Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN BENCANA BIDANG KESEHATAN

MAKALAH KASUS 4
TUTORIAL B3
Tutor : drg. Nunuk Nugrohowati, MS

Disusun oleh:
1. Khalisah Fadhilah 1410211111
2. Azmeirina N. Supandji 1410211076
3. Yosephine Dumaria B. 1410211107
4. Unggul Guligah 1410211069
5. Ika Nur Utami 1410211124
6. Nyndi Selviani Putri 1410211119
7. Sani Rizky Fernandi 1410211019
8. Rizkia Ima Ardanti 1410211101
9. Dhisma Pandansari 1410211104
10. Shahnaz Medina 1410211023

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN” JAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah rangkuman hasil belajar di
tutorial.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari
diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus di tutorial,serta syarat untuk
mengikuti ujian.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat lebih baik lagi untuk kedepannya.

Terima kasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 12 Desember 2017

Penyusun
MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

Definisi Bencana (1)


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007)

Definisi Bencana (2)


Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga
menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau
lingkungan danyang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi
dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.(ISDR, 2004)

Jenis Bencana (UU 24/2007)


Terdiri dari 3 yaitu
 Alam
 Non Alam
 Sosial
Bencana Alam : Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
Bencana non-Alam :Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana Sosial :Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Terjadinya Bencana

AncamanBahaya Pemicu

Risiko Bencana BENCANA

Kerentanan
Kerentanan (vulnerability)
Sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan
bencana.
Faktor Kerentanan
• Fisik:
– Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap ancaman
bencana
• Sosial:
– Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat)
terhadap ancaman bencana
• Ekonomi:
– Kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi ancaman di wilayahnya
• Lingkungan:
– Tingkat ketersediaan / kelangkaan sumberdaya (lahan, air, udara) serta
kerusakan lingkungan yan terjadi.
Jenis Bencana
• Geologi
– Gempabumi, tsunami, longsor, gerakan tanah
• Hidro-meteorologi
– Banjir, topan, banjir bandang,kekeringan
• Biologi
– Epidemi, penyakit tanaman, hewan
• Teknologi
– Kecelakaan transportasi, industri
• Lingkungan
– Kebakaran,kebakaran hutan, penggundulan hutan.
• Sosial
– Konflik, terrorisme
WILAYAH RAWAN BENCANA GEMPABUMI

SEBARAN GUNUNGAPI DI INDONESIA

PETA PERKIRAAN DAERAH RAWAN BANJIR


MANAJEMEN BENCANA

Penanggulangan Bencana(Disaster Management)


Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi (UU 24/2007).
Pra Bencana Tanggap Darurat Pasca Bencana

Kegiatan-kegiatan Manajemen Bencana


A. Pencegahan (prevention)
B. Mitigasi (mitigation)
C. Kesiapan (preparedness)
D. Peringatan Dini (early warning)
E. Tanggap Darurat (response)
F. Bantuan Darurat (relief)
G. Pemulihan (recovery)
H. Rehablitasi (rehabilitation)
I. Rekonstruksi (reconstruction)

