DISUSUN OLEH:
ACHMAD RIZKI AZHARI
NIM 25010113140258
KELAS D-2013
1.1.
1.2.
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan
interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang
ada dalam masyarakat.
d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup
jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat
disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat
dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
e. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan
tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan
program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun
penilaian hasil kegiatan.
1.3.
1.4.
terhadap
1.5.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko
untuk mendukung program penyehatan lingkungan.
d) Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan
factor risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
e) Surveilans epidemiologi kesehatan matra
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan
faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra
1.6.
1.7.
Angka kematian
Angka kematian adalah suatu ukuran frekuensi terjadinya kematian dalam suatu
populasi tertentu selama suatu masa jeda tertentu.
2) Proporsi
Distribusi proporsi adalah suatu persen yakni proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa
dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori (atau subkelompok)
dari kelompok itu.
3) Rasio
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi nisbi kejadian suatu peristiwa terhadap
peristiwa lainnya.
1.8.
Indikator Surveilans
Indikator surveilans adalah sebagai berikut (Wahyudin Rajab, 2009) :
a. Spesific (spesifik)
b. Measurable (dapat diukur)
c. Action oriented (orientasi pada aksi)
d. Realistic (realistis)
e. Timely (tepat waktu)
2.1.
Penyakit HIV/AIDS;
Penyakit hepatitis;
Penyakit menular seksual
Penyakit pneumonia, termasuk penyakit infeksi saluran pernafasan akut berat
(severe acute respiratory infection).
b) Penyakit tidak menular
Penyakit jantung dan pembuluh darah;
Diabetes melitus dan penyakit metabolik;
Penyakit kanker;
Penyakit kronis dan degeneratif;
Gangguan mental;
Gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Mekanisme Pelaporan
Alur Distribusi Data Surveilans Terpadu Penyakit :
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
Pengkodean (Coding)
Pengkodean adalah suatu kegiatan pemberian kode atau symbol pada keteranganketerangan tertentu, kalau pengolahan akan diakukan dengan computer elektronik.
(Supranto, 2007). Pengkodean (coding) adalah prosedur teknis dimana data mentah
diubah menjadi symbol-simbol. Simbol-simbol ini paling sering berupa angka-angka
karena dapat ditabulasi dan dihitung dengan lebih mudah. (Churchill, 2005).
2.6.
sangat beragam sehingga angka kasar juga menjadi beragam dan tidak akurat. Usia
merupakan variable yang dapat menyebabkan semua rate pada keseluruhan populasi
menghasilkan data yang beragam pada kelompok yangberlainan.
Angka kelahiran kasar (crude rate birth) dan angka kematian kasar merupakan
indikator yang sangat berguna karena memberikan informasi ringkas,sekaligus data
statistic umum dari populasi yang besar. Angka kasar (crude rate) dapat dipakai
dalam perbandingan internasional sekaligus dalam perbandinganumum kejadian vital
selama beberapa waktu.
3. Angka Kematian
Akta kematian juga termasuk dokumen yang penting bagi keluarga yang
ditinggal. Alasan yang paling penting akta kematian sangat dibutuhkan adalah untuk
memenuhi kebutuhan hukum. Kematian ditangani dengan serius dan hokum
memberikan
perlindungan
terhadap
kemungkinan
terjadinya
kematian
2.7.
Perhitungan Rate
Rate adalah perbandingan antara suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang
mempunyai risiko kejadian tersebut, menyangkut interval waktu tertentu. Rate untuk
menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian dalam suatu populasi masyarakat tertentu.
Contohnya, penyakit campak berisiko pada balita dan penyakit cancer servik berisiko
pada wanita. (Eko Budiarto, 2003).
2.8.
Kendali Mutu
Data statistik vital mencakup data populasi yang dipadukan dengan informasi yang
berkaitan dengan status kesehatan, penyakit, cedera, dan peristiwa kematian. Singkatnya,
data statistik vital terdiri atas semua data penduduk ditambah dengan data yang berkaitan
dengan kesehatan (penyakit). Informasi yang diperoleh dari pengumpulan, analisis, dan
distribusi data penting untuk perencanaan dan prediksi pergerakan dan perubahan
penduduk. Informasi kematian dan kelahiran merupakan inti dan sangat berguna di dalam
perencanaan layanan kesehatan (Ferry Efendi, 2009).
