Anda di halaman 1dari 5

INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI

Gambar 06. Jalur Perkembangan Limfosit

(sumber: Kimball, 1983:542)

Pada gambar 06 dapat dilihat jalur perkembangan limfosit. Antibodi diproduksi oleh
Limfosit B. Limfosit B memerlukan bantuan dari anak perangkat limfosit T agar dapat
bereaksi terhadap antigen-antigen tertentu. Antibodi merupakan suatu zat kimia (protein
plasma) yang dapat mengidentifikasi antigen. Ketika sel limfosit B mengidentifikasi
antigen, dengan cepat sel akan bereplikasi untuk menghasilkan sejumlah besar sel
plasma. Sel plasma lalu menghasilkan antibodi dan melepaskan ke dalam cairan tubuh.
Antibodi memiliki struktur seperti huruf Y dengan dua lengan dan satu kaki. Struktur tiga
dimensi suatu molekul antibodi dapat dilihat pada gambar 07.

Gambar 07. Skematik Struktur Tiga Dimensional Suatu Molekul Antibodi

(sumber: Kimball, 1983:545)

Antibodi (bahasa Inggris: antibodi, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan struktur
tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel
plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Sistem
imunitas manusia ditentukan oleh kemampuan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk
melawan antigen. Antibodi dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata
lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan
menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Molekul antibodi beredar di dalam
pembuluh darah dan memasuki jaringan tubuh melalui proses peradangan. Mereka
terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai
berat besar dan dua rantai ringan.Rantai berat dan rantai ringan dapat dilihat pada gambar
07.

Terdapat beberapa tipe berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang
berbeda, yang dimasukan ke dalam kelas (en:isotype) yang berbeda berdasarkan pada tiap
rantai berat. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia
dan memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat
untuk tiap tipe benda asing berlainan yang masuk ke dalam tubuh, yaitu: IgG, IgM, IgA,
IgD dan IgE, yang mempunyai perbedaan area C.

IgG merupakan antibodi yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia. Dihasilkan
hanya dalam waktu beberapa hari dan memiliki masa hidup beberapa minggu sampai
beberapa tahun. IgG banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus.
Mengikuti aliran darah, IgG akan langsung menuju benda asing dan menghambatnya
begitu berhasil mendeteksi. Antibodi ini mempunyai efek antibakteri yang kuat dan
penghancur antigen.lgG melindungi tubuh dari bakteri dan virus, serta menetralkan asam
yang ada dalam racun.

lgA yaitu antibodi yang terdapat pada bagian yang peka, misalnya air mata, liur, ASI,
darah, lendir, getah lambung, dan usus. Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung
dengan kecenderungan bakteri dan virus yang suka pada media lembab. IgM merupakan
antibodi yang terdapat pada darah dan getah bening. Pada saat tubuh bertemu dengan
benda asing, IgM yang pertama dihasilkan tubuh untuk melawan benda asing tersebut.
Janin mampu memproduksi IgM pada usia kehamilan enam bulan. Jika ada kuman atau
bakteri yang coba menyerang, produksi IgM janin akan meningkat. Untuk mengetahui
apakah janin telah terinfeksi atau tidak, bisa dilihat kadar IgM dalam darah.
Imunoglobulin D (IgD) juga terdapat dalam darah dan getah bening. IgD tak mampu
bekerja sendiri, tetapi menempelkan diri ke permukaan sel-sel T, lalu membantu sel T
menangkap antigen. Imunoglobulin E (IgE) merupakan antibodi yang beredar dalam
aliran darah dan bertanggung jawab memanggil antibodi lain untuk berperang melawan
zat asing. IgE kadang menimbulkan reaksi alergi. Karena itu, pada tubuh orang yang
sedang alergi, kadar IgE-nya tinggi.

Antibodi memiliki kemampuan spesifik untuk mengikat determinat site dari antigen atau
yang disebut dengan determinan antigenik. Untuk lebih jelasnya ikatan antara dua
molekul antigen dengan dengan situs pengikatan antigen di daerah-daerah variabel pad
anti bodi dapat dilihat pada gambar 08.

Gambar 08. Skematik Ikatan Antara 2 Molekul Antigen dengan Situs pengikat Antigen

(sumber: Kimball, 1983:548)


Antigen merupakan zat kimia yang masuk ke dalam tubuh dan dapat merangsang
terbentuknya antibodi.Antigen memiliki struktur tiga dimensi dengan dua atau lebih
determinant site.Determinant site merupakan bagian dari antigen yang dapat melekat
pada bagian sisi pengikatan pada antibodi.Antigen dapat berupa protein, sel bakteri, atau
zat kimia yang dikeluarkan oleh suatu mikroorganisme.

Antibodi adalah molekul protein (immunoglobulin) yang memiliki satu atau lebih tempat
perlekatan (combining sites) yang disebut paratope (Brownlee, 2007).Antigen adalah
molekul asing yang mendatangkan suatu respon spesifik dari limfosit. Salah satu cara
antigen menimbulkan respon kekebalan adalah dengan cara mengaktifkan sel B untuk
mensekresi protein yang disebut antibodi. Istilah antigen sendiri merupakan singkatan
antibodi-generator (pembangkit antibodi).Masing-masing antigen mempunyai bentuk
molekuler khusus dan merangsang sel-sel B tertentu untuk mensekresi antibodi yang
berinteraksi secara spesifik dengan antigen tersebut (Campbell, 2004).Interaksi antigen
antibodi merupakan interaksi kimiawi yang dapat dianalogikan dengan interaksi enzim
dengan substratnya.Spesifitas kerja antibodi mirip dengan enzim (Sadewa, 2008).

Kompleksitas antara antigen-antibodi terjadi saat antiserum dicampur dalam


perbandingan 1:1 dengan antigen. Ikatan antara antigen-antibodi terjadi karena kekuatan
kimia dan molekuler yang dibangkitkan antara faktor antigen dan area pengikat antigen
pada Fab end molekul antibodi. Faktor antigen berasal dari permukaan molekul dan
dalam reaksinya dengan imunoglobulin akan cocok dengan salah satu reseptor
imunoglobulin. Ikatan yang terjadi antara antigen dan molekul imunoglobulin walaupun
sangat spesifik namun ikatannya lemah dan reversibel. Ikatan elektrostatik yang
didapatkan dari interaksi antara beban positif dan negatif dalam molekul antigen dan
antibodi, ikatan hidrogen, dan kekuatan intermolekul tipe Van der Waals adalah yang
terpenting. Beberapa contoh penerapan adanya reaksi antigen-antibodi.

a) Golongan darah dan transfusi darah

Tes aglutinasi adalah pendiagnosa yang berguna untuk mendeteksi dan mengukur
antibodi spesifik dalam serum pasien, untuk mengidentifikasi antigen seperti bakteri dan
virus (yang dikenal dengan antisera) serta untuk menentukan golongan
darah.Hemaglutinasi adalah aglutinasi sel darah merah oleh antibodi yang spesifik untuk
antigen membran sel. Pemeriksaan golongan darah adalah contoh dari hemaglutinasi.
Molekul antibodi dengan satu reseptor pengikat dan satu reseptor bebas terikat pada
antigen membentuk jembatan (linkage) antara 2 mokelul antigen.Ikatan silang antigen-
antibodi ini berlanjut membentuk pola geometris komplek tiga dimensi sampai
menghasilkan satu kelompok besar.Aglutinasi ini terjadi bila ukuran antigen lebih dari 2
m (Nolte, 1977).

Golongan darah ditentukan oleh kehadiran atau ketidakhadiran antigen.Struktur kimia


antigen golongan darah disusun oleh rantai gula panjang berulang-ulang yang disebut
fukosa, yang dengan sendirinya membentuk antigen O bagi golongan darah O. Fukosa
juga berperan sebagai dasar dari golongan darah lainnya. Golongan darah A adalah
antigen O (fukosa) ditambah gula yang disebut N-asetil galactosamin yang ditambahkan
pada ujungnya. Golongan darah B adalah fukosa ditambah gula berbeda, D-galactosamin,
pada ujungnya.Golongan darah AB adalah fukosa ditambah N-asetil galactosamin dan D-
galactosamin.Rantai gula panjang berulang-ulang ini seperti antena, yang memproyeksi
keluar dari permukaan sel-sel kita, mengawasi antigen asing. Masing-masing golongan
darah memproduksi antibodi terhadap golongan darah lainnya.Inilah mengapa kita bisa
menerima transfusi dari sebagian golongan darah tetapi tidak dari yang lainnya. Antibodi
golongan darah ini tidak berada di sana untuk memperumit transfusi, tetapi lebih untuk
melindungi tubuh dari zat-zat asing, seperti bakteri, virus, parasit dan beberapa makanan
nabati yang mirip antigen golongan darah asing. Ketika sistem kekebalan tubuh berusaha
mengidentifikasi karakter yang mencurigakan, salah satu hal pertama yang dicarinya
adalah antigen golongan darah. Jika sistem kekebalan tubuh bertemu salah satu zat yang
mirip golongan darah yang berbeda, ia akan menciptakan antibodi untuk melawannya.
Reaksi antibodi ini dikarakteristikkan oleh proses yang disebut aglutinasi (penggumpalan
sel). Ini berarti antibodi melekat pada antigen dan menjadikannya sangat lengket. Ketika
sel, virus, parasit dan bakteri digumpalkan, mereka melekat satu sama lain dan
menggumpal, yang menjadikan tugas pembuangan mereka lebih mudah. Ini lebih
seperti memborgol kriminal menjadi satu. Mereka menjadi tidak berbahaya daripada
ketika dibiarkan bergerak dengan bebas. Aglutinasi merupakan konsep penting dalam
analisis golongan darah. Antibodi golongan darah ini, yang seringkali disebut
isohemaglutinin, merupakan antibodi paling kuat dalam sistem kekebalan tubuh, dan
kemampuan mereka untuk menggumpalkan sel-sel golongan darah yang berbeda sangat
kuat sehingga bisa diamati dengan cepat di slide kaca dengan mata biasa.

b) Pencangkokan jaringan dan transplantasi organ

Kompleks histokompatibilitas mayor (MHC), yang merupakan sidik jari protein yang
unik untuk setiap individu, bertanggung jawab atas stimulasi penolakan pencangkokan
jaringan dan transplantasi organ. Molekul MHC asing bersifat antigenik dan menginduksi
respon kekebalan melawan jaringan atau organ yang didonorkan itu. Untuk
meminimalkan penolakan, upaya-upaya telah dilakukan untuk sedekat mungkin
mencocokkan MHC jaringan donor dengan MHC jaringan resipien (penerima).

Anda mungkin juga menyukai