Anda di halaman 1dari 30

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Teoritis

1. Pengetahuan

a.Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil

dari tahu yang terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan tersebut menjadi panca indera manusia yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga, perilaku dalam bentuk

pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan

sikap positif maka perilaku tersebuat akan bersifat langgeng (long tasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

b. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dicakup dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan yakni:

1). Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.


11

2). Memahami (Compression)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3). Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).

4). Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama

lain.

5). Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6). Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-

penilaian itu suatu criteria yang telah ada.


12

c. Faktor . Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu :

1). Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

2). Informasi

Seorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan

memiliki pengetahuan yang lebih luas.

3). Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

4). Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

5). Sosial-Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

semakin tinggi, tingkat sosial ekonomi akan bertambah tingkat

pengetahuan.

d.Tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga bagian (Notoatmodjo, 2010)

1). Tinggi

Pengetahuan Tinggi diartikan apabila seseorang sudah mampu

mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menjabarkan

materi dan menghubungkan antara suatu materi dengan materi lain


13

(sintesis), serta kemampuan untuk melakukan penilaian suatu objek

(evaluasi). Pengetahuan tinggi dikatakan apabila nilai : 76-100%

2). Sedang

Pengetahuan sedang diartikan apabila individu kurang mampu untuk

mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menjabarkan

materi dan menghubungkan antar suatu materi dengan materi lain

(sintesis), serta kemampuan untuk melakukan penilaian suatu objek

(evaluasi). Pengetahuan sedang diartikan apabila nilai : 60-75%

3). Rendah

Pengetahuan sedang diartikan apabila individu tidak mampu untuk

mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menjabarkan

materi dan menghubungkan antar suatu materi dengan materi lain

(sintesis), serta kemampuan untuk melakukan penilaian suatu objek

(evaluasi),. Pengetahuan rendah diartikan apabila nilai : < 60%

2. Premenopause

a. Pengertian Premenopause

Premenopause adalah masa sekitar usia pertengahan sampai 40 tahun

dengan dimulainya sikus haid yang tidak teratur memanjang, sedikit

atau banyak yang kadang-kadang disertai rasa nyeri. Pada wanita

tertentu telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom

prahaid (Rosenthal 2009). WHO mendefinisikan perimenopause sebagai

interval yang mendahului berhentinya siklus menstruasi sampai pada masa

1 tahun setelah siklus menstruasi terakhir, yang menurut temuan pada

Massachusetts’s Women’s Health Study, jangka waktunya berkisar tiga


14

setengah tahun. Perimenopause ditandai dengan mulai timbulnya gejala

vasomotor dan ketidakteraturan haid (Soewondo, 2007).

Premenopause dimulai sekitar usia 40 tahun yang ditandai kadar

estrogen ovarium yang menurun. Penurunan kadar estrogen tersebut

sering meimbulkan gejala yang sangat mengganggu aktivitas

kehidupan para wanita yang disebut sindroma menopause, yang

meliputi hot flushes, keringat di malam hari, kekeringan vagina,

penurunan daya ingat, insomnia, cemas, mudah capek, penurunan

libido, rasa sakit ketika berhubungan seksual dan incontinence urinary,

wanita tanpa keluhan 25–30 % (Suhartono dalam Syam, 2006). Masa

premenopause akan berakhir menjadi menopause bila selama 12 bulan

tidak terjadi haid secara teratur. Usia rata-rata menopause adalah 50

Tahun 51 tahun .(Cosman 2009).

Dalam keadaan normal estrogen dalam sirkulasi mencapai sel

osteoblas, dan beraktivitas melalui reseptor yang terdapat di dalam sitosol

sel tersebut,mengakibatkan menurunnya sekresi sitokin seperti:Interleukin-

1 (IL-1), Interleukin-6 (IL-6) dan Tumor Necrosis Factor-Alpha (TNF-a),

merupakan sitokin yang berfungsi dalam penyerapan tulang. Di lain pihak

estrogen meningkatkan sekresi Transforming Growth Factor b (TGF-b),

yang merupakan satu-satunya faktor pertumbuhan(growth factor) yang

merupakan mediator untuk menarik sel osteoblas ke tempat lubang tulang

yang telah diserap oleh sel osteoklas. Sel osteoblas merupakan sel target

utama dari estrogen, untuk melepaskan beberapa faktor pertumbuhan dan


15

sitokin seperti tersebut diatas, sekalipun secara tidak langsung maupun

secara langsung juga berpengaruh pada sel osteoklas (Waters KM dkk).

Menurut Purwoastuti (2008) beberapa keluhan fisik yang merupakan

tanda dan gejala dari pre menopause, yaitu :

1. Ketidakteraturan siklus haid

Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala

haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya.

Ketidakteraturanini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat

banyak, tidak sepertivolume pendarahan haid yang normal.

2. Gejolak rasa panas

Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan

berlangsung sampai haid benar-benar berhenti.. Arus panas ini disertai

oleh rasa menggelitik disekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada

kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh.

3. Kekeringan vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali

mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang

menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang

elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit pada saat

kencing.

4. Perubahan kulit

Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika mensturasi

berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada

daerah sekitar wajah, leher dan lengan.


16

5. Keringat dimalam hari

Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh, sehingga perlu

mengganti pakaian dimalam hari, karena tidak dapat tidur nyenyak.

6. Sulit tidur

Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini

mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam

hari.

7. Perubahan pada mulut.

Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang

peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi

lebih mudah tanggal.

8. Kerapuhan tulang

Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis

(kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang

paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur, paling

banyak menyerang wanita yang telah menopause. Kehilangan 1% tulang

dalam setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi kadang setelah

menopause kita kehilangan 2% setahunnya.

9. Badan menjadi gemuk

Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang

biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku

makan yang sembarangan.


17

10. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause,

dari sudut pandang medik ada 2 perubahan paling penting yang terjadi

pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi

penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di

dalam tulang (osteoporosis).

Banyaknya kehilangan massa tulang pada wanita, selain disebabkan

kenaikan usia dihubungkan juga dengan penurunan kadar estrogen dalam

darah karena penurunan fungsi dan terhentinya fungsi ovarium dan

diduga penurunan hormon progesteron ikut berperan (Rahman IA dkk

2007). Buktinya terdapat pada ekstrak tulang dari wanita-wanita

postmenopause dengan konsentrasi estrogen menurun. Estrogen dikenal

untuk mengakselerasikan pengeroposan tulang dan meningkatkan

suseptibilitas untuk fraktur. Kedua osteoklas dan osteoblas

mengekspresikan reseptor estrogen dan merupakan target langsung untuk

estrogen, tetapi keseluruhan, estrogen diklasifikasikan sebagai agen-agen

antiresoptif. Estrogen secara langsung menghambat fungsi osteoklas.

Kepadatan tulang erat hubungannya dengan kekuatan tulang dan

perubahan-perubahan tulang yang terjadi selama kehidupan. Kepadatan

tulang meningkat selama periode pertumbuhan wanita, dan tetap

berlangsung walaupun pertumbuhan tulang telah berhenti. Setelah

pematangan tulang selesai, kehilangan tulang dimulai dan berlangsung

(Rahman IA dkk). Sampai usia 30 Tahun tubuh seakan menabung zat-zat

untuk pembentukan tulang.Pada usia 30 tahun ketas pembentukan tulang


18

dan pemberonakan berlangsung seimbang.Penurunan tulang menjadi

bermakna karena menurunnya hormone esterogen beberapa tahun

sebelum masa menopause dan berlanjut sampai 5 tahun

kemidian.Selanjutnya disusul dengan penuruna massa tulang yang

berlangsung lambat sepanjang kehidupan wanita.Kehilangan massa

tulang akan meningkat pada massa post menopause,yaitu rata-rata

kehilangan massa tulang 2% tiap tahun. (Bramantyo 2006)

3. Osteoporosis

a.Definisi

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,

dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah

tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa

massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur

tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan

kerapuhan tulang (Emma,2008). Menurut WHO pada International

Consensus Development Conference, di Roma, Itali,Osteoporosis adalah

penyakit berkurngnya masa puncak tulang dan meningkatnya masa otot

yang hilang sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai

perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang,

yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang

dengan risiko terjadinya patah tulang (Emma, 2008). Menurut National

Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,

ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi


19

oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang

merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas

tulang (Junaidi, 2007).

Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang

mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya

memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga

terus mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik dan terus

mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel. Untuk

mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses

penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak

dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan

peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin tua.

Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas,

ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin

padat yang akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun.

Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan

makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan

bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan

terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis

( Cosman,2009 ).

b. Epidemiologi

Menurut satu laporan Badan Kesehatan Sedunia (WHO),

dianggarkan bahwa setiap 1 dari 3 wanita memiliki kecenderungan terkena

osteoporosis ataupun terdapat kemungkinan sebanyak 67 % untuk golongan

wanita mengalaminya. Sedangkan pada pria, insidensinya lebih kecil yaitu 1


20

dari 7 pria namun kemungkinan bagi orang lelaki mengalaminya juga agak

tinggi dikalangan mereka yang berumur, merokok, minum minuman keras

dan kurang bersenam. Osteoporosis memang biasanya menyerang sebagian

besar wanita pasca menopause. Namun penelitian terkini membuktikan

wanita usia muda, yaitu mulai 25 tahun berisiko terkena osteoporosis. Pada

usia diatas 45 tahun percepatan proses penyakit ini pada wanita meningkat

menjadi 80 % dan sebaliknya pada pria hanya 20 % (Anonymous, 2006).

Dengan meningkatnya usia harapan hidup maka pelbagai penyakit

degeneratif dan metabolik termasuk osteoporosis akan menjadi masalah

muskuloskeletal yang memerlukan perhatian khusus terutama di negara-

negara ang berkembang, termasuk Indonesia. Pada survey kependudukan

tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih

mencapai 9,2%, menigkat 50% dibandingkan survey tahun 1971. Dengan

demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, terutama fraktur

juga diperkirakan juga akan meningkat. Penelitian Roeshandi di Jawa Timur,

mendapatkan bahawa puncak massa tulang dicapai pada usia 30-34 tahun

rata-rata kehilangan massa tulang pasca menapouse adalah 1,4% tahun.

Penelitian yang dilakukan di klinik reumatologi RSCM mendapatkan faktor

risiko osteoporosis yang meliputi umur, lamanya menopause dan kadar

estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen

yang tinggi.riwayat berat badan yang lebih/obesitas, asupan kalsium dan

latihan yang teratur ( Bambang Setiyohadi 2007).

c.Faktor resiko
21

Osteoporosis adalah penyakit dengan etiologi multifaktorial. Umur

merupakan salah satu faktor risiko yang terpenting yang tidak tergantung

pada densitas tulang . Setiap peningkatan umur 1 dekade setara dengan

peningkatan risiko osteoporosis 1,4-1,8 kali. Ras kulit putih dan wanita juga

merupakan faktor risiko osteoporosis. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan gangguan pencapaian puncak massa tulang juga merupakan faktor

risiko osteoporosis, seperti sindrom Klinefelter, sindrom Turner, terapi

glukokortikoid jangka panjang dan dosis tinggi, hipertiroidisme atau

defisiensi hormon pertumbuhan. Pubertas terlambat, aneroksia nervosa dan

kegiatan fisik yang berlebihan yang menyebabkan amenore juga

berhubungan erat dengan puncak massa tulang yang tidak maksimal.

Defisiensi kalsium dan vitamin D juga merupakan faktor risiko

osteoporosis ,oleh sebab itu harus diperhatikan masalah ini pada penduduk

yang tinggal di daerah 4 musim. Selain kalsium dan vitamin D, defisiensi

protein dan vitamin K juga berhubungan dengan osteoporosis. Faktor

hormonal juga berperanan pada pertumbuhan tulang, termasuk hormon seks

gonadal dan androgen adrenal(dihidroepiandrosteron dan androstenedion).

Aspek hormonal yang lain berperan pada peningkatan massa tulang adalah

IGF-1,25(OH)2D, reabsorbsi fosfat anorganik di tubulus dan peningkatan

fosfat serum. Faktor hormonal yang berhubungan dengan kehilangan massa

tulang adalah hiperkortisolisme, hipertiroidisme dan hiperparatiroidisme.

Faktor lain juga berhubungan dengan osteoporosis adalah merokok dan

konsumsi alkohol yang berlebihan. Aspek skeletal yang harus diperhatikan

sebagai faktor resiko osteoporosis adalah densitas masa tulang, ukuran


22

tulang, makro dan mikroarsitektur, derajat mineralisasi dan kualitas kolagen

tulang. Selain faktor risiko osteoprosis, maka risiko terjatuh juga harus

diperhatikan kerana terjatuh berhubungan erat dengan fraktur osteoporotik.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan risiko terjatuh adalah usia tua,

ketidakseimbangan, penyakit kronik seperti sakit jantung, gangguan

neurologik, gangguan penglihatan, lantai yang licin dan sebagainya.

Faktor resiko osteoporosis (table 2.1)

Umur • Tiap peningkatan 1 dekad,risiko


meningkat 1,4-1,8

• Etnis (kaukasia dan oriental > kulit


Genetik hitam dan polinesia)
• Seks (perempuan > laki-laki)
• Riwayat keluarga

• Defisiensi kalsium
• Aktivitas fisik kurang
• Obat-obatan(kortikosteroid,anti
Lingkungan konvulsan,heparin,siklosporin)
• Merokok,alkohol
• Risiko terjatuh yang meningkat
(gangguan keseimbangan, licin,
gangguan penglihatan)

• Defisiensi estrogen dan androgen


Hormonal dan penyakit kronik • Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme
primer, hiperkortisolisme)
• Penyakit kronik (sirosis hepatis,gagal

Sumber :Faktor resiko Osteoporosis Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam –


edisi 4,Editor-Aru W.Sudoyo,Bambang Setiyohadi,Idrus A,Marcellus S
K,Siti Setiati,2007
23

Faktor lain Risiko Osteoporosis

Menurut Clark (2006) dan Emma (2008) beberapa faktor yang dapat

meningkatkan risiko terkena osteoporosis, antara lain :

1. Menopause sangat dini sebelum usia 45 tahun. Hal ini

menyebabkan berkurangnya estrogen pada saat dini karena indung telur

berhenti berfungsi.

2. Menopause dini sebelum usia 50 tahun. Berkurangnya estrogen

secara dini sangat mungkin terjadi dan pasti akan terjadi jika indung

telur diangkat.

3. Penggunaan obat kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka panjang (untuk

mengatasi kondisi artritis dan asma).

4. Haid yang tidak teratur atau jarang, hal ini bisa terjadi secara alami atau

karena olahraga berlebihan.

5. Gangguan pencernaan yang mengakibatkan gangguan penyerapan gizi

(malabsorpsi), seperti penyakit perut, penyakit Crohn, atau operasi

lambung.

6. Merokok. Merokok dapat merusak sel pembentuk tulang dan

menyebabkan menopause dini.

7. Pola makan rendah kalsium. Konsumsi susu dan produk-produk

susu dapat mempertahankan kepadatan tulang.

8. Konsumsi alkohol dalam jumlah tinggi. Penyalahgunaan alkohol

dapat menyebabkan pengeroposan tulang.


24

9. Kurang bergerak. Tulang membutuhkan gerak untuk tetap kuat,

karenanya, wanita yang harus beristirahat di tempat tidur atau

menggunakan kursi roda memiliki risiko yang lebih tinggi.

10. Kurang terkena sinar matahari. Sinar matahari diperlukan untuk

produksi vitamin D yang berperan sebagai pengeras.

11. Kurang aktifitas,semakin rendah aktifitas fisik semakin besar risiko

terkena osteoporosis,Hal ini terjadi karena aktifitas fisik dapat

membangun tulang dan otot lebih kuat

d. Klassifikasi

Menurut Emma (2007),ada 3 klasifikasi


osteoporosis, yaitu :

1.Osteoporosis primer (involusional) terbagi 2 tipe :

a) Osteoporosis post menopausal , terjadi karena kekurangan esterogen,

yang membantu pengangkutan kalsium kedalam tulang paha wanita.

Osteoporosisi ini disebabkan oleh percepatan resolpsi tulang yang

berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi esterogen dimasa

menopause. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara

51- 75 tahun ,tetapi bias dimulai lebih cepat atau lambat. Tidak semua

wanita memiliki resiko yang sam untuk menderita osteoporosis post

menopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah

menderita penyakit ini dari pada wanita kulit hitam.


b) Osteoporosis senilis, kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan

kalsium yang berhubungan dengan nusia dan ketidakseimbangan

diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang

baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut.
25

Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih

sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis

dan postmenopausal.
2. Osteoporosis sekunder, dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis,

yang disebabkan oleh keadaan medis lainnyaatau obat- obatan. Penyakit

osteoporosis bias disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan

hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat- obatan.

Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok bias memperburuk

keadaan osteoporosis.

e. Gejala

Diagnosis penyakit osteoporosis dapat dilakukan dengan adanya patah

tulang pada tulang punggung, pinggul, dan pergelangan tangan atau pada

tulang lainnya pada pria dan wanita yang lebih tua (Lane Eri,2007: 32)
26

Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut Emma (2007),

seperti:

• patah tulang

• punggung yang semakin membungkuk

• hilangnya tinggi badan

• nyeri punggung

Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi

hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya

tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang

yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau kerana cedera

ringan(Anonymous). Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di

daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita

berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi

biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa

minggu atau beberapa bulan.

Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk

kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang

menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang

seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu

patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga

sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah

persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles.


27

Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh

secara perlahan(dokter menuju Indonesia sehat 2007).

f. Terapi untuk Osteoporosis

1. Pengobatan Hormonal Estrogen

Pengobatan wanita postmenopause dengan estrogen akan menghentikan

kehilangan tulang (perlindungan terhadap terjadinya osteoporosis) pada

wanita usia 50, 60 atau 70 tahun. Terapi estrogen dihentikan bila tidak

ada peningkatan massa tulang. Pengobatan dengan estrogen

memberikan gambaran efek terapi pada kasus osteoporosis.Estrogen

dianggap dapat menghambat resorpsi tulang, terapi pemberian estrogen

sebagai pencegahan terhadap osteoporosis berdasarkan observasi

sebagai berikut :

a) Kejadian osteoporosis meningkat postmenopause.

b) Wanita yang mengalami ooforektomi bilateral memperlihatkan

gejala osteoporosis lebih dini dan hebat.

c) Penderita yang mengalami osteoporosis umumnya berkurang dengan

pemberian estrogen.

Pemberian estrogen merupakan dasar pencegahan dan pengobatan

kehilangan tulang postmenopause. Studd dkk. telah membuktikan

bahwa terdapat korelasi bermakna antara kadar estradiol dengan

persentasi kenaikan densitas tulang belakang 1 tahun setelah pemberian

implan 75 mg estradiol dan 100 mg testosteron. Pemberian estrogen

oral, transdermal atau implan kesemuanya dapat meningkatkan densitas

tulang secara bermakna dan secara epidemiologik dibuktikan bahwa


28

terapi ini menurunkan angka kejadian patah tulang oleh karena

osteoporosis pada panggul dan tulang punggung. Belum ada

kesepakatan, bagaimana estrogen dapat mencegah kehilangan tulang

dan masih merupakan teori. Kemungkinan estrogen mencegah

osteoporosis dengan cara sebagai berikut:

1) Estrogen menempati reseptor osteoklas yang akan mempengaruhi

fungsi osteoklas dalam menurunkan kehilangan tulang.

2) Estrogen menurunkan kecepatan perubahan tulang normal yang

menyebabkan efek positif terhadap keseimbangan kalsium.

3) Estrogen akan memperbaiki absorpsi kalsium.

4) Estrogen mengatur produksi interleukin 1 dan 6 yang merupakan

“bone resorbing”. Estrogen juga mengatur bahan-bahan yang

merangsang pembentukan tulang seperti Insulin like growth factor I

dan II, serta Growth factor beta.

5) Estrogen merangsang sintesa kalsitonin yang dapat menghambat

resorpsi tulang.

6) Estrogen meningkatkan reseptor vitamin D di osteoblas.

Ada beberapa keadaan yang harus diperhatikan sebelum memulai

pemberian estrogen pada wanita untuk mencegah proses osteoporosis yang

progresif antara lain adalah keadaan tekanan darah, hasil pemeriksaan sitologi

(pap’s smear), pembesaran uterus, adanya varises yang berat di ekstremitas

bagian bawah, adanya obesitas, fungsi kelenjar tiroid ( BMR ), kadar Hb,
29

kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati.Beberapa prinsip

pemberian estrogen yang dapat dijadikan patokan adalah :

a) Mulailah selalu dengan estrogen lemah ( estriol ) dan dengan dosis

rendah yang efektif.

b) Pemberian estrogen dilakukan secara siklik.

c) Usahakan selalu pemberian estrogen dikombinasi dengan progesteron.

d) Perlunya diberikan pengawasan ketat selama pemberian (6 – 12 bulan)

e) Apabila selama pemberian estrogen tersebut terjadi perdarahan atopik,

maka perlu dilakukan dilatasi dan kuretase.

f) Dilakukannya kerjasama dengan bagian Penyakit Dalam apabila dalam

masa pengobatan atau sebelum masa pengobatan ditemukan adanya

keluhan nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, dan Diabetes

Mellitus atau peningkatan kadar gula darah.

Secara epidemiologik manfaat estrogen dalam pengobatan hormon pengganti

pada wanita dapat menurunkan risiko terjadi patah tulang belakang sampai

90% dan fraktur Colley’s dan paha sampai 50%. Dosis minimum estrogen yang

disarankan untuk mempertahankan tulang adalah 0,625 mg dan 1 – 2 mg

estradiol per hari dan hanya diperlukan setengah dosis bila digabung dengan

kalsium. Dari kepustakaan dikatakan bahwa pemberian estrogen jangka pendek

sekitar 6 – 10 tahun tidak efektif, sedangkan pemberian 7 tahun saja hanya

memberikan efek pencegahan patah tulang panggul selama 10 – 20

tahun.Adapun standar dosis estrogen yang dibutuhkan untuk mencegah

kehilangan massa tulang adalah sebagai berikut :


30

Tabel (2.2)

Standar dosis estrogen yang dianjurkan

Estrogen Standar dosis


1. Conjugated equine 0,625 mg

oestrogens

2.Piperazine oestrone 1,25 mg

sulphate 1 – 2 mg / hari

3. Oestradiol valerate 50 μg 2 kali seminggu

4. Oestradiol transdermal 50 – 100 mg selama 6 – 8

5. Oestradiol implant bulan

Ada beberapa rute pemberian estrogen sebagai terapi sulih hormon, yaitu :

1) Oral : tablet kombinasi yang terpisah atau tergabung antara estrogen

dan progestogen.

2) Parenteral : transdermal (patch atau jel), implan subkutan, injeksi

intramuskular, krim/tablet topikal.

Estrogen oral mengalami metabolisme lintas pertama di hati, diubah menjadi

estron. Campuran estron dan estradiol (30 %) banyak dibuang lewat empedu.

Untuk mengatasi bioavailabilitas yang rendah ini, preparat terapi sulih hormon
31

oral mengandung estrogen dengan dosis lebih tinggi dibandingkan dosis dalam

sediaan transdermal.

2. Pengobatan non hormonal

1. Inhibitor penyerapan tulang

a. Kalsitonin

Kalsitonin menurunkan kehilangan lebih lanjut tulang pada

vertebrae dan femur yang ditemukan pada keadaan osteoporosis,

tetapi efeknya pada frekuensi fraktur belum dipublikasikan.

