1) Iuran Anggota
Hampir semua negara menekankan bahwa sumber utama keuangan partai
adalah iuran anggota. TI menyebutkan nama ini sebagai “Uang Jujur”, karena
anggota menyumbang bukan untuk mendapatkan imbalan keuntungan atau
fasilitas, tetapi karena ingin agar idealismenya dan aspirasinya dibawakan oleh
partai tempat dia menjadi anggota.
2) Sumbangan Perusahaan
Negara-negara mempunyai posisi yang berbeda-beda tentang sumbangan
dari perusahaan ini. Negara yang melarang sumbangan dari perusahaan adalah
Amerika Serikat dan Filipina, sedangkan Inggris dan Jerman tidak jelas. Thailand
hanya melarang sumbangan dari perusahaan negara. Yang mengizinkan
sumbangan dari perusahaan terjadi di banyak Negara seperti Argentina, Portugal,
Ceko kecuali dari bank dan asuransi, Italia. Sumbangan perusahaan ini ada yang
dibatasi, tetapi ada pula yang tidak dibatasi. Yang membatasi misalnya Portugal
dan Ceko. Yang tidak membatasi adalah Argentina, Afrika Selatan, Italia, Inggris,
Jerman, dan Thailand.
3) Subsidi Dana Publik
Hampir semua negara memberikan subsidi kepada partai politik. Misalnya
Jerman, Amerika Serikat, Portugal, Ceko, Inggris, Afrika Selatan, dan Filipina. Di
Thailand, pengesahan undang-undang mengenai subsidi dari pemerintah baru
berlaku tahun 1997 setelah sebelumnya usulan undang-undang selalu ditolak
4) Fasilitas Publik
Sebagian besar negara yang dipelajari melarang penggunaan fasilitas
publik atau negara dalam kegiatan partai politik. Negara-negara yang jelas-jelas
melarang antara lain Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Portugal, Filipina, Kanada
dan Afrika Selatan. Sedangkan negara yang tidak mengatur secara jelas adalah
Argentina, Italia dan Thailand.
5) Sumbangan Individual
Kebanyakan negara-negara demokrasi membatasi jumlah sumbangan
individual, misalnya Amerika Serikat, Inggris, Ceko, Jerman, dan Portugal.
Namun ada juga yang tidak membatasi jumlah sumbangan individual, yang
termasuk dalam kategori ini misalnya negara-negara Kanada, Argentina, Afrika
Selatan, Italia dan Thailand. Selain itu ada negara yang membatasi jumlah
sumbangan tunai. Di atas jumlah tersebut, sumbangan harus diberikan dalam
bentuk cek. Yang membatasi ini misalnya Kanada dan Filipina. Selain itu,
identitas individu yang menyumbang diatur dalam undang-undang. Sebagian
besar negara mengizinkan sumbangan anonim, tetapi dalam jumlah tertentu.
Negara yang mengizinkan sumbangan anonim tetapi dengan batasan besar
sumbangan ini misalnya Portugal dan Kanada. Argentina mengizinkan
sumbangan anonim tanpa batas besarnya sumbangan. Negara-negara yang
melarang sumbangan anonym adalah Ceko, Amerika Serikat, Inggris, Kanada,
Jerman, Filipina dan Thailand. Argentina dan Afrika Selatan tidak membatasi
sumbangn anonim ini.
6) Sumbangan Organisasi Buruh
Banyak negara yang melarang sumbangan organisasi buruh, organisasi
non-profit dan organisasi massa lainnya untuk partai politik. Negara-negara yang
melarang misalnya Amerika Serikat, Kanada, Portugal, dan Filipina. Sedangkan
yang tidak melarang adalah Argentina, Italia, Inggris, Jerman, Ceko dan Afrika
Selatan.
7) Sumbangan dari Pihak Asing
Hampir semua negara melarang, kecuali Ceko yang mengizinkan apabila
dana berasal dari organsiasi nirlaba asing; Afrika Selatan, dari pemerintah, swasta
maupun dari organisasi nirlaba dan Italia yang mengizinkan sumbangan dari
organisasi buruh di luar negeri.
