Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoporosis terjadi seiring dengan peningkatan usia, dimana pada

manusia banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia,

tetapi pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan itu akan terhenti pada

suatu tahapan. Pada wanita karena pada proses menua tejadi suatu fase yait fase

menopause. Sebelum terjadi fase menopause biasanya didahului dengan fase

premenopause dimana pada fase premenopause ini terjadi peralihan dari masa

subur menuju fase tidak adanya pembuahan (Proverawati,2010).

Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

belakangan menjadi masalah kesehatan di Indonesia sebagai efek peningkatan

usia harapan hidup dan perubahan gaya hidup. Proses degeneratif yang

berlangsung seiring bertambahnya usia tidak bisa dihindari, namun harus

dijaga agar tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh, yaitu dengan

mencegah tejadinya osteoporosis (Javier, 2010).

Osteoporosis sebenarnya dapat dicegah sejak dini atau paling sedikit

ditunda kejadiannya dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang intinya

mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan

nutrisi dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan kaya kalsium (1000 . 1200 mg

kalsium per hari), berolahraga secara teratur, tidak merokok dan tidak

mengkonsumsi alkohol karena rokok dan alkohol dapat meningkatkan resiko

osteoporosis dua kali lipat, namun kurangnya pengetahuan masyarakat yang

1
2

memadai tentang osteoporosis dan pencegahannya sejak dini cenderung

meningkatkan angka kejadian osteoporosis (Depkes dalam Karolina, 2009).

Fakta tentang osteoporosis, lebih dari 75 juta orang di seluruh dunia

menderita osteoporosis dan tanda awal terjadinya osteoporosis ditemukan

pada kaum wanita sekitar usia 50 tahun ke atas . Di Amerika Serikat didapatkan

24 juta penderita osteoporosis yang memerlukan pengobatan, 80% adalah

wanita. Dari yang menderita osteoporosis kurang lebih 1,5 juta mengalami

patah tulang, dan diperkirakan 37.000 orang meninggal tiap tahunnya akibat

komplikasinya (Proverawati, 2010).

Dalam peringatan Hari Osteoporosis Nasional beberapa waktu lalu,

Menteri Kesehatan Dr. Siti Fadilah Supari menyatakan bahwa jumlah warga usia

lanjut di dunia maupun nasional makin meningkat. Tahun 2000, jumlah usia lanjut

di Indonesia mencapai 7,6% atau 16 juta jiwa. Tahun 2007 jumlah meningkat

menjadi 8,4% atau 18,4 juta jiwa, kemudian meningkat lagi di tahun 2008

menjadi 9,3% atau 21,1 juta jiwa. Menurut penelitian Badan Litbang Depkes pada

tahun 2007, 1 dari 3 wanita memiliki kecenderungan menderita osteoporosis

(keropos tulang ).Selain itu pada Badan Litbang Gizi Depkes RI tahun

2007,menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) adalah 41,7%

dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3% yang berarti 2 dari 5 penduduk

Indonesia berisiko terkena osteoporosis.). Tingginya angka resiko osteoporosis

tersebut, dikatakan Menkes Siti Fadillah Supari dalam acara pencanangan Bulan

Osteoporosis Nasional dan Tulang Kuat di Jakarta, Kamis 22 September 2007.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat pada bulan

Februari tahun 2009,PT Fontera Brands Indonesia melakukan pemeriksaan


3

densitas massa tulang dengan alat densitometry diberbagai tempat di Sumatera

Barat dengan hasilnya yaitu dari 4521 orang yang diperiksa didapatkan kejadian

Osteoporosis sebanyak 15,43% osteoporosis,35,96% osteopenia dan 48,59%

normal.Khusus dikota Padang tahun 2009 dari 1105 orang yang diperiksa dengan

alat densitometry diketahui 14,02% osteoporosis,44,97% osteopenia dan 40,99%

normal (Nova,2009).

Menurut Bambang, (2007) masalah kesehatan reproduksi yang

memerlukan perhatian semua pihak. Masalah-masalah kesehatan reproduksi

tersebut muncul dan terjadi akibat pengetahuan dan pemahaman serta tanggung

jawab yang rendah. Akses untuk mendapatkan informasi yang benar dan

bertanggung jawab mengenai alat-alat dan fungsi reproduksi juga tidak mudah

didapatkan.Secara garis besar periode daur kehidupan wanita melalui beberapa

tahap diantaranya pra konsepsi, konsepsi, pra kelahiran, pra pubertas, pubertas,

reproduksi,premenopouse,menopause/klimakterium,pasca menopause dan

senium/lansia (Manuaba, 2007). Satu hal yang paling terlihat dan pasti terjadi

pada wanita dewasa pada masa penuaan adalah terjadinya menopause atau

berhentinya menstruasi, sebelum terjadi menopause ada masa premenopouse.

(Kuntjoro, 2008).

