Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Maritim (Laut)”

Dosen Pendamping : Ns. Cheristina, S.Kep., M.Kes

Nama Kelompok :

Dewi Intan Anggraeni (01.2018.006)


Nurvika (01.2018.016)
Widya Ratna Sari Lomban Tobing (01.2018.027)
Andi Resky Anggraeny (01.2018.001)
Taufik Purnama (01.2018.025)

S1 Keperawatan

Sekolat Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)


Kurnia Jaya Persada
Palopo

Palopo, Oktober 2019.


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah rabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kelompok kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja.
Kami dari kelompok II mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas ini tidak akan berhasil dengan baik jika
tanpa bantuan bimbingan, pengarahan dan pembinaan serta doa dari orang tua.
Semoga semua amal yang telah diberikan akan dibalas setimpal oleh Yang Maha
Kuasa, Amin. Penyusunan makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan dan
perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis ucapkan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Amin yaa rabbal alamin.

Palopo, 09 Oktober 2019


Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
B. Keselamatan Lingkungan Pelayaran
C. Gangguan Kesehatan dan Penyakit Akibat Kerja pada Sektor Maritim
D. Kecelakaan Kerja pada Sektor Maritim

E. Upaya Penyehatan Lingkungan Maritim


F. Upaya Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayaran merupakan bagian dari sarana transportasi laut sebagaimana amanat
Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat strategis bagi wawasan
nasional serta menjadi sarana vital yang menunjang tujuan persatuan dan kesatuan
nasional.
Pelayaran atau angkutan laut merupakan bagian dari transportasi yang tidak dapat
dipisahkan dengan bagian dari sarana transportasi lainnya dengan kemampuan untuk
menghadapi perubahan ke depan, mempunyai karakteristik karena mampu melakukan
pengangkutan secara massal. Dapat menghubungkan dan menjangkau wilayah satu
dengan yang lainnya melalui perairan, sehingga mempunyai potensi kuat untuk
dikembangkan dan peranannya baik nasional maupun internasional sehingga mampu
mendorong dan menunjang pembangunan nasional demi meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan mandat Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945.
Namun demikian sistem keselamatan dan keamanan menjadi faktor penting yang harus
diperhatikan dan sebagai dasar dan tolok ukur bagi pengambilan keputusan dalam
menentukan kelayakan dalam pelayaran baik dilihat dari sisi sarana berupa kapal maupun
prasarana seperti sistem navigasi maupun sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya.
Banyak contoh kasus terjadinya kecelakaan laut yang disebabkan dilanggarnya standar
keamanan yang ada dan dalam hal ini lembaga yang khusus menangani keselamatan di
bidang pelayaran adalah Direktorat Keselamatan Penjagaan Laut Pantai atau biasa disingkat
KPLP Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Tugas pokok dari Direktorat KPLP Ditjen
Perhubungan Laut sesuai dengan Keputusan Menteri No.KM.24 Tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan antara lain :
1. Melaksanakan perumusan kebijakan
2. Bimbingan teknis dan evalusi di bidang pengamanan
3. Patroli, penanggulangan musibah dan pencemaran
4. Tertib Perairan dan pelabuhan
5. Salvage dan pekerjaan bawah air serta sarana penjagaan dan penyelamatan
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai gangguan oleh penyakit umum,
kecelakaan kerja yang terjadi di sektor maritim, penyehatan lingkungan, penyakit akibat
kerja dan usaha pengendaliannya.

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui berbagai macam gangguan penyakit umum maupun
penyakit akibat kerja pada sektor maritim, kecelakaan kerja yang terjadi di sektor maritim,
bagaimana dan apa saja yang dilakukan dalam rangka penyehatan lingkungan serta usaha
pengendalian untuk mencegah berbagai macam penyakit dan kecelakaan kerja yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan
pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan
tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga
kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang
ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau
buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta
nilai-nilai agama.
B. Keselamatan Lingkungan Pelayaran
Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan dapat dikembangkan dalam
kaitannya dengan tindakan pencegahan kecelakaan pada saat melaksanakan kerja di bidang
pelayaran.
Dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 32 menyatakan bahwa
keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhan, dan
lingkungan maritim. Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa kelaiklautan kapal adalah keadaan
kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari
kapal, pengawakan, garis muat, permuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan
penumpang, status hokum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.
Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran lalu lintas kapal
di laut, diperlukan adanya awak kapal yang berkeahlian, berkemampuan dan terampil,
dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang
cukup dan sesuai untuk melakukan tugasnya di atas kapal berdasarkan jabatannya dengan
mempertimbangkan besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah pelayaran. UU No. 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 40 awak kapal adalah orang yang bekerja atau
diperlukan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas
kapal sesuai dengan jabatannya.

C. Gangguan Kesehatan dan Penyakit Akibat Kerja pada Sektor Maritim


Dari hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan ditemukan bahwa proses
penangkapan ikan di laut dilakukan dengan cara penawuran atau pelemparan jaring
sampai pada penarikan tali pukat cincin. Pada waktu nelayan menarik pukat cincin
dengan kedua tangan dalam waktu lama, duduk di lantai perahu, sikap kerja
membungkuk ke depan, tungkai terjulur dan telapak kaki sebagai bantalan penahan
tarikan berisiko memunculkan rasa lelah dan rasa sakit pada otot skeletal.
Hasil pengamatan membuktikan bahwa selama proses penangkapan ikan
berlangsung sikap kerja yang menyertai nelayan pada waktu penarikan pukat cincin
didominasi oleh aktivitas fisik yang berat sehingga cepat menimbulkan kelelahan dan
keluhan muskuloskeletal bahkan terjadi kecelakaan kerja sampai jari kelingking tangan
kanan putus pada waktu penawuran jaring dan sakit akibat kerja. Kondisi tersebut akan
mempengaruhi kinerja nelayan dan pada akhirnya akan menurunkan kesejahteraan kerja
nelayan.
Waktu kerja selama proses penangkapan ikan berlangsung 6 jam yaitu dari pukul
23.00-05.00. Selama penangkapan nelayan dalam posisi duduk lama sambil menarik
tali pukat cicin secara berulang-ulang dengan tempo penarikan lamban karena
dilakukan secara manual dengan sikap kerja yang tidak fisiologis. Kondisi kerja seperti
ini dapat meningkatkan risiko kecelakaan dan munculnya berbagai gangguan kumulatif
pada otot-otot (Grandjean, 1993; Manuaba, 2003b).
Penggunaan otot berlebihan terjadi pada saat nelayan menarik tali pukat cincin yang
terkumpul di bagian tengah. Pemanfaatan otot yang cukup besar terjadi pula ketika
mengangkut dan mengangkat hasil tangkapan dari dalam air dan dimasukkan ke dalam
perahu atau ke kotak-kotak penampung ikan yang sudah disiapkan.

D. Kecelakaan Kerja pada Sektor Maritim


Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi begitu banyaknya peristiwa maritim yang
sangat memprihatinkan, yaitu kecelakaan-kecelakaan kapal penyeberangan yang banyak
memakan korban. Di tayangan TV beberapa waktu yang lalu dalam sebuah wawancara,
seorang pakar perkapalan mengungkapkan besarnya kemungkinan bahwa sertifikat-
sertifikat kapal tidak mencerminkan keadaan kapal-kapal dan personil yang sebenarnya.
Surat kabar juga memuat berita dari kantor ADPEL yang menyatakan bahwa, Nahkoda
tidak memahami kondisi kapal. Seorang penjaga juga mengirim surat keluhan bahwa
Penumpang tidak diberitahu cara penyelamatan diri.”
Dari cuplikan-cuplikan berita di atas diperoleh kesan bahwa tiap kali seorang
penumpang menaiki kapal, ia, tanpa sepengetahuannya, mempertaruhkan nyawanya.
Karena seringnya terjadi dan kambing hitamnya sudah tersedia dan tidak pernah protes
yaitu cuaca buruk, nampaknya berita-berita seperti itu tidak lagi membuat orang
tersentuh dan bahkan sebagian besar telah mampu menerimanya sebagai takdir atau
peristiwa biasa dan bisa terjadi dimanapun, kapanpun dan pada siapapun.
Kita semua tahu bahwa kalau ditelusuri dengan cermat sesungguhnya semua
kecelakaan yang terjadi selalu berhulu pada kesalahan manusia dan dalam kecelakaan
laut kalau kita mau jujur keebanyakan berhulu pada kelalaian mereka dalam
mempersiapkan kapal agar selalu siap berlayar dengan aman.
Ada berbagai pendapat yang kebanyakan saling bertentangan mengenai penyebab
kecelakaan dan siapa yang seharusnya bertanggung jawab dan ini tidak diungkapkan
secara terbuka.
Kalau kita memang menginginkan peristiwa ini tidak terulang atau paling sedikit
berkurang jumlahnya, semua pihak yang terkait dengan kewajiban mempersiapkan dan
yang mengontrol kelayakan laut kapal, termasuk swasta dan pihak-pihak lain yang
memiliki interest dengan masalah kapal sebaiknya bisa berkumpul dan membicarakan
hal ini secara terbuka pada sebuah meja bundar tanpa dibebani rasa takut dalam satu
forum yang tidak terikat oleh waktu untuk menemukan akar masalahnya dan
merumuskan tindakan perbaikannya.

1. Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang
salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan
nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan
yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh
diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk
menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai
keselamatan setiap karyawan.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,
ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat
dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak,
peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang
baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti
latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan
pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh,
menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya
terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya
satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat
efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.

2. Faktor - Faktor Kecelakaan


Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah
industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri mengatakan
itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur kecenderungan kecelakaan
harus menggunakan data dari situasi yang menunjukkan tingkat resiko yang
ekivalen.
Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk
seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya
sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada
hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil
atau salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering dilakukan untuk
seorang manager untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan
tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal
diatas akan menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak membayar
upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus
membahayakan diri mereka ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa
kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor
kecelakaan tersendiri.

3. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga
komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang
optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian
dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan
akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
a) Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang
optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang
ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya
mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan
kecelakaan kerja.
b) Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan
pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan tugas atau jaga
malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang
meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain
yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial
bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa
melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka
waktu lama dapat menimbulkan stres.
c) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dan dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational
Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja
(Occupational Disease & Work Related Diseases).

E. Upaya Penyehatan Lingkungan Maritim


Penyelenggaraan Pelabuhan Sehat ditujukan untuk mewujudkan kondisi Pelabuhan
yang dapat mencegah potensi risiko penyebaran penyakit, gangguan kesehatan,
keamanan dan ketertiban yang dinamis sehingga tercipta Pelabuhan Sehat. Oleh karena
itu, sebagai pintu masuk negara dalam melakukan aktivitasnya, Pelabuhan perlu
memperhatikan pengelolaan lingkungan yang bersih dan sehat agar tumbuh dan
berkembang rasa aman, nyaman, tertib, dan sehat yang merupakan bentuk ”pelayanan
prima” sebagai kawasan pusat pertumbuhan ekonomi, yang mengacu pada konsep ECO
Port sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Perlindungan Lingkungan
Maritim.
Dari aspek kesehatan masyarakat, media lingkungan yang perlu mendapat perhatian
dalam mewujudkan kualitas Lingkungan Pelabuhan yang sehat adalah upaya untuk
mengawasi agen penyebaran penyakit (fisik, kimia, mikrobiologis), media perantara
(air, udara, makanan/minuman, vektor penyakit seperti serangga dan binatang pengerat,
sampah dan limbah, manusia beserta perilakunya), pengamatan penyakit dan keluhan
masyarakat yang terkait dengan kegiatan di Pelabuhan. Hal ini sejalan dengan
diberlakukannya International Health Regulation (IHR) 2005, dimana Indonesia telah
sepakat untuk melaksanakannya secara penuh pada Tahun 2014 melalui kegiatan
pengawasan/pengamatan penyakit di Pelabuhan, agar penyakit-penyakit menular
potensial wabah tidak berkembang menjadi kedaruratan kesehatan masyarakat yang
meresahkan dunia (Public Health Emergency of International Concern), seperti: Ebola,
Avian Influenza, Swain Flu, Kolera, Pest paru, Demam kuning, West nile Fever, Cacar,
Polio, Dengue, Meningokokus dan SARS.
Berdasarkan uraian di atas, Kementerian Kesehatan mengembangkan upaya
Pelabuhan Sehat melalui pendekatan pengembangan Pelabuhan Sehat dengan
melakukan pengaturan yang berkaitan dengan upaya-upaya kesehatan yang terintegrasi
dengan upaya lain di lingkungan Pelabuhan.
Pada dasarnya keberhasilan penyelenggaraan kegiatan Pelabuhan Sehat tergantung
dari kegiatan masing-masing instansi dan badan usaha yang ada di Pelabuhan. Kegiatan
mengeliminasi faktor risiko kesehatan seperti dalam penyediaan air minum, pengelolaan
air limbah, pengendalian kualitas udara, pencemaran tanah, pengelolaan sampah,
pengawasan makanan, pengendalian vektor dilaksanakan instansi dan badan usaha
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
F. Upaya Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control), yaitu upaya untuk
menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di sektor
maritim dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu
sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka
penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat
pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan sistem
rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat
(prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan
kesehatan pekerja yang meliputi :
1. Pemeriksaan Awal adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
seseorang calon atau pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai
melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon
pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan kepadanya. Anamnese umum Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:
a. Anamnese pekerjaan
b. Penyakit yang pernah diderita
c. Alergi
d. Imunisasi yang pernah didapat
e. Pemeriksaan badan
f. Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu :
- Tuberkulin test
- Psiko test
2. Pemeriksaan Berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara
berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko
kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar
pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan
umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan
ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang
dihadapi dalam pekerjaan.
3. Pemeriksaan Khusus, yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus
diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada
keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor
kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern laboratorium kesehatan,
dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi
panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan
preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan
bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam
mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan
sebagainya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha,
kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif
terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah
untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah melalui
pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang
meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan
penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit
dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola
secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

http://kespel.depkes.go.id/uploadfiles/00/file/TOR%20PERTEMUAN%20TEKNIS
%20KKP%20SE%20INDONESIA.pdf

http://seaports.waterworld-id.com/downloads/BUL%2040_color2.pdf

http://www.crayonpedia.org/mw/BAB._XIII._HUKUM_LAUT_DAN_HUKUM_PERKAP
ALAN_BAMBANG_SETIONO

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31304/5/Chapter%20I.pdf

http://ardisukma.blogspot.com/2013/07/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja.html

https://www.academia.edu/5704835/Makalah_Kesehatan_Kerja
https://www.academia.edu/11318573/Kesehatan_Kerja_di_Sektor_Maritim

Anda mungkin juga menyukai