Kalsitonin dapat menimbulkan efek analgesik pada penderita

dengan kesakitan akut yang terjadi pada fraktur vertebrae. Jenis

terapi dalam bentuk suntikan atau semprotan pada hidung (nasal

spray). Kalsitonin tampak jelas dalam dalam menghambat

kerusakan tulang lebih lanjut pada osteoporosis yang dicetuskan

oleh glukokortikoid. Kalsitonin diberikan sebagai terapi alternatif

pada wanita yang tidak dapat atau tidak merespon terhadap

estrogen.

b. Bifosfonat

Data-data menunjukkan bahwa bifosfonat mengurangi kehilangan

tulang selama tahun pertama menopause dan penderita yang

menngalami osteoporosis karena terapi glukokortikoid.

c. Etidronat
32

Adalah obat golongan bisfosfonat pertama yang bias digunakan

dalam pengobatan osteoporosis,obat ini dikombinasikan dengan

konsusmsi suplemen kalsium.

d. Alendronat

Alendronat mempunyai funfsi dan peran serupadengan etidronat.

(Emma 2007:28)

2. Zat gizi Pencegah Osteoperosis

a.Kalsium

Pentingnya masukan kalsium pada seluruh fase kehidupan memang

sudah dibuktikan. Kalsium merupakan bahan dasar bagi

pertumbuhan tulang secara alamiah. Bagaimanapun masukan

kalsium yang tinggi tidak akan menggantikan terapi estrogen dalam

mengurangi kecepatan kehilangan tulang selama masa

klimakterium.

Sumber kalsium :Susu dan produk olahannya , ikan , kacang-

kacangan ,buah dan sayur terutama yang berwarna hijau seperti

daun katuk,bayam dan lain-lain.Kalsium mempunyai fungsi utama

adalah mengisi kepadatan (densitas tulang)

Tabel (2.3)

Asupan kalsium yang dianjurkan mengikut umur, kelamin dan hormone.


33

Usia Jumlah Kalsium Harian


Bayi
Lahir sampai 6 bulan 400mg
Enam bulan sampai 1 tahun 600mg
Anak-anak / Dewasa Muda
Satu sampai 10 tahun 800 - 1.200 mg
11-24 tahun 1.200 - 1.500 mg
Wanita Dewasa
Hamil atau Menyusui 1.200 - 1.500 mg
25-49 tahun (premenopause) 1.000 mg
50-64 tahun (menopause 1.000 mg

menggunakan estrogen atau

hormon yang serupa)


50-64 tahun (pascamenopause 1.500 mg

tidak mengambil hormon

estrogen atau serupa)


Lebih dari 65 tahun 1.500 mg
Pria Dewasa
25-64 tahun 1.000 mg
Lebih dari 65 tahun 1.500 mg

b. Fosfor

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak didalam tubuh.Sebagian

besar terdapat dalam bentuk garam kalsium fosfatyaiti bagian dari

Kristal Fosfor berperan untuk tulang dan gigi mengatur pemeliharaan

energy,absorpsi dan transportasi zat gizi Sumber Fosfor

sepert:Daging,ayam,ikan,telur,susu,dan hasil olahan ,kacang-

kacangan,serta serealia.
34

c. Mangan dan boron

adalah mineral lain yang terdapat dalam tulang dan berperan dalam

pembentukan tulang.Managan berperan dalam penyerapan

kalsium,sumber mangan yang baik adalah teh kering,kopi

instan,nanas serta roti dari gandum yang belum di sosoh.Sedangkan

Boron mempunyai pengaruh terhadap metabolisme,suplemen baron

pada wanit menopause dapat mencegah kehilangan kalsium dan

demineralisasi tulang.

d. Vitamin D

Peran vitamin D dalam memperlambat proses terjadinya osteoporosis

sangat vital..Vitamin D mampu memelihara keseatan tulang dengan

cara meningkatkan penyerapan mineral kalsium dari system

pencernaan serta mengurangi pembuangannya dari gunjal.Fungsi

khusus vitamin D dalam hal ini adalah membantu proses pengerasan

tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia

didalam darah untuk diendapkan.Sumber Vitamin D yaitu

Matahari ,sumber lain yaitu : kuning telur,hati,krim ,ikan

,mentega,dan minyak ikan. (Emma, 2007 : 32)

3.Terapi Medis

Hal upaya yang dapat untuk menekan dan memperlambat menurunnya

massa tulang serta mengrangi rasa sakit yaitu :

