Anda di halaman 1dari 29

PERTUMBUHAN GIGI ANAK

Disusun lagi Oleh : dr. Prima Nofeki Syahrir (dari berbagai sumber)

Pertumbuhan gigi bagi anak-anak yang berusia dibawah 17 tahun sangatlah penting
untuk dijaga dan diperhatikan. Karena pada masa-masa itu lah pertumbuhan gigi sangat rawan
untuk diperhatikan. Sebab, pada masa itu merupakan masa transisi atau masa pertumbuhan
gigi susu menjadi gigi permanen.
drg Darmayani Siregar, Klinik Spesialis Griya Medika menjelaskan, pertumbuhan gigi
susu ke gigi permanen ada dua fase atau ada dua pergantian. "Yang pertama fase gigi susu dan
yang kedua fase gigi permanen atau tahapan gigi susu menjadi gigi permanen," ujarnya.
Dimana, pada awal pergantian gigi susu menjadi gigi permanen pada usia enam tahun
hingga dua belas tahun adalah masa-masa yang rawan. Kenapa demikian? Sebab, pada masa
itulah peranan gigi susu akan digantikan dengan peranan gigi permanen. Sedangkan pada usia
diatas dua belas tahun, peranan gigi susu sudah digantikan dengan gigi permanen.
"Disinilah peranan orang tua sangat penting, pada masa pergantian gigi susu menjadi
permanen namun belum dicabut, akan membuat gigi bertumpuk," ujarnya. Masih katanya,
sebelum gigi permanen tumbuh, sudah ada timbul gejala-gejala gigi goyang. Hal itu karena gigi
permanen yang mau keluar menggoyangkan gigi susu. Meskipun gigi susu masih sehat atau
tidak berlubang tetap harus dicabut. Sehingga gigi permanen bisa tumbuh dengan baik.
Peranan orang tua adalah memperhatikan gigi yang goyang tersebut. Karena bila dibiarkan
saja, gigi susu tersebut akan kembali merekat pada gusi. Sedangkan gigi permanen akan
tumbuh diantaranya. Sehingga membuat gigi tumbuh menjadi berjenjang atau bertumpuk.
"Pada masa pergantian gigi susu ke gigi permanen ada yang menimbulkan rasa sakit
dan ada yang tidak merasa sakit. Bila gigi susu yang sudah goyang dibiarkan saja akan kuat
kembali" paparnya. Masih katanya, kasus seperti ini yang paling banyak terjadi di Batam.
Padahal gigi susu yang goyang dibawahnya sudah tumbuh gigi permanen.
Karena karakter anak berbeda-beda, ada yang bisa menahan sakit dan ada yang tidak
bisa menahan sakit. Bagi anak yang tidak bisa menahan rasa sakit akibat gigi permanen akan
tumbuh, bisa terlihat dan segera diatasi alias dicabut. Sedangkan anak yang bisa menahan rasa
sakit sebentar akan membiarkan saja, padahal gigi susu tersebut harus sudah dicabut dan
membiarkan gigi permanen tumbuh. Bila dibiarkan saja akan tumbuh berjenjang.
Sedangkan persoalan kedua, dan ini merupakan kasus yang sering terjadi. Dimana
orang tua meminta dokter gigi untuk mencabut gigi graham susu anak. Padahal gigi graham
permanen masih belum terlihat gejala-gejala akan tumbuh. Darmayani menuturkan, meskipun
gigi graham susu pada anak sudah berlubang atau rusak, belum boleh dicabut sampai terlihat
tanda-tanda akan tumbuh gigi graham permanen.
Bila itu tetap dicabut, sebelum gigi graham permanen tumbuh maka akan menimbulkan
pertumbuhan gigi jadi tidak teratur. Hal itu disebabkan, karena gigi graham susu merupakan
guide untuk pertumbuhan gigi-gigi permanen. Dikarenakan gigi graham susu sudah dicabut,
sehingga tidak ada guide yang menuntun pertumbuhan gigi permanen tersebut.
"Gejala-gejala yang perlu diperhatikan gigi graham permanen akan tumbuh dengan
munculnya rasa sakit pada gusi, gusi akan menjadi bengkak dan merah. Fungsi gigi graham
susu sebagai guide untuk pertumbuhan gigi, " terangnya. Masih katanya, seperti pada
pertumbuhan gigi permanen, gigi graham susu inilah yang mengatur posisi pertumbuhan gigi
permanen.
tersebut.
Jika gigi graham susu dicabut sebelum gigi graham permanen tumbuh, akan
mengakibatkan pertumbuhan gigi permanen berputar, miring, condong, gigi jadi bertumpuk. Hal
ini dikarenakan tidak adanya pemandu di rongga mulut. Sehingga gigi permanen tumbuh
dengan tidak teratur posisinya.