Premenopause adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah

memasuki proses penuaan yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon

estrogen ovarium yang sangat berperan dalam hal sexualitas. Premenopause

sering menimpa wanita yang berusia 40-45 tahun . Wanita yang mendekati

menopause, produksi hormone ekstrogen, hormon progesterone dan hormone seks

lainnya mulai menurun. Keadaan ini menyebabkan jarang terjadi ovulasi dan
4

menstruasi tidak teratur, sedikit dengan jarak yang panjang. Panjang

premenopause bervariasi dari perempuan untuk perempuan, tetapi biasanya

berlangsung dari satu sampai enam tahun. Menopause berhubungan dengan

perubahan hormonal sehingga wanita mengalami perubahan status fisik dan

emosional.(Panduan menopause ,2008).

Proses menuju menopause terjadi ketika fungsi indung telur mulai

mengalami penurunan dalam memproduksi hormon. Pada saat mulai terjadi

penurunan fungsi ini gejala-gejala menopause mungkin mulai terasa meskipun

menstruasi tetap datang. Saat itu mulai nampak ada perubahan pada

ketidakteraturan siklus haid. Menurut Anonim (2007) menopause serta usia lanjut

memang sangat berhubungan dengan terjadinya osteoporosis. Pada perempuan

yang sudah menopause terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Perubahan

hormon ini menurunkan kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium secara

drastis, sehingga penyerapan kalsium menjadi tidak efisien. Osteoporosis menjadi

salah satu ancaman bagi wanita menopause.

Gejala-gejala lain yang mungkin timbul secara langsung dengan perjalanan

usia mencapai menopause adalah seperti hot flushes (semburan panas dari dada

hingga wajah), night sweat (keringatan di malam hari), fatigue (mudah capek),

kekeringan vagina, penurunan libido, dispareunia (rasa sakit ketika berhubungan

sexual), perubahan pada kulit, kegemukan badan bahkan osteoporosis (keropos

tulang) pada jangka panjang. Tetapi bukan semua orang akan mengalami gejala-

gejala yang sama , ia berdasarkan individu. Gejala yang paling erat berhubungan

dengan menopause adalah osteoporosis.Osteoporosis ini terjadi dalam waktu yang

lama, didahului oleh kejadian osteopenia, yaitu kondisi di mana massa tulang
5

mulai menurun.Resiko osteoporosis pada wanita lebih besar dibandingkan pada

pria, karena kadar hormon estrogen pada wanita mulai menurun pada usia 45-an,

sedangkan pada pria hormon testosteron menurun pada usia 65 tahun.

Faktor yang tak kalah penting adalah kurangnya kesadaran masyarakat

untuk mencegah datangnya penyakit itu sendiri. Hal itu ditandai dengan

rendahnya konsumsi kalsium rata-rata orang Indonesia, yakni hanya 254 mg per

hari (Supari, S,F, 2007). Selain beberapa faktor diatas, pengetahuan seorang

wanita premenopause juga sangat berpengaruh. Pengetahuan khusus sangat

diperlukan, terutama pengetahuan mengenai osteoporosis dan asupan kalsium

untuk mencegahnya di masa menopause. Wanita premenopause akan lebih mudah

mengurangi kecemasan dan mampu melalui masa menopause tanpa banyak

keluhan apabila mereka mendapatkan pengetahuan yang faktual dan akurat

mengenai osteoporosis (Mustopo, 2006).

Berdasarkan Profil Pembangunan Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2011

dan wawancara dengan salah seorang pegawai dari Dinas Kesehatan Kab

AGAM,peneliti mengambil kesimpulan dimana umur harapan hidup (UHH) Kab

AGAM terjadi penurunan pada tahun 2005 yaitu , UHH adalah 67,8, dan untuk

Umur Harapan Hidup Tahun 2011 yaitu 66,3. Menurunnya usia harapan hidup

masyarakat di Kabupaten Agam, juga akan mempengaruhi produktifitas dan

indikator derajat pelayanan kesehatan.Pada tahun 2011 data gejala yang

mendekati osteoporosis meningkat. pada tahun 2006 didapatkan data bahwa

penderita osteoporosis sebanyak 157 orang,pada tahun 2011 didapatkan data yaitu

sebanyak 200 orang .


