Anda di halaman 1dari 46

SURVEILANS PENYAKIT TIDAK MENULAR DIABETES MELLITUS

DI DINAS KESEHATAN KOTA PALEMBANG

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Surveilans Epidemiologi

Disusun Oleh : Kelompok 7

Arga Dita Mentari 10012621620005


Sylvia Nasria 10012681519020
Zata Ismah 10012681519002

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016 M / 1436 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari termasuk
laporan surveilans Diabetes Mellitus ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Laporan surveilans ini kami susun berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan sebagai bagian dari bentuk proses pembelajaran. Pengamatan yang telah
kami lakukan yakni pengamatan terkait penyelenggaraan surveilans penyakit
Diabetes Mellitus di Dinas Kesehatan Kota Palembang.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini banyak
kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak untuk menyempurnakan laporan berikutnya.Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kami dan para stakeholder serta semua pihak yang
berkepentingan.

Palembang, 8 Mei 2016

Tim Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 5
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 7
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 7
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 7
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 7
1.3.1 Bagi Mahasiswa ...................................................................................... 7
1.3.2 Bagi Dinas Kesehatan Palembang .......................................................... 7
1.3.3 Bagi Program Studi ................................................................................. 7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 8
2.1 Diabetes Mellitus ........................................................................................... 8
2.2Besar Masalah Penyakit Diabetes Mellitus .................................................. 10
2.3 Konsep dan Strategi Pengendalian Penyakit ............................................... 11
2.4 Surveilans Epidemiologi ............................................................................. 13
2.4.1 Mekanisme Kerja Surveilans ................................................................ 13
2.4.2 Komponen Sistem Surveilans ............................................................... 15
2.4.3 Tujuan Surveilans Epidemiologi .......................................................... 15
2.4.4 Jenis Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi ................................. 16
2.4.5 Surveilans Diabetes Mellitus ................................................................ 17
BAB IIIMETODE ................................................................................................. 20
3.1 Pendataan dan Analisis Manajemen Surveilans .......................................... 20
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 21
4.1 Analisis Situasi ............................................................................................ 21
4.1.1 Keadaan Geografis ............................................................................... 21
4.1.2 Batas Wilayah ....................................................................................... 21
4.1.3 Sarana Kesehatan .................................................................................. 21
4.2 Penyelenggaraan Surveilans ........................................................................ 24
4.2.1 Input Peneyelenggaraan Surveilans Diabetes Melitus .......................... 24

3
4.2.2 Kegiatan Pengumpulan Data Surveilans Diabetes Melitus .................. 25
4.2.3 Kegiatan Pengolahan dan Analisis Data Surveilans Diabetes Melitus . 26
4.2 Hasil Pengelolaan Surveilans Kasus DM .................................................... 30
4.2.3 Surveilans Kasus DM berdasarkan Waktu ............................................... 30
4.2.3 Surveilans Kasus DM berdasarkan Orang ............................................ 32
4.2.3 Surveilans Kasus DM berdasarkan Tempat .......................................... 35
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 42
6.1 Simpulan ...................................................................................................... 42
6.2 Saran ............................................................................................................ 43

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini permasalahan kesehatan masyarakat semakin kompleks.
Selama sepuluh terakhir ini permasalahan kesehatan semakin beragam. Perhatian
terhadap penyakit tidak menular menjadi fokus penting. Perubahan fenomena ini
menjadi daya tarik tersendiri khususnya bagi pemerhati kesehatan. Salah satu
penyakit yang sering dibahas karena jumlah kasusnya ialah Diabetes Mellitus.

Diabetes Mellitus merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat.


Prevalensi penderita Diabetes Mellitus di dunia semakin meningkat. Menurut The
World Health Report (WHO, 1997) diprediksi bahwa akan terjadi peningkatan
kasus Diabetes Mellitus terutama pada daerah Asia Tenggara termasuk di
Indonesia. IDF (International Diabetes Federation) memperkirakan adanya
kenaikan 8,2 juta penderita Diabetes Mellitus di Indonesia pada tahun 2020
mendatang. Sedangkan menurut PERKENI (Persatuan Endrokinologi Indonesia,
1998) pada tahun 2020 di Indonesia akan terdapat 178 juta penduduk berusia 20
tahun dengan asumsi prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 4% akan ada 7 juta
orang dengan Diabetes Mellitus di Indonesia yang akan meningkat dari 5 juta di
tahun 1995 menjadi 12 juta pada tahun 2025 (David, 2009).

Jumlah kasus Diabetes Mellitus di Indonesia sendiri memang mengalami


peningkatan kasus. Peningkatan Diabetes Mellitus di Indonesia, di Jakarta pada
tahun 1993 terdapat 7,7% meningkat menjadi 12,7% tahun 2001. sedangkan
Makassar pada tahun 1981 terdapat 1,5% meningkat menjadi 7,5% pada tahun
1998 secara Nasional di Indonesia di perkirakan saat ini lebih dari 2,5 %
penduduk Indonesia menyandang Diabetes Mellitus dengan insidens bervariasi
berkisar 1,5 % - 2,3% pada penduduk usia diatas 15 tahun (Depkes RI, 2007).
Sedangkan berdasarkan Riskesdas tahun 2007 prevalensi penyakit Diabetes
Mellitus adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) dan

5
5,7% (berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk umur > 15 tahun
bertempat tinggal di perkotaan).

Meningkatnya kasus Diabetes Mellitus di Indonesia membutuhkan


langkah penanggulangan secara efektif. Kegiatan surveilans dalam rangka
pendeteksian dini melalui identifikasi kasus dan faktor risiko dapat digunakan
sebagai sarana pencegahan. Analisis dari surveilans faktor risiko diharapkan dapat
memberikan gambaran epidemiologi Diabetes Mellitus di masyarakat dan
digunakan sebagai perencanaan, pemantauan dan evaluasi program penanganan
Diabetes Mellitus.

Surveilans Diabetes Mellitus merupakan surveilans epidemiologi penyakit


tidak menular. Pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
membutuhkan beberapa tahapan sehingga output yang dihasilkan bersifat
evidence based dengan data yang relevan. Di samping itu terdapat mekanisme
kerja pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular yang harus
dilakukan secara sistematis. Penyelenggaraan surveilans Diabetes Mellitus
dilakukan oleh unit jejaring surveilans epidemiologi.

Pengawasan dalam pelaksanaan surveilans Diabetes Mellitus dibutuhkan


untuk menganalisis keberhasilan surveilans sebagai salah satu program
penanggulangan masalah kesehatan khususnya Diabetes Mellitus. Pengawasan
dapat dilakukan dengan menganalisis hasil surveilans yang telah ada dan
membandingkannya dengan indikator yang sesuai. Semua tahapan ini diharapkan
dapat berjalan secara sinergi satu sama lain.

6
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pelaksanaan surveilans Diabetes Mellitus di kota
Palembang.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya gambaran tentang manajemen sistem penyelenggaraan
surveilans Diabetes Mellitus di Dinas Kesehatan Kota Palembang.
2. Diketahuinya gambaran besaran penyakit diabetes melitus di kota
palembang berdasarkan data surveilans Dinas Kesehatan Kota Palembang.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Untuk meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pemahaman terkait
pelaksanaan sistem surveilans Diabetes Mellitus dengan terlibat langsung dan
mendapatkan pengalaman dalam melakukan kegiatan surveilans Diabetes Mellitus.

1.3.2 Bagi Dinas Kesehatan Palembang


Sebagai sarana kerja sama di antara institusi tempat praktik dengan PPS
Unsri IKM dan mendapatkan masukan baru terkait pelaksanaan surveilans
Diabetes Mellitusserta pengembangan keilmuan di perguruan tinggi.

1.3.3 Bagi Program Studi


Terbinanya jaringan kerjasama dengan institusi tempat praktik dalam
upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara subtansi akademik
dengan pengetahuan dan keterampilan SDM yang dibutuhkan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus menurut Oxford Concise Medical Dictionary, merupakan
gangguan metabolisme karbohidrat di mana glukosa di dalam tubuh tidak
dioksidasi untuk memproduksi tenaga, akibat kekurangan hormon insulin (Martin,
2007). Menurut Porth (2006) seseorang dengan diabetes tidak terkontrol tidak
mampu mentransportasi glukosa menjadi lemak dan sel otot sehingga
menyebabkan sel-sel menjadi kekurangan tenaga dan ini menyebabkan
peningkatan metabolisme lemak dan protein sebagai sumber tenaga. Sedangkan
menurt WHO Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis di mana terdapat defisiensi terhadap
produksi insulin yang disebabkan oleh faktor keturunan atau yang didapat.

Menurut Tjokro Prawiro (1999) berdasarkan sifat klinisnya Diabetes Melitus dibagi menjadi 2,
yaitu:

a. Diabetes Mellitus tipe I

Tipe 1 IDDM ( Insulin Dependent Diabetes Mellitus) disebabkan oleh gangguan sel Beta
pankreas. Tipe ini paling sering berkembang di anak- anak dan remaja. Diabetes Mellitus ini
berhubungan dengan antibodi berupa Islet Cell Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies (IAA), dan
Glutamic Acid Decarboxylase Antibodies (GADA).

b. Diabetes Mellitus tipe II

Pada Diabetes Mellitus tipe ini produksi hormon insulin adalah normal, tetapi sel-sel tubuh
resisten terhadap insulin. Karena sel-sel tubuh dan jaringan non responsif terhadap insulin, glukosa
tetap dalam aliran darah. Hal ini umumnya diwujudkan oleh orang dewasa setengah baya (di atas 40
tahun). Diabetes tipe 2 juga dikenali sebagai Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIIDM).

Berdasarkan hasil konsensus PERKENI (Perhimpunan Endokrinologi


Indonesia) tahun 2006, terdapat dua jenis faktor risiko Diabetes Mellitus yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain :
 Ras dan etnik, contohnya ialah suku minang atau suku sunda.
 Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyandang diabetes)
 Umur. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. Usia > 45 tahun harus dilakukan
pemeriksaan DM.

8
 Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG).
 Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang
lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding
dengan bayi lahir dengan BB normal.
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
 Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m2)
Kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor risiko Diabetes
Mellitus. Cara sederhana untuk mengetahui kelebihan berat badan
adalah dengan menghitung IMT. Penggunaan IMT di sini hanya
berlaku untuk orang dewasa > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan
untuk pengukuran status gizi bayi anak, remaja dan ibu hamil.
 Obesitas abdominal/ sentral
Pada obesitas sentral terjadi resistansi insulin di hati yang
mengakibatkan peningkatan Free Fatty Acid (asam lemak bebas) dan
oksidasinya. FFA dapat menyebabkan gangguan metabolisme glukosa
baik secara oksidatif maupun non-oksidatif sehingga mengganggu
pemakaian glukosa oleh jaringan perifer. Obesitas abdominal
berhubungan dengan sindroma dismetabolik (dislipidemia,
hiperglikemia, hipertensi) yang didasari oleh resistensi insulin.
 Kurangnya aktivitas fisik
Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan kesehatan seseorang
khususnya dari segi jumlah aktivitas fisik yang dilakukannya. Pada
umumnya Diabetes Mellitus tipe II diderita oleh orang yang mengalami
obesitas 80 % (Depkes RI, 2008). Menurut Chevau dan Kaufman
(1989) latihan fisik/ olahraga pada diabetisi dapat menyebabkan
peningkatan pemakaian glukosa darah oleh otot, sehingga latihan fisik
dapat menurunkan kadar lemak dalam tubuh, kadar glukosa darah,
sensitivitas insulin, menurunkan stres dan dapat mencegah Diabetes
Mellitus tipe II.

 Hipertensi (> 140/90 mmHg)


 Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)

9
Dislipidemia pada diabetisi dapat meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi kardiovaskuler.
 Diet tidak seimbang dengan tinggi gula dan rendah serat
Konsumsi makanan yang tidak seimbang merupakan salah satu faktor
risiko Diabetes Mellitus. Perencanaan makan yang dianjurkan seimbang
oleh Depkes RI tahun 2008 adalah melalui komposisi energi yang
dihasilkan oleh karbohidrat, protein dan lemak. Seperti karbohidrat
harus memenuhi 45-65%, protein harus memenuhi 10-20%, dan lemak
20-25%.
 Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
Seseorang dengan TGT disebut sebagai gangguan intoleransi glukosa
yang merupakan tahapan sementara untuk menuju DM.
 Merokok
Rokok yang mengandung nikotin dapat menyebabkan pengurangan
sensitivitas insulin dan meningkatkan terjadinya resistensi insulin. Pada
kondisi hiperglikemi, nikotin dan karbon monoksida dapat
mempercepat terjadinya penggumpalan darah.

2.2Besar Masalah Penyakit Diabetes Mellitus


Jumlah kasus Diabetes Mellitus semakin meningkat. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 2001 memperkirakan terdapat 150 juta penyandang Diabetes
ll di seluruh dunia dan akan meningkat menjadi 2 kali lipat dalam 25 tahun
mendatang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 memperkirakan 194 juta
jiwa atau 5,1 % dari 3,8 milyar penduduk dunia usia 20 - 79 tahun menderita
Diabetes Mellitus an pada tahun 2025 meningkat menjadi 333 juta jiwa dan saat
ini diperkirakan sekitar 3,2 juta jiwa penduduk dunia meninggal akibat Diabetes
Mellitus setiap tahun (Tunggul, 2005).
Permasalahan peningkatan kasus Diabetes Mellitus juga terjadi di
Indonesia. Pada tahun 2000 Diabetes Mellitus menempati urutan ke 6 sebagai
penyebab kematian terbesar di Indonesia yaitu 2,1% dari seluruh penyakit tidak

10
menular (Profil Kesehatan Indonesia, 2007). Hasil penelitian terhadap semua
kasus kematian yang ditemukan dalam Surkesnas 2001 diperoleh gambaran
proporsi sebab utama kematian untuk jenis penyakit endokrin dan metabolik
diabetes Mellitus menempati urutan kesepuluh dengan persentase sebesar 2,7%
(Badan Litbangkes, Publikasi Hasil Surkernas 2009).
Sedangkan hasil Riskesdas 2007 didapat bahwa prevalensi nasional DM
berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan
5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia >15 tahun sebesar
10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi
nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia > 15 tahun sebesar 18,8 % dan
sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi
TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan
adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi
nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi
kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula
bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7%
dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%.

2.3 Konsep dan Strategi Pengendalian Penyakit


Program pengendalian penyakit Diabetes Mellitus difokuskan kepada
penanggulangan faktor risiko dan peningkatan kualitas hidup penyandang diabetes,
hal ini dikarenakan Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis. Program
pengendalian penyakit Diabetes Mellitus dirancang dengan membagi menjadi
beberapa tujuan, antara lain:
a. Jangka pendek: hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan
tercapainya target pengendalian glukosa darah.

b. Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati,


makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat
badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan

11
mandiri dan perubahan perilaku. Beberapa kegiatan pokok pengendalian penyakit Diabetes Mellitus,
antara lain:

a. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

b. Penemuan dan tatalaksana kasus

c. Surveilans epidemiologi

d. KIE

e. Jejaring kerja dan advokasi

Kerangka konsep yang telah disusun pemerintah untuk pelaksanaan


program pengendalian penyakit Diabetes Mellitus berdasarkan Pedoman
Pengendalian Diabetes Mellitus dan Penyakit Metabolik antara lain:
1. Pengendalian DM berdasarkan fakta (evidence based) dan skala prioritas
2. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada pemerintah, pihak legislatif
dan stakeholder serta pemda
3. Melakukan pembinaan dan monitoring serta evaluasi prog pengendalian
DM
4. Intensifikasi upaya pencegahan dan penanggulangan faktor resiko,
surveilans epidemiologi, penemuan dan tatalaksana kasus serta KIE DM
5. Meningkatkan kemitraan melalui jejaring kerja baik nasional, regional,
internasional
6. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil penelitian
atau kajian yang mendukung dalam upaya peningkatan program
pengendalian DM
7. Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan berbagai kelompok
masyarakat didesa atau kelufrahan seperti posyandu atau pos lansia
8. Meningkatkan peran dan fungsi sesuai kewenangan daerah serta
memanfaatkan sumber daya pusat melalui sistem penganggaran (dana
dekonsentrasi dan perbantuan).

12
2.4 Surveilans Epidemiologi
Menurut WHO surveilans epidemiologi adalah proses pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik, dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan. Definisi surveilans menurut Kepmenkes RI No
1116/Menkes/SK/VIII/2008 adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit/ masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularannya, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara
program kesehatan.

2.4.1 Mekanisme Kerja Surveilans


Kegiatan surveilans merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis
dan terus menerus dengan mekanisme kerja tertentu yang harus dilaksanakan agar
surveilans dapat dilakukan sesuai tujuan. Adapun mekanisme kerja surveilans
telah diatur dalam Kepmenkes RI No 1116/Menkes/SK/VIII/2008 yaitu:
1. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait laninnya.
2. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data.
3. Analasis dan interpretasi data.
4. Studi epidemiologi.
5. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan.
6. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.
7. Umpan balik.
Penyelenggaraan surveilans Diabetes Mellitus memakai siklus manajemen
sistem surveilans yang terdiri dari :
• Input: meliputi segala komponen yang dapat dijadikan bahan atau sumber
daya terkait pelaksanaan surveilans seperti: SDM, fasilitas, pembiayaan,
kebijakan dan mitrs dan output
• Proses: tahapan proses mulai dari pengumpulan data, pengolahan data
serta analisis dan interpretasi data

13
• output: laporan yang dihasilkan dalam penyelenggaraan surveilans
tersebut, biasanya berupa laporan tahunan surveilans yang diterbitkan
adapun indikator setiap proses pada tingkat kabupaten/kota dapat dilihat
pada tabel berikut :
Manajemen Surveilans Kepmenkes RI No 1116/Menkes/SK/VIII/2008
No Tahapan Indikator
1. Input Tenaga pelaksana surveilans Tenaga Epidemiolog

2. Sarana pelaksanaan surveilans 1. 1 paket alat komunikasi


(telepon, faksimili, SSB dan
telekomunikasi lainnya)
2. 1 paket kepustakaan
3. 1 paket pedoman pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan
program aplikasi komputer
4. 1 roda empat, 1 roda dua
3. Proses Kelengkapan laporan unit 80 % atau lebih
pelapor dan sumber data awal

4. Ketepatan laporan unit pelapor 80 % atau lebih


dan sumber data awal

5. Output Penerbitan buletin kajian 1 atau lebih setiap bulan


epidemiologi
6. Umpanbalik 80 % atau lebih

14
2.4.2 Komponen Sistem Surveilans
Setiap penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit atau masalah
kesehatan disusun oleh beberapa komponen untuk pembangunan sistem
penyelenggarannya. Berdasarkan Kepmenkes RI No 1116/Menkes/SK/VIII/2008
komponen yang menyusun sistem surveilans antara lain sebagai berikut:
1. Tujuan yang jelas dan dapat diukur.
2. Unit surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja surveilans
epidemiologi dengan dukungan tenaga profesional.
3. Konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumber dan
cara-cara memperoleh data, cara-cara mengolah data, cara-cara
melakukan analisis, sasaran penyebaran atau pemanfaatan data dan
informasi epidemiologi, serta mekanisme kerja surveilans epidemiologi.
4. Dukungan advokasi, peraturan perundang-undangan, sarana dan
anggaran.
5. Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi.
6. Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama
dalam pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis, dan
peningkatan kemampuan surveilans epidemiologi.
7. Indikator kinerja.
Penyelenggaraan surveilans epidemiologi dilaksanakan melalui jejaring
surveilans epidemiologi antara unit-unit surveilans dengan sumber data, pusat-
pusat penelitian dan kajian, program intervensi kesehatan serta unit-unit
surveilans lainnya. Unit penyelenggara surveilans satu dengan lainnya saling
bersinergis seperti unit-unit utama di Kementerian Kesehatan (KemenKes) dan
Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPT KemenKes), unit-unit utama di tingkat
Provinsi dan UPT Dinas Kesehatan Provinsi, unit-unit utama di tingkat
Kabupaten/ Kota dan UPT Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2.4.3 Tujuan Surveilans Epidemiologi


Surveilans epidemiologi memiliki tujuan umum dan tujuan khusus dalam
penyelenggaraannya. Tujuan umum surveilans epidemiologi ialah mendapatkan

15
informasi epidemiologi tentang masalah kesehatan meliputi gambaran masalah
kesehatan menurut waktu, tempat dan orang, diketahuinya determinan, faktor
risiko dan penyebab langsung terjadinya masalah kesehatan. Sedangkan tujuan
khusus surveilans epidemiologi menurut Stephen B. Tachker (2004) antara lain:
1. Menghitung estimasi besar masalah kesehatan.
2. Menggambarkan riwayat alamiah penyakit.
3. Deteksi KLB.
4. Dokumentasi distribusi dan sebaran kejadian kesehatan.
5. Mengfasilitasi riset epidemiologi atau laboratorium.
6. Menguji hipotesis.
7. Evaluasi program penanggulangan masalah kesehatan.
8. Memantau perubahan agent penyakit.
9. Memantau kegiatan isolasi.
10. Deteksi perubahan mutu pelayanan.
11. Perencanaan.

2.4.4Jenis Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi


Penyelenggaran surveilans epidemiologi dibagi berdasarkan fungsi, metode,
pola pelaksanaan dan kualitas pemeriksaan (Kemkes,2008). Berdasarkan metode
pelaksanaannya surveilans epidemiologi dibagi menjadi:
a. Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu
Penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian,
permasalahan, dan atau faktor risiko kesehatan.
b. Surveilans Epidemiologi Khusus
Penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian,
permasalahan, faktor risiko atau situasikhusus kesehatan.
c. Surveilans Sentinel
Penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada populasi dan wilayah
terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada
suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.
d. Studi Epidemiologi

16
Penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada periode tertentu serta
populasi dan atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih
mendalamgambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau
faktor risiko kesehatan.
Berdasarkan aktifitas pengumpulan data, maka surveilans dibagi menjadi:
a. Surveilans Aktif,adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi,
dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan caramendatangi
unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
b. Surveilans Pasif,adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi,
dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan caramenerima data
tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data
lainnya.
Berdasarkan pola pelaksanaannya maka surveilans dibedakan menjadi:
a. Pola Kedaruratan,
adalahkegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku
untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana.
b. Pola SelainKedaruratan,
adalahkegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku
untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah dan atau bencana.
Berdasarkan kualitas pemeriksaan surveilans epidemiologi dibagi menjadi:
a. Bukti klinis atau tanpaperalatan pemeriksaan, adalah kegiatan
surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau
tidak menggunakanperalatanpendukung pemeriksaan.
b. Bukti laboratorium atau dengan peralatankhusus, adalah kegiatan
surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan
laboratorium atau peralatanpendukung pemeriksaan lainnya.

2.4.5 Surveilans Diabetes Mellitus


Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular. Peningkatan
penyakit tidak menular dapat berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas
apabila PTM terjadi pada kelompok usia produktif. Pengendalian penyakit tidak

17
menular diprioritaskan pada penyakit – pebyakit dengan prevalensi yang tinggi
seperti diabetes melitus, PJK dan lain lain. Penyakit yidak menular memiliki
faktor resiko bersama, faktor resiko tersebut dapat berkontribusi baik secara
sendiri ataupun saling berinteraksi satu dengan lainnya sehingga dapat
menyebabkan seseorang menderita satu atau lebih banyak penyakit tidak menular.
Adapun Upaya pengendalian PTM dibagi menjadi upaya pencegahan primer,
upaya pencegahan sekunder, dan upaya pencegahan sekunder namun adapun
kegiatan lainnya dalam mendukung upaya pengendalian PTM adalah surveilans.
Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular terdiri dari surveilans
faktor risiko, surveilans kasus/ registry. Surveilans epidemiologi PTM khususnya
penyakit Diabetes Melitus merupakan Keguatan analisis secara sistematis dan
terus menerus terhadap PTM khususnya diabetes melitus serta kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan diabetes melitus dan cedera tersebut, agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan dan tindak lanjut.
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1116/ MENKES/ SK/ VIII/ 2003 tentang
pedoman penyelenggaraan surveilans epidemologi, diketahui bahwa
penyelenggaraan surveilans Diabetes Mellitus memakai siklus manajemen sistem
surveilans yang terdiri dari input, proses dan output. Input tersebut meliputi segala
komponen yang dapat dijadikan bahan atau sumber daya terkait pelaksanaan
surveilans seperti: SDM, fasilitas, pembiayaan, kebijakan dan mitra. Proses
merupakan tahapan proses mulai dari pengumpulan data, pengolahan data serta
analisis dan interpretasi data. Sedangkan output ialah laporan yang dihasilkan
dalam penyelenggaraan surveilans tersebut, biasanya berupa laporan tahunan
surveilans yang diterbitkan.
Pada dasarnya pelaksanaan surveilans Diabetes Mellitus dilakukan agar
diperolehnya informasi epidemiologi penyakit tidak menular khususnya diabetes
melitus dan terdistribusinya informasi kepada program terkait, pusat – pusat
kajian, dan pusat penelitian serta unit surveilans lain.Berikut adalah tujuan khusus
pelaksanaan program survelans, khususnya surveilans PTM:

18
1. Terkumpulnya data kesakitan di Puskesmas sebagai sumber data surveilans
terpadu penyakit.
2. Terdistribusikannya data kesakitan kepada unit surveilans dinas kesehatan
kabupaten kota, unit surveilans dinas kesehatan provinsi, unit surveilans
dirjen P2PL.
3. Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit khususnya diabetes
melitus dalam bentuk tabel, grafik, peta dan analisis lebih lanjut oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan unit surveilans dirjen
P2PL.
4. Terdistribusinyahasil pengolahan dan penyajian data penyakit khususnya
diabetes melitus beserta hasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan
rekomendasi kepada program terkait di Puskesmas, Rumah Sakit,
Laboratorium, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusat-pusat riset, pusat-
pusat kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait lainnya.

19
BAB III
METODE

3.1 Pendataan dan Analisis Manajemen Surveilans


Pengumpulan data ini bersifat kualitatif dengan menggunakan indepth
interview pada operator surveilans DM di instansi. Salah satu cara untuk melihat
kebenaran informasi yang didapat adalah dengan melakukan triangulasi sumber
informasi yaitu melakukan wawancara kepada pemegang surevilans DM dan data
yang didapat di instansi.

3.2 Pendataan dan Analisis Surveilans


Metode yang digunakan dalam pendataan dan analisis surveilans kasus
DM adalah analisis epidemiologi deskriptif. Kasus DM yang dikumpulkan adalah
orang yang didiagnosis DM oleh tenaga kesehatan puskesmas yang ada di Kota
Palembang. Sumber data berasal dari laporan yang diterima Dinas Kota
Palembang berdasarkan Puskesmas yang ada di wilayah Palembang. Data yang
terkumpul akan disajikan dalam bentuk dummy tabel dan grafik serta peta.
Analisis surveilans DM yang digunakan adalah analisis epidemiologi deskriptif
untuk melihat proporsi kasus dan insiden setiap wilayah berdasarkan waktu.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Situasi


4.1.1 Keadaan Geografis
Palembang merupakan Kota Bahari. Sungai Musi membelah kota menjadi
dua bagian yaitu Seberang Ulu dan Ilir yang dihubungkan dengan Jembatan
Ampera. Sungai Musi memiliki debit air yang besar dari hulu pada musim hujan
akan bermuara ke Selat Bangka dengan jarak + 105 KM, pasang – surut air laut
antara 3 – 5 M dan sangat berpengaruh pada debit aliran Sungai Musi.

4.1.2 Batas Wilayah


Kota Palembang terletak diantara 2,52º - 3,5º LS dan 104,37º -
104,52º BT. Kota Palembang berbatasan dengan daerah-daerah sebagai
berikut :
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan desa Pangkalan Benteng, desa
Gasing, dan Kenten Laut Kecamatan Talang
Kelapa Kab. Banyuasin.
b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan desa Bakung Kec. Inderalaya
Kab. Ogan Komering Ilir dan Kec. Gelumbang
Kab.Muara Enim.
c. Sebelah Timur : berbatasan dengan desa Balai Makmur Kec.
Banyuasin I Kab. Banyuasin
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan desa Sukajadi Kec. Talang
Kelapa Kab. Banyuasin

4.1.3 Sarana Kesehatan


Kota Palembang memiliki 39 Puskesmas yang tersebar di 16
Kecamatan di Kota Palembang. Kecamatan Ilir Timur II dan Seberang Ulu
I memiliki Puskesmas terbanyak yaitu 5 puskesmas. Kecamatan Ilir Barat I

21
memiliki 4 Puskesmas. Kecamatan Kalidoni, Ilir Timur I dan Sukarami
memiliki masing-masing 3 puskesmas. Kecamatan Kertapati, Seberang Ulu II,
Bukit Kecil, dan Kemuning masing-masing memiliki 2 Puskesmas. Kecamatan
Ilir Barat II, Gandus, Plaju, Sako, Sematang Borang dan Alang-Alang Lebar
masing-masing hanya memiliki 1 Puskesmas.

Puskesmas yang pertama berdiri di kota Palembang adalah Puskesmas


Dempo berdiri pada tahun 1950. Sedangkan Puskesmas yang terakhir berdiri
adalah Puskesmas Karya Jaya berdiri pada tahun 2011. Puskesmas yang luas
wilayah kerja paling luas adalah Puskesmas Gandus dan yang paling kecil adalah
Puskesmas Talang Ratu.

Kota Palembang memiliki 70 Puskesmas Pembantu (Pustu) yang


tersebar di 107 kelurahan. Puskesmas Pembantu bertanggung jawab kepada
Puskesmas induk masing-masing termasuk tentang masalah program,
keuangan dan sebagainya. Puskesmas Pembantu yang ada pada umumnya
dipimpin oleh seorang bidan, berada di wilayah yang relatif jauh dari dari
puskesmas induk dan bertujuan menjangkau penduduk yang berdomisili cukup
jauh dari puskesmas induk.
Tabel 1
Jumlah Puskesmas Berdasarkan Tahun Berdiri, Luas Wilayah Kerja dan
Jumlah Pustu Di Kota Palembang 2012
No. PUSKESMAS Tahun Luas Wilayah Jumlah
berdiri Kerja (ha) Pustu
1. Makrayu 1974 411.711 4
2. Gandus 1953 4807.814 5
3. Pembina 1974 581.442 -
4. 1 Ulu 1983 115.796 1
5. OPI 1998 651.038 2
6. 4 Ulu 1975 256.318 2
7. 7 Ulu 1969 112.935 1
8. Kertapati 1971 531.392 4
9. Keramasan 1980 1870.186 3
10. Karya Jaya 2011 1904.227 3
11. Nagaswidak 1978 229.260 1

22
No. PUSKESMAS Tahun Luas Wilayah Jumlah
berdiri Kerja (ha) Pustu
12. Taman Bacaan 1968 730.616 2
13. Plaju 1969 1392.691 3
14. Kampus 1978 307.107 2
15. Pakjo 1970 1731.365 2
16. Padang Selasa 1984 3194.188 2
17. Sei Baung 1970 354.493 1
18. Merdeka 1956 123.432 2
19. 23 Ilir 1984 98.017 1
20. Ariodillah 1982 149.374 -
21. Dempo 1950 280.506 1
22. Talang Ratu 1964 75.139 -
23. Basuki Rahmat 1981 375.016 2
24. Sekip 1964 315.900 3
25. Boom Baru 1955 129.324 -
26. Kenten 1980 377.978 2
27. Sabokingking 1983 958.603 1
28. 5 Ilir 1983 258.532 -
29. 11 Ilir 1996 116.545 1
30. Bukit Sangkal 1985 449.761 -
31. Kalidoni 1979 1613.977 3
32. Sei Selincah 1956 1871.444 2
33. Multi Wahana 1996 1702.352 3
34. Sematang borang 1981 2661.385 2
35. Sosial 1984 1119.435 3
36. Sukarami 1990 1044.472 1
37. Tl. Betutu 1993 2400.383 2
38. Punti Kayu 1984 925.680 1
39. Alang2 Lebar 2010 1388.327 2
Sumber : Dinkes Kota Palembang

Kota Palembang memiliki 26 Rumah Sakit dengan perincian 1 milik


Kemenkes, 1 milik Pemerintah Kota Palembang, 2 milik TNI/Polri, 3 milik
BUMN, 9 milik swasta, 1 Rumah Sakit Jiwa milik Pemerintah Provinsi
Sumsel, 2 Rumah Sakit Bersalin milik Swasta, 3 Rumah Sakit Ibu dan Anak
milik swasta dan 3 Rumah Sakit Khusus lainnya (2 milik Provinsi Sumatera
Selatan dan 1 milik swasta).

23
Kota Palembang memiliki 88 Balai Pengobatan/Klinik yang mempunyai
izin dan merupakan milik swasta, 33 Rumah Bersalin yang memiliki izin, 9
praktek dokter bersama yang memiliki izin dan 1.596 praktek dokter umum.
Sarana Kesehatan ini tersebar di 16 kecamatan dalam Kota Palembang

4.2 Penyelenggaraan Surveilans


4.2.1 Input Peneyelenggaraan Surveilans Diabetes Melitus
a. Sumber Daya Manusia
Saat ini kegiatan pengumpulan dan pengolahan data PTM termasuk
Diabetes Melitus dilakukan oleh pemegang program pengendalian penyakit
diabetes melitus yang berjumlah 1 orang lulusan SKM.
Hal ini belum memenuhi indikator penyelenggaraan surveilans
epidemiologi apabila dibandingkan dengan indikator pelaksanaan surveilans
epidemiologi kesehatan yang tertera pada Kepmenkes RI Nomor
1116/Menkes/SK/VIII/2003. Tenaga surveilans epidemiologi pada tingkat UPT
Kota/ Kabupaten seharusnya memiliki minimal seorang epidemiolog atau
seseorang yang ahli dalam bidang epidemiologi yang ditandai dengan gelar S1
atau S2 epidemiologi, sedangkan tenaga surveilans di Dinkes yang memenuhi
indikator hanya pada SKM.
b. Sarana Pendukung
Terlaksananya kegiatan surveilans di Kesehatan Kota Palembang telah
didukung oleh sarana dan prasaran seperti kendaraan bermotor, jaringan
elektromedia, komunikasi seperti faksimile, telepon, komputer namun untuk
peralatan pelaksanaan surveilans berupa pedoman dan formulir perekaman data
tidak ada. Untuk kegiatan pencatatan dan pelaporan Kota Palembang hanya
menginput data kasus ke dalam bentuk excel dan kemudian mengolah dalam
bentuk tabel dan grafik sehingga untuk pemanfaatan sarana Kota Palembang lebih
cenderung menggunakan media komputer. Dalam upaya pengumpulan data Kota
Palembang dibantu oleh puskesmas yang ada di wilayah Kota Palembang ,

24
sedangkan untuk data rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya belum
terbentuk suatau kerjasama dalam pengumpulan data kasus.
Hal ini telah memenuhi indikator penyelenggaraan surveilans
epidemiologi kesehatan sebagaimana yang tertera pada Kepmenkes RI Nomor
1116/Menkes/SK/VIII/2003. Akan tetapi terkait material pendukung yakni alat
surveilans epidemiologi Diabetes Mellitus seperti pedoman dan formulir
perekaman data terkait penyakit Diabetes Mellitus secara khusus tidak ada, hal ini
disebabkan karena pelaksanaan surveilans DM masih bergabung dengan
surveilans epidemiologi penyakit tidak menular lainnya.

4.2.2 Kegiatan Pengumpulan Data Surveilans Diabetes Melitus


Prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan diantaranya ialah
penyakit diabetes melitus, oleh karena itu penyelenggaraan surveilans tersebut
telah disusun dalam pedoman surveilans epidemiologi khusus penyakit serta
pedoman surveilans epidemiologi secara rutin dan terpadu yang dibuat oleh dinas
Provinsi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ka. program pengendalian PTMdi
Dinkes Kota Palembangdata surveilansDMdiperoleh melalui informasi sebagai
berikut:

“Data pengendalian faktor risiko DM belum ada, disini masih bersifat


global PTM. Kita membuat laporan itu dari puskesmas kita minta laporan PTM
utama namanya, jadi masing-masing penyakit. Mereka mengirim penyakit
hipertensi berupa, kardiovaskular berapa, jadi 5 penyakit itu rekapannya kita
minta, salah satunya DM. Tapi hanya jumlah kasusnya saja.”

“Laporan ke dinkes bisa manual maupun email sesuai dengan format yang
diberikan dinkes kalau untuk mengambil dan menerima data. Dari format laporan
khusus DM belum ada formatnya. Pengumpulan dayaberbentuk pasif. “

Berdasarkan informasi melalu hasil wawancara diketahui bahwa


pelaksanaan surveilans penyakit Diabetes Mellitus di Kota Palembang hanya
berupa surveilans kasus. Kegiatan pengumpulan data Diabetes Mellitus juga

25
belum terpisah secara khusus melainkan masih tergabung dengan surveilans
penyakit tidak menular lainnya. Kegiatan pengumpulan tersebut dilakukan dengan
menerima laporan dari Puskesmas baik secara manual atau online.

Berdasarkan Kepmenkes RI No 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang


pedoman penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi penyakit menular dan
tidak menular terpadu, seharusnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
terkait diabetes melitus di dinas kesehatan diselenggarakan dengan metode
surveilans epidemiologi rutin terpadu dimana pelaksanaannya data kejadian
maupun faktor risiko dikumpulkan dari unit pelayanan teknis seperti puskesmas,
rumah sakit, laboratorium, dinas kesehatan kabupaten/kota. Akan tetapi
berdasarkan informasi di atas aktifitas pengumpulan datanya hanya bersifat pasif
dimana petugas hanya menunggu laporan kasus dari puskesmas yang
dikumpulkan dari registri.
Ketika kita menilai kegiatan surveilans penyakit tidak menular maka yang
dinilai bukan hanya surveilans kasus saja melainkan juga faktor resiko karena
tidak adanya data terkait faktor resiko penyakit tidak menular maka tidak ada
pengolahan data faktor resiko dengan memperhitungkan jumlah sampel/
penduduk di suatu wilayah.
Adapun jika terdapat data faktor resiko maka produk dan analisis berupa
amgka prevalensi faktor resiko PTM yang bersumber dari Posbindu yaitu angka
prevalensi perokok aktif, angka prevalensi kurang aktivitas fisik, angka prevalensi
kurang konsumsi sayur dan buah, angka prevalensi obesitas.

4.2.3 Kegiatan Pengolahan dan Analisis Data Surveilans Diabetes Melitus


Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada Ka. Program
Penyakit Tidak Menular Kota Palembang, pengolahan data surveilans dilakukan
dengan cara:

“Pengolahan hanya merekap data dan kemudian menjumlahnya, kecuali kalau


Dinas minta dipresentasikan kita presentasikan. Kita hanya bisa melihat jumlah
kasar dan melihat trand per tahunnya.”

26
Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa Dinkes Kota Palembang
hanya mendapatkan data dari puskesmas berupa laporan jumlah kasus. Kemudian
setelah data didapat Kota Palembang menginput ke microsoft excel. Data diolah
dan dianalisis hanya berdasarkan tempat, jenis kelamin, dan umur.

Data yang telah diinput kemudian di sajikan dalam bentuk tabel maupun
grafik kepada Dinas Kesehatan provinsi setiap setahun sekali. Analisis lebih lanjut
terkait kebijakan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Dirjen P2PL
sehingga kebijakan dihasilkan bukan dari Dinas kesehatan.

Berdasarkan pedoman STP dinas kesehatan kabupaten/ kota, untuk data


yang sudah terkumpul petugas akan melakukan dan menganalisis kasus Diabetes
Melitus setiap bulan.Dinkessendiri analisis dilakukan setiap bulan dan tahun.
Analisis dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik menurut unit pelayanan
kesehatan.

“untuk kelengkapan data semua puskesmas pasti mengumpulkan. Namun untuk


ketepatan ada 1 puskesmas yang sering terlambat mengumpulkan”

Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa Dinkes Kota Palembang


indikator kelengkapan data sebesar 100%, dan ketepatan data 1/39 sehingga
sebesar 97%.

Berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003


kelengkapan dan ketepatan laporan unit pelapor seharusnya 80% atau
lebih.Artinya dinkes Kota Palembang sudah sesuai dengan pedoman.

4.2.4 KegiatanPenerbitan Buletin Kajian danUmpan Balik Surveilans


Diabetes Melitus

Sesuai dengan pedoman surveilans buletin harusnya terbit 1 bulan sekali


atau lebih. Dinas kota Palembang sudah memiliki buletin PTM. Buletin ini baru
saja terbit tahun 2015. Namun hanya terbit 1 tahun sekali:

27
“Buletin PTM kita dari baru tahun kemarin menerbitkan buletin PTM.
Rencananya akan terus terbit 1 tahun sekali”
Untuk kegiatan umpan balik Kota Palembanghanya mengevaluasi data
berdasarkan jumlah kasus yang baru dan yang lama. Jika pada tanggal yang telah
ditentukan puskesmas belum mengirim data atau data yang dikirim kurang maka
program terkait (PTM) mengkonfirmasi ulang melalui SMS.

Berdasarkan informasi diketahui juga bahwa evaluasi pelaksanaan


surveilans yang dilakukan Dinkes kepada Puskesmas hanya evaluasi terhadap
kualitas keterbaruan data yang dilaporkan oleh Puskesmas. Hal ini dilakukan agar
Dinkes dapat melihat trend sebagaimana data di lapangan. Sedangkan terkait
indikator yang dipakai oleh Dinkes dalam pelaksanaan surveilans ini adalah
indikator PTM dari Dinkes Provins. Kegiatan umpan balik terkait informasi yang
dilakukan, telah diwujudkan melalui kegaiatan program penanggulangan PTM
dengan kerja sama oleh Puskesmas melalui program Posbindu di bawah
pengawasan Dinas Kesehatan Provinsi Kota Palembang .
Dapat disimpulkan capaian managemen surveilans DM dikota Palembang :

No Tahapan Capaian Indikator

1. Input Tenaga pelaksana Belum ada di Tenaga Epidemiolog


surveilans PTM

2. Sarana pelaksanaan Ada lengkap 1. 1 paket alat komunikasi


surveilans (telepon, faksimili, SSB dan
telekomunikasi lainnya)

2. 1 paket kepustakaan

3. 1 paket pedoman pelaksanaan


surveilans epidemiologi dan
program aplikasi komputer

4. 1 roda empat, 1 roda dua

28
3. Proses Kelengkapan laporan unit Lengkap 100% 80 % atau lebih
pelapor dan sumber data
awal

Ketepatan laporan unit Tepat 97% 80 % atau lebih


pelapor dan sumber data
awal

5. Output Penerbitan buletin kajian Ada buletin 1 atau lebih setiap bulan
epidemiologi PTM 1 kali
setahun

Umpanbalik Tercapai 80 % atau lebih

29
4.2 Hasil Pengelolaan Surveilans Kasus DM

4.2.3 Surveilans Kasus DM berdasarkan Waktu


Grafik Jumlah Kejadian Baru Diabetes Melitus di Kota
Palembang Tahun 2011-2015
2330
2129 2159
1882
1553

2011 2012 2013 2014 2015

Diketahui bahwa jumlah kejadian baru diabetes melitus dikota palembang


pada tahun 2011 - 2015 fluktuatif. Kejadian tertinggi terdapat pada tahun 2015
yaitu sebesar 2330 sedangkan prevalensi terendah pada tahun 2014 yaitu 1553.

Grafik Proporsi Kejadian Baru Diabetes Melitus di Kota


Palembang Tahun 2011-2015

Proporsi kejadian DM

0.139% 0.141% 0.152%


0.123%
0.101%

2011 2012 2013 2014 2015

Diketahui bahwa proporsi kejadian baru diabetes melitus dikota


palembang pada tahun 2011 - 2015 terjadi fluktuatif. Kejadian tertinggi terdapat
pada tahun 2015 yaitu sebesar 0,152% sedangkan prevalensi terendah pada tahun
2014 yaitu 0.101%.

ini berarti kejadian baru diabetes mellitus masih menjadi masalah besar di
kota palembang. Proporsi kejadian baru diabetes mellitus mengalami kenaikan
pada tahun 2015 sehingga perlu dilakukan intervensi penyebab dari kejadian DM.

30
Grafik Kejadian Baru Diabetes Melitus di Kota Palembang per
Bulan Tahun 2011-2015
450
400
350
300 2011
Axis Title

250
200 2012
150 2013
100
50 2014
0
2015

Diketahui bahwa kejadian baru diabetes melitus dikota palembang per


bulan tahun 2011 – 2014 terlihat sama fluktuatifnya, dan tertinggi pada bulan Juni
kecuali Tahun 2015.
Namun untuk tahun 2015 terjadi pergeseran pola kejadian perbulan,
dimana peningkatan kasus pada bulan Agustus, dan tahun 2015 terlihat justru
bulan Juni kejadian terendah, dan peningkatan kejadian DM yang sangat
signifikan.
Akan tetapi DM adalah penyakit yang kronis dan munculnya tahunan,
sehingga variabel yang memperngaruhi kejadian berdasarkan bulanan tidak terlalu
berarti.

31
4.2.3 Surveilans Kasus DM berdasarkan Orang

Grafik Kejadian Diabetes Melitus di Kota Palembang Menurut Jenis


Kelamin Tahun 2011-2015
Laki-laki

1199 1268 1268


1119 1062
930 891 946
763
607

2011 2012 2013 2014 2015

Diketahui bahwa angka kejadian diabetes melitus dikota palembang menurut


jenis kelamin tahun 2011 - 2015 yaitu tertinggi terdapat pada tahun 2015 yaitu
sebesar 1268 pada perempuan dan 1062 pada laki – laki sedangkan prevalensi
terendah pada tahun 2014 yaitu sebesar 946 pada perempuan dan 607 pada laki –
laki .

Grafik Proporsi Diabetes Melitus di Kota Palembang Menurut Jenis


Kelamin Tahun 2011-2015

Laki-laki Perempuan
0.16% 0.17% 0.17%
0.15% 0.14%
0.12% 0.12% 0.12%
0.10%
0.08%

2011 2012 2013 2014 2015

Diketahui bahwa proporsi diabetes melitus dikota palembang menurut jenis


kelamin tahun 2011 - 2015 yaitu tertinggi terdapat pada tahun 2015 yaitu sebesar
0,17 % pada perempuan dan 0,14 % pada laki – laki sedangkan prevalensi

32
terendah pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,12 % pada perempuan dan 0.08% pada
laki – laki .
Ini berarti terlihat bahwa perempuan lebih beresiko terjadinya diabetes
mellitus dibandingkan laki – laki .

Persentase Kejadian Diabetes Persentase Kejadian Diabetes


Melitus di Kota Palembang Melitus di Kota Palembang
Menurut Jenis Kelamin Tahun Menurut Jenis Kelamin Tahun
2011 2012
laki-laki laki-laki
44% 41%
perempuan perempuan
56% 59%

Persentase Kejadian Diabetes Persentase Kejadian Diabetes


Melitus di Kota Palembang Melitus di Kota Palembang
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014

laki-laki laki-laki
39% 39%
perempuan perempuan
61% 61%

Persentase Kejadian Diabetes Melitus di


Kota Palembang Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2015

LAKI-LAKI 39%
PEREMPUAN
61%

Diketahui bahwa presentasi diabetes melitus dikota palembang menurut


jenis kelamin tahun 2011 – 2015 bahwa presentasi perempuan lebih banyak
sehingga perempuan lebih beresiko terjadinya diabetes mellitus dibangdingkan
laki – laki

33
Grafik Kejadian Diabetes Melitus di Kota Palembang
Menurut Umur Tahun 2014
2014

615 644

278

16

<18 th 18-45 th 45-54 th 60-69 th

Diketahui bahwa angka kejadian diabetes melitus dikota palembang


menurut umur tahun 2014 yaitu tertinggi pada umur 60 – 69 tahun sebesar 644
sedangkan prevalensi terendah yaitu pada umur <18 th sebesar 16. ini berarti
angka kejadian diabetes mellitus menurut umur untuk usia lanjut lebih beresiko
terjadinya diabetes mellitus.

Grafik Kejadian Diabetes Melitus di Kota Palembang


Menurut LB-1 perUmur Tahun 2015

2015

19296

114 81

Balita < 5 th anak (5-15 th) dewasa (>15 th)

Diketahui bahwa angka kejadian diabetes melitus dikota palembang


menurut umur tahun 2015 yaitu tertinggi pada kelompok umur dewasa (>15 th)
sebesar 19296 sedangkan prevalensi terendah yaitu pada kelompok umurbalita
(<5th) sebesar 114.
Ini berarti angka kejadian diabetes mellitus menurut kelompok umur
untuk dewasa lebih beresiko terjadinya diabetes mellitus.
Dari dua kategori yang ada bahwa kategori umur kasus DM oleh dinkes
tidak konsisten antara tahun 2014 dan 2015 sehingga menyulitkan analisis trend
analisis dalam mengklasifikasikan kelompok umur

34
4.2.3 Surveilans Kasus DM berdasarkan Tempat
Analisis kasus DM berdasarkan tempat, dipakai adalah berdasarkan
wilaayh kerja puskesmas.cut of point yang diapakai adalah rata-rata kasus
pertahun.Untuk tahun 2015 data perwilayah puskesmas tidak berhasil didapatkan
dari dinas kesehatan, sehingga analaisis perwilayah hanya dari tahun 2011-2014.

Grafik Kejadian Diabetes Melitus di Kota Palembang Berdasarkan


Puskesmas Tahun 2011
337
292
198
128
48 4954.655 61 69 70 74 79 87 87100
33 39 41 41
0 0 0 3 3 3 4 6 7 8 12 13 17 18 21 22 24 25 26 29
5 ILIR

4 ULU

1 ULU

MAKRAYU

7 ULU
OPI

RATA-RATA

BOOM BARU

SEKIP
NAGASWIDAK
SAKO

SEI BAUNG
BUKIT SANGKAL

SABOKINGKING

PEMBINA

SOSIAL

DEMPO
KENTEN

BASUKI RAHMAT

MERDEKA
PLAJU

LOROK PAKJO
TALANG RATU

11 ILIR
PUNTI KAYU

KALIDONI

ARIODILLAH

23 ILIR
Karya Jaya

TALANG BETUTU

PADANG SELASA
MULTI WAHANA

KERTAPATI
GANDUS
Alang-alang Lebar

SEI SELINCAH

KAMPUS
TAMAN BACAAN

SUKARAMI
KERAMASAN

Diketahui bahwa kejadian diabetes melitus dikota palembang berdasarkan


Puskesmas tahun 2011 yaitu prevalensi tertinggi pada Puskesmas 7 ulu sebesar
337 sedangkan prevalensi terendah yaitu pada Puskesmas keramasan, sako dan
karya jaya sebesar 0.

Grafik Insiden Diabetes Melitus di Kota Palembang Berdasarkan


Puskesmas Tahun 2011 per 100.000 penduduk
1095
1005

555576
341417
293
221
208
121143146158163197
0 0 0 0 4 10 12 13 14 18 25 37 38 40 42 46 53 57 64 66 73 75 82 83102105

Diketahui bahwa proporsi diabetes melitus dikota palembang berdasarkan


Puskesmas tahun 2011 yaitu prevalensi tertinggi pada Puskesmas 7 ulu sebesar
1001 per 100.000 penduduk sedangkan prevalensi terendah yaitu pada Puskesmas
keramasan, sako dan karya jaya sebesar 0 per 100.000 penduduk .

ini berarti proporsi diabetes mellitus masih menjadi masalah besar pada
Puskesmas yang diatas rata-rata

35
Grafik Kejadian Diabetes Melitus di Kota Palembang Berdasarkan
Puskesmas Tahun 2012

411

149163
90 96 108108
99101
72 75 84
25 313233 34343536 37 47 5355
1 3 4 7 101010 14141616 1818 212123
5 ILIR

SEKIP

4 ULU

MAKRAYU

1 ULU
7 ULU
SABOKINGKING

NAGASWIDAK

OPI

BOOM BARU
SEI BAUNG
BUKIT SANGKAL
SOSIAL

DEMPO

PEMBINA
BASUKI RAHMAT

MERDEKA
MULTI WAHANA

SAKO

KENTEN
LOROK PAKJO
11 ILIR

TALANG RATU

23 ILIR
KALIDONI
ARIODILLAH
TAMAN BACAAN
TALANG BETUTU

KERTAPATI
Karya Jaya

PADANG SELASA

PLAJU
KAMPUS
SEI SELINCAH

PUNTI KAYU

rata-rata

GANDUS
Alang-alang Lebar

SUKARAMI
KERAMASAN

Diketahui bahwa kejadian diabetes melitus dikota palembang berdasarkan


Puskesmas tahun 2012 yaitu tertinggi pada Puskesmas Merdeka sebesar 411
sedangkan prevalensi terendah yaitu pada Puskesmas 5 ilir sebesar 1.

Grafik Insiden Diabetes Melitus di Kota Palembang Berdasarkan


Puskesmas Tahun 2012 per 100 000 penduduk
2159

1415

523
386386402
131133140170190221244254272274288306
111
4 5 9 21 21 22 27 31 33 43 45 49 52 58 65 67 68 74 91 94 94101

Diketahui bahwa kejadian diabetes melitus dikota palembang berdasarkan


Puskesmas tahun 2012 yaitu prevalensi tertinggi pada Puskesmas Merdeka
sebesar 2159 per 100 000 penduduk sedangkan prevalensi terendah yaitu pada
Puskesmas 5 ilir sebesar 4 per 100 000 penduduk

ini berarti proporsi diabetes mellitus masih menjadi masalah besar pada
Puskesmas yang diatas rata-rata.

36
Grafik Kejadian Diabetes Melitus di Kota Palembang Berdasarkan
Puskesmas Tahun 2013
333

113122
87
67 67 69 70 72 76
32 32 33 38 38 43 48 50 56 60 66
24 24 24 25 25 27 27 27 29
5 6 7 7 13 14 15 17 19 23
SABOKINGKING

5 ILIR
NAGASWIDAK

OPI
7 ULU

SEI BAUNG

4 ULU

1 ULU
BOOM BARU

SEKIP

MAKRAYU
BUKIT SANGKAL

SOSIAL
TALANG RATU

SAKO

PEMBINA

DEMPO

BASUKI RAHMAT

MERDEKA
ARIODILLAH

KENTEN
11 ILIR

SEI SELINCAH

PUNTI KAYU
LOROK PAKJO

23 ILIR

KALIDONI
MULTI WAHANA

KERTAPATI

PLAJU
TALANG BETUTU

KAMPUS

Alang-alang Lebar

rata-rata

Karya Jaya

PADANG SELASA
GANDUS
TAMAN BACAAN
SUKARAMI
KERAMASAN

Diketahui bahwa kejadian diabetes melitus dikota palembang berdasarkan


Puskesmas tahun 2013 yaitu prevalensi tertinggi pada Puskesmas Merdeka
sebesar 333 sedangkan prevalensi terendah yaitu pada Puskesmas sabokingking
sebesar 5

Grafik Insiden Diabetes Melitus di Kota Palembang Berdasarkan


Puskesmas Tahun 2013 per 100.000 penduduk
1146

711

265270284
182192204239
43 51 52 54 61 69 70 73 76 79 80 86 87 88 108119120138148152153155158168
8 8 21 37 39 39 41
Alang Alang…

4 Ulu
7 Ulu

OPI

Kenten

1 Ulu
Nagaswidak

Sekip
Sosial
11 Ilir
Sukarami

Pakjo

Ariodilah
Sabokingking

Gandus

23 Ilir
Talang Betutu

Keramasan

MEAN

Sako

Kalidoni
Kampus

5 Ilir
Kertapati
Boom Baru
Makrayu

Padang Selasa
Dempo

Karya Jaya
Multi Wahana

Punti Kayu

Bukit Sangkal

Sei Selincah

Taman Bacaan

Basuki Rahmat
Plaju

Talang Ratu

Pembina

Merdeka
Sei Baung

Diketahui bahwa insiden diabetes melitus dikota palembang berdasarkan


Puskesmas tahun 2013 yaitu prevalensi tertinggi pada Puskesmas Merdeka
sebesar 1148 per 100.000 penduduk sedangkan prevalensi terendah yaitu pada
Puskesmas sabokingking sebesar 8 per 100.000 penduduk

ini berarti proporsi diabetes mellitus masih menjadi masalah besar pada
Puskesmas yang diatas rata-rata

37
Grafik Kejadian Diabetes Melitus di Kota Palembang Berdasarkan
Puskesmas Tahun 2014 206
150
103
79
5962626776
25252730343539434545505256
2 3 3 5 7 9 101013141415161720212122

Diketahui bahwa kejadian diabetes melitus dikota palembang berdasarkan


Puskesmas tahun 2014 yaitu kejadian tertinggi pada Puskesmas Merdeka sebesar
206 sedangkan kejadian terendah yaitu pada Puskesmas keramasan sebesar 2

Grafiik Insiden Diabetes Melitus di Kota Palembang Berdasarkan


Puskesmas Tahun 2014 per 100.000 penduduk
709
535582

314
182
165
144 195
183
140
102110113114124125130136
7 9 12 14 18 21 22 23 24 26 26 43 46 50 52 54 65 72 85 86 87 88
Alang Alang…
Kertapati
Plaju
Makrayu

Pakjo

OPI
Talang Ratu

Sei Selincah
Ariodilah

Taman Bacaan

Merdeka
Keramasan

4 Ulu

Kampus

7 Ulu

Padang Selasa

Sako

1 Ulu
23 Ilir

11 Ilir

Sosial

Punti Kayu

Gandus

MEAN
Multi Wahana

Nagaswidak

Sei Baung

Kalidoni
Kenten
5 Ilir

Sukarami
Sekip

Basuki Rahmat

Dempo

Pembina
Karya Jaya
Talang Betutu

Sabokingking

Boom Baru
Bukit Sangkal

Diketahui bahwa insiden diabetes melitus dikota palembang berdasarkan


Puskesmas tahun 2014 yaitu prevalensi tertinggi pada Puskesmas Merdeka
sebesar 709 per 100.000 penduduk sedangkan prevalensi terendah yaitu pada
Puskesmas Multiwahana sebesar per 100.000 penduduk.

ini berarti proporsi diabetes mellitus masih menjadi masalah besar pada
Puskesmas yang diatas rata-rata

38
Peta Sebaran Insiden DM per 100.000 penduduk di Kota Palembang
tahun 2011-2014

Pada peta terlihat wilayah kerja Puskesmas yang memiliki IR DM

tinggi (> mean) ditandai dengan warna biru, sedangkan wilayah kerja

Puskesmas yang memiliki IR DM rendah (<mean) ditandai dengan warna

putih. Secara umum, berdasarkan spasial, terlihat bahwa kejadian DM

cenderung banyak terjadi Kota bagian Seberang Ilir dari arah Pusat Kota

hingga Utara Kota. Sedangkan secara temporal, kejadian DM di wilayah kerja

Puskesmas di Kota Palembang dari tahun 2011 hingga 2014 terlihat

cenderung meningkat walaupun ditahun 2014 terlihat penurunan.

39
Tahun 2011, kejadian DM yang tinggi terletak didaerah tengah kota yaitu

dipakjo,sekojo, merdeka, dan 1 ulu. pada tahun 2012 kejadian DM yang

tinggi didaerah palembang adalah di merdeka, seberang ulu, sukarami,

gandus, dan plaju, kejadian DM ini mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya.

Pada Tahun 2013 angka kejadian DM semakin meningkat dari tahun 2012

angka kejadian yang tinggi terletak di merdeka, karya jaya, sukarami, pakjo

sekojodan seberang ulu. Dan pada tahun 2014 angka kejadian DM

penyebaran di wilayah kerja puskesmas dikota palembang mengalami

penurunan yang signifikan. Kejadian DM tersebar di wilayah pakjo, sekojo,

seberang ulu, plaju, gandus dan karya jaya.

Dari pemetaan diatas, tidak tersedia tahun 2015. Padahal angka kejadian

ditahun 2015 mengalami peningkatan yang tinggi dari tahun 2014. Ini berarti

angka kejadian diabetes melitus masih tinggi di kota palembang. Hal yang

sangat mempengaruhi terjadinya diabetes melitus adalah pola hidup yang

tidak sehat. Sehingga faktor resiko terjadinya angka diabetes melitus masih

tinggi.

40
Inventaris Puskesmas diatas rata-rata

No 2011 2012 2013 2014

1 Puskesmas per jumlah kasus Ariodillah Ariodillah 4 ulu 1 ulu


Boom baru 1 ulu Sako Sekip
1 ulu 7 ulu Taman bacaan Kenten
Sekip 23 ilir Kenten Sei selincah
Nagaswidak Kalidoni Pembina Sematang borang
Makrayu Dempo 1 ulu Punti kayu
23 ilir Sukarami Plaju Karya jaya
Basuki rahmat Pembina Dempo Gandus
Kertapati Padang selasa Karya jaya Alang-alang lebar
Lorok pakjo Gandus Gandus Dempo
Dempo Plaju Kalidoni Basuki rahmat
Merdeka Merdeka Basuki rahmat Padang selasa
Padang selasa Kalidoni
Merdeka Pembina
Merdeka
2 Puskesmas menurut insiden Nagaswidak 7 ulu Ariodillah Opi
Basuki rahmat Sukarami Sako Talang ratu
Ariodillah Gandus 23 ilir Boom baru
1 ulu Kalidoni Kenten Sako
Boom baru Dempo Sei baung Sei selincah
23 ilir 1 ulu Padang selasa Basuki rahmat
Lorok pakjo Pembina Dempo 1 ulu
Dempo Ariodillah Pembina Dempo
Merdeka 23 ilir Kalidoni Kalidoni
7 ulu Karya jaya Basuki rahmat Pembina
Merdeka 1 ulu Karya jaya
Karya jaya Merdeka
Merdeka

41
BAB VI
PENUTUP

6.1 Simpulan
1. Surveilans DM yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Palembang adalah
surveilans pasif dengan menunggu hasil laporan kasus DM dari tiap-tiap
puskesmas.
2. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data Diabetes Melitus dilakukan
oleh pemegang program pengendalian penyakit tidak menular. Sarana dan
prasarana pendukung kegiatan surveilans DM adalah kendaraan bermotor,
jaringan elektromedia, komunikasi seperti faksimile telpon dll, komputer.
3. Indikator proses tecapai yaitu diatas 80% untuk kelengkapan dan ketepatan
laporan
4. Kegiatan umpan balik terkait informasi dilakukan, untuk mengevaluasi
kualitas keterbaruan data yang mereka dapat dari Puskesmas
5. Evaluasi pelaksanaan surveilans yang dilakukan dinkes kepada Puskesmas
hanya evaluasi terhadap kualitas keterbaruan data yang dilaporkan oleh
Puskesmas.
6. Kejadian DM berdasarkan waktu pernah menurun pada tahun 2014 dan
tertinggi pada tahun 2015
7. Kejadian DM berdasarkan orang tertinggi pada kelompok umum >18 tahun
jenis kelamin perempuan
8. Kejadian DM berdasarkan tempat selalu diatas rata-rata adalah puskesmas
merdeka, 1 ulu, dempo selama 4 tahun

42
6.2 Saran
Saran Managemen surveilans

1. Laporan kasus menggunakan proporsi atau insiden


2. Gunakan kategori umur yang konsisten
3. Arsip data yang baik
4. Analisis data per 5 tahun
5. Lakukan surveilans faktor resiko dari posbindu

Hasil Analisis Surveilans


1. Intervensi pada Puskesmas yang selalu diatas rata-rata selama 4 tahun
berdasarkan insiden: merdeka, 1 ulu, dempo,
2. Intervensi pada wanita usia > 15 tahun

43
DAFTAR PUSTAKA

Hadisaputro S, Setiawan H. Epidemiologi dan faktor-faktor risiko terjadinya


diabetes mellitus tipe 2. dalam diabetes mellitus ditinjau dari berbagai
aspek penyakit. 2007:33-53
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pengendalian
Diabetes Mellitus Dan Penyakit Metabolik.
Kepmenkes RI, No. 1110/ MENKES/ SK/ VIII/ 2003 tentang indikator
pedoman penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan.
Soegondo S. Diagnosis dan Kalsifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam
Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.
Penerbit FKUI. Jakarta. 2005.
Suyono S. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S dkk (eds),
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta.
2005.

44
Lampiran– Lampiran

Pengumpulan Data Surveilans Faktor Risiko Dan Kasus DM

Tabel Check List Data Kasus dan Faktor Risiko DM


Beri tanda (X) jika data tersedia
Faktor Risiko Keterangan
Jenis Kelamin V (tersedia)
Umur V (tersedia)
Riwayat Keluarga - (Tidak tersedia)
Tipe DM V (tersedia)
Berat Badan - (Tidak tersedia)
Kadar Gula Darah - (Tidak tersedia)

Tabel Check List Data Yang Dibutuhkan Untuk Surveilans Kasus DM


Daftar Data Pengamatan Surveilans Dm Di Kota Palembang

Jenis Data Keterangan


Data kasus DM setiap bulan tersedia
Data kasus DM berdasarkan tempat Tersedia
Data kasus DM berdasarkan usia tersedia
Data kasus DM berdasarkan jenis kelamin tersedia
Jumlah Puskesmas yang memiliki Posbindu Tidak tersedia berupa data
lengkap
Data terkait program penanganan DM Tidak tersedia
Data terkait program pengendalian faktor risiko DM Tidak tersedia
Data terkait SDM petugas surveilans DM Tersedia

45
PANDUAN WAWANCARA KOMPONEN DAN MEKANISME KERJA
SURVEILANS DIABETES MELLITUS

Nama Pewawancara : .....................................................


Nama Responden : ...................................................
Jabatan Responden : ...................................................

1. Apa tujuan surveilans DM yang ada di instansi ?


2. siapa saja unit pelayanan kesehatan yang melakukan surveilans DM ?
3. Seperti apa konsep surveilans DM secara umum dan di tiap level
pelayanan kesehatan yang melakukan surveilans DM ?
4. bagaimana dukungan dan advokasi pemerintah terkait dengan surveilans
terutama Surveilans DM dan Faktor Risiko DM ?
5. Bagaimana pelaksanaan surveilans DM di tiap level pelayanan kesehatan ?
6. Bagaimana konsep dan pelaksanaan jejaring surveilans yang ada di
instansi ?
7. Apa indikator kinerja surveilans DM yang dipakai oleh instansi ?
8. Bagaimana perekaman, pelaporan dan pengolahan data yang telah
dilakukan ?
9. Siapa dan bagaimana cara analisis dan interpretasi dari hasil surveilans
yang telah dilakukan ?
10. Apakah ada studi epidemiologi yang dilakukan sebagai penunjang
surveilans yang dilakukan ?
11. apakah ada penyebaran informasi dan seperti apa penyebaran informasi
dilakukan ?
12. Apakah hasil dari surveilans dijadikan sebuah rekomendasi dan apakah
mendapat umpan balik dari surveilans yang telah dilakukan ?

46

Anda mungkin juga menyukai