Gigi Susu

Pertumbuhan gigi, terang Prof. DR. Ismu Suharsono Suwelo, Drg, SpKGA., sudah
dimulai sejak bayi berada di kandungan, yakni sejak janin berusia 4 minggu sampai bayi lahir.
Karena yang dimaksud tumbuh gigi adalah pertumbuhan dari dalam, bukan dalam arti keluar
giginya. Sedangkan keluarnya gigi yang terjadi setelah kelahiran disebut erupsi gigi. "Jadi
tumbuh gigi dan keluarnya gigi itu berbeda," jelas Ismu. Gigi, terangnya lebih lanjut, tumbuh dari
epitel tulang. Mula-mula yang tumbuh ialah mahkota gigi yang berwarna putih dengan lapisan
luar emailnya, lalu ke bawah ada dentin, ke bawahnya lagi ialah benak gigi (pulpa) yang menjadi
tempat syaraf dan pembuluh darah, dan yang paling akhir ialah akar gigi.
Ada 2 macam gigi, yaitu gigi anak atau gigi susu dan gigi dewasa atau gigi
tetap/permanen. Erupsi atau keluarnya gigi susu pertama terjadi di usia 6-8 bulan. Umumnya
diawali oleh keluarnya gigi seri tengah bawah, lalu secara berurutan gigi seri tengah atas, gigi
seri lateral atas dan gigi seri lateral bawah, geraham susu pertama, gigi taring dan geraham
susu kedua. Tapi erupsinya tak sekaligus, melainkan satu per satu dan kadang ada juga yang
sepasang-sepasang.

Umumnya ketika anak berusia 1 tahun mempunyai 6-8 gigi susu (tapi kadang ada juga
yang hanya 2 gigi walaupun tanpa disertai keluhan pertumbuhan) dan akan menjadi lengkap
berjumlah 20 gigi susu (4 gigi seri atas-bawah, 2 gigi taring kanan-kiri di atas-bawah, dan 4
geraham kiri-kanan di atas-bawah) pada usia 18 bulan atau 2 tahun.

Cepat-lambat Erupsi

Kendati erupsi gigi pertama terjadi pada usia 6-8 bulan, namun masih belum bisa
dikatakan terlambat apabila di atas usia tersebut belum juga keluar gigi pertama. Karena,
normalnya erupsi gigi terjadi pada usia 6-12 bulan. Lain halnya bila si anak sudah berusia lebih
dari setahun tapi belum juga terjadi erupsi gigi, maka perlu diketahui penyebabnya. "Mungkin
keterlambatan itu karena ada kelainan pertumbuhan gigi atau pertumbuhan gigi yang tak
sempurna," ujar Ismu. Misalnya, tak punya benih gigi, sehingga ditunggu sampai usia berapa
pun tak akan ada erupsi. "Tentunya kelainan ini akan tetap berlanjut sampai dewasa, ia tak akan
mempunyai gigi kecuali bila dibuatkan gigi susu." Tapi apa faktor yang menyebabkan terjadinya
kelainan pertumbuhan ini, menurut Ismu, tak diketahui secara pasti dan bukan diakibatkan
kekurangan suatu zat tertentu. Diduga, kelainan ini hanya ada pada daerah-daerah tertentu
seperti pernah ditemui di suatu daerah di Sukabumi. "Ada juga ditemui kasus yang dikarenakan
perkawinan, misalnya, keturunan satu kakek." Sementara erupsi gigi yang terjadi lebih dini juga
dikatakan kelainan pertumbuhan, "karena seharusnya, kan, erupsi gigi itu menurut normal
perkembangannya. Jadi kalau di luar normal perkembangannya, maka dikatakan ada kelainan,"
terang Ismu. Tapi tak semua gigi yang erupsinya lebih dini adalah betul-betul gigi dengan
memiliki akar gigi. "Ada juga yang bukan gigi betulan tapi semacam epitel atau tonjolan dari gusi
yang keras seperti gigi tapi tak ada akarnya."

Nah, pada gigi yang erupsi dini ini mesti dilihat apakah mengganggu atau tidak. Kalau
dianggap mengganggu, maka mesti dibuang. Tapi kalau tidak, ya, tak apa-apa. Yang dimaksud
mengganggu, misalnya, gigi tersebut goyang karena memang belum mantap, sehingga si bayi
merasa sakit dan membuatnya rewel. Tentunya kalau gigi tersebut goyang dikhawatirkan akan
lepas sendiri sehingga bila tertelan oleh si bayi. Jadi, harus dicabut. Begitupun bila sang gigi
membahayakan si ibu pada saat menyusui. Karena gigi tersebut tajam dan akan
membahayakan puting susu karena luka gigitan. "Jadi, bila gigi tersebut mengganggu sebaiknya
dibuang saja. Toh, nanti akan tumbuh lagi," kata Ismu. Jika dikatakan bahwa gigi yang erupsinya
lebih dini akan lebih cepat membuat si anak jadi ompong, itu karena gigi sudah berada lama
dalam mulut sehingga sering terkena susu atau makanan. Hal ini tentunya berisiko besar untuk
membuat gigi rusak dan berlubang sehingga cepat ompong bila tak dibersihkan sejak dini.
Lagipula, anak kecil, kan, belum bisa membersihkan gigi sendiri. Orang tua pun belum bisa
membersihkan gigi anak dengan baik. Nah, faktor itulah yang menyebabkan gigi erupsi lebih
dini jadi cepat ompong. Juga tak ada hubungannya sama sekali bila erupsi gigi lebih dini berarti
erupsi gigi selanjutnya akan lebih awal pula. "Bisa saja terjadi ada gigi yang erupsi lebih dini dan
gigi selanjutnya tak ada karena tak ada benih giginya. Erupsi gigi itu sifatnya tak teratur."

Merangsang Erupsi Gigi

Biasanya bayi menjadi rewel kala tengah mengalami erupsi gigi. Karena, seperti
diterangkan Ismu, erupsi gigi biasanya menimbulkan gejala demam yang tak terlalu tinggi atau
dikenal dengan istilah sumeng. "Ini terjadi karena gigi akan menembus lapisan gusi yang keras,
sehingga diperlukan suatu energi yang kuat. Nah, reaksi yang ditimbulkan tubuh itulah yang
menyebabkan si bayi jadi sumeng." Selain itu, erupsi gigi juga menimbulkan gejala air liur
mengences dan rasa gatal pada gigi. Itulah mengapa si bayi maunya menggigit-gigit sesuatu.
Biasanya orang tua memberikan mainan plastik yang tak berbahaya untuk bisa digigit-gigit si
bayi. Cara ini ternyata ada manfaatnya karena dapat merangsang erupsi gigi. "Ada suatu refleks
yang mempercepat keluarnya gigi. Karena dengan menggigit-gigit, maka gigi yang runcing dari
dalam akan menekan-nekan gusi sehingga mempercepat keluarnya gigi," terang Ismu. Bila tak
ada mainan yang bisa digigit, maka bisa diganti dengan wortel. Karena wortel agak keras, tak
mudah putus dan yang pasti lebih murah. Untuk merangsang erupsi gigi juga harus diperhatikan
makanan yang dikonsumi bayi. Makanan tersebut harus mengikuti aturan dari dokter anak.
Misalnya, kapan saja diberikan makanan cair, makanan setengah padat dan makanan padat.
"Pemberian makanan yang cukup sesuai aturan sebetulnya untuk memenuhi nutrisinya. Nutrisi
ini berguna untuk tumbuh kembang dan merangsang pertumbuhan gigi dari dalam," tutur Ismu.
Pemberian vitamin untuk merangsang pertumbuhan gigi pada bayi juga bisa dilakukan sesuai
anjuran dokter. "Ada zat yang dapat memperkuat gigi bayi, menjaga dan mencegah kerusakan
gigi, yaitu zat fluor. Zat ini bisa diberikan pada ibu hamil sampai bayi lahir hingga berusia 10
tahun."