1.Paracetamol

2.Codein

3.Co-dydramol
35

4.Co-codramol

5.Co-proxamal

(Emma 2008: 26

4.Terami Alamiah

Terapi alamiah adalah terapi yang diterapkan untuk mengobati

osteoporosis tanpa menggunakan obat-obatan atau hormone.Terapi ini

berhubungan dengan gaya hidup dan pola konsumsi (Emma 2007 : 29)

a.Latihan fisik atau olahraga,karna sangat berguna untuk mengurangi

rasa sakit

b.Hindari merokok,karna merokok dapar memperendah kadar

esterogen dibandingkan dengan yang tidak merokok

c.Hindari minum-minuman berakohol

d.Menerapkan pola makanan yang baik

5.Stimulasi pembentukan tulang

a.Fluorida

Fluorida menstimulasi osteoblast dan meningkatkan kekompakan

massa tulang. Bagaimanapun efeknya pada insiden fraktur masih

kontroversi dan mungkin tidak saling berhubungan. Pada penelitian

klinik terbaru didapatkan bahwa masukan 75 mg sodium fluorida

perhari, akan ditemukan peningkatan massa tulang trabekula pada

vertebrae.

b.Anabolik steroid

Diduga pembentukan anabolik steroid dapat meningkatkan massa

tulang pada osteoporosis. Penggunaan jangka panjang dapat


36

mempunyai efek samping termasuk sterilisasi seperti efek

sampingnya pada metabolisme karbohidrat dan lemak serta pada

fungsi hati.

c.Hormon parathiroid

Data menunjukkan bahwa adanya peningkatan massa tulang selama

penyelidikan klinik berkelanjutan pada penggunaan hormon ini

seperti terapi anabolik.

d. Bahan lain

Efek positif dari 1,25 dihidroxyvitamin D3 dan 1 α hidroxyvitamin D

pada insiden fraktur nyata pada beberapa studi dalam hal subyek

osteoporosis yang menunjukkan penyerapan kalsium, terutama pada

usia muda dan mereka dengan masukan kalsium rendah.

e. Olah raga

Modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan anda.

Olah raga yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat

osteoporosis. Olah raga yang di rekomendasikan termasuk

disalamnya adalah jalan kaki, bersepeda, jogging(Anonymous).

B. Kerangka Teori

Kerangka teroritis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai


37

berikut :

Tingkatan
pengetahuan :
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis

Osteoporosis
1. Pengertian

Tingkat 2. Faktor risiko osteoporosis


pengetahuan 3. Gejala osteoporosis
4. Penyebab osteoporosis
5. Kiat mencega osteoporosis

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:
1. Tingkat pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial ekonomi

Gambar : 2 Kerangka Teori

Sumber : (Notoatmodjo, 2010), Yatim (2003) (Putri, 2009) (Javier, 2010)


B. Kerangka Konsep

Input Proses Output


38

Tingkat Tinggi
Pengetahuan
Sedang
Premenopose
Ibu Premenopouse
Tentang: Rendah

1.Pengertian
Osteoperosis
2.Faktor risiko
osteoporosis
3.Gejala
osteoporosis
4.Penyebab
osteoporosis
5. Kiat mencegah

Gambar 3.Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup

Atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti

(Notoatmodjo, 2010)

Tabel 4 Definisi Operasional


39

Nama Pengertian Hasil ukur Alat Ukur Cara Ukur Skala


Variabel

Pengetahuan Segala sesuatu Tinggi Dengan Wawancara Ordinal


Bila nilai
wanita informasi yang mengisi
responden
premenopause diketahui dan : > 75-100% angket yang
usia 45 . 59 dimengerti oleh berisi 15
Sedang :
tahun tentang ibu pertanyaan.
Bila nilai
osteoporosis. premenopause Jika
responden
tentang : : 60-75% dijawab
1.pengertian, benar diberi
2.faktor fisiko, nilai 1 dan
Rendah :
3.gejala, jika
Bila nilai
4.penyebab dan responden jawaban
kiat menghadapi : < 60% salah diberi
osteoporosis nilai 0

Anda mungkin juga menyukai