6

. Kab Agam memiliki 21 Puskesmas, dimana hanya 35% saja diantara

Puskesmas tersebut yang melaksanakan program senam lansia secara teratur, 65%

sisanya menjalankan program Lansia dengan menitik beratkan pelayanan pada

pengobatan saja (Laporan DinkesAgam, 2010). Salah satunya yaitu Puskesmas

Padang Luar sehingga Dinas Kesehatan Kab AGAM memilih Puskesmas padang

luar yang mana penderita terbanyak dari osteoporosis tersebut di Puskesmas

Padang Luar yaitu sebanyak 12 orang.Dan penderita terbnayak terdapat pada

Nagari sungai Tanang, 5 orang di Nagari Sungai Tanang tidak mampu lagi untuk

berjalan karena osteoperosis,dan selebihnya dalam masa pengobatan.Dinas

Kesehatan KAB AGAM dan Puskesmas Padang Luar bekerjasama melaksanakan

kegiatan pada tanggal 29 Mei, Puskesmas Padang Lua dengan PT ASKES, PKPU,

PORPI (Persatuan Olah Raga Pernapasan Indonesia), PT Kalbe. melaksanakan

serangkaian acara yang bertempat di lapangan bola kanagarian Pakan Sinayan

Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam. Kegiatan yang mengambil tema

“Dengan semangat hari lansia nasional kita wujudkan lansia sehat, aktif, produktif

dan mandiri” ini diikuti oleh 600 orang peserta yang berasal dari Kecamatan

Banuhampu

Sementara itu premenopouse seharusnya lebih waspada dan lebih

mengetahui gejala menopause sehingga wanita premenopouse dapat mencegah

sedini mungkin sehingga penulis lebih mengarahkan kepada wanita

premenopouse.

Dari 21 puskesmas yang terdapat di KAB AGAM peneliti memilih

melakukan penelitian di Wilayah kerja Puskesmas Padang luar

Kec,Banuhampu ,Kab AGAM dengan jumlah premenopose terbanyak .Dan telah


7

dilakukannya interview dengan seorang Bidan di Puskesmas Padang Luar

penyakit pada premenopouse banyaknya gejala-gejala yang mengarah ke gejala-

gejala Osteoperosis.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan di Sungai Tanang Wilayah kerja

Puskesmas Padang luar Kab,AGAM pada tanggal 18 Januari 2014 diketahui ibu

premenopause sebanyak 285 ibu dan dari hasil wawancara dengan 10 orang

ibu premenopause diketahui sebanyak 2 orang berpengetahuan baik, dan 8 orang

mempunyai pengetahuan yang kurang tentang osteoporosis, hal ini

menunjukkan masih kurangnya pengetahuan ibu premenopause tentang

osteoporosis.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian

guna mengetahui dengan judul “ Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita

Premenopause usia 40-45 tahun tentang Osteoperosis di Nagari Sungai Tanang

wilayah kerja Puskesmas Padang Luar,Kec Banuhampu,Kab AGAM Tahun

2014“.

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan uraian singkat

dalam latar belakang dapat dirumuskan satu masalah yaitu: Bagaimanakah

“Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Premenopause usia 40-45 tentang

Osteoperosis di Nagari Sungai Tanang wilayah kerja Puskesmas Padang

Luar,Kec Banuhampu,Kab AGAM Tahun 2014?“


8

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, Penelitian bertujuan untuk

melihat gambaran pengetahuan premenopoue usia 40-45 tahun tentang

Osteoperosis.Pengetahuan khusus sangat diperlukan, terutama pengetahuan

mengenai osteoporosis. Karena mengingat adanya keterbatasan waktu, maka

peneliti membatasi penelitian pada Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita

premenopouse usia 40-45 tahun tentang Osteoperosis di Nagari Sungai Tanang

wilayah kerja puskesmas Padang Luar,Kec Banuhampu, Kab AGAM Tahun

2014.

D. Identifikasi Masalah

1. Masih kurangnya pengetahuan ibu premenopouse tentang apa itu

osteoporosis

2. Tingginya angka osteoporosis terbukti banyaknya ibu-ibu lansia yang

mengalami gejala osteoporosis

3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencegah datangnya penyakit itu


sendiri

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “ Gambaran tingkat

pengetahuan wanita premenopouse usia 40-45 tahun tentang Osteoporosis di

Nagari Sungai Tanang wilayah kerja Puskesmas Padang Luar,Kec

Banuhampu,Kab Agam “ Tahun 2014


9

2. Tujuan Khusus

a.Diketahui Distribusi Frekwensi Tingkat pengetahuan wanita premenopouse

usia 40-45 tahun tentang Osteoporosis di Nagari Sungai Tanang Wilayah

Kerja Puskesmas Padang Luar, Kec Banuhampu,Kab Agam pada Tahun 2014.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat kepada penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat

pengetahuan tentang osteoporosis pada wanita dalam usia premenopause.

2. Manfaat pada Responden

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

khususnya ibu-ibu agar lebih memperhatikan kesehatannya terutama

osteoporosis pada masa premenopause.

3. Manfaat kepada Dinas Kesehatan.

Diharapkan dapat memberikan masukkan kepada Tenaga Kesehatan

dan Dinas Kesehatan dalam membuat kebijakan tentang pentingnya

pencegahan osteoporosis pada masa premenopause, serta memberi informasi

mengenai faktor-faktor yang harus dihindari dan yang harus diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai