktor Risiko Penyakit Tifus/Typhoid ........................................................................ 8
2.7 Studi Kasus ................................................................................................................. 9
2.6 Upaya Mengatasi Penyakit Tifus/Typhoid ................................................................. 10
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 14
3.2 Saran ........................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam tifoid (tipes) merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh bakteri salmonella thyposayang diawali pada selaput lendir,
usus, dan jika tidak diobati secara progrsif akan menyerbu jaringan seluruh tubuh.
Penyakit tersebut masih berkembang diberbagai negara terutama terletak di
daerah tropis dan sub tropis, serta baik diperkotaan maupun pedesaan. .Demam
tifoid juga merupakan masalah kesehatan yang sangat penting karena
penularannya sangat berkaitan dengan terkontaminasi makanan dan lingkungan,
higiene perorangan serta sanitasi lingkungan yang masih kurang bersih. Seiring
dengan terjadinya krisisi ekonomi yang berkepanjangan akan menimbulkan
peningkatan kasus-kasus penyakit menular, termasuk tifoid ini.
Demam tifoid (tipes) ini sendiri, akan sangat berbahaya jika tidak segera
ditangani dengan baik dan benar bahkan menyebabkan kematian. Berdasarkan
profil kesehatan indonesia tahun 2009, demam tifoid termasuk dalam urutan ke-3
dari10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit. Menurut data
WHO memperkirakan angka insidensi seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per
tahun, angka kematian akibat demam tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya
terjadi di Asia. Di indonesia sendiri, penyakit ini bersifat endemik dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Di indonesia kasus tifoid
menunjukkan kecendrungan meningkat dari tahun ke tahun. Menurutu WHO
angka penderita demam tifoid di indonesia mencapai 81% p11er 100.000.
Masalah utama yang sering terjadi pada pasien penderita demam tifoid
antaralain adalah demam (pada penderita tifoid demam sering dijumpai biasanya
lebih dari seminggu), pada penderita tifoid juga ditemui masalah mual, muntah,
nyeri abdomen, atau perasaan tidak enak diperut. Komplikasi yang muncul dari

1
demam tifoid ada beberapa yaitu : pendarahan usus, melena, perforasi usus,
peritonis, organ lain yaitu meningitis, kolesitis, ensefalopati, dan pneumonia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sejarah munculnya penyakit Tifus/Typhoid ?
1.2.2 Sebutkan definisi dari penyakit Tifus/Typhoid !
1.2.3 Sebutkan penyebab dari penyakit Tifus/Typhoid ?
1.2.4 Jelaskan segitiga epidemiologi pada penyakit Tifus/Typhoid !
1.2.5 Sebutkan tanda atau gejala dari penyakit Tifus/Typhoid !
1.2.6 Sebutkan faktor resiko dari penyakit Tifus/Typhoid !
1.2.7 Sebutkan contoh kasus dari penyakit Tifus/Typhoid !
1.2.8 Bagaimana upaya dalam mengatasi penyakit Tifus/Typhoid !

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah munculnya penyakit Tifus/Typhoid
1.3.2 Untuk mengetahui definisi dari penyakit Tifus/Typhoid
1.3.3 Untuk mengetahui penyebab dari penyakit Tifus/Typhoid
1.3.4 Untuk mengetahui segitiga epidemiologi pada penyakit Tifus/Typhoid
1.3.5 Untuk mengetahui tanda atau gejala dari penyakit Tifus/Typhoid
1.3.6 Untuk mengetahui faktor resiko dari penyakit Tifus/Typhoid
1.3.7 Untuk mengetahui contoh kasus dari penyakit Tifus/Typhoid
1.3.8 Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi penyakit Tifus/Typhoid

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penyakit Tifus / Typhoid


Penyakit typhoid atau typhoid fever disebabkan oleh kuman
Salmonella yang menyebar melalui makanan atau minuman yang tercemar
tinja penderita “typhoid”. Di masa lalu sebelum ditemukan antibiotika, angka
kematian karena typhoid ini cukup tinggi.
Pada masa itu, di awal abad ke-20, typhoid adalah salah satu
pembunuh paling menakutkan.Dengan tingkat kematian diperkirakan antara
1-3 dari sepuluh penderita. Awal cerita pada tahun 1906, liburan keluarga
Charles Henry Warren di Long Island terganggu karena enam dari sebelas
orang dirumah sewaan yang mereka tinggali mengalami demam tifoid, ia
kemudia meminta George soper untuk menyelidiki kejadian itu. Soper pun
kemudian menyimpulkan pelakunya adalah Seorang wanita bernama Mary
Mallon sang juru masak.
Tercatat dalam sejarah penyebaran typhoid, seorang juru masak muda
yang dikenal dengan julukan Typhoid Mallon.Mallon merupakan orang
pertama di AS yang diidentifikasi sebagai pembawasehat (healthy carier)
kuman tipus.Telah menjangkit 51 orang, tiga diantaranya meninggal dunia,
sepanjang karirnya sebagai tukang masak.

2.2 Definisi Tifus / Typhoid


Typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang
pada aliran darah yang disebabkan oleh bakteri Salmonella parathypi A, B, C
selain ini juga menyebabkan gastroenteritis (radang lambung). Masyarakat
mengenal ini dengan nama tipes atau thypes abdominal karena berhubungan
dengan usus di dalam perut (Widoyono, 2013).

3
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari oranng yang terinfeksi kuman
salmonella (Bruner and Sudart, 1994).
Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus
halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui
makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella
thypii (Hidayat, 2006).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang diawali di
selaput lendir, usus, dan jika tidak di obati secara progersif akan menyerbu
jaringan seluruh tubuh (Tambayong, 2000).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Typhoid
adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan
oleh Salmonella thypii dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran yang ditularkan melalui
makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella
thypii.

2.3 Penyebab dan Cara Penularan Penyakit Tifus / Typhoid


Tifus atau Typhoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi,
bakteri berbentuk basil dan berjenis gram negatif, berflagel (bergerak dengan
bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora.
Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada
penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang
lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat
akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti

4
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk
ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Bakteri Salmonella thyposa masuk melalui saluran pencernaan
kemudian masuk ke lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan
limfoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai
sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ terutama
hati dan limpa serta berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut
membesar.

2.4 Segitiga Epidemiologi Penyakit Tifus/Typhoid


Segitiga epidemiologi pada penyakit demam Tifoid , yaitu :
a. Host
Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman
Salmonellathypi.Terjadinya penularan Salmonella thypi sebagian besar
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh kuman yang
berasal dari penderita atau karier yang biasanya keluar bersama
dengan tinja atau urine. Dapat juga terjadi trasmisitransplasental dari
seorang ibu hamil yang berada dalam bakterimia kepada bayinya. 18
Penelitian yang dilakukan oleh Heru Laksono (2009) dengan desain
casecontrol, mengatakan bahwa kebiasaan jajan di luar mempunyai
resiko terkena penyakit demam tifoid pada anak 3,6 kali lebih besar
dibandingkan dengan kebiasaan tidak jajan diluar dan anak yang
mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan beresiko
terkena penyakit demam tifoid 2,7 lebih besar dibandingkan dengan
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.

5
 Faktor Biologis
Biasanya di lihat dari keasaman lambung, daya tahan usus,
bakteri, pengetahuan kurang tentang faktor penyebaran
penyakit, karier yang semakin hari semakin sibuk tanpa
memperhatikan kesehatannya, ebiasaan makan-makanan yang
pedas-pedas.
 Faktor Fisik
Dapat dilihat dari kurangnya berolahraga atau beraktivitas
setiap hari dan jajan sembarangan tanpa memperhatikan
kualitas makanan atau minuman yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan kebersihan yang tidak terjaga di lingkungan
sekitar.
 Faktor Kimiawi
Misalnya dengan pemberian obat pembasmi serangga untuk
membasmi lalat sebagai vektor pembawa bakteri
Salmonellathypi.
 Faktor Sosial
Biasanya dilihat dari ekonominya yang rendah dan gaya hidup
yang kurang sehat. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk
mencegah tertularnya atau terjangkitnya penyakit tifoid. Hal
yang paling mendasar yang harus diperhatikan adalah
kebersihan lingkungan, makanan, serta minuman. Pastikan
bahwa piring serta alat-alat lainnya yang kita gunakan makan
dan minum bersih dan dicuci dengan sabun. Begitu pula
manusia sebagai penjamu, sudah selayaknya cuci tangan
menggunakan sabun sebelum memasukkan sesuatu kedalam
mulut.

6
b. Agent
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella
thypi.Jumlah kuman yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak
105 – 109 kuman yang tertelan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.Semakin besar jumlah Salmonellathypi yang tertelan,
maka semakin pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid.
c. Environment
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai
secara luas di daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber
air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang
rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran
demam tifoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air
minum dan standarthygiene industri pengolahan makanan yang masih
rendah.

2.5 Tanda dan Gejala Penyakit Tifus/Typhoid


Masa inkubasi demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-
gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat,
dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi
hingga kematian.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan –
lahan terutama pada sore hari hingga malam hari. (Perhimpunan Dokter
Spesial Penyakit dalam Indonesia, 2014)
Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal
(gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas ) yaitu:

7
 Perasaan tidak enak badan
 Nyeri kepala
 Pusing
 Diare
 Anoreksia
 Batuk
 Nyeri otot
 Muncul gejala klinis yang lain

Demam berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama: demam


ritmen, biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari.
Minggu kedua : demam terus. Minggu ketiga : demam mulai turun secara
berangsur-angsur, gangguan pada saluran pencernaan, lidah kotor yaitu
ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai
tremor, hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan, gangguan pada
kesadaran, kesadaran yaitu apatis-samnolen. Gejala lain ”RESEOLA” (bintik-
bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit).( Kapita selekta,
kedokteran, jilid 2)

2.6 Faktor Risiko Penyakit Tifus / Typhoid


Menurut Kepmenkes ( 2006), faktor risiko yang dapat meningkatkan
insiden terjadinya penyakit Tifus Typhoid adalah :
 Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang
tidak terbiasa pada penyaji makanan serta pengasuh anak.
 Higiene makanan dan minuman yang rendah. Faktor ini paling
berperan pada penularan typhoid. Contohnya : makanan yang di cuci
dengan air terkontaminasi (seperti : sayur – sayuran dan buah –
buahan), sayur yang di pupuk dengan tinja manusia, makanan yang
tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat , air minum yang
tidak dimasak, dan sebagainnya.

8
 Sanitasi lingkungan yang kumuh , dimana pengelolaan air limbah,
kotoran dan sampah tidak memenuhi syarat – syarat kesehatan.
 Penyediaan air bersih yang tidak memadai
 Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat
 Pasien atau karier typhoid yang tidak di obati secara sempurna
.
2.7 Studi Kasus
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella thyposa. Di Indonesia, tifoid harus
mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat
endemis dan mengancam kesehatan masyarakat.

