MAKALAH KASUS 4
TUTORIAL B3
Tutor : drg. Nunuk Nugrohowati, MS
Disusun oleh:
1. Khalisah Fadhilah 1410211111
2. Azmeirina N. Supandji 1410211076
3. Yosephine Dumaria B. 1410211107
4. Unggul Guligah 1410211069
5. Ika Nur Utami 1410211124
6. Nyndi Selviani Putri 1410211119
7. Sani Rizky Fernandi 1410211019
8. Rizkia Ima Ardanti 1410211101
9. Dhisma Pandansari 1410211104
10. Shahnaz Medina 1410211023
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN” JAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah rangkuman hasil belajar di
tutorial.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari
diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus di tutorial,serta syarat untuk
mengikuti ujian.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat lebih baik lagi untuk kedepannya.
Terima kasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA
AncamanBahaya Pemicu
Kerentanan
Kerentanan (vulnerability)
Sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan
bencana.
Faktor Kerentanan
• Fisik:
– Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap ancaman
bencana
• Sosial:
– Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat)
terhadap ancaman bencana
• Ekonomi:
– Kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi ancaman di wilayahnya
• Lingkungan:
– Tingkat ketersediaan / kelangkaan sumberdaya (lahan, air, udara) serta
kerusakan lingkungan yan terjadi.
Jenis Bencana
• Geologi
– Gempabumi, tsunami, longsor, gerakan tanah
• Hidro-meteorologi
– Banjir, topan, banjir bandang,kekeringan
• Biologi
– Epidemi, penyakit tanaman, hewan
• Teknologi
– Kecelakaan transportasi, industri
• Lingkungan
– Kebakaran,kebakaran hutan, penggundulan hutan.
• Sosial
– Konflik, terrorisme
WILAYAH RAWAN BENCANA GEMPABUMI
PRA BENCANA
Menurut PP Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana, pada Pasal 4 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, manajemen Pra
Bencana meliputi :
A. Dalam Situasi Tidak Terjadi Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana; meliputi:
1. Perencanaan penanggulangan bencana; yang terdiri atas :
Pengenalan dan pengkajianancaman bencana;
Pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
Analisis kemungkinan dampakbencana;
Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
Penentuan mekanisme kesiapan danpenanggulangan dampak bencana;
Alokasi tugas, kewenangan, dan sumberdaya yang tersedia.
2. Pengurangan risiko bencana; yang terdiri atas :
Pengenalan dan pemantauan risikobencana;
Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
Pengembangan budaya sadar bencana;
Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;
Penerapan upayafisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana
3. Pencegahan; yang terdiri atas :
Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana;
Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alamyang
secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya
bencana;
Pemantauanpenggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau
berangsur berpotensi menjadi sumber ancamanatau bahaya bencana;
Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup;
Penguatan ketahanansosial masyarakat
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan dengan cara
mencantumkanunsur-unsur rencanapenanggulangan bencana ke dalam rencana
pembangunan pusat dan daerah, dilakukan secaraberkala dikoordinasikanoleh
suatu Badan.
5. Analisis resiko bencana
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi
resiko bencanayang mencakuppemberlakuan peraturan tentang penataan
ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksiterhadap pelanggar.
7. Pendidikan dan pelatihan; dan
8. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
b. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana, meliputi kesiapsiagaan, peringatan
dini, danmitigasi bencana
B. Dalam Situasi Terdapat Potensi Terjadinya Bencana
– Potensi Bahaya Utama (Main Hazard)
a. Gempa bumi
b. Tanah longsor
c. Letusan Gunung Api
d. Tsunami
e. Banjir
f. dll
– Potensi Bahaya Ikutan (Collateral Hazard)
Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator misalnya, persentase bangunan
yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan kepadatan industri berbahaya.
Potensi yang tinggi terutama didaerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase
bangunan kayu (terutama didaerah pemukiman kumuh perkotaan) dan jumlah industri
berbahaya.
Manajemen berarti pengelolaan dan POSKO berarti suatu tempat sebagai pusat
kegiatan yang dilaksanakan bisa bersifat tetap atau sementara. Bila pengertian
tersebut digunakan, maka pengertian
Manajemen POSKO adalah pengelolaan suatu tempat sebagai pusat kegiatan yang
sedang berlangsung.
Macam dan Sifat POSKO
a. Pos Komando (POSKO) Kesiapsiagaan.
Adalah salah satu jenis POSKO yang diaktifkan guna mengantisipasi
kejadian bencana yang menurut perhitungan diperkirakan akan terjadi.