PRA BENCANA
Menurut PP Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana, pada Pasal 4 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, manajemen Pra
Bencana meliputi :
A. Dalam Situasi Tidak Terjadi Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana; meliputi:
1. Perencanaan penanggulangan bencana; yang terdiri atas :
 Pengenalan dan pengkajianancaman bencana;
 Pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
 Analisis kemungkinan dampakbencana;
 Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
 Penentuan mekanisme kesiapan danpenanggulangan dampak bencana;
 Alokasi tugas, kewenangan, dan sumberdaya yang tersedia.
2. Pengurangan risiko bencana; yang terdiri atas :
 Pengenalan dan pemantauan risikobencana;
 Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
 Pengembangan budaya sadar bencana;
 Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;
 Penerapan upayafisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana
3. Pencegahan; yang terdiri atas :
 Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana;
 Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alamyang
secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya
bencana;
 Pemantauanpenggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau
berangsur berpotensi menjadi sumber ancamanatau bahaya bencana;
 Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup;
 Penguatan ketahanansosial masyarakat
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan dengan cara
mencantumkanunsur-unsur rencanapenanggulangan bencana ke dalam rencana
pembangunan pusat dan daerah, dilakukan secaraberkala dikoordinasikanoleh
suatu Badan.
5. Analisis resiko bencana
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi
resiko bencanayang mencakuppemberlakuan peraturan tentang penataan
ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksiterhadap pelanggar.
7. Pendidikan dan pelatihan; dan
8. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
b. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana, meliputi kesiapsiagaan, peringatan
dini, danmitigasi bencana
B. Dalam Situasi Terdapat Potensi Terjadinya Bencana
– Potensi Bahaya Utama (Main Hazard)
a. Gempa bumi
b. Tanah longsor
c. Letusan Gunung Api
d. Tsunami
e. Banjir
f. dll
– Potensi Bahaya Ikutan (Collateral Hazard)
Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator misalnya, persentase bangunan
yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan kepadatan industri berbahaya.
Potensi yang tinggi terutama didaerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase
bangunan kayu (terutama didaerah pemukiman kumuh perkotaan) dan jumlah industri
berbahaya.

1. Situasi Terdapat Potensi


Terjadi Bencana
A. Kesiapsiagaan
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Pelaksanaan dilakukan oleh instansi/lembaga yang berwenang dan
dikoordinasikan oleh BNPB/BPBD
• Tahapan kegiatan kesiapsiagaan :
- Penyusunan & uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana
- Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
- penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar
- pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat
- penyiapan lokasi evakuasi
- penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana
- penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan
pemulihan prasarana dan sarana.
• Kesiapsiagaan merupakan tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah dan
dilaksanakan bersama-sama masyarakat dan lembaga usaha. Rencana
penanggulangan kedaruratan bencana disusun secara terkoordinasi oleh BNPB
dan/atau BPBD serta pemerintah daerah. Rencana penanggulangan kedaruratan
bencana dapat dilengkapi dengan penyusunan rencana kontinjensi.
B. Peringatan Dini
Adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang. Tujuannya untuk mengambil tindakan cepat dan tepat
dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan
tanggap darurat.
• Tahapan peringatan dini :
a. mengamati gejala bencana;
b. menganalisa data hasil pengamatan;
c. mengambil keputusan berdasarkan hasil analisa;
d. menyebarluaskan hasil keputusan; dan
e. mengambil tindakan oleh masyarakat.
• Pengamatan gejala bencana sebagaimana dilakukan oleh instansi/lembaga yang
berwenang sesuai dengan jenis ancaman bencananya, dan masyarakat untuk
memperoleh data mengenai gejala bencana yang kemungkinan akan terjadi,
dengan memperhatikan kearifan lokal.
C. Mitigasi
Adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana
Tujuannya untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana
terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.
• Tahapan mitigasi :
a. perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang yang berdasarkan pada
analisis risiko bencana;
b. pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan tata bangunan;
c. penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, baik secara
konvensional maupun modern.
• Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, wajib menerapkan
aturan standar teknis pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan yang ditetapkan oleh
instansi/lembaga berwenang.
Gambar: Mekanisme Penanggulangan Bencana
POS KOMANDO

