E. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik Setelah analisis dan
interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan
dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang
berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
F. Evaluasi Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan
untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk
kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan
program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian
hasil kegiatan.
1.3. Fungsi Surveilans Epidemiologi
Surveilans epidemiologi pada umumnya berfungsi untuk (Amiruddin, 2013) :
1.
2.
3.
4.
orang cukup dicatat nama dan umurnya, variabel tempat cukup alamatnya. Diagnosis
penyakit dan waktu mulai timbulnya penyakit merupakan hal yang penting dicatat.
c. Laporan Wabah
Laporan wabah dengan distribusi penyakit menurut waktu, tempat, dan orang
penting artinya untuk menganalisis dan menginterpretasikan data dalam rangka
mengetahui sumber dan penyebab wabah tersebut
d. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium merupakan suatu sarana yang penting untuk mengetahui kuman
penyebbab penyakit menular dan pemeriksaan tertentu untuk penyakit- penyakit lainya,
misalnya kadar gula darah untuk penyakit diabetes mellitus.
e. Penyakit Khusus
Penyelididkan kasus untuk penyakit khusus dimaksudkan untuk mengetahui
riwayat alamiah penyakit yang belum belum diketahui, terjadi pada seorang atau lebih
individu.
f. Penyelidikan Wabah
Bila terjadi lonjakan frekuensi penyakit yang melebihi frekuensi biasa, perlu
diadakan penyelidikan wabah denan analisis data sekunder sehingga dapat diketahui
terjadinya letusan tersebut. Dalam hal ini diperlukan diagnosis klisis dan diagnosis
labiratoris disamping penyelidikan epidemic di lapangan.
g. Survei
Survei ialah suatu cara penelitian epidemiologi untuk mengetahui prevalens
penyakit. Dengan ukuran ini dapat diketahui luas masalah penyakit tersebut. Setelah
survey pertama dilakukan, berikan pengobatan terhadap
penderita sehingga survey kedua dapat ditentukan keberhasilan pengobatan tersebut.
penyakit. Disamping itu, dapat pula dikumpulkan keteranganmengenai efek samping dari
bahan-bahan tersebut
j.Keterangan Tentang Penduduk Serta Lingkungan
Keterangan penduduk penting untuk menetapkan population at risk
.Persediaan bahan makanan juga penting diketahui apakah ada hunbungankekurangan gizi,
faktot-faktor lain yang berhubungan dengan kependudukan, danlingkungan ini perlu selalu
dipikirkan dalam rangka analisis epidemiologis. Dataatau keterangan mengenai
kependudukan dan lingkungan itu tentu harus didapatdi lembaga-lemabaga nonkesehatan.
1.5.Lingkup Surveilans Epidemiologi
Ruang lingkup surveilans epidemiologi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 pasal 4 ayat 1 adalah :
a) Surveilans epidemiologi penyakit menular Merupakan analisis terus menerus dan
sistematika terhadap penyakit menular dan faktor risiko untuk upaya pemberantasan
penyakit menular.
b) Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular Merupakan analisis terus menerus dan
sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya
pemberantasan penyakit tidak menular.
c) Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk
mendukung program penyehatan lingkungan.
d) Surveilans epidemiologi masalah kesehatan Merupakan analisis terus menerus dan sistematis
terhadap masalah kesehatan dan factor risiko untuk mendukung program-program kesehatan
tertentu.
e) Surveilans epidemiologi kesehatan matra Merupakan analisis terus menerus dan sistematis
terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan
matra
1.6.Pertimbangan Melakukan Survailans Epidemiologi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 pasal 5,
penyelenggaraan surveilans kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ruang lingkup diatas
dapat dilaksanakan secara terpadu yang didasarkan pada pertimbangan efektifitas dan
efisiensi sesuai kebutuhan program
1.7.Indikator Pengukuran Penyakit
Pengukuran penyakit/epidemiologis terdiri atas (M.N. Bustan, 2006) :
1) Angka (Rate) Nilai rate mengukur kemungkinan kejadian dalam populasi terhadap beberapa
peristiwa tertentu. Contohnya adalah :
Angka Insidensi (Incidence Rate) Angka Insidensi adalah suatu ukuran freakuensi
kejadian kasus baru penyakit dalam suatu populasi tertentu selama suatu periode waktu
tertentu
Angka serangan (Attack Rate) Angka serangan adalah angka insidensi, biasanya
dinyatakan dalam persen dan diterapkan terhadap populasi tertentu yang sempit dan
terbatas pada suatu periode, misalnya dalam suatu wabah (epidemic)
Angka kematian Angka kematian adalah suatu ukuran frekuensi terjadinya kematian
dalam suatu populasi tertentu selama suatu masa jeda tertentu.
2) Proporsi
Distribusi proporsi adalah suatu persen yakni proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam
kelompok data yang mengenai masing-masing kategori (atau subkelompok) dari kelompok
itu.
3)Rasio
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi nisbi kejadian suatu peristiwa terhadap peristiwa
lainnya.
1.8.Indikator Surveilans
Indikator surveilans adalah sebagai berikut (Wahyudin Rajab, 2009) :
a.Spesific (spesifik)
b.Measurable (dapat diukur)
c.Action oriented (orientasi pada aksi)
d.Realistic (realistis)
e.Timely (tepat waktu)