POSKO kesiapsiagaan bisa dibentuk di tingkat Desa/kelurahan, Kecamatan,
bahkan ditingkat kabupaten atau propinsi. Di masing-masing tingkat, fungsi
POSKO kesiapsiagaan berbeda-beda sesuai dengan fungsi POSKO tersebut
terhadap kepentingannya yang dikaitkan dengan bencana yang akan terjadi.
Contoh POSKO kesiapsiagaan tingkat Desa/kelurahan, lebih berfungsi
sebagai POSKO yang berperan aktif dalam persiapan kemungkinan adanya
bencana yang akan menimpa wilayah tersebut, sehingga segala kegiatan yang
ada selalu terkait langsung dengan kemungkinan bahaya yang akan menimpa
wilayah tersebut.Berbeda dengan Posko kesiapsiagaan di tingkat
Desa/kelurahan, POSKO kesiapsiagaan yang berada di tingkat Kecamatan
atau Kabupaten lebih berfungsi sebagai pusat informasi,koordinasi dan
kemungkinan bantuan bila diperlukan, sedangkan POSKO kesiapsiagaan di
tingkat Propinsi berfungsi sebagai pusat informasi dan koordinasi. Posko
kesiapsiagaan diaktifkan pada siklus kesiapsiagaan.
b. POSKO Kesiapsiagaan di tingkat Desa/Kelurahan
Seperti diuraikan diatas, fungsi POSKO di tingkat Desa/Kelurahan
mempunyai nilai dan fungsi strategis di garis paling depan yang akan
menghadapi langsung bahaya akibat bencana yang diperkirakan akan terjadi,
sehingga POSKO di tingkat ini harus memiliki fungsi dan peran utama terkait
dengan keselamatan masyarakat di wilayah tersebut.
Pemilihan Lokasi Sebagai POSKO Kesiapsiagaan
Untuk menentukan tempat atau lokasi POSKO harus memiliki persyaratan dasar tertentu,
antara lain :
a. Pilih lokasi yang paling aman dari kemungkinan bahaya bencana yang
diperkirakan akan terjadi.
b. Lokasi yang mudah di jangkau oleh kendaraan, baik sepeda motor atau mobil.
c. Pilih lokasi yang mudah dikenali, misal Balai Desa.
d. Lokasi masih berada di wilayah desa yang bersangkutan.
Fasilitas Standard POSKO kesiapsiagaan
o Fasilitas Umum
Ada fasilitas ruang yang cukup luas untuk tempat koordinasi dan rapat
Ada aliran listrik sebagai penerangan dan tenaga penggerak alat
komunikasi
Ada fasilitas kamar mandi dan WC
Bila perlu, ada fasilitas dapur untuk menyiapkan logistik petugaS
Tersedia ruang untuk menyimpan dengan aman perlengkapan, data dan
arsip secara aman apabila POSKO ditutup
o Fasilitas Sumber Daya Manusia
Petugas POSKO
Struktur organisasi dan penjadwalan petugas POSKO
Penanggung jawab POSKO
o Fasilitas Administrasi
Buku tamu
Buku jurnal kegiatan
Buku catatan komunikasi
Catatan – catatan lain
o Fasilitas Publikasi, Data dan Operasi
Peta wilayah rawan bencana daerah yang bersangkutan
Peta situasi
Peta topografi atau peta rupa bumi sesuai wilayah kerja
Papan papan pengumuman
Papan tulis
Daftar instansi, lembaga, dinas dan organisasi terkait beserta alamat,
nomor telepon, frekuensi kerja (bila memiliki fasilitas radio komunikasi)
Data – data yang diperlukan
o Fasilitas Komunikasi
Ada perangkat komunikasi yang berupa radio komunikasi beserta
kelengkapannya, telepon, radio biasa yang bisa digunakan sebagai sumber
informasi tambahan
Alat komunikasi alternatif yang bisa digunakan sebagai alat peringatan
dini dan tanda bahaya lokal, misalnya kentongan
o Fasilitas Transport
Perlu adanya kendaraan siaga yang sewaktu – waktu dapat digunakan
untuk berbagai kegiatan POSKO
Atur dan kelola fasilitas transport yang tersedia di wilayah tersebut untuk
disiagakan
o Fasilitas Logistik
Fasilitas logistik sangat penting, karena logistik adalah faktor pendukung
utama dalam kegiatan, sehingga pengadan logistik tidak bisa diabaikan
o Fasilitas Pendukung
Peralatan navigasi
Peralatan pertolongan pertama (P3K)
Peralatan penerangan jinjing (senter) dan kelengkapannya
o Fasilitas Lain – lainadalah fasilitas tambahan yang disesuaikan dengan
kebutuhan, perkembangan dan kemampuan pada suau kegiatan.
c. POSKO Operasi
Adalah perkembangan dan pengalihan fungsi dan status dari POSKO
kesiapsiagaan, sehingga POSKO operasi sebetulnya merupakan alih fungsi
dari POSKO kesiapsiagaan, bukan mendirikan POSKO baru sehingga terdapat
dua POSKO. POSKO operasi diaktifkan pada saat kejadian bencana dan
wilayah bersangkutan dilanda bahaya dari bencana yang terjadi.
POSKO operasi diaktifkan apabila musibah yang diperkirakan betul-
betul terjadi dan menimpa wilayah bersangkutan.Fungsi POSKO juga beralih
dari POSKO kesiapsiagaan yang bersifat koordinasi dan kesiapsiagaan
menjadi POSKO operasi yang bersifat aktif.
Fasilitas POSKO Operasi
Fasilitas POSKO operasi hampir sama dengan POSKO kesiapsiagaan.
Yang membedakan selain fungsi POSKO yang beralih juga fasilitas
sumber daya manusia akan meningkat disini, sehingga otomatis
dukungan logistikpun akan mengalami peningkatan. Selain itu,
diperlukan juga penyiapan peralatan pertolongan, PPPK, peralatan
navigasi, dll.
Bila POSKO operasi diaktifkan, maka lakukan pengelolaan sesuai
dengan status POSKO, sehingga fungsi utama POSKO adalah sebagai
POSKO operasi, yaitu antara lainsebagai pusat kordinasi, informasi
dan pengendalian operasi penyelamatan di lapangan.
Fungsi Petugas Dalam POSKO KESIAPSIAGAAN
Koordinator POSKO
o Bertugas mengendalikan, membuat jadwal piket rutin 24 jam yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan sumberdaya manusia yang
tersedia.
o Berkoordinasi dengan unsure Pemerintahan Desa setempat.
o Membuat laporan berkala, bias harian atau mingguan kepada
Pemerintah Desa.
o Mempersiapkan kelengkapan POSKO, termasuk logistic petugas
POSKO bila dianggap perlu.
Petugas Piket
o Petugas piket terdiri dari unsure masyarakat setempat yang
ditugaskan secara bergilir untuk pemantauan perkembangan
bencana yang diperkirakan akan terjadi.
o Piket POSKO dilaksanakan secara bergilir selama 24 jam dalam 1
hari, sehingga selama 24 jam tersebut POSKO selalu dijaga oleh
petugas yang ditentukan, terutama pada malam hari.
o Petugas piket menyusun dan melaporkan kegiatan piket dan
situasi selama giliran piketnya kepada koordinator POSKO.
Stres emosional besar yang akan menyebabkan traumatik akibat trauma peperangan,
bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, dan kecelakaan yang serius.
Epidemiologi
• 1-3% populasi umum
• Meningkat pada dewasa muda pria/wanita
Etiologi
• Stresor
Stresor adalah faktor penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres
pascatrauma.
Faktor kerentanan timbulnya stresor :
• Trauma masa anak-anak
• Gangguan kepribadian
• Sistem pendukung yang tidak adekuat
• Genetik penyakit psikiatri
• Perubahan hidup yang baru
• Pengguna alkohol
• Faktor psikodinamika
• Faktor biologis
Gambaran klinis
• Pola menghindar (menutup diri)
• Kekakuan emosional
• Kesadaran yang berlebihan
• Agresi, kekrasan, depresi, gangguan berhubungan zat, pengendalian impuls yang
buruk
Perjalanan penyakit
• Berkembang pada suatu waktu setela trauma, dgn keterlambatan minimal 1minggu
• Gejala berfluktuasi dengan berjalannya waktu dan paling kuat selama periode stres
• Efek trauma dieksaserbasi oleh kecacatan fisik yang karakteristik untuk kehidupan
lanjut yang mempengaruhi kecacatan psikiatri
Terapi
• Farmakoterapi
– SSRI (serotonin-spesific reuptake inhibitor)
– MAOI ( monoamine oxidase inhibitor)
– Antikonvulsan : carbamazepine, valproate
• Psikoterapi
– Dukungan sosial
– Terapi prilaku
– Terapi kognitif
– Hipnosis
DAFTAR PUSTAKA