Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN PELAKSANAAN SURVEILANS DBD

(Studi di Puskesmas Siantan Tengah Kecamatan Pontianak Utara Tahun 2015)

Iskandar Arfan 1, Peronela 2


1
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak
(iskandar_arfan@yahoo.com)
2
Peminatan Kesehatan Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak
tahun 2015 (peronella8@gmail.com)

ABSTRAK
Latar belakang : Di Kota Pontianak, penyakit DBD juga masih menjadi perhatian utama karena tingginya
jumlah kasus. Periode 3 tahun terakhir 2012-2014 angka kesakitan penyakit DBD di Kota Pontianak
Kalimantan Barat menunjukan trend fluktuatif berdasarkan angka incidence rate, dimana pada tahun 2012 (IR
23.1), tahun 2013 (IR 17.06), dan meningkat drastis di tahun 2014 menjadi 57.07 per 100.000 penduduk.
Dengan Angka kematian (CFR) karena kasus DBD pada tahun 2014 sebanyak 2.03% dan melebihi angka
nasional (Dinkes Kota Pontianak 2014). Salah satu cara yang efektif yang bisa dilakukan untuk menekan angka
kesakitan dan kematian akibat DBD yakni dengan melaksanakan surveilans epidemiologi. Program ini
merupakan kegiatan yang terus menerus dan teratur dalam pengumpulan, pengolahan, analisa dan interpretasi
data sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan yang efektif.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan surveilans epidemiologi DBD
di Puskesmas Siantan Tengah Kecamatan Pontianak Utara Kalbar Tahun 2015
Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau
observasi, wawancara, dan dokumentasi terdiri dari 3 narasumber untuk diwawancarai yakni kepala puskesmas
siantan tengah, petugas pelaksana surveilans DBD puskesmas, serta petugas pelaksana surveilans DBD dinas
kesehatan Kota Pontianak
Hasil : Pelaksanaan pengumpulan data surveilans DBD pada Puskesmas Siantan Tengah masih masih
menggunakan metode surveilans pasif untuk pengumpulan data kasus DBD sedangkan Pelaksanaan pengolahan
dan penyajian data DBD memanfaatkan teknologi komputerisasi seperti sebatas program lunak office excel
dan word. Pelaksanaan analisis dan interpretasi namun hanya pemenuhan laporan ke dinas kesehatan kota
namun tidak dapat membuat analisis dan saran terhadap hasil surveilans. Pelaksanaan penyebarluasan
informasi di Puskesmas Siantan Tengah dilaksanakan dengan system 2 arah yakni kepada instansi diatasnya dan
instansi lain yang membutuhkan.
Saran : Bagi kepala puskesmas memberikan dukungan dengan memberikan rekomendasi pelatihan untuk
tenaga surveilans di puskesmas sehingga tenaga surveilans di puskesmas memiliki keterampilan dalam
pelaksanaan surveilans data DBD untuk pencegahan dan penanggulangan DBD.