Rajin Membersihkan Gigi

Sejak erupsi gigi yang pertama orang tua harus membersihkan gigi tersebut setiap habis
menyusui, karena susu bisa menempel pada gigi dan berbahaya bagi kesehatan gigi. "Nanti di
usia 1-2 tahun giginya bisa rusak dan berlubang kalau tak dibersihkan sejak awal," kata Ismu.
Juga bisa sampai berwarna hitam karena pengaruh dari sisa-sisa makanan yang menempel.
Nah, kalau ini yang terjadi, berarti sudah ada kelainan. Sebetulnya, lanjut Ismu, sebelum gigi
erupsi pun si bayi sebaiknya sudah diajarkan merawat gigi. Caranya dengan orang tua
membersihkan gusi-gusi si bayi pakai kain kasa atau kapas yang dibasahi air matang. Posisi
yang paling enak dengan memangku si bayi dan mendekap kepalanya ke dada ibu. Setelah
giginya erupsi, gunakan sikat gigi khusus bayi. Sedikitnya dibersihkan sekali sehari tanpa
memakai pasta gigi, dengan posisi kepala si bayi di pangkuan ibu. Setelah anak bisa berjalan
barulah diajarkan menyikat gigi sendiri. Posisinya, ibu di belakang anak dan membantu anak
menyikat gigi dari belakang. Gunakan sikat gigi khusus anak sesuai usianya dan pasta gigi yang
mengandung fluor namun rasanya tak manis. Lakukan 2 kali sehari, sehabis makan pagi dan
mau tidur malam. Pesan Ismu, orang tua sebaiknya memilih model sikat gigi maupun pastanya
menurut kesukaan anak. Kemudian cara menyikat giginya yang penting adalah bersih. Anak
dibantu dalam menyikat gigi sampai kemudian ia bisa dilepaskan sendiri untuk menyikat gigi.
"Sebaiknya kebiasaan membersihkan gigi ditanamkan oleh orang tua sejak dini, sehingga kelak
dengan sendirinya kebiasaan ini akan terbentuk dalam diri anak," nasihat Ismu.

Menjaga Pertumbuhan Gigi

Gigi seorang anak (bayi) merupakan bagian yang berkembang terus seperti juga
anggota tubuh yang lain, meskipun tampak seperti benda keras. Banyak hal yang
mempengaruhi gigi dan gusi tumbuh sehat dan kuat. Salah satunya adalah pemakaian botol
dan dot. Jika kurang teliti memilih botol susu dan dot, dapat menyebabkan gerakan rahang
kurang aktif, sehingga dapat mengganggu proses pengunyahan. Secara tidak langsung itu akan
mempengaruhi bentuk pipi dan dagu. Memang, yang paling sempurna adalah penyusuan
langsung dari ibu. Namun, tidak semua ibu -karena berbagai sebab- dapat menyusui secara
langsung. Bila ini terjadi, pakailah dot susu yang telah dirancang oleh para ahli, sehingga
menyerupai bentuk puting ibu (orthodontic). Agar tidak keliru memilih dot susu, ada cara tepat
memilih dot yang baik diantara:

Lunak. Pilihlah dot yang terbuat dari lateks (karet alam). Salah satu keunggulan lateks
adalah kelunakan pada produknya sehingga mudah digunakan meskipun bayi masih
muda (0-3 bulan)
Pancarannya lunak, tidak membuat tersedak. Pilihlah dot yang memiliki pancaran
lunak, sehingga bayi tidak mudah tersedak saat menyusu.

Anti kembung. Pilihlah dot yang memiliki lubang khusus. Lubang khusus pada dot
membuat bayi tidak mudah kembung. Bentuk dan disain orthodentis

Disain orthodentis ini:

a. Membantu menyempurnakan pertumbuhan gigi secara alami.


b. Mempertahankan bayi melakukan gerakan menyusu secara aktif serupa menyusu pada
ibu.

c. Merangsang produksi ludah agar bercampur air susu sebelum ditelan.

Selain pemakaian dot susu, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar gigi bayi
terjaga pertumbuhannya, diantaranya:
1. Tercukupinya zat fluoride.Zat fluroide adalah mineral yang sudah terbukti
meningkatkan ketahanan gigi terhadap asam sehingga mengurangi kemungkinan
pembusukan gigi. Jika zat fluoride kurang, dapat diberikan fluoride tambahan berbentuk
tablet atau obat cair.
2. Menu Makanan. Hati-hati terhadap kandungan gula dalam makanan karena merupakan
penyebab utama pembusukan gigi. Untuk itu kurangi jumlah maupun frekuensinya.

3. Membersihkan gigi anak.Jagalah agar gigi anak selalu disikat dan dibersihkan.
Bersihkan gigi dan gusi bayi dengan lap basah yang bersih. Agar nyaman, pangku dan
dekap kepala bayi di dada.

4. Minuman malam.Jangan bolehkan seorang anak tidur dengan disertai botol berisi
larutan bergula. Cairan ini akan menggumpal di sekitar gigi dan menimbulkan
pembusukan. Bila perlu memberi minum, berilah air putih dengan dot yang bersih.

Cling! Gigiku Sehat dan Cemerlang

Ingin gigi si kecil sehat dan cemerlang? Keterlibatan Anda sejak dini sangat berperan.
Merawat gigi bayi memang gampang-gampang susah. Baru mau muncul saja, biasanya bayi
sudah rewel. Kalau kita tak tahu penyebabnya, bisa jadi bingung menghadapinya. Tapi, urusan
gigi si kecil tak sebatas meredam kerewelannya. Anda juga perlu merawat gigi dan gusinya
sejak dini.

Awal munculnya bervariasi


Kapan gigi pertama si kecil akan muncul, memang tak ada patokan pasti. Rata-rata,
pada mulai umur 6 bulan, gigi bayi sudah mulai kelihatan. Tapi, bisa saja ketika baru lahir, di
gusinya sudah tampak garis putih tanda hampir munculnya gigi pertama. Atau malahan, setelah
ulang tahun pertamanya lewat, gusinya masih bersih; belum ada tanda-tanda giginya akan
muncul.
Di Indonesia, gigi anak-anak umumnya baru lengkap pada usia 33,5 tahun. Gigi-geligi
yang disebut gigi susu tersebut, akan tanggal satu demi satu, untuk kemudian digantikan
dengan gigi tetap. Jumlahnya sekitar 20 buah, yaitu sepuluh di atas dan sepuluh lagi di bawah.
Asal tahu saja, gigi susu mempunyai fungsi istimewa yang tidak dimiliki gigi tetap. Yaitu,
sebagai penuntun penunjuk arah tumbuhnya gigi tetap agar kelak tumbuh pada tempat yang
sesuai. Selain itu, gigi susu juga menjaga pertumbuhan lengkung rahang, sehingga susunan
gigi jadi teratur.

Dari gigi susu ke gigi tetap


Pergantian gigi susu ke gigi tetap pertama kali dimulai kurang lebih pada usia 6 tahun,
dan berakhir pada usia kurang lebih 12 tahun. Salah satu tanda gigi tetap akan tumbuh
umumnya didahului oleh goyangnya gigi susu. Hal ini karena akar gigi susu jadi pendek akibat
dorongan proses keluarnya gigi tetap (resorbsi). Pergantian tersebut memiliki pola tertentu;
biasanya dimulai dari gigi seri tengah, depan, dan bawah.
Sementara terjadi pergantian gigi seri, terjadi juga pertumbuhan gigi geraham besar
tetap pertama. Gigi geraham besar ini bukanlah gigi pengganti. Gigi ini langsung muncul pada
deretan paling belakang gigi susu, baik pada rahang atas maupun rahang bawah.
Jadi, jangan keliru, ya! Gigi geraham besar pertama dan gigi geraham besar lainnya tumbuh
tidak menggantikan gigi susu. Sedangkan gigi lainnya, seperti gigi seri (incisivus), taring
(caninus) dan geraham kecil (premolar), akan tumbuh menggantikan gigi susu.

Kapan mulai sikat gigi?


Yang jelas, sebelum gigi susu tampak pun, perawatan gusi sudah harus dimulai, dan
sebaiknya dilakukan secara rutin. Karena, jika tak hati-hati menjaga gusi dan gigi si kecil, bukan
tak mungkin bisa muncul sindroma botol bayi (simak boks: Awas, Sindroma Botol Bayi!).
Beberapa hal berikut bisa menjadi bahan pertimbangan Anda saat merawat gusi dan gigi
si kecil :
a. Bersihkan gusi dengan kapas bertangkai (cotton buds), atau dengan membungkus
telunjuk yang memakai sehelai saputangan tipis atau kain kassa steril yang dibasahi
dengan air matang. Bisa juga menggunakan sikat gigi khusus yang tersedia, mulai dari
sikat gigi berbentuk dot karet, sikat gigi bulu karet, atau sikat gigi sarung untuk dipakai
pada jari telunjuk ibu.
b. Jika gigi baru tumbuh 2 atau 4, bersihkan dengan kain.
c. Jika gigi sudah tumbuh lebih dari 8, bersihkan dengan sikat gigi bayi yang mempunyai
ujung kecil dan berbulu halus, dengan kode ukuran P20, atau yang berbulu karet.
d. Awalnya, gunakan saja air matang untuk berkumur, tanpa pasta gigi. Jika dia sudah bisa
berkumur dan membuang air kumurnya, baru gunakan pasta gigi yang mengandung
fluorida. Usahakan flourida jangan sampai tertelan. Lebih baik gunakan pasta gigi anak-
anak, dan berikan secukupnya.
e. Libatkan anak setelah ia mampu memegang sikat gigi pada usia 18 24 bulan. Duduk
atau berdirilah bersama si kecil di depan kaca. Dari belakang si kecil, Anda bisa
memegang sikat gigi dan menggosok giginya, sementara tangan yang sebelah lagi
memegang badan atau dagu si kecil.
Satu hal yang perlu juga Anda lakukan adalah mengajak si kecil bicara selama kegiatan
menyikat gigi berlangsung. Dia akan menikmati acara ritualnya ini dalam suasana yang
menyenangkan. Lambat laun dia akan merasakan betapa pentingnya menyikat gigi setiap hari.

Atur strategi
Tidak sulit mengajarkan si kecil bagaimana menyikat gigi dengan benar. Beri contoh saja,
berikut penjelasannya. Bila perlu, lakukanlah dengan bersenandung atau dengan kata-kata
berirama.

Tunjukkan bagaimana:
a. Menggosok dengan bentuk lingkaran-lingkaran kecil di gigi dan gusinya.
b. Menggosok ke depan dan belakang di permukaan gigi yang biasa digunakan untuk
menggigit.
c. Menggosok seluruh sudut gigi, di bagian depan, bagian belakang, gusi, juga lidahnya.
Setelah beberapa detik, berilah kesempatan buat si kecil untuk mencobanya. Jika dia
sudah selesai, berikan pujian. Anda dapat mengulanginya bilamana perlu. Siapkan waktu untuk
menggosok gigi ini paling tidak dua menit.

Saatnya ke dokter gigi


Munculnya gigi-geligi si kecil, berarti Anda sudah mulai harus memperkenalkannya sosok
dokter gigi. Tujuannya, agar ia terbiasa memeriksakan gigi sejak dini. Jadi, bawalah si kecil ke
dokter gigi sekitar enam bulan setelah gigi pertamanya muncul. Atau, ketika si kecil berusia
sekitar satu tahun.
Doker gigi akan menjelaskan lebih detil mengenai perawatan gigi si kecil. Apabila ada
pertumbuhan gigi yang belum sempurna, biasanya dokter gigi juga akan membuatkan foto
rontgent (X-ray) panoramic. Melalui foto ini, Anda dapat melihat pertumbuhan gigi dan
rahangnya.
Dengan ke dokter gigi, si kecil juga diperkenalkan alat-alat untuk periksa gigi. Tak perlu
khawatir si kecil menangis, karena untuk membersihkan giginya akan digunakan sikat gigi kecil
(brush low speed).

Si 3 Tahun Periksa Gigi


Enggak mau ah Ma, aku takut, kata si kecil. Ia memang perlu dipersiapkan agar
berani ke dokter gigi. Geliginya mungkin belum tumbuh sempurna. Tapi Anda takut giginya rusak
karena ia sulit sekali diajak menggosok gigi. Maukah ia diajak ke dokter gigi?

Jangan tunggu masalah


Biasanya orang tua membawa anak ke dokter gigi jika sudah terjadi masalah. Misalnya,
ketika pipi anak bengkak karena giginya rusak. Langkah ini kurang bijaksana. Sebaiknya, ajak si
kecil ke doter gigi, setidaknya enam bulan sekali, meskipun tidak ada masalah.
Alasannya adalah, bisa saja ada makanan atau susu yang tertinggal meski Anda sudah
membantu membersihkannya. Bila dibiarkan, sisa makanan ini dapat merusak gigi anak. Jadi
langkah pencegahan memang selalu lebih baik.
Selain itu, dokter gigi dapat menjadi sumber informasi yang bisa dipercaya dalam
menerangkan pentingnya merawat gigi dengan tepat. Sayangnya, orang tua