 Manajemen berarti pengelolaan dan POSKO berarti suatu tempat sebagai pusat
kegiatan yang dilaksanakan bisa bersifat tetap atau sementara. Bila pengertian
tersebut digunakan, maka pengertian
 Manajemen POSKO adalah pengelolaan suatu tempat sebagai pusat kegiatan yang
sedang berlangsung.
 Macam dan Sifat POSKO
a. Pos Komando (POSKO) Kesiapsiagaan.
Adalah salah satu jenis POSKO yang diaktifkan guna mengantisipasi
kejadian bencana yang menurut perhitungan diperkirakan akan terjadi.
POSKO kesiapsiagaan bisa dibentuk di tingkat Desa/kelurahan, Kecamatan,
bahkan ditingkat kabupaten atau propinsi. Di masing-masing tingkat, fungsi
POSKO kesiapsiagaan berbeda-beda sesuai dengan fungsi POSKO tersebut
terhadap kepentingannya yang dikaitkan dengan bencana yang akan terjadi.
Contoh POSKO kesiapsiagaan tingkat Desa/kelurahan, lebih berfungsi
sebagai POSKO yang berperan aktif dalam persiapan kemungkinan adanya
bencana yang akan menimpa wilayah tersebut, sehingga segala kegiatan yang
ada selalu terkait langsung dengan kemungkinan bahaya yang akan menimpa
wilayah tersebut.Berbeda dengan Posko kesiapsiagaan di tingkat
Desa/kelurahan, POSKO kesiapsiagaan yang berada di tingkat Kecamatan
atau Kabupaten lebih berfungsi sebagai pusat informasi,koordinasi dan
kemungkinan bantuan bila diperlukan, sedangkan POSKO kesiapsiagaan di
tingkat Propinsi berfungsi sebagai pusat informasi dan koordinasi. Posko
kesiapsiagaan diaktifkan pada siklus kesiapsiagaan.
b. POSKO Kesiapsiagaan di tingkat Desa/Kelurahan
Seperti diuraikan diatas, fungsi POSKO di tingkat Desa/Kelurahan
mempunyai nilai dan fungsi strategis di garis paling depan yang akan
menghadapi langsung bahaya akibat bencana yang diperkirakan akan terjadi,
sehingga POSKO di tingkat ini harus memiliki fungsi dan peran utama terkait
dengan keselamatan masyarakat di wilayah tersebut.
Pemilihan Lokasi Sebagai POSKO Kesiapsiagaan
Untuk menentukan tempat atau lokasi POSKO harus memiliki persyaratan dasar tertentu,
antara lain :
a. Pilih lokasi yang paling aman dari kemungkinan bahaya bencana yang
diperkirakan akan terjadi.
b. Lokasi yang mudah di jangkau oleh kendaraan, baik sepeda motor atau mobil.
c. Pilih lokasi yang mudah dikenali, misal Balai Desa.
d. Lokasi masih berada di wilayah desa yang bersangkutan.
 Fasilitas Standard POSKO kesiapsiagaan
o Fasilitas Umum
 Ada fasilitas ruang yang cukup luas untuk tempat koordinasi dan rapat
 Ada aliran listrik sebagai penerangan dan tenaga penggerak alat
komunikasi
 Ada fasilitas kamar mandi dan WC
 Bila perlu, ada fasilitas dapur untuk menyiapkan logistik petugaS
 Tersedia ruang untuk menyimpan dengan aman perlengkapan, data dan
arsip secara aman apabila POSKO ditutup
o Fasilitas Sumber Daya Manusia
 Petugas POSKO
 Struktur organisasi dan penjadwalan petugas POSKO
 Penanggung jawab POSKO
o Fasilitas Administrasi
 Buku tamu
 Buku jurnal kegiatan
 Buku catatan komunikasi
 Catatan – catatan lain
o Fasilitas Publikasi, Data dan Operasi
 Peta wilayah rawan bencana daerah yang bersangkutan
 Peta situasi
 Peta topografi atau peta rupa bumi sesuai wilayah kerja
 Papan papan pengumuman
 Papan tulis
 Daftar instansi, lembaga, dinas dan organisasi terkait beserta alamat,