Kata Kunci : Surveilans, DBD


Daftar Pustaka : 10 (2003-2014)
PENDAHULUAN baik akan berimplikasi pada proses
Demam Berdarah Dengue pencegahan , penanggulangan,
(DBD) merupakan salah satu masalah pengambilan keputusan dan kebijakan
kesehatan masyarakat secara global, program penyakit termasuk penyakit
nasional dan lokal. Diperkirakan lebih DBD.
dari 3.9 milyar penduduk (lebih dari 40% Pukesmas Siantan Tengah
populasi dunia) berisiko terinfeksi DBD. Kecamatan Pontianak Utara Tahun 2015
Saat ini, DBD menjadi penyakit endemik merupakan salah satu puskesmas
di lebih dari 100 negara, di Afrika, dibawah dinas kesehatan Kota Pontianak
Amerika, Mediterania Timur, Asia dimana di wilayah kerja puskesmas
Tenggara dan Pasifik Barat dan untuk tersebut merupakan salah satu wilayah
pertama kalinya dilaporkan terjadi kasus rawan DBD yang selalu menyumbang
DBD di Prancis, Kroasia dan beberapa kasus di kota Pontianak setiap tahunnya
negara lain di Eropa (WHO, 2015). sehingga peneliti tertarik untuk
Di Indonesia, jumlah kasus DBD melakukan penelitian bagaimana
pada tahun 2014 sebesar 37,11 per pelaksanaan surveilans epidemiologi
100.000 penduduk, dengan angka DBD (studi di puskesmas Siantan Tengah
kematian DBD yang terus meningkat 3 Kecamatan Pontianak Utara) dengan
tahun terakhir yakni dengan angka CFR tujuan untuk mengetahui bagaimana
sebesar 0,90 pada tahun 2014 dari 34 gambaran pelaksanaan surveilans
provinsi (Kemenkes RI, 2015) epidemiologi DBD di tataran puskesmas
yang berjalan selama ini.
Di Kota Pontianak, penyakit
DBD juga masih menjadi perhatian
utama karena tingginya jumlah kasus. METODE
Periode 3 tahun terakhir 2012-2014 Penelitian ini merupakan penelitian
angka kesakitan penyakit DBD di Kota deskriptif kualitatif dengan melakukan
Pontianak Kalimantan Barat menunjukan observasi dan wawancara. Penelitian ini
trend fluktuatif berdasarkan angka bertujuan melakukan deskripsi
incidence rate, dimana pada tahun 2012 pelaksanaan surveilans DBD puskesmas
(IR 23.1), tahun 2013 (IR 17.06), dan Siantan Tengah. Subjek dalam penelitian
meningkat drastis di tahun 2014 menjadi ini terdiri dari 3 narasumber untuk
57.07 per 100.000 pddk. Dengan Angka diwawancarai yakni kepala puskesmas
kematian (CFR) karena kasus DBD pada siantan tengah, petugas pelaksana
tahun 2014 sebanyak 2.03% dan surveilans DBD puskesmas, serta petugas
melebihi angka nasional (Dinkes Kota pelaksana surveilans DBD dinas
Pontianak 2014). kesehatan Kota Pontianak. Analisa data
Salah satu cara yang efektif yang dilakukan membandingkan hasil
bisa dilakukan untuk menekan angka wawancara dengan kepala puskesmas,
kesakitan dan kematian akibat DBD petugas surveilans DBD, dan petugas
yakni dengan melaksanakan surveilans dinas kesehatan, hasil observasi langsung
epidemiologi. Program ini merupakan dan beberapa literatur nonteknis mengenai
kegiatan yang terus menerus dan teratur surveilans DBD.
dalam pengumpulan, pengolahan, analisa
dan interpretasi data sehingga dapat HASIL
dilakukan penanggulangan untuk dapat Hasil observasi
mengambil tindakan yang efektif. 1. Kegiatan Surveilans DBD
Surveilans epidemiologi di tingkat
Puskesmas apabila dilakukan dengan
2. Petugas Surveilans DBD
Berdasarkan tabel tersebut diketahui
bahwa pendidikan petugas pelaksana
surveilans DBD di Puskesmas Siantan
Tengah berasal dari D4 epidemiologi
3. Sarana dan Prasarana dengan masa kerja hampir 21 tahun dan
berdasarkan hasil observasi petugas
pelaksana telah memiliki surat tugas,
ijazah pendidikan terakhir akan tetapi
tidak pernah mendapatkan pelatihan
surveilans.
Dari hasil observasi yang
dilakukan peneliti diperoleh hasil
formulir, buku pedoman dan petunjuk
teknis DBD yang dimiliki oleh Puskesmas
Siantan Tengah Kecamatan Pontianak
Utara sebagai acuan proses pelaksanaan
surveilans dan penanggulangan DBD
telah lengkap yang didukung adanya dana
untuk segala keperluan segala kegiatan
surveilans dan penanggulangan DBD di
Puskesmas Siantan Tengah.

Hasil Wawancara
3. Formulir Surveilans DBD
1. Pendanaan Surveilans DBD

2. Pengumpulan Data DBD

4. Pedoman dan petunjuk teknis

5. Tersedia dana
3. Pengolahan Data DBD
surveilans di tingkat puskesmas.
Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti
menyimpulkan bahwa petugas pelaksana
surveilans Puskesmas Siantan tengah
telah sesuai dengan kepmenkes Nomor
1116 / MENKES / SK/ VIII /2003 yakni
4. Analisis dan interpretasi data DBD memiliki tenaga epidemiologi terampil
untuk pelaksanaan surveilans di tingkat
puskesmas namun tidak lengkap karena
tenaga tersebut belum pernah sekalipun
mendapatkan pelatihan mengenai
surveilans terutama surveilans DBD
sehingga akan berdampak kurang
optimalnya sistem surveilans DBD yang
ada dipuskesmas.

5. Penyebarluasan dan umpan balik 2. Sarana dan Prasarana untuk


data DBD Surveilans DBD di Puskesmas
Siantan Tengah
Sarana dan prasarana kegiatan
surveilans DBD merupakan salah satu hal
yang diperlukan untuk mendukung sebuah
program penanggulangan penyakit DBD.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, sarana dan
prasarana yang ada Puskesmas Siantan
Tengah belum sesuai dengan Panduan
Praktis Surveilans Epidemiologi Penyakit
dari Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular Departemen Kesehatan
PEMBAHASAN Republik Indonesia Tahun 2003. Sarana
1. Petugas Pelaksana Surveilans DBD dan prasarana yang dimaksud dalam
di Puskesmas Siantan Tengah penelitian ini meliputi: 1. Alat kantor
Pendidikan seseorang Kelengkapan alat kantornya antara lain:
menentukan luasnya pengetahuan komputer, mesin ketik, printer, kalkulator,
seseorang. Berdasarkan hasil penelitian telefon, faksimili, internet. 2. Peralatan
yang dilakukan tenaga pelaksana pemeriksaan DBD meliputi: Manset anak,
surveilans DBD di puskesmas Siantan mikroskop, hemometer sahli, pipet Hb,
Tengah. Pendidikan terakhirnya adalah Pipet eritrosit, Pipet Leukosit, Kamar
D4 Epidemiologis dengan masa kerja 21 hitung trombosit, hemositometer.
tahun. Sesuai dengan Kepmenkes Nomor 3.Perangkat lunak Puskesmas harus
1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang mempunyai perangkat lunak meliputi: epi
Pedoman Penyelenggaraan Sistem info, epi map ,SPSS , microsoft office. 3.
Surveilans Epidemiologi Kesehatan Alat transportasi Terdapat dua jenis alat
tenaga surveilans pada tingkat puskesmas transportasi yang digunakan dalam
adalah seorang epidemiolog terampil. mendukung kegiatan surveilans yaitu:
Petugas surveilans juga perlu untuk kendaraan roda dua dan roda empat.
mengikuti kegiatan pelatihan yang Berdasarkan hasil observasi yang
bertujuan supaya petugas tersebut dilakukan oleh peneliti, Puskesmas
terampil dalam melaksanakan kegiatan Siantan Tengah memiliki peralatan kantor
seperti komputer, mesin ketik, printer, pelaksanaan surveilans di tingkat
kalkulator, formulir perekam, telefon, dan puskesmas.
internet, sedangkan mesin faksimili belum
mempunyai, Akses Internet yang dimiliki
oleh puskesmas Siantan Tengah juga 4. Buku Pedoman dan Petunjuk Teknis
belum optimal dapat dimanfaatkan proses Surveilans DBD Puskesmas Siantan
penyebarluasan informasi. Pada sarana Tengah
transportasi Puskesmas Siantan Tengah Buku pedoman dan petunjuk
memiliki kendaraan roda dua dan roda teknis DBD merupakan pedoman yang
empat sedangkan Perangkat lunak digunakan oleh tenaga surveilans dalam
puskesmas hanya memiliki program melakukan surveilans DBD dan tindakan
pengolahan microsoft office sedangkan penanggulanan penyakit DBD di
perangkat lunak seperti SPSS, epi info lapangan. Adapun buku pedoman dan
dan epi map belum memilikinya. Dari petunjuk teknis tersebut meliputi : Buku
Hasil observasi tersebut peneliti program pengendalian DBD, buku
menyimpulkan bahwa sarana dan tatalaksana DBD, petunjuk pelaksanaan
prasarana untuk mendukung pelaksanaan dan petunjuk teknis jumantik, pedoman
surveilans DBD di Puskesmas Siantan praktis surveilans. Dari hasil observasi
Tengah tidak lengkap dari peralatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa di
perangkat lunak untuk keperluan Puskesmas Siantan Tengah telah memiliki
surveilans, tidak adanya perangkat lunak semua buku pedoman dan petunjuk teknis
seperti SPSS, epi map, epi info akan DBD artinya buku pedoman dan petunjuk
mempengaruhi kegiatan surveilans teknis untuk pelaksanaan surveilans dan
terutama dalam pengolahan dan penyajian penanggulangan DBD di Puskesmas
data terutama pada saat memetakan Siantan Tengah telah lengkap dan sesuai
distribusi penyakit secara digital untuk dengan sistem pelaksanaan surveilans di
mengetahui faktor penyebab DBD dan tingkat puskesmas.
daerah rawan DBD.
5. Ketersediaan Dana Surveilans DBD
3. Formulir Pencatatan Surveilans Puskesmas Siantan Tengah
DBD Puskesmas Siantan Tengah Dana untuk mendukung kegiatan
Formulir Surveilans DBD surveilans DBD sangat dibutuhkan agar
digunakan untuk memudahkan proses kegiatan dapat dijalankan dan dapat
pencatatan dan pengumpulan data kasus direalisasikan di wilayah Puskesmas
DBD yang ditemukan secara aktif dan Siantan Tengah Kecamatan Pontianak
pasif. Ketidaklengkapan formulir akan Utara. Dari hasil observasi dan
mempengaruhi kinerja tenaga surveilans wawancara bahwa dana untuk kegiatan
dilapangan. Formulir tersebut antara lain : surveilans di Puskesmas Siantan Tengah
Formulir pasien DBD, formulir KLB didapatkan dari dana APBD dan Dinas
DBD (WI), laporan mingguan penderita Kesehatan Kota hal tersebut dapat dilihat
(W2), form penderita bulanan (DP-DBD), oleh peneliti di lapangan yakni adanya
formulir laporan penderita bulanan dan bentuk fisik laporan pertanggung jawaban
program pemberantasan (K.DBD), dana. Selain itu berdasarkan hasil
formulir pemeriksaan jentik atau wawancara yang dilakukan kepada kepala
pemantauan wilayah setempat (PJB-1), puskesmas siantan tengah yang
formulir penyelidikan DBD, dan formulir mengatakan bahwa pendanaan surveilans
penanggulangan DBD. Dari hasil DBD dari APBD dan dinkes kota selama
observasi formulir pencatatan yang ini sudah cukup baik dan sangat
dimiliki oleh Puskesmas Siantan Tengah membantu pelaksanaan surveilans di
telah lengkap dan sesuai dengan sistem
Puskesmas Siantan Tengah Kecamatan
Pontianak Utara. 2. Proses Pengolahan dan Penyajian
Data
Dari hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan diperoleh hasil
bahwa pelaksanaan pengolahan dan
Pelaksanaan Surveilans DBD penyajian data surveilans DBD
1. Pengumpulan Data DBD Puskesmas Siantan Tengah dapat
Kegiatan pengumpulan data DBD disimpulkan bahwa pengolahan data
dapat diperoleh diperoleh dari kunjungan menggunakan program microsoft excel
penderita DBD yang datang ke puskesmas yang disajikan berupa tabulasi dan grafik,
(pasif) maupun hasil pemeriksaan Kegiatan pengolahan dan penyajian data
langsung ke masyarakat/survei (aktif). di di Puskesmas Siantan Tengah memang
Berdasarkan hasil wawancara dan telah sesuai dengan Panduan Praktis
observasi yang dilakukan kegiatan Surveilans Episemiologi Penyakit dari
pelaksanaan pengumpulan data di Direktorat Jenderal Pemberantasan
Puskesmas Siantan Tengah masih Penyakit Melular Departemen
menggunakan metode surveilans pasif. Kesehatan Republik Indonesia Tahun
Petugas surveilans hanya menunggu 2003 tentang pengolahan dan analisis
laporan kasus baru/lama di puskesmas dan data dimana kemajuan teknologi
laporan posyandu lalu petugas surveilans komputerisasi dapat dimanfaatkan
hanya tinggal mencatat dan dalam proses pengolahan data, terutama
menjumlahkan saja. untuk kemudahan menyajikan hasil dan
Metode surveilans pasif relatif tidak membuat kesalahan selama proses
tidak akurat, walaupun dalam format pengolahan data (Depkes, 2003).
pelaporan yang dibuat sudah diuraikan Kemajuan teknologi komputerisasi
tentang definisi ataupun batasan-batasan lainnya yang dapat digunakan untuk
yang dibutuhkan, tetapi seringkali para Pengolahan dan penyajian data adalah
tenaga medis terlalu sibuk dan tidak program SPSS Window, Epi
merasakan kepentingannya untuk turut map/Arcrview GIS, dan Epi Info sehingga
berpartisipasi dalam kegiatan surveilans, data dapat di olah dan disajikan tidak
sehingga sering terjadi perbedaan persepsi hanya dalam bentuk table dan grafik
ataupun tidak terlaporkan walaupun tetapi juga dalam bentuk map sehingga
ditinjau dari aspek biaya metode ini lebih mengetahui sebaran data penyakit DBD
murah (Setiawati dan Elsa Pudji, 2009). per wilayah sehingga dapat diketahui
Untuk mendukung proses daerah rawan DBD selain itu dapat
pengumpulan data Puskesmas Siantan menerapkan teknik pengolahan dan
Tengah telah didukung oleh formulir analisis yang lebih bervariatif.
pencatatan dan pengumpulan data kasus
DBD yang lengkap Formulir tersebut 3. Pelaksanaan Analisis dan
antara lain : Formulir pasien DBD, Interpretasi Data Surveilans DBD
formulir KLB DBD (WI), laporan
mingguan penderita (W2), form penderita Berdasarkan hasil observasi dan
bulanan (DP-DBD), formulir laporan wawancara dapat disimpulkan bahwa
penderita bulanan dan program pelaksanaan analisis dan interpretasi data
pemberantasan (K.DBD), formulir surveilans DBD di Puskesmas Siantan
pemeriksaan jentik atau pemantauan Tengah belum sesuai dengan panduan
wilayah setempat (PJB-1), formulir praktis surveilans kesehatan di tingkat
penyelidikan DBD, dan formulir puskesmas. Analisis dan interpretasi data
penanggulangan DBD. yang dilakukan oleh puskesmas Siantan
Tengah hanya sebatas untuk pelaporan komunikasi yang baik kepada semua
kepada dinas kesehatan kota tetapi tidak sumber laporan sehingga unit terkait dapat
melakukan analisis dan interpretasi untuk melakukan respon penanggulangan yang
rekomendasi lanjut terkait hasil surveilans cepat dan tepat namun penyebarluasan
DBD di Puskesmas Siantan Tengah. Hal informasi dengan menggunakan akses
ini dikarenakan kemungkinan petugas internet di Puskesmas Siantan Tengah
belum pernah mengikuti pelatihan masih belum dapat dimanfaatkan dengan
surveilans sehingga dalam analisis dan baik sehingga penyebarluasan informasi
interpretasi kurang begitu memahami hanya kepada pihak yang membutuhkan
bagaimana cara menganalisis dan dan belum bisa diakses secara online
menginterpretasi data DBD. Keterampilan
petugas surveilans sangat dibutuhkan
dalam pelaksanaan analisis dan SIMPULAN
interpretasi sehingga tujuan akhirnya
1. Pelaksanaan pengumpulan data
dapat membuat rekomendasi atau saran-
surveilans DBD pada Puskesmas
saran yang akan yang perlu dilakukan
Siantan Tengah masih belum tepat dan
untuk tindakan selanjutnya.
sesuai karena masih menggunakan
4. Pelaksanaan Penyebarluasan metode surveilans pasif untuk
Informasi dan Umpan Balik DBD pengumpulan data kasus DBD.
2. Pelaksanaan pengolahan dan
Hasil dari wawancara dan penyajian data DBD pada puskesmas
observasi yang dilakukan diperoleh hasil Siantan Tengah telah sesuai pedoman
bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pelaksanaan surveilans di puskesmas
penyebarluasan informasi dan umpan data diolah sudah memanfaatkan
balik di Puskesmas Siantan Tengah hanya teknologi komputerisasi seperti
ditujukan ke tingkat administrasi yang program lunak office excel untuk
lebih tinggi dalam hal ini adalah dinas mengolah dan menggenralisasikan
kesehatan kota sebagai informasi untuk data menjadi tabel dan grafik namun
dapat menentukan kebijakan selanjutnya program lunak lainnya seperti epi
dari dinas kesehatan dalam menangani info, spss, dan epi map belum dapat di
kasus DBD yang ada. Kedua, manfaatkan untuk memudahkan
ditujukan kepada pihak posyandu pengolahan data.
setempat sebagai pengumpul dan 3. Pelaksanaan analisis dan interpretasi
pelapor data dalam bentuk umpan balik data DBD di Puskesmas Siantan
dalam pertemuan rutin. Ketiga, Tengah tidak sesuai dengan pedoman
disebarluaskan kepada instansi lain pelaksanaan surveilans di tingkat
yang membutuhkan data tersebut puskesmas data tidak di analisis dan
mahasiswa dan peneliti. Hal yang interpertasi dan hanya pemenuhan
dilaporkan ke dinas kesehatan Kegiatan laporan ke dinas kesehatan kota
penyebarluasan dan umpan ballik yang namun tidak dapat membuat analisis
dilakukan oleh Puskesmas Siantan dan saran terhadap hasil surveilans.
Tengah telah sesuai dengan Panduan 4. Pelaksanaan penyebarluasan
Praktis Surveilans Epidemiologi informasi di Puskesmas Siantan
Penyakit dari Direktorat Jenderal Tengah telah sesuai dengan pedoman
Pemberantasan Penyakit Melular pelaksanaan surveilans di tingkat
Departemen Kesehatan Republik puskesmas penyebarluasan
Indonesia Tahun 2003 (Depkes, 2003) dilaksanakan dengan system 2 arah
tentang mekanisme umpan balik dan yakni kepada instansi diatasnya dan
penyebarluasan informasi yang mana instansi lain yang membutuhkan
mekanismenya harus menjadi sistem sedangkan umpan balik dilakukan
Puskesmas Siantan Tengah dengan 2. Depkes RI, 2003, Panduan Praktis
melakukan pertemuan rutin dengan Surveilans Epidemiologi Penyakit,
posyandu terutama terkait evaluasi Jakarta.Direktorat Jendral
data dan kasus DBD di wilayah kerja
Pemberantasan Penyakit Menular Dan
Puskesmas Siantan Tengah.
Penyehatan Lingkungan.
3. Khayati, N., Yuliawati, S., &
Wuryanto, M. A, 2012, Beberapa
Faktor Petugas Yang Berhubungan
SARAN Dengan Pelaksanaan Surveilans
Epidemiologi Malaria Tingkat
1. Bagi tenaga surveilans diharapkan
dalam pengumpulan data DBD tidak Puskesmas Di Kabupaten Purworejo.
dilakukan secara pasif namun juga Jurnal Kesehatan Masyarakat.; 1(2),
diperlukan pengumpulan data DBD 364-373.
secara aktif dengan survey lingkungan 4. Kemenkes, RI, 2014, Data dan
untuk mengevaluasi pencegahan DBD Informasi Tahun 2014 (Profil
berbasis lingkungan atau survey Kesehatan Indonesia), Kementrian
penemuan kasus di daerah yang rawan Kesehatan Republik Indonesia.
DBD. Data DBD yang sudah ada 5. Kemenkes,RI, 2011, Modul
diolah dengan system komputerisasi
Pengendalian Demam Berdarah
yang lebih beragam dan canggih
khususnya system pelaksanaan Dengue, Jakarta.Direktorat Jendral
surveilans di Puskesmas. Pemberantasan Penyakit Menular Dan
2. Bagi kepala puskesmas memberikan Penyehatan Lingkungan.
dukungan dengan memberikan 6. Lexy J. Moleong, 2004, Metode
rekomendasi pelatihan untuk tenaga Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
surveilans di puskesmas sehingga Remaja Rodaskarya
tenaga surveilans di puskesmas 7. Norman K. Denzim dkk, 2009,
memiliki keterampilan dalam Handbook of Qualitative Research,
pelaksanaan surveilans data DBD
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
untuk pencegahan dan
8. Nur Nasry Noor, 2004, Pengantar
penanggulangan DBD.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kota agar Epidemiologi Penyakit Menular.
selalu mengontrol laporan surveilans http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveil
penyakit yang berpotensi KLB di ans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf,
Puskesmas dengan system kontrol (diakses pada 20 Juli 2015).
yang lebih ketat serta memberikan 9. Natalia, A, 2012, Gambaran
dukungan dalam pelaksanaan Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi
suveilans di puskesmas dari Penyakit Demam Berdarah Dengue
pengumpulan data hingga
peyebarluasan informasi Ditinjau dari Aspek Petugas di
Tingkat Puskesmas Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.; 1(2),
DAFTAR PUSTAKA 262-271.
10. WHO, 2012. Dengue and severe
1. Dinkes Kota Pontianak, 2014, Profil
dengue. [online]
Dinas Kesehatan Kota Pontianak
http://www.who.int/mediacentre/facts
Tahun 2014. Pontianak
heets/fs117/en/ [diakses 15 Juli 2015]

Anda mungkin juga menyukai