Peran KPU dalam Keuangan Partai
Sebagai imbas Reformasi 1998, kebebasan bersuara dan berpendapat menjadi
suatu fenomena yang tidak asing ditemui di Indonesia, bahkan bermunculan beraneka
ragam PARPOL dan LSM seperti PSASP (Pusat Studi Akuntansi Sektor Publik) yang
berfokus pada program perbaikan sistem manajemen administrasi publik untuk institusi
publik.Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus bisa membuat regulasi mengenai laporan
keuangan konsolidasi partai politik saat melakukan kampanye pemilihan umum.
Laporan keuangan ini bukan hanya menyangkut penerimaan dan pengeluaran
dana kampanye parpol, melainkan dana yang dikelola pengurus parpol dan calon
legislatif. Jika tidak diatur, publik tidak pernah tahu dari mana parpol maupun
mendapatkan dana kampanye. Regulasi ini sekaligus bisa mengurangi peran uang
berbicara dalam Pemilu.
Laporan keuangan parpol sesuai Undang-undang (UU) Parpol No. 2/2008, bahwa
parpol wajib membuat laporan keuangan untuk diserahkan ke Negara.
Sebagaimana dijelaskan, setiap partai politik wajib membuat pembukuan, memelihara
daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk diketahui
oleh masyarakat dan pemerintah. Disamping itu partai politik harus membuat laporan
keuangan secara berkala satu tahun sekali kepada KPU setelah diaudit oleh akuntan
public. Dalam hal dana kampanye, maka setiap partai politik harus memiliki rekening
khusus dana kampanye pemilihan umum dan menyerahkan laporan neraca keuangan hasil
audit akuntan publik kepada Komisi Pemilihan Umum paling lambat 6 (enam) bulan
setelah hari pemungutan suara.
2. Laporan Keuangan Partai Politik
Keuangan Partai Politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah
menurut hukum, dan bantuan dari anggaran negara. Sumbangan yang sah menurut hukum
dapat berupa uang, barang, fasilitas, peralatan, dan/atau jasa. Bantuan dari anggaran
negara (yang diatur dalam peraturan pemerintah) diberikan secara proporsional kepada
Partai Politik yang mendapat kursi di lembaga perwakilan rakyat. Sumbangan dari
anggota dan bukan anggota yang sah menurut hukum paling banyak senilai
Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dalam waktu 1 (satu) tahun. Dan sumbangan dari
perusahaan dan/atau badan usaha yang sah menurut hukum paling banyak senilai
Rp800.000.000 (delapan ratus juta rupiah) dalam waktu 1 (satu) tahun.
Laporan keuangan yang dibuat oleh Partai Politik adalah laporan keuangan
tahunan dan laporan dana kampanye. Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Partai
Politik mengacu pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 45 tentang
akuntansi untuk organisasi nirlaba, yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan
terdiri atas laporan berikut ini:
1) Laporan Posisi Keuangan.
2) Laporan Aktivitas.
3) Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas.
4) Laporan Arus Kas.
5) Catatan atas Laporan Keuangan.
Selain mengacu pada PSAK No. 45, penyusunan laporan keuangan Partai Politik
juga terikat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan RI
mengenai Partai Politik dan Pemilu, seperti UU No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik
dan UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu. Ketentuan teknis tentang pedoman
penyusunan laporan keuangan untuk Partai Politik terdapat dalam SK KPU No. 676
tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan Sistem Akuntansi Keuangan Partai
Politik, serta Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum.
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana sistem akuntansi parpol
maka kita dapat melihat ke lampiran SK KPU no 676 tahun 2003 yaitu lampiran II
mengenai Pedoman sistem akuntansi keuangan partai politik. Dalam Pedoman tersebut
telah dibuat ketentuan mengenai urutan secara kronologis tata cara parpol dalam
membukukan dan menyusun laporan keuangannya. Seperti yang dipersyaratkan dalam
buku pedoman tersebut yaitu bahwa pedoman tersebut sebagai suatu acuan sistem yang
sifatnya minimal bagi parpol dalam rangka akuntabilitas keuangan mereka. Yang
dimaksud sebagai persyaratan minimal yaitu bahwa minimal system yang ada di parpol
seperti apa yang tertera dalam Buku pedoman tersebut, dengan demikian pengembangan
sistem yang lebih komprehensif tentunya menjadi suatu harapan bagi parpol.