nomor telepon, frekuensi kerja (bila memiliki fasilitas radio komunikasi)
 Data – data yang diperlukan
o Fasilitas Komunikasi
 Ada perangkat komunikasi yang berupa radio komunikasi beserta
kelengkapannya, telepon, radio biasa yang bisa digunakan sebagai sumber
informasi tambahan
 Alat komunikasi alternatif yang bisa digunakan sebagai alat peringatan
dini dan tanda bahaya lokal, misalnya kentongan
o Fasilitas Transport
 Perlu adanya kendaraan siaga yang sewaktu – waktu dapat digunakan
untuk berbagai kegiatan POSKO
 Atur dan kelola fasilitas transport yang tersedia di wilayah tersebut untuk
disiagakan
o Fasilitas Logistik
 Fasilitas logistik sangat penting, karena logistik adalah faktor pendukung
utama dalam kegiatan, sehingga pengadan logistik tidak bisa diabaikan
o Fasilitas Pendukung
 Peralatan navigasi
 Peralatan pertolongan pertama (P3K)
 Peralatan penerangan jinjing (senter) dan kelengkapannya
o Fasilitas Lain – lainadalah fasilitas tambahan yang disesuaikan dengan
kebutuhan, perkembangan dan kemampuan pada suau kegiatan.
c. POSKO Operasi
Adalah perkembangan dan pengalihan fungsi dan status dari POSKO
kesiapsiagaan, sehingga POSKO operasi sebetulnya merupakan alih fungsi
dari POSKO kesiapsiagaan, bukan mendirikan POSKO baru sehingga terdapat
dua POSKO. POSKO operasi diaktifkan pada saat kejadian bencana dan
wilayah bersangkutan dilanda bahaya dari bencana yang terjadi.
POSKO operasi diaktifkan apabila musibah yang diperkirakan betul-
betul terjadi dan menimpa wilayah bersangkutan.Fungsi POSKO juga beralih
dari POSKO kesiapsiagaan yang bersifat koordinasi dan kesiapsiagaan
menjadi POSKO operasi yang bersifat aktif.
 Fasilitas POSKO Operasi
Fasilitas POSKO operasi hampir sama dengan POSKO kesiapsiagaan.
Yang membedakan selain fungsi POSKO yang beralih juga fasilitas
sumber daya manusia akan meningkat disini, sehingga otomatis
dukungan logistikpun akan mengalami peningkatan. Selain itu,
diperlukan juga penyiapan peralatan pertolongan, PPPK, peralatan
navigasi, dll.
Bila POSKO operasi diaktifkan, maka lakukan pengelolaan sesuai
dengan status POSKO, sehingga fungsi utama POSKO adalah sebagai
POSKO operasi, yaitu antara lainsebagai pusat kordinasi, informasi
dan pengendalian operasi penyelamatan di lapangan.
 Fungsi Petugas Dalam POSKO KESIAPSIAGAAN
Koordinator POSKO
o Bertugas mengendalikan, membuat jadwal piket rutin 24 jam yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan sumberdaya manusia yang
tersedia.
o Berkoordinasi dengan unsure Pemerintahan Desa setempat.
o Membuat laporan berkala, bias harian atau mingguan kepada
Pemerintah Desa.
o Mempersiapkan kelengkapan POSKO, termasuk logistic petugas
POSKO bila dianggap perlu.
 Petugas Piket
o Petugas piket terdiri dari unsure masyarakat setempat yang
ditugaskan secara bergilir untuk pemantauan perkembangan
bencana yang diperkirakan akan terjadi.
o Piket POSKO dilaksanakan secara bergilir selama 24 jam dalam 1
hari, sehingga selama 24 jam tersebut POSKO selalu dijaga oleh
petugas yang ditentukan, terutama pada malam hari.
o Petugas piket menyusun dan melaporkan kegiatan piket dan
situasi selama giliran piketnya kepada koordinator POSKO.

 Fungsi Petugas POSKO OPERASI


Petugas POSKO OPERASI tidak sesederhana petugas POSKO
Kesiapsiagaan. Ada penambahan fungsi posko, sehingga POSKO
OPERASI merupakan manajemen yang lebih kompleks.
 Koordinator POSKO
Koordinator POSKO merupakan pengendali dan penanggung jawab
penuh fungsi POSKO. Biasanya Koordinator POSKO dijabat oleh
Perangkat Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa setempat.
Berkonsultasi kepada pemerintah Desa tentang bentuk dan kegiatan
POSKO.
Menyusun dan melaporkan kegiatan POSKO kepada Pemerintah Desa.
 Sekretaris
o Bertugas mengumpulkan dan mencatat semua kegiatan
POSKO.
o Melaksanakan fungsi surat menyurat baik yang bersifat intern
maupun ekstern.
o Mewakili Koordinator POSKO bila Koordinator POSKO
berhalangan.
o Mewakili Koordinator untuk berhubungan dengan pihak lain.
o Menyusun laporan kegiatan dan dilaporkan kepada coordinator.
 Bendahara
 Mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan pendanaan dan
keuangan.
 Merencanakan anggaran kegiatan.
 Membuat laporan keuangan kepada Koordinator.
 Bidang Operasi
 Berkonsultasi dengan coordinator terkait rencana kegiatan
operasi.
 Mengatur system pengungsiap, bila dirasa perlu diadakan
pengungsian ke tempat yang lebih aman.
 Mengkoordinir operasi pencarian dan pertolongan (Rescue atau
SAR) bila terjadi kasus warga yang hilang atau mengalami
musibah terkait bencana yang terjadi.
 Mengkoordinir tenaga bantuan yang ada sesuai dengan fungsi
bantuannya.
 Membuat laporan kegiatan kepada coordinator.
 Bidang Logistik
 Berkoordinasi dengan coordinator untuk membuat perencanaan
logistik.
 Menyediakan fasilitas d an kelengkapan POSKO, termasuk
makan dan minum petugas POSKO.
 Menyiapkan dan mengatur transportasi setempat untuk
pengungsian.
 Membuat laporan kepada coordinator terkait dengan kegiatan
bidang logistic.
 Bidang Humas
 Bertugas sebagai penghubung antara wilayah dimana POSKO
berada dengan pihak luar. Bidang ini bertugas antara lain :
 Menyediakan data terkini terkait dengan bencana yang terjadi
kepada masyarakat, wartawan maupun pihak-pihak lain
termasuk pemerintah.
 Mengumumkan atau memasyarakatkan kebijakan pemerintah
desa terkait dengan bencana yang terjadi.
 Menyusun dan melaporkan kegiatan bidang humas kepada
coordinator.
 Bidang Bantuan
 Menerima dan mencatat semua bantuan yang ada, baik berupa
barang, uang maupun tenaga.
 Bersama-sama dengan coordinator merencanakan distribusi
(pembagian) bantuan untuk masyarakat setempat.
 Mendistribusikan (membagi) bantuan sesuai rencana yang
dibuat.
 Menyusun dan melaporkan pendistribusian (pembagian)
bantuan yang dilakukan kepada coordinator.
TANGGAP DARURAT BENCANA

Tanggap darurat bencana


Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan
pengurusanpengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana
Adalah suatu sistem penanganan darurat bencana yang digunakan oleh semua
instansi/lembaga dengan mengintegrasikan pemanfaatan sumberdaya manusia, peralatan dan
anggaran.
Tim Reaksi Cepat BNPB/BPBD
Adalah tim yang ditugaskan oleh Kepala BNPB/BPBD sesuai dengan kewenangannya
untuk melakukan kegiatan kaji cepat bencana dan dampak bencana, serta memberikan
dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana
Komando Tanggap Darurat Bencana
Adalah organisasi penanganan tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang
Komandan Tanggap Darurat Bencana dan dibantu oleh Staf Komando dan Staf Umum,
memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu komando dengan mata rantai
dangaris komando yang jelas dan memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan
instansi/lembaga/organisasi terkait untuk pengerahan sumberdaya.
Staf Komando
Adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam menjalankan urusan
sekretariat, hubungan masyarakat, perwakilan instansi/lembaga serta keselamatan dan
keamanan.
Staf Umum
Adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam menjalankan fungsi
utama komando untuk bidang operasi, bidang perencanaan, bidang logistik dan peralatan
serta bidang administrasi keuangan untuk penanganan tanggap darurat bencana yang terjadi.
Fasilitas Komando Tanggap Darurat Bencana
Adalah personil, sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan penanganan
tanggap darurat bencana yang dapat terdiri dari Pusat Komando, Personil Komando, gudang,
sarana dan prasarana transportasi, peralatan, sarana dan prasarana komunikasi serta
informasi.
Tahapan Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana
• Informasi Kejadian Awal
• Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)
• Penetapan Status/Tingkat Bencana
• Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana
Informasi Kejadian Awal Bencana
• Informasi awal kejadian bencana diperoleh melalui berbagai sumber antara lain
pelaporan, media massa, instansi/lembaga terkait, masyarakat, internet, dan informasi
lain yang dapat dipercaya.
• BNPB dan/atau BPBD melakukan klarifikasi kepada instansi/lembaga/masyarakat di
lokasi bencana.
 Format pertanyaan
a. Apa : jenis bencana
b. Bilamana : hari, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu
setempat
c. Dimana : tempat/lokasi/daerah bencana
d. Berapa : jumlah korban, kerusakan sarana dan
prasarana
e. Penyebab : penyebab terjadinya bencana
f. Bagaimana : upaya yang telah dilakukan
Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)
• Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB dan/atau BPBD menugaskan Tim
Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat bencana, untuk melaksanakan tugas pengkajian
secara cepat, tepat, dan dampak bencana, serta serta memberikan dukungan
pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana.
• Hasil pelaksanaan tugas TRC tanggap darurat dan masukan dari berbagai
instansi/lembaga terkait merupakan bahan pertimbangan bagi :
a. Kepala BPBD Kabupaten/Kota untuk mengusulkan kepada Bupati/Walikota dalam rangka
menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota.
b. Kepala BPBD Provinsi untuk mengusulkan kepada Gubernur dalam rangka menetapkan
status/tingkat bencana skala provinsi.
c. Kepala BNPB untuk mengusulkan kepada Presiden RI dalam rangka menetapkan
status/tingkat bencana skala nasional.
Penetapan Status / Tingkat Bencana
Berdasarkan usul sesuai butir B.2 di atas dan berbagai masukan yang dapat dipertanggung
jawabkan dalam forum rapat dengan instansi/lembaga terkait, maka :
a. Bupati/Walikota menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota.
b. Gubernur menetapkan status/tingkat bencana skala provinsi.
c. Presiden RI menetapkan status/tingkat bencana skala nasional.
Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana
Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai status/tingkat bencana dan
tingkat kewenangannya :
a. Mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.
b. Melaksanakan mobilisasi sumberdaya manusia, peralatan dan logistik serta dana
dari instansi/lembaga terkait dan/atau masyarakat.
c. Meresmikan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.
Organisasi
• Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana merupakan organisasi satu komando,
dengan mata rantai dan garis komando serta tanggung jawab yang jelas.
Instansi/lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi berdasarkan satu
kesatuan komando. Organisasi ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah bencana
baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat nasional.
• Struktur organisasi komando tanggap darurat terdiri atas Komandan yang dibantu oleh
staf komando dan staf umum, secara lengkap terdiri dari:
a. Komandan Tanggap Darurat Bencana
b. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana
c. Staf Komando:
1) Sekretariat
2) Hubungan Masyarakat
3) Keselamatan dan Keamanan
4) Perwakilan instansi/lembaga
d. Staf Umum:
1) Bidang Operasi
2) Bidang Perencanaan
3) Bidang Logistik dan Peralatan
4) Bidang Administrasi Keuangan
Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
1. Komando Tanggap Darurat Bencana memiliki tugas pokok untuk:
a. Merencanakan operasi penanganan tanggap darurat bencana.
b. Mengajukan permintaan kebutuhan bantuan.
c. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengerahan sumber daya untuk penanganan
tanggap darurat bencana secara cepat tepat, efisien dan efektif.
d. Melaksanakan pengumpulan informasi dengan menggunakan rumusan pertanyaan,
sebagai dasar perencanaan Komando Tanggap Darurat Bencana tingkat
kabupaten/kota/provinsi/nasional.
e. Menyebarluaskan informasi mengenai kejadian bencana dan pananganannya
kepada media massa dan masyarakat luas.
2. Fungsi Komando Tanggap Darurat Bencana adalah mengkoordinasikan,
mengintegrasikan dan mensinkronisasikan seluruh unsur dalam organisasi komando tanggap
darurat untuk penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana
dengan segera pada saat kejadian bencana.
Pola Penyelenggaraan Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana
• Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana diselenggarakan dengan pola yang terdiri
atas
– rencana operasi
– permintaan
– pengerahan/mobilisasi sumberdaya yang didukung dengan fasilitas komando
yang diselenggarakan sesuai dengan jenis, lokasi dan tingkatan bencana
Pola Penyelenggaraan di Tingkat Nasional
• Pendistribusian logistik kepada masyarakat dilaksanakan oleh Komando Tanggap
Darurat Bencana sesuai dengan dinamika yang terjadi, terutama untuk pemenuhan
kebutuhan dasar hidup meliputi pangan, sandang, air bersih, sanitasi, hunian
sementara, pelayanan kesehatan dan lain-lain.
Pengakhiran
1. Menjelang berakhirnya waktu pelaksanaan operasi tanggap darurat bencana,
Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau Kepala BNPB membuat rencana
pengakhiran operasi tanggap darurat bencana dengan mengeluarkan Surat Perintah
Pengakhiran Operasi Tanggap Darurat Bencana kepada Komandan Tanggap Darurat
Bencana sesuai dengan kewenangannya.
2. Pada hari dan tanggal waktu berakhirnya operasi tanggap darurat bencana, Kepala
BNPB/BPBD membubarkan Komando Tanggap Darurat Bencana dengan
menerbitkan Surat Keputusan Pembubaran.
PASCA BENCANA

Manajemen Pemulihan adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan


penekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan
hidupyang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan
sarana secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana
dengan fase-fasenya nya yaitu :
1. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
2. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baikpada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pascabencana.
Kegiatan paska bencana
a) Pengamatan terhadap dampak bencana (Misalnya sumur yg rusak, pipa air putus atau
jamban hancur)
b) Membantu memulihkan kondisi emosi warga (menghibur, menenangkan warga dg
cara berdoa/ berzikir bersama atau mendampingi korban)
Apa saja yang dicatat dan dilaporkan
a) Nama korban
b) Umur dan jenis kelamin
c) Tempat dan waktu kejadian
d) Penolong
e) Tindakan yang dilakukan
f) Tempat rujukan selanjutnya

PENYAKIT PASCA BENCANA


Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam. Baik
berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun tsunami. Banyak
korban nyawa, fisik, dan harta akibat bencana yang terjadi. Bencana menyebabkan
korban yang selamat, kehilangan keluarga, sahabat, harta, bahkan tempat tinggal.
Bencana ini selanjutnya menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Menurut Ketua
Umum PB IDI Fachmi Idris, secara umum, masalah kesehatan utama setelah bencana
adalah trauma fisik seperti luka dan patah tulang. Kemudian, selama dan sesudah
masa itu korban bencana yang selamat dan tinggal di pengungsian juga terancam
penyakit jika upaya antisipasinya tidak memadai. Berbagai penyakit yang muncul
pascabencana alam antara lain malaria, ISPA, diare, leptospirosis, kolera, dan infeksi
kulit.
Pada umumnya masalah kesehatan pasca gempa dapat dibagi dalam 3 fase:
a) Penyakit akut pasca bencana.
Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana yang
terjadi. Misalnya, kasus gempa bumi di Padang tanggal 30 September 2009,
penyakit yang berhubungan langsung dengan gempa adalah cedera akibat
reruntuhan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa cedera utama akibat
gempa adalah cedera kepala dan patah tulang.
b) Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana
1) Malaria
2) DBD
3) Diare dan penyakit kulit
Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi
yang jelek. Misalnya kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio
kolera, Salmonella dysentriae pada genangan banjir, diare akibat
kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih dan sanitari
yang rusak.
Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar telah
melampaui kebiasaannya dengan kotoran encer dan banyak cairan.
Diare yang terus menerus mungkin merupakan gejala penyakit berat
seperti tipus, kolera dan kanker usus. Diare yang berat bisa
menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa.
Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi normal,
kotoran encer/cair, sakit/kejang perut, demam dan muntah.
Penyebabnya bisa dari Anxietas (rasa cemas), keracunan makanan,
infeksi virus dari usus, alergi terhadap makanan tertentu.
Penanggulangannya adalah dengan minum banyak cairan,
hindari makanan padat atau yang tidak berperasa selama 1-2 hari,
minum cairan rehidrasi oral-oralit.
4) ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )
ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke
dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris acute
respiratory infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni
infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai
berikut:
 Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke
dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit.
 Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga
alveoli. Secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian
atas, saluran pernpasan bagian bawah (termasuk jaringan
saluran pernapasan).
 Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan
14 hari, Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
 Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses
infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan
proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut
bronchopneumonia).
 Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak,
karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat
adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau
lebih pada anak usia dua bulan sampai kurang dari satu tahun,
dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia satu tajun
sampai kurang dari lima tahun. Pada anak di bawah usia dua
bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.
 Pencegahannya dengan pengadaan rumah dengan ventilasi
yang memadai, perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan
gizi balita.
5) Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri leptospira berbentuk spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini
timbul karena terkontaminasinya air oleh air seni hewan yang
menderita leptospirosis. Biasanya penyakit ini terdapat pada korban
banjir.
6) Tipes
Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor
daya tahan tubuh seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena
penyakit tipes, masyarakat harus menjaga kondisi tubuh dengan
makan makanan bergizi dan jangan sampai kelelahan.
7) Masalah kesehatan mental akibat gempa.
Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi
stres akut saat bencana bisa menetap menjadi kecemasan yang
berlebihan. Akibat kehilangan rumah, kehilangan anggota keluarga
atau bisa juga trauma karena ketakutan yang mendalam

PENANGGULANGAN PASCA BENCANA


1. Tatakelola lingkungan pasca bencana
2. Ketersediaan fasilitas sanitasi
3. Suplai makanan dan air bersih
4. Pengiriman relawan-relawan ke lokasi bencana
GANGGUAN STRESS PASCATRAUMA & GANGGUAN STRESS AKUT

Stres emosional besar yang akan menyebabkan traumatik akibat trauma peperangan,
bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, dan kecelakaan yang serius.
Epidemiologi
• 1-3% populasi umum
• Meningkat pada dewasa muda pria/wanita
Etiologi
• Stresor
Stresor adalah faktor penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres
pascatrauma.
Faktor kerentanan timbulnya stresor :
• Trauma masa anak-anak
• Gangguan kepribadian
• Sistem pendukung yang tidak adekuat
• Genetik penyakit psikiatri
• Perubahan hidup yang baru
• Pengguna alkohol
• Faktor psikodinamika
• Faktor biologis
Gambaran klinis
• Pola menghindar (menutup diri)
• Kekakuan emosional
• Kesadaran yang berlebihan
• Agresi, kekrasan, depresi, gangguan berhubungan zat, pengendalian impuls yang
buruk
Perjalanan penyakit
• Berkembang pada suatu waktu setela trauma, dgn keterlambatan minimal 1minggu
• Gejala berfluktuasi dengan berjalannya waktu dan paling kuat selama periode stres
• Efek trauma dieksaserbasi oleh kecacatan fisik yang karakteristik untuk kehidupan
lanjut yang mempengaruhi kecacatan psikiatri
Terapi
• Farmakoterapi
– SSRI (serotonin-spesific reuptake inhibitor)
– MAOI ( monoamine oxidase inhibitor)
– Antikonvulsan : carbamazepine, valproate
• Psikoterapi
– Dukungan sosial
– Terapi prilaku
– Terapi kognitif
– Hipnosis
DAFTAR PUSTAKA

• Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana


• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
• Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana
• Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Pedoman Penanganan Bencana Bidang
Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai