Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SURVEILANS PENYAKIT TIDAK MENULAR

‘DIABETES MELITUS’

MATA KULIAH SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9

1. CHINDY CHANTIKA LIUDONGI (P10120275)


2. NURUL FAOZIAH (P10120281)
3. NOFRITA GRACELA SAMPO (P10120287)
4. PUTRI HUDANI NABILA Y.DG PASAU (P10120245)
5. CLARA MERLISA (P10119274)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini penulis
buat untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Surveilans Kesehatan
Masyarakat terkait “Surveilans Penyakit Tidak Menular Diabetes Melitus”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, tentunya masih
banyak kekurangan, baik dari segi materi yang dipaparkan maupun dalam
kesempurnaan sistematika. Selanjutnya, dengan kerendahan hati penulis berharap
kepada para pembaca agar memberikan koreksi apabila terdapat kesalahan dalam
penulisa makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan guna memperbaiki penulisan makalah dimasa yang akan
datang.

Kami ucapkan terimakasih banyak kepada pihak yang telah membantu penulis
dalam pembuatan makalah ini. Semoga kebaikan semua pihak akan dibalas oleh
TuhanYang Maha Esa.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca
serta selalu berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Palu, 7 Mei 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................iii

A. Latar Belakang ..........................................................................................


B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................iv

A. Penyelenggaraan surveilans ......................................................................


B. Hasil pengelolaan surveilans kasus DM ...................................................
C. Surveilans kasus DM berdasarkan tempat, orang
Dan waktu .................................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................v

A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini permasalahan kesehatan masyarakat semakin kompleks.


Selama sepuluh terakhir ini permasalahan kesehatan semakin beragam. Perhatian
terhadap penyakit tidak menular menjadi fokus penting. Perubahan fenomena ini
menjadi daya tarik tersendiri khususnya bagi pemerhati kesehatan. Salah satu
penyakit yang sering dibahas karena jumlah kasusnya ialah Diabetes Mellitus.

Diabetes Mellitus merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat.


Prevalensi penderita Diabetes Mellitus di dunia semakin meningkat. Menurut The
World Health Report (WHO, 1997) diprediksi bahwa akan terjadi peningkatan kasus
Diabetes Mellitus terutama pada daerah Asia Tenggara termasuk di Indonesia. IDF
(International Diabetes Federation) memperkirakan adanya kenaikan 8,2 juta
penderita Diabetes Mellitus di Indonesia pada tahun 2020 mendatang. Sedangkan
menurut PERKENI (Persatuan Endrokinologi Indonesia, 1998) pada tahun 2020 di
Indonesia akan terdapat 178 juta penduduk berusia 20 tahun dengan asumsi
prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 4% akan ada 7 juta orang dengan Diabetes
Mellitus di Indonesia yang akan meningkat dari 5 juta di tahun 1995 menjadi 12 juta
pada tahun 2025 (David, 2009).

Jumlah kasus Diabetes Mellitus di Indonesia sendiri memang mengalami


peningkatan kasus. Peningkatan Diabetes Mellitus di Indonesia, di Jakarta pada tahun
1993 terdapat 7,7% meningkat menjadi 12,7% tahun 2001. sedangkan Makassar pada
tahun 1981 terdapat 1,5% meningkat menjadi 7,5% pada tahun 1998 secara Nasional
di Indonesia di perkirakan saat ini lebih dari 2,5 % penduduk Indonesia menyandang
Diabetes Mellitus dengan insidens bervariasi berkisar 1,5 % - 2,3% pada penduduk
usia diatas 15 tahun (Depkes RI, 2007). Sedangkan berdasarkan Riskesdas tahun
2007 prevalensi penyakit Diabetes Mellitus adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan dan gejala) dan 5,7% (berdasarkan hasil pengukuran gula darah
pada penduduk umur > 15 tahun bertempat tinggal di perkotaan).

Meningkatnya kasus Diabetes Mellitus di Indonesia membutuhkan langkah


penanggulangan secara efektif. Kegiatan surveilans dalam rangka pendeteksian dini
melalui identifikasi kasus dan faktor risiko dapat digunakan sebagai sarana
pencegahan. Analisis dari surveilans faktor risiko diharapkan dapat memberikan
gambaran epidemiologi Diabetes Mellitus di masyarakat dan digunakan sebagai
perencanaan, pemantauan dan evaluasi program penanganan Diabetes Mellitus.

Surveilans Diabetes Mellitus merupakan surveilans epidemiologi penyakit


tidak menular. Pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
membutuhkan beberapa tahapan sehingga output yang dihasilkan bersifat evidence
based dengan data yang relevan. Di samping itu terdapat mekanisme kerja
pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular yang harus dilakukan
secara sistematis. Penyelenggaraan surveilans Diabetes Mellitus dilakukan oleh unit
jejaring surveilans epidemiologi.

Pengawasan dalam pelaksanaan surveilans Diabetes Mellitus dibutuhkan


untuk menganalisis keberhasilan surveilans sebagai salah satu program
penanggulangan masalah kesehatan khususnya Diabetes Mellitus. Pengawasan dapat
dilakukan dengan menganalisis hasil surveilans yang telah ada dan
membandingkannya dengan indikator yang sesuai. Semua tahapan ini diharapkan
dapat berjalan secara sinergi satu sama lain.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyelenggaraan surveilans?


2. Bagaimana hasil pengelolaan surveilans kasus DM?
3. Bagaimana surveilans kasus DM berdasarkan tempat, orang dan waktu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana penyelenggaraan surveilans.


2. Untuk mengetahui bagaimana hasil pengelolaan surveilans kasus DM.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Surveilans kasus DM berdasarkan
tempat, orang dan waktu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyelenggaraan Surveilans

1). Input Peneyelenggaraan Surveilans Diabetes Melitus


a. Sumber Daya Manusia
Saat ini kegiatan pengumpulan dan pengolahan data PTM termasuk Diabetes
Melitus dilakukan oleh pemegang program pengendalian penyakit diabetes melitus
yang berjumlah 1 orang lulusan SKM.
Hal ini belum memenuhi indikator penyelenggaraan surveilans epidemiologi
apabila dibandingkan dengan indikator pelaksanaan surveilans epidemiologi
kesehatan yang tertera pada Kepmenkes RI Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003.
Tenaga surveilans epidemiologi pada tingkat UPT Kota/ Kabupaten seharusnya
memiliki minimal seorang epidemiolog atau seseorang yang ahli dalam bidang
epidemiologi yang ditandai dengan gelar S1 atau S2 epidemiologi, sedangkan tenaga
surveilans di Dinkes yang memenuhi indikator hanya pada SKM.
b. Sarana Pendukung
Terlaksananya kegiatan surveilans telah didukung oleh sarana dan prasaran
seperti kendaraan bermotor, jaringan elektromedia, komunikasi seperti faksimile,
telepon, komputer namun untuk peralatan pelaksanaan surveilans berupa pedoman
dan formulir perekaman data tidak ada. Untuk kegiatan pencatatan dan pelaporan
hanya menginput data kasus ke dalam bentuk excel dan kemudian mengolah dalam
bentuk tabel dan grafik sehingga untuk pemanfaatan sarana lebih cenderung
menggunakan media komputer.
2). Kegiatan Pengumpulan Data Surveilans Diabetes Melitus
Prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan diantaranya ialah penyakit
diabetes melitus, oleh karena itu penyelenggaraan surveilans tersebut telah disusun
dalam pedoman surveilans epidemiologi khusus penyakit serta pedoman surveilans
epidemiologi secara rutin dan terpadu yang dibuat oleh dinas Provinsi.

Berdasarkan Kepmenkes RI No 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang pedoman


penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi penyakit menular dan tidak menular
terpadu, seharusnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data terkait diabetes
melitus di dinas kesehatan diselenggarakan dengan metode surveilans epidemiologi
rutin terpadu dimana pelaksanaannya data kejadian maupun faktor risiko
dikumpulkan dari unit pelayanan teknis seperti puskesmas, rumah sakit, laboratorium,
dinas kesehatan kabupaten/kota. Akan tetapi berdasarkan informasi di atas aktifitas
pengumpulan datanya hanya bersifat pasif dimana petugas hanya menunggu laporan
kasus dari puskesmas yang dikumpulkan dari registri.
Ketika kita menilai kegiatan surveilans penyakit tidak menular maka yang
dinilai bukan hanya surveilans kasus saja melainkan juga faktor resiko karena tidak
adanya data terkait faktor resiko penyakit tidak menular maka tidak ada pengolahan
data faktor resiko dengan memperhitungkan jumlah sampel/ penduduk di suatu
wilayah.
Adapun jika terdapat data faktor resiko maka produk dan analisis berupa
amgka prevalensi faktor resiko PTM yang bersumber dari Posbindu yaitu angka
prevalensi perokok aktif, angka prevalensi kurang aktivitas fisik, angka prevalensi
kurang konsumsi sayur dan buah, angka prevalensi obesitas.

3). Kegiatan Pengolahan dan Analisis Data Surveilans Diabetes Melitus

Data yang telah diinput kemudian di sajikan dalam bentuk tabel maupun
grafik kepada Dinas Kesehatan provinsi setiap setahun sekali. Analisis lebih lanjut
terkait
kebijakan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Dirjen P2PL
sehingga kebijakan dihasilkan bukan dari Dinas kesehatan.

Berdasarkan pedoman STP dinas kesehatan kabupaten/ kota, untuk data yang
sudah terkumpul petugas akan melakukan dan menganalisis kasus Diabetes Melitus
setiap bulan. Dinkes sendiri analisis dilakukan setiap bulan dan tahun. Analisis
dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik menurut unit pelayanan kesehatan.

B. Hasil Pengelolaan Surveilans kasus DM

Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa Dinkes hanya mendapatkan data


dari puskesmas berupa laporan jumlah kasus. Setelah data didapatkan kemudian di input ke
microsoft excel. Data diolah dan dianalisis hanya berdasarkan tempat, jenis kelamin, dan
umur.
Data yang telah diinput kemudian di sajikan dalam bentuk tabel maupun grafik
kepada Dinas Kesehatan provinsi setiap setahun sekali. Analisis lebih lanjut terkait
kebijakan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Dirjen P2PL sehingga kebijakan
dihasilkan bukan dari Dinas kesehatan.
Berdasarkan pedoman STP dinas kesehatan kabupaten/ kota, untuk data yang sudah
terkumpul petugas akan melakukan dan menganalisis kasus Diabetes Melitus setiap bulan.
Dinkes sendiri analisis dilakukan setiap bulan dan tahun. Analisis dilakukan dalam bentuk
tabel dan grafik menurut unit pelayanan kesehatan.
Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe I, Diabetes
Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes Mellitus Tipe
Lainnya. Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah Diabetes
Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan
metabolik yang di tandai oleh kenaikan gulah darah akibat penurunan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Depkes,
2005). Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata,2, katarak,
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paruparu, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes 005).
Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber
daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat
diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2
bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor
resiko (Kemenkes, 2010). Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe
2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat
berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang kedua adalah faktor
risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok (Bustan, 2000).
Penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa demografi,
faktor perilaku dan gaya hidup, serta keadaan klinis atau mental berpengaruh
terhadap kejadian DM Tipe 2 (Irawan, 2010). Berdasarkan analisis data Riskesdas
tahun 2007 yang dilakukan oleh Irawan, didapatkan bahwa prevalensi DM tertinggi
terjadi pada kelompok umur di atas 45 tahnun sebesar 12,41%. Analisis ini juga
menunjukan bahwa terdapat hubungan kejadian DM dengan faktor risikonya yaitu
jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang, dan
umur. Sebesar 22,6 % kasus DM Tipe 2 di populasi dapat dicegah jika obesitas
sentral diintervensi (Irawan,2010).

Contoh tabel Analisis Bivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan DM


Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat 2012.

Penyakit DM

Variabel DM Non DM Total p value OR 95% CI

n(%) n(%) n(%)

Jenis kelamin
Perempuan 18(62,1) 11(37,9) 29(100) 1 1,007 0,317-
3,202
Laki-laki 13(61,9) 8(38,0) 21(100)
Umur
< 45 tahun 7(38,9) 11(61,1) 18(100) 0,026* 0,212 0,61 –0,733
≥ 45 tahun 24(75,0) 8(25,0) 32(100)

Pendidikan
0,554-
Rendah 19(67,9) 9(32,1) 28(100) 0,503 1,759
5,582
Tinggi 12(54,5) 10(45,5) 22(100)

Pekerjaan
0,773-
Tidak Bekerja 23(69,7) 10(30,3) 33(100) 0,21 2,588
8,656
Bekerja 8(47,1) 9(52,9) 17(100)

Riwayat DM
1,246-
Ada 22(75,9) 7(24,1) 29(100) 0,038* 4,19
14,08
Tidak Ada 9(42,9) 12(57,1) 21(100)

Aktifitas Fisik
0,071-
Berat 9(42,9) 12(57,1) 21(100) 0,038* 0,239
0,802
Ringan 22(75,9) 7(24,1) 29(100)

Terpapar Asap Rokok


1,026-
Terpapar 19(76,0) 6(24,0) 25(100) 0,08 3,431
11,47

Tidak Terpapar 12(48,0) 13(52,0) 25(100)

IMT
0,037-
Normal 5(31,3) 11(68,8) 16(100) 0,006* 0,14
0,524

Obesitas 26(76,5) 8(23,5) 34(100)


Tekanan Darah
0,041-
Normal 9(39,1) 14(60,9) 23(100) 0,005* 0,146
0,527

Hipertensi 22(81,5) 5(18,5) 27(100)

Stres
1,269-
Stres 19(79,2) 5(20,8) 24(100) 0,035* 4,43
15,48

Tidak Stres 12(46,2) 14(53,8) 26(100)

Kadar Kolestrol
1,246-
Kolestrol Tinggi 22 (75,9) 7 (24,1) 29(100) 0,038* 4,19
14,08
Normal 9(42,9) 12(57,1) 21(100)

C. Surveilans Kasus DM berdasarkan tempat, orang, waktu

Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional


analitik dengan rancangan cross sectional study.

contoh penelitian kasus diabetes melitus di RS.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Poliklinik Interna BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou


Manado pada April – November 2014. Khusus pengumpulan data pada responden
dilakukan pada bulan Agustus – September 2014.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di Poliklinik Interna BLU RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total populasi
terjangkau dalam rentang waktu pengumpulan data penelitian. Perhitungan jumlah
sampel ditentukan sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah sampel pada penelitian
ini adalah 150 pasien

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, Microtoise staturmeter (alat ukur tinggi
badan) bermerek GEA model SH-2A high meter 2M Depkes RI YF.
05.05/2/467/2009 dengan ketelitian 0,1 cm dan timbangan badan digital (alat ukur
berat badan badan) bermerek GEA model BR9807 ISO 9001:2008. Jenis dan Cara
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan menggunakan data primer, sekunder dan
tersier. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner
dengan wawancara langsung serta pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk
menilai indeks massa tubuh. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari intansi
mengenai jumlah pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 meliputi pengambilan daftar 10
penyakit menonjol di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, hasil pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan lainnya terkait Diabetes Mellitus Tipe 2 yang
diperoleh melalui data rekam medik pasien. Data tersier adalah data yang diperoleh
dari textbook, skripsi, tesis dan jurnal ilmiah.

Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat
digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden sekaligus variabel
penelitian (umur dan indeks massa tubuh sebagai variabel bebas dan Diabetes
Mellitus Tipe 2 sebagai variabel terikat) . Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara umur dan indeks massa tubuh dengan kejadian Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Interna BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
menggunakan uji statistik Chi-Square, dengan nilai α = 0,05, Confidence Interval
(CI) = 95% dan perhitungan Rasio Prevalens (RP).Deskripsi Karakteristik Sampel
Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, kelompok pasien
dan indeks massa tubuh dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Umur responden pada
penelitian ini yaitu 16 – 71 tahun yang dikategorikan menjadi ≥ 45 tahun dan < 45
tahun. Sedangkan indeks massa tubuh responden yaitu 13,2 –39,7 kg/m2 yang
dikategorikan menjadi gemuk dan tidak gemuk.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden

Karakterisktik Umur ( Jenis Kelompok pasien Indeks


N% tahun) kelamin Massa
Tubuh
(kg/m2)

≥ 45 126 Perempuan Diabetes Mellitus


84 102 68 Tipe 2 79 52,7 Gemuk
(>25) 61
40,7

< 45 24 16 Laki-laki 48 Tidak Diabetes Tidak


32 Mellitus Tipe 2 71 Gemuk (≤
47,3 25) 8 59,3

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah responden paling banyak terdapat pada kategori
umur ≥ 45 tahun yaitu sebanyak 84% dan yang paling sedikit adalah kategori umur <
45 tahun yaitu sebanyak 16%. Pada penelitian ini, rata-rata umur responden adalah 54
tahun. Proporsi responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan proporsi
responden lakilaki. Proporsi responden perempuan sebanyak 68%, sedangkan
proporsi responden laki-laki adalah 32%. Begitu pula dengan jumlah responden
dengan Diabetes Mellitus Tipe 2. Responden dengan Diabetes Mellitus berjumlah 79
orang, sedangkan responden yang tidak Diabetes Mellitus Tipe 2 berjumlah 71 orang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Surveilans Diabetes Mellitus merupakan surveilans epidemiologi penyakit


tidak menular. Pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
membutuhkan beberapa tahapan sehingga output yang dihasilkan bersifat evidence
based dengan data yang relevan. Di samping itu terdapat mekanisme kerja
pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular yang harus dilakukan
secara sistematis. Penyelenggaraan surveilans Diabetes Mellitus dilakukan oleh unit
jejaring surveilans epidemiologi.

surveilans epidemiologi rutin terpadu dimana pelaksanaannya data kejadian


maupun faktor risiko dikumpulkan dari unit pelayanan teknis seperti puskesmas,
rumah sakit, laboratorium, dinas kesehatan kabupaten/kota. Akan tetapi berdasarkan
informasi di atas aktifitas pengumpulan datanya hanya bersifat pasif dimana petugas
hanya menunggu laporan kasus dari puskesmas yang dikumpulkan dari registri.
Ketika kita menilai kegiatan surveilans penyakit tidak menular maka yang
dinilai bukan hanya surveilans kasus saja melainkan juga faktor resiko karena tidak
adanya data terkait faktor resiko penyakit tidak menular maka tidak ada pengolahan
data faktor resiko dengan memperhitungkan jumlah sampel/ penduduk di suatu
wilayah.

B. Saran

a) Jika ingin melakukan surveilans terlebih dahulu persiapkan metode


apa yang nantinya akan digunakan dalam proses pengumpulan data
b) Bagi seseorang yang di diagnose memiliki riwata penyakit Diabetes
Melitus maka sangat dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula,
serta masa tubuh yang harus diperhatika.
DAFTAR PUSTAKA

Nama dan Nim Jurnal


Nofrita Gracela Sampo (P10120287) Hadisaputro S, Setiawan H.
Epidemiologi dan faktor-
faktor risiko terjadinya
diabetes mellitus tipe 2.
dalam diabetes mellitus
ditinjau dari berbagai aspek
penyakit. 2007:33-53
Pratama, E,R. (2018). Pengalaman
Hidup Pasien Diabetes
Melitus StudiFenomenologi
[online] Dari:
http://jki.ui.ac.id/index.php/
jki/article/view/205 [16 Juli
2019].

Nurul faoziah (P10120281) AN Rabrusun - Dr. RD Kandou


Manado. Fakultas Kesehatan …,
2014 – fkm.unsrat.ac.id HUBUNGAN
ANTARA UMUR DAN INDEKS
MASSA TUBUH DENGAN
KEJADIAN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI
POLIKLINIK INTERNABLU
RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU
MANADO
Azmi Nur Rabrusun (2018)
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi
F Zahro-repository.unej.ac
pelaksanaan standar pelayanan
minimal penderita
diabetes melitus

di puskesmas Silo 1 dan


Puskesmas Kencong Tahun
2017 4(3)
Putri Hudani Nabilah Y.Dg.Pasau Husen, S. H., & Basri, A. (2021).
(P10120245) Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
terjadi
Ulkus Diabetik pada
Penderita
Diabetes Melitus di
Diabetes
Cente Kota Ternate.
Promotif:
Jurnal Kesehatan
Masyarakat,
11(1), 75-86.

Nisa, H., Syadidurahmah, F., &


Hermawan,
M. (2021). Implementation
of
Hypertension Surveillance
at
Majalengka District Health
Office
in 2021. JPK: JURNAL
PROTEKSI
KESEHATAN, 10(1),
26-34.
Cindy Chantika Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S.
(P10120275) (2013).
Faktor risiko Kejadian
diabetes
melitus tipe II di
puskesmas
kecamatan cengkareng
Jakarta
Barat Tahun 2012. Jurnal
ilmiah
kesehatan, 5(1), 6-11.

Trisnadewi, NW, Widarsih, NL, &


Pramesti,
TA (2019). HUBUNGAN
OBESITAS SENTRAL
DAN
AKTIVITAS FISIK
DENGAN
KEJADIAN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI
PUSKESMAS III
DENPASAR
UTARA: HUBUNGAN
OBESITAS TENGAH
DAN
AKTIVITAS FISIK
DENGAN
INSIDENS DIABETES
MELLITUS TIPE 2 PADA
DENPASAR III
CENTRAL. Bali
Medika Jurnal , 6 (2), 119-
129.

Anda mungkin juga menyukai