Grafik 1. Presentase CFR Demam Tifoid di


Indonesia Tahun 2008-2011
3.5
3.15
3
2.5
2 2.06
%

1.5 1.25
1
0.67
0.5
0
2008 2009 2010 2011
Tahun

(Sumber : Profil Kesehatan 2008-2011)

Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai


pihak, karena penyakit ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan
masyarakat. Permasalahannya semakin kompleks dengan meningkatnya
kasus-kasus karier (carrier) atau relaps dan resistensi terhadap obat-obat yang
dipakai, sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan, pada tahun
9
2008 berdasarkan laporan departemen kesehatan RI menempati urutan kedua
pasen rawat inap dengan jumlah kasus mencapai 81.116 kasus dengan
proporsi CFR 3,15 %. pada tahun 2009 kasus demam tifoid di indonesia
terdapat 80.850 total kasus dengan kasus meninggal mencapai 1.013 kasus
sehingga berdasarkan CFR kasus penyakit demam tifoid mencapai 1,25 %.
Pada tahun 2010 jumlah kasus meninggal mencapai 274 kasus dimana CFR
mencapai 0,67 %. Pada tahun 2011, kasus demam tifoid mencapai 55.098
kasus dengan CFR mencapai 2,06 %.

2.8 Upaya Mengatasi Penyakit Tifus / Typhoid


Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan
perjalanan penyakit yaitu : pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tersier.
a. Primary Prevention
Pencegahan ini merupakan pencegahan terhadap suatu penyakit
tertentu dengan mengontrol atau mengawasi faktor resiko, faktor
penyebab yang dilakukan sebelum penyakit masuk kedalam tubuh
(periode prepatogenesis). Pencegahan primer ini terbagi dua yaitu:
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
 Penyuluhan dan edukasi terkait penyakit demam tifoid
(gejala, penyebab langsung, faktor resiko, bahaya dan
sebagainya).
 Sosialisai melalui media massa (poster, iklan, brosur,
pamflet, dsb.)
2. General and Specific Protection (Perlindungan Umum dan
Khusus)
 Mengajak masyarakat untuk gotong-royong melakukan
sanitasi lingkungan (bersih-bersih pekarangan rumah,
fasilitas umum seperti bak sampah,

10
 Memperhatikan sarana dan sumber air bersih
 Mengajak masyarakat untuk melakukan personal hygiene
(mencuci tangan setelah buang air besar, dan sesudah
maupun sebelum makan)
 Mengadakan pelatihan cara mengolah dan menyajikan
makanan yang baik, sehat, dan bersih kepada para Ibu
rumah tangga
 Mengajak masyarakat untuk selalu memanfaatkan toilet
ketika buang air besar maupun buang air kecil.
 Pasteurisasi susu yang tepat
 Imunisasi/vaksinasi, terutama kepada para tenaga medis,
anggota keluarga penderita, dan turis asing yang
mendatangi daerah endemis
b. Secondary prevention
Pencegahan ini disasarkan kepada orang-orang yang setelah diagnosis,
mereka dianggap menderita maupun yang terancam menderita.
Sehingga, pencegahan ini berguna untuk menghentikan proses
penyakit lebih lanjut, mencegah perluasan penyakit, serta dapat
dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat.
1. Early Diagnosis and Promt Treatment (Diagnosis Dini dan
Pengobatan Segera)
 Screening
 Pengobatan yang cepat dan tepat, seperti pemberian
antibiotika yang tepat
 Pencarian dan pelaporan kasus demam tifoid yang rutin dan
sigap
c. Tertiary preventetion
Pencegahan ini dilakukan terhadap pasien atau penderita penyakit
tertentu sehingga diharapkan dapat mencegah bertambah parahnya
11
penyakit yang diderita dan mencegah terjadinya kecacatan mapun
kematian.
1. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)
 Ahli medis melakukan pengobatan secara intensif
 Perencanaan pengobatan yang spesifik, sperti pada
orang dewasa menggunakan ciprofloxacin dan untuk
anak-anak ada TMP-SMX yang masih efektif untuk
penderita akut
2. Rehabilitation (Rehabilitasi)
 Penderita disarankan untuk menjaga personal hygiene,
sanitasi lingkungan dan makanan, sarana air bersih, dan
sebagainya.
 Manajemen stress, karena kemungkinan penyakit yang
diderita membuat penderita merasa tidak produktif dan
merasa bosan, sehingga pasien bisa produktif kembali

Sedangkan program pencegahan penyakit yang dapat dilakukan


dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain salmonella thypi
yang dilemahkan. Di indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoir, yaitu :

a. Vaksin oral vivotif berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang
diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan.
Vaksin ini kontraindiksi pada wanita hamil, ibu menyusui, demam,
mengkonsumsi antibiotik, lama proteksi 5 tahun.
b. Vaksin parenteral sel utuh : typa bio frama. Dikenal dua jenis vaksin
yakni K vaccine ( Acetone in activated) dan L vaccine (heat in
activated phenol preserved). Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6-12
tahun 0,25 ml dan anak 1-5 tahun 0,1 ml dosis yang diberikan dengan
interval 4 minggu. Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu,

12
bengkak dan nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi demam,
hamil dan riwayat demam pada pemberian pertama.
c. Vaksin polisakarida thypim Vi aventis pasteur merrieux. Vaksin
diberikan secara intramuscular dan booster setiap 3 tahun.
Kontraindikasi pada hipersensitif, hamil, menyusui sedang demam dan
anak umur 2 tahun. Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi
daerah endemik, orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid
dan petugas mikrobiologi kesehatan.

13
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu
Typhoid merupakan penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang
pada aliran darah yang disebabkan oleh bakteri Salmonella parathypi A, B, C
selain ini juga menyebabkan gastroenteritis (radang lambung). Gejala- gejala
yang ditimbulkan bervariasi misalnya demam ,diare, anoreksia, dan lain –
lain. Faktor risiko terjadinya penyakit tifus / typhoid ini meliputi sanitasi yang
buruk, jarang cuci tangan sebelum makan, dan mengkonsumsi makanan yang
telah terkontaminasi. Untuk mengatasi penyakit ini dapat dilakukan dengan
beberapa upaya yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tersier.
.
3. 2 Saran
Mengadakan penyuluhan cara hidup sehat dan pencegahan penyakit
demam tifoid kepada masyarakat, terutama masyarakat dengan pendidikan
yang kurang. Sebaiknya semua penderita tifoid dibawa ke Rumah Sakit untuk
mendapat perawatan yang sempurna. Sebaiknya penderita tifoid mendapat
pengobatan sesuai dengan dosis dan ketentuan pengobatan, untuk mencegah
terjadinya komplikasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/tifus (diakses pada tanggal 22 September 2019, 18.00 WITA)

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/fakta-makanan-minuman-saat-tifus-tipes/
(diakses tanggal 22 September 2019, 18.01 WITA)

https://www.halodoc.com/kesehatan/tifus (diakses pada tanggal 22 September 2019, 18.00


WITA)

https://www.liputan6.com/health/read/3855200/ciri-ciri-gejala-tipes-dan-bedanya-dengan-
tifoid-tipes-serta-tifus (diakses pada tanggal 22 September 2019, 18.16 WITA)

https://www.academia.edu/37316158/Makalah_Pelaporan_Survelain_Penyakit_Tipes
(diakses tanggal 23 September 2019, 18.00 WITA)

https://www.slideshare.net/Dwiaprilianto1993/new-microsoft-office-word-document-
39886447 (diakses tanggal 23 September 2019, 18.00 WITA)

http://www.mag.co.id/demam-tifoid-typhoid-fever/ (diakses tanggal 23 September 2019,


20.00 WITA)

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/01/30/101500423/kenali.gejala.tifus.dan.risiko.ko
mplikasinya?page=all (diakses tanggal 23 September 2019, 19.47 WITA)

https://www.kompasiana.com/gustaafkusno/550b79ac8133114e20b1e15e/typhus-atau-
typhoid# (diakses pada tanggal 24 September 2019, 18.15 WITA)

http://dominique122.blogspot.com/2015/04/pengertian-penyebab-dan-patofisiologi.html
(diakses tanggal 24 September 2019, 18.00 WITA)

15

Anda mungkin juga menyukai