3.1.
3.2.
3.3.
Tempat Sentinel
Tempat-tempat yang dipilih tidak begitu penting karena mewakili suatu area tertentu.
Tempat-tempat sentinel dapat memberikan suatu gambaran yang lebih konsisten terhadap
kesakitan didalam suatu area tertentu dibanding pada pelaporan rutin (Amiruddin, 2013).
Tempat-tempat sentinel seperti rumah sakit, klinik, provinsi dan pusat kesehatan
masyarakat. Peranan tempat sentinel yaitu memantau kondisi yang informasi lain tidak
tersedia dan memantau kondisi dalam subkelompok yang rentan daripada populasi
umum. Di bawah ini terdapat penjelasan dua tempat sentinel :
Puskesmas sentinel
Puskesmas Sentinel adalah satu buah Puskesmas yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai Puskesmas Sentinel dengan memperhatikan
sumber daya puskesmas dan kemampuan pembinaan .(Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1479/Menkes/Sk/X/2003)
3.4.
Petugas Sentinel
Staf (pegawai) pada daerah kerja sentinel diberikan pelatihan dan pengawasan khusus
untuk meyakinkan bahwa pelaporan lengkap dan akurat (Amiruddin, 2013). Pertugas
entinel bertugas untuk melaporkan data surveilans, meningkatkan mutu data, dan dapat
menghitung serta mengestimasi morbiditas penyakit.
4.1.
Register (Registrasi)
Registrasi merupakan pencatatan yang terus menerus mengenai kejadian vital (kelahiran,
kematian, status perkawinan, abortus, penyakit yang harus dilaporkan, dan riwayat
penyakit menular tertentu) yang dialami penduduk. (Ferry dan Makhfudli, 2009).
4.2.
Manfaat Register
Manfaat register adalah memberikan perhatian pada penyakit yang menjadi masalah
utama pada kesehatan masyarakat seperti tuberkulosis, kanker, demam reumatik dan
penyakit jiwa. Semua kasus baru yang didiagnosis diidentifikasi melalui pelaporan rutin
ke Dinas Kesehatan. (Fatkurahman, 2012).
4.3.
Tipe Register
Ada 2 registrasi yang digunakan untuk surveilans rutin yaitu:
-
4.4.
Didasarkan populasi
Didasarkan pemajan
Manfaat Survey
Untuk memperkirakan tingkatan suatu penyakit atau kondisi pada suatu area tertentu.
Survei adalah cara yang aktif dan cepat untuk mendapatkan keterangan mengenai
keadaan suatu penyakit dimasyarakat. (Amiruddin, 2013). Survei bermanfaat untuk
menyediakan informasi untuk penilaian prevalens kondisi kesehatan dan risiko,
memantau perubahan dalam prevalens sepanjang waktu, dan menilai pengetahuan, sikap
dan perilaku.
4.5.
Survei
Register
4.6.
sumber
populasi
dicatat
(deregister)
Tipe Survey
Tipe-tipe survey yaitu sebagai berikut (Fatkurahman, 2012) :
4.7.
Survey Morbiditas
5.1.
1. Menetapkan tujuan
2. Mengembangkan definisi kasus
3. Mengembangkan sistem pengumpulan data
4. Mengembangkan instrumen pengumpulan data
5. Menguji metode dilapangan
6. Mengembangkan pendekatan analisis data
7. Menentukan mekanisme diseminasi (penyebaran)
8. Menentukan metode evaluasi
5.2.
5.3.
Kegunaan surveilans
Pengujian perlengkapan
dan biaya,
Saluran media apakah yang paling baik yang dapat menjangkau kelompok
pengguna potensial?
Cara diseminasi:
Membuat suatu laporan yang disampaikan kepada unit kesehatan pada tingkat
yang lebih tinggi.
Membuat suatu laporan yang disampaikan dalam seminar atau pertemuan lain
6.1.
6.2.
Prinsip Moral
Prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam suatu riset ataupun surveilans
(Lingtang, 2015):
-
Penghargaan otonomi
Kedermawanan
Paternalisme
Keadilan
Kejujuran
Konfidensialitas
Kebenaran/ketelitian
adalah
6.3.
Surveilans lingkungan
Surveilans pencatatan
Etika tanggung jawab antar praktisi surveilans dan masyarakat luas, adalah (Lintang,
2015c) :
Hasil-hasil harus dilaporkan dalam cara yang sesitif, bertanggung jawab, dapat
dimengerti dan tepat waktu
Kemurahan hari
Perlindungan privasi
Penyingkapan
Diseminasi
Konfidensialitas
Kejujuran
7.
Komputerisasi Surveilans
Penggunaan komputer di bidang kesehatan di negara-negara berkembang,
seperti di berbagai daerah di Indonesia masih belum merata. Tidak hanya dari segi
fasilitas komputer dan jaringannya, tetapi dari segi sumber daya manusia. Di
Indonesia masih sedikit tenaga kesehatan yang sekaligus dapat mengoperasikan
komputer. Hal ini salah satu penyebab masih minimalnya penggunaan komputer
sebagai pendukung kesejahteraan kesehatan masyarakat. Padahal, maksud pemerintah
mengadakan
sistem
informasi
kesehatan
berbasis
komputer adalah
untuk
8.
Sistem Surveilans
Epidemiologi
Khusus,
adalah
penyelenggaraan
surveilans
data
diperoleh
berdasarkan
pemeriksaan
klinis
atau
tidak
peningkatan program
kesehatan, pusat penelitian dan pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring
surveilans epidemiologi. Pengumpulan data kasus pasien dari tingkat yang lebih
rendah dilaporkan kepada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi seperti lingkup daerah
atau nasional.
Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri oleh unit
kesehatan setempat untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk
disebarluaskan dengan jalan dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut,
dikirimkan sebagai umpan balik (feed back) kepada unit kesehatan pemberi laporan.
Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data
(pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah diolah,
merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up. Sasaran
penyebaran informasi adalah instansi terkait baik secara vertikal maupun horizontal
dengan tujuan untuk memperoleh kesepahaman dan feedback dalam perumusan
kebijakan. Manfaat penyebaran informasi adalah mendapatkan respon dari instansi
terkait sebagai feedback, tindak lanjut, dan kesepahaman. Metode yang dapat
digunakan dalam penyebaran informasi adalah tertulis dan deseminasi laporan,
verbal dalam rapat, media cetak dan elektronik (Noor, 2008).
Tujuan Sistem
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan
populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat
dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus
surveilans, antara lain (Giesecke, 2002):
a) Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
b) Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini
outbreak;
c) Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease
burden) pada populasi;
d) Menentukan
kebutuhan
kesehatan
prioritas,
membantu
Gambaran Sistem
perencanaan,
Gambaran system berisi di antaranya ada daftar tujuan system, definisi kasus
peristiwa kesehatan, diagram alur dari system yang akan dievakuasi, komponen
dan pelaksanaan system, populasi, periode pengumpulan data, informasi yang
telah dikumpulkan.
Kesederhanaan (Simplicity)
Fleksibilitas (Flexibility)
Sensitivitas (Sensitivity)
Representatif (Representative).
Tepat Waktu.
Koordinasi
kewaspadaan
dini,
investigasi
epidemiologis,
dan
reaksi/penanggulangan cepat)
9.1.
yang mempelajari,
masalah
kesehatan
tersebut
untuk
tujuan
pencegahan
maupun
9.2.
kesehatan
populasi.
(Bernard,
2014).
Sedangkan
epidemiologi
9.1.
terdekat dengannya. Misalnya masalah imunisasi yang ada pada wilayah kerja tingkat
RW atau Posyandu, maka dapat dipetakan kelompok potensial pendukungnya yaitu
Ibu Ibu PKK yang dapat diberdayakan sebagai kader pada Posyandu Posyandu
yang terdekat dengan tempat tinggalnya
e) Fungsi yang kelima yaitu membangun kebijakan dan rencana yang mendukung usaha
individu maupun masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Contohnya
dalam hal analisa wilayah cakupan Puskesmas. Dalam hal ini SIG digunakan untuk
memetakan utillisasi dari tiap tiap Puskesms oleh masyarakat sehingga dapat dibuat
perencanaan yang jelas mengenai sumber daya kesehatan yang perlu disediakan untuk
Puskesmas tersebut disesuaikan dengan tingkat utilitasnya.
f) Fungsi yang keenam yaitu membangun perangkat hukum dan peraturan yang
melindungi kesehatan dan menjamin keselamatan masyarakat. Dalam hal ini SIG
dapat digunakan untuk membagi secara jelas kewenangan dan tanggung jawab suatu
pusat pelayanan kesehatan pada tiap tiap wilayah kerja dalam menjamin dan
menangani segala bentuk masalah yang terjadi di wilayah tersebut. Dengan demikian
maka manajemen komplain dapat terkoordinir dengan baik.
g) Fungsi yang ketujuh yaitu menghubungkan individu yang membutuhkan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan tersebut
jika belum tersedia. Misalnya seorang warga negara asing diidentifikasi menderita
suatu penyakit tertentu yang membutuhkan penanganan yang serius. Maka untuk
mengatasinya, dengan melihat peta dan data akses pelayanan kesehatan yang tersedia
dapat dicari tenaga kesehatan terdekat yang dapat membantu orang tersebut, dan
menguasai bahasa yang digunakannya. Dengan data SIG juga dapat diketahui
bagaimana akses transportasi termudah yang dapat dilalui oleh warga negara asing
tersebut menuju fasilitas kesehatan terdekat.
h) Fungsi kedelapan yaitu menjamin ketersediaan tenaga kesehatan dan ahli kesehatan
masyarakat yang berkompeten di bidangnya. Dalam hal ini SIG dapat menyediakan
peta persebaran tenaga kesehatan dan ahli kesehatan masyarakat di tiap tiap daerah,
sehingga dengan demikian dapat dilihat jika ada penumpukan atau bahkan
kekurangan personel di suatu daerah. Lebih lanjut, data tersebut dapat digunakan
dalam hal perencanaan pengadaan tenaga tenaga kesehatan untuk jangka waktu ke
depan untuk masing masing wilayah.
i) Fungsi kesembilan yaitu mengevaluasi efektifitas, kemudahan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan di masyarakat. Data SIG dapat menyediakan data yang lengkap
mengenai potensi tiap tiap daerah serta karakter demografis masyarakatnya untuk
dihubungkan dengan fasilitas fasilitas kesehatan yang tersedia dan tingkat
utilitasnya. Dengan demikian dapat dievaluasi kembali kesesuaian dan kecukupan
dari penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
j) Fungsi kesepuluh yaitu penelitian untuk menciptakan penemuan baru dan inovasi
dalam memecahkan masalah masalah kesehatan di masyarakat. Salah satu kegunaan
SIG dalam hal ini adalah untuk menyediakan data yang akurat mengenai perubahan
perubahan yang terjadi di suatu daerah seperti pertambahan jumlah perumahan, jalan,
pabrik atau sarana - sarana lainnya yang berpengaruh pada lingkungan dan berpotensi
mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Data ini kemudian dapat digunakan
untuk merancang dan merencanakan inovasi inovasi tertentu yang dapat menjamin
kesehatan suatu masyarakat.
9.2.
10.
11.
Tes Performance
Sensitivitas
Adalah kemampuan uji skrining untuk memberikan hasil positif mereka yang
mengidap penyakit. (Richard, 2009).
Spesifisitas
Adalah kemampuan uji untuk memberikan hasil negative pada mereka yang sehat
(tidak sakit). (Richard, 2009).
Keterangan :
a = True positive
b = False positive
c = False negative
d = True Negative
Cut Off
Cutoof dapat dicontohhkan misalnya menetapkan titik potong (cut off
point) dalam menentukan pasien mana yang akan dinyatakan memiliki
glaukomatosa oleh skrining. (Richard, 2009).
Dari gambar di atas, tampak bahwa untuk mendeteksi semua mata yang
glaukomatosa (untuk mencapai sensitivitas 100 %) maka titik potong harus berada
pada 22 mm Hg. Pada titik potong ini, semua kasus glaukomatosa akan terdeteksi,
tetapi berakibat pada tercakupnya sejumlah besar mata yang normal, yaitu yang
berada pada ekor sebelah kanan pada distribusi mata non glaukomatosa, pada
tekanan 22-27. Hal ini menunjukkan spesifisitas kurang dari 100 %. (Richard,
2009).
Selanjutnya, diasumsikan bahwa seluruh mata normal dikeluarkan agar
mendapatkan spesifisitas 100 %. Hal ini memerlukan titik potong pada tekanan 27
agar seluruh mata normal dapat dikeluarkan. Hal tersebut mengakibatkan
hilangnya sejumlah kasus glaukomatosa sehingga sensitivitas kurang dari 100 %.
(Richard, 2009).
Pada praktiknya, titik potong ditetapkan pada tekanan 24. Hal ini
mengakibatkan sensitivitas maupun spesifisitas kurang dari 100 % dan baik hasil
positif palsu maupun negatif palsu akan muncul, tetapi dalam jumlah kecil.
Distribusi populasi yang sehat dan sakit bertumpang tindih berkenaan dengan
variabel yang diukur. Hasil uji bergantung pada pembacaan satu titik potong saja,
sensitivitas dan spesifisitas selalu saling berbanding terbalik. (Richard, 2009).
Rendahnya prevalensi rate, maka test skring akan mengambil lebih banyak true
negative. Sedangkan tingginya prevalensi rate, maka test skrining akan
mengambil lebih banyak false negative. increased prevalence results in
decreased negative predictive value, meningkatnya prevalensi rate akan
menghasilkan penurunan hasil negative predictive. (Penn State Science, 2015).
(Relationship between disease prevalence and predictive value in a test with 95%
sensitivity and 85% specificity.
Pendekatan Metode
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode epidemiologi deskriptif
dan/atau analitik untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan tujuan
surveilans yang ditetapkan. Epidemiologi deskriptif dalam surveilans akan
menggambarkan distribusi masalah kesehatan berdasarkan orang, tempat, dan
waktu dan akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini (M.N. Bustan,
2006):
a) Who (Siapa), dapat menyangkut variabel umur, jenis kelamin, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan populasi berisiko.
b) Where (dimana), mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau
bekertja atau dimana saja kemungkinan mereka mengahdapi masalah
kesehatan. Faktot tempat dapat berupa: kota (urban) dan desa (rural); pantai
dan pegunungan; daerah pertanian, industry, tempat bermukim atau kerja.
Dan lain-lain
b. Indirect Method
Pada keadaan tertentu kita hanya mengetahui jumlah kematian berdasarkan
kelompok umur, maka kita harus melakukan standarisasi secara indirect.
(Chandra, 1995)
Membangun model
Melakukan optimasi
(Budiarto, 2001):
1. Membandingkan beberapa variabel, beberapa kategori dalam variabel atau
satu variabel pada waktu dan tempat yang berbeda
2. Meramalkan perubahan yang terjasi dengan berjalannya waktu (time series)
3. Mengetahui adanya hubungan dua variabel atau lebih
4. Memberikan penerangan pada masyarakat.
Peta merupakan gambar visual. Penyajian data dalam bentuk peta
memudahkan untuk mengidentifikasi kasus. Hal tersebut memberikan gambaran
cepat
tentang
bagaimanapenyakit
menyebar.
Peta
memudahkan
untuk
perencanaan karena dapat menyajikan data rumah tangga dengan suatu masalah
kesehatan.Selain itu, peta juga berguna untuk menyajikan
1.
2.
Memulai dari data yang paling sederhana ke data yang paling kompleks
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Specific (spesifik)
Realistic (realistis)
B. Definisi Nomenklatur
Nomenklatur merupakan metode penamaan yang diperlukan dalam klasifikasi. Sistem
nama ini diciptakan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1753. Nomenklatur merupakan
bahasa Latin nomen, yang artinya nama.
Poligon Frekuensi
suatu
peristiwa
kesehatan
masyarakat
dipengaruhi
oleh
preventabilitas.
2) Kegunaan
Suatu sistem dapat dikatakan bermanfaat bila sistem tersebut mempunyai
andil dalam penanggulangan dan pencegahan penyakit, termasuk meningkatkan
pemahaman akan implikasi dari penyakit tersebut terhadap kesehatan masyarakat.
Sistem juga akan dianggap tidak penting, tetapi ternyata terbukti bahwa peristiwa
tersebut sebenarnya penting. (Sugiasih, 2012).
Dalam menilai manfaat suatu sistem surveilans, harus dimulai dengan
meninjau tujuan dari sistem tersebut disamping mempertimbangkan peranan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada dalam pengambilan keputusan dan
tindakan pencegahan. Sistem akan menjadi lebih bermanfaat bila sistem tersebut
dapat (Sugiasih, 2012):
a) Mendeteksi tanda-tanda adanya perubahan kecenderungan penyakit.\
penelitian
epidemiologis
untuk
mengawali
tindakan
Kesederhanaan
Kesederhanaan dari suatu sistem surveilans mencakup kesedehanaan
Fleksibilitas
Suatu sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dengan
Akseptabilitas
Sensitivitas
Sensitivitas dari suatu sistem surveilans dapat dilihat pada tingkat
pengumpulan data, proporsi kasus dari suatu penyakit masalah kesehatan yang
terdeteksi oleh sistem surveilans.
e.
Kerepresentatifan
Suatu sistem surveilans yang representatif akan menggambarkan secara
akurat kejadian dari suatu peristiwa kesehatan dalam periode waktu tertentu dan
distribusi peristiwa tersebut dalam masyarakat menurut tempat dan orang.
Kerepresentatifan dinilai dengan membandingkan karakteristik dari kejadiankejadian yang dilaporkan dengan semua kejadian yang ada.
g.
Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu menggambarkan kecepatan atau kelambatan diantara
langkah-langkah dalam suatu sistem surveilans dan waktu yang diperlukan untuk
mengidentifikasi tren, KLB, atau hasil dari tindakan penanggulangannya, serta
adanya informasi mengenai upaya penanggulangan penyakit, baik dalam hal
tindakan penanggulangan yang segera dilakukan maupun rencana jangka panjang
dari upaya pencegahan.
14. Diseminasi
Diseminasi/Komunikasi Informasi
Cara diseminasi/penyebarluasan informasi adalah (Amiruddin, 2013) :
a) Membuat suatu laporan yang disampaikan kepada unit kesehatan pada tingkat
yang lebih tinggi.
b) Membuat suatu laporan yang disampaikan dalam seminar atau pertemuan lain
c) Membuat suatu tulisan di majalah atau jurnal rutin.
Contoh Diseminasi
A. Diseminasi Penyakit Malaria
Stakeholder yang memiliki peranan penting dalam penanganan masalah penyakit
malaria diantaranya (Permenkes no.45 tahun 2014):
1) Dinas Kesehatan
Berikut ini merupakan contoh contoh dari peranan yang dapat dilakukan oleh
Dinas Kesehatan untuk masalah malaria :
a. Kebijakan
Kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk pengendalian malaria
1) Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.
2) Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT
3) Pencegahan penularan malaria dengan kelambu ( Long Lasting
Insekticidal Net )
4) Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas program
5) Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa
(Posmaldes )
6) Kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk pengendalian vektor
7) Pelatihan petugas
8) Penemuan aktif penderita
9) Penatalaksanaan kasus dan pengobatan
10) Pengendalian vektor
11) Pos malaria desa
12) Penyediaan sarana ( mikroskop, RDT ) bahan laboratorium dan obatobatan (ACT)
b. Program Kegiatan
Kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan :
1) Penemuan penderita malaria baik secara aktif melalui kegiatan Mass
Blood Survey ( MBS ) maupun pasif ( rutin puskesmas )
2) Pembagian kelambu berinsektisida kepada masyarakat miskin, ibu
hamil, bayi dan balita
3) Screening malaria bagi ibu hamil saat kunjungan trimester pertama pada
tenaga kesehatan
4) Penyemprotan dinding luar rumah ( Indoor Residual Sprying )
5) Sosialisasi dan Publikasi
siswa untuk mencegah malaria. Juga menjaga diri dari gigitan nyamuk selama
kegiatan belajar-mengajar di sekolah dengan cara pemakaian lotion anti
nyamuk.
B. Contoh Diseminasi Informasi Pada Surveilans Penyakit Tidak Menular
Contoh diseminasi informasi pada surveilans penyakit tidak menular adalah
sebagai berikut (Permenkes no.45 tahun 2014):
a. Hasil-hasil analisis dan interpretasi dibuat dalam bentuk laporan dan atau
presentasi. Laporan tersebut dikirimkan oleh unit penanggungjawab kepada
jenjang struktural yang lebih tinggi, dari Puskesmas ke dinas kesehatan
kabupaten/kota, dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke dinas kesehatan
provinsi dan Kementerian Kesehatan. Umpan balik diberikan ke unit
jenjang dibawahnya, seperti ke dinkes kabupaten/kota dan dinkes provinsi.
b. Diseminasi informasi ditujukan kepada seluruh stakeholder yang terkait,
seperti jajaran kesehatan, LSM, profesi, perguruan tinggi dan masyarakat
pada umumnya. Untuk jajaran kesehatan, khususnya dinas kesehatan
informasi akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan dan
perencanaan pengendalian PTM serta evaluasi program.
15. A. Otoritas Untuk Pelaporan Data Surveilens Di Tingkat Lokal Maupun Propinsi
Pakar epidemiologi yang paling dekat dengan unit pelaporan setempat harus
menyelidiki dugaan KLB penyakit yang dideteksi oleh sistem surveilans secepat
mungkin. Sampai bantuan epidemiologi tiba, upaya penyelidikan dan pengendalian
awal menjadi tanggung jawab unit kesehatan setempat. (Fauziyah, 2006).
Rangkuman laporan dari temuan teknis sistem surveilans harus diumpan balikkan
ke Komite Darurat Nasional, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan, kemudian tindakan
yang tepat diambil untuk memperkenalkan upaya pengendalian yang tepat jika
kondisi yang ada di luar kemampuan pakar epidemiologi. (Fauziyah, 2006).
B. Sumber-Sumber dari Jenjang Surveilans
definsi
kasus
lebih
spesifik,
yang
memerlukan
konfirmasi
negara
epidemiologi.
berkembang
Baik
surveilans
terkadang
menggunakan
kesehatan
masyarakat
istilah
surveilans
maupun
surveilans
epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan
tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat,
sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science
of public health).
G. Surveilans Berbasis Populasi
Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,
mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen,
vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut
kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan
pengendalian penyakit.
H. Pembangunan Sistem-Sistem Surveilens Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)
sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan
struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun
pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data
khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang surveilans
sebagai pelayanan bersama (common services); (2) Menggunakan pendekatan solusi
majemuk; (3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; (4)
Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan,
analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan
supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya); (5)
Mendekatkan
fungsi
surveilans
dengan
pengendalian
penyakit.
Meskipun
16.
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis
penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
Penanggulangan KLB/wabah meliputi penyelidikan epidemiologi dan
surveilans; penatalaksanaan penderita; pencegahan dan pengebalan; pemusnahan
penyebab penyakit; penanganan jenazah akibat wabah; penyuluhan kepada
masyarakat; dan upaya penanggulangan lainnya. (Permenkes 1501 Tahun 2010).
Surveilans KLB
Surveilans di daerah wabah dan daerah-daerah yang berisiko terjadi wabah
dilaksanakan lebih intensif untuk mengetahui perkembangan penyakit menurut
waktu dan tempat dan dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanggulangan
yang sedang dilaksanakan, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Permenkes
1501 Tahun 2010):
a. Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos-pos kesehatan
dan unit-unit kesehatan lainnya, membuat tabel, grafik dan pemetaan dan
melakukan analisis kecenderungan wabah dari waktu ke waktu dan analisis
data menurut tempat, RT, RW, desa dan kelompok-kelompok masyarakat
tertentu lainnya.
b. Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa, kader
dan masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan hasil upaya
penanggulangan wabah yang telah dilaksanakan.
c. Memanfaatkan hasil surveilans tersebut dalam upaya penanggulangan wabah.
17. Contoh Surveilans Nasional: Surveilans Gizi (Sumber: Kemenkes RI, 2012)
Tujuan
i. Umum
Terselenggaranya kegiatan surveilans gizi untuk memberikan gambaran
perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat dan indikator
khusus lain yang diperlukan secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan
dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek dan
menengah serta perumusan kebijakan.
ii. Khusus
a. Tersedianya informasi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan
mengenai perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi:
1) Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan;
2) Persentase balita yang ditimbang berat badannya;
3) Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif;
4) Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium;
5) Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;
6) Persentase ibu hamil mendapat 90 tablet Fe;
7) Persentase kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi;
8) Persentase penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana.
b. Tersedianya informasi indikator gizi lainnya secara berkala jika
diperlukan, seperti:
1)
2)
3)
4)
5)
Tingkat konsumsi zat gizi makro (energi dan protein) dan mikro
(defisiensi zat besi, defisiensi iodium);
6)
7)
Kesehatan
Kabupaten/Kota
dan
Dinas
Kesehatan
Provinsi
Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi yang dilakukan dalm surveilans gizi berupa
penyelidikan kasus gizi buruk balita, cakupan ASI eksklusif bayi 0-6 bulan,
rumah tangga mengonsumsi garam beriodium, balita 6-59 bulan yang mendapat
kapsul vitamin A, ibu hamil mendapat 90 Tablet Tambah Darah (TTD) atau tablet
Fe, kabupaten/kota
Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur hasil dari Surveilans Kesehatan yang telah
dilaksanakan dalam perode waktu tertentu. Disebabkan banyaknya aspek yang
berpengaruh dalam pencapaian suatu hasil, maka evaluasi objektif harus dapat
digambarkan dalam menilai suatu pencapaian program. Peran dan kontribusi Surveilans
Kesehatan terhadap suatu perubahan dan hasil program kesehatan harus dapat dinilai dan
digambarkan dalam proses evaluasi. (Peraturan Menteri Kesehatan no. 45 Tahun 2014).
kesehatan yang mereka hadapi agar dapat dicarikan aletrnatif dan solusi untuk
permasalahan tersebut. (WHO, 2006).
Lemahnya sistem investigasi dan surveilans di negara berkembang untuk penyakit
bawaan makanan menyebabkan angka kasus yang tinggi atau berita mengenai KLB
tersebut jarang ditemui, tetapi hal ini menggugah kewaspadaan negara diseluruh dunia
tentang potensi masalah yang membayangi dibidang keamanan makanan dan potensi
peningkatan serta penyebaran penyakit bawaan makanan. (WHO, 2006).
Oleh karena itu, masih banyak diperlukan pembenahan pada pelaksanaan program
surveilans agar dapat ditingkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
secara umum. (WHO, 2006).
Daftar Pustaka
Amiruddin, Ridwan. 2013. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Bogor: IPB Press.
Arjuna,
Fatkurahman.
2012.
"Manfaat
Epidemiolog".
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Fatkurahman%20Arjuna,%20
M.Or/sumber-data-kesehatan-masyarakat.pdf. Diakses pada 15 Juni 2015.
Budiarto, Eko dan Dwi Anggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: EGC
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta:
EGC
Budioro. 2007. Pengantar Epidemiologi Edisi II. Semarang: Badan Penerbit Fakultas
Kesehatan Masyarakat Undip.
Bustan, M.N., 2006. Pengantar Epidemiologi (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chandra, Budiman. 1995. Pengantar Statistika Kesehatan. Jakarta: EGC.
Churchill, Gilbert A. 2005. Dasar-Dasar Riset Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Darwin, Eryati. 2014. Etika Profesi Kesehatan. Yogyakarta: Depublish.
DCP2. 2008. Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease
Control Priority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-surveillance.pdf. Diakses
pada 9 Juni 2015.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2004. Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang 2004.
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Erlinawati, Yulis. 2011. Pengembangan Sistem Informasi Posyandu Guna Mendukung
Surveilans Kesehatan Ibu dan Anak Berbasis Masyarakat Pada Desa Siaga.
Program Magister Keperawatan, Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Fauziyah, Munaya. 2006. Bencana Alam: Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC
2013.
Pengertian
Surveilans
Kesmas.
http://www.indonesian-
Soleman.
2013.
"Apakah
Diseminasi
Informasi
Itu".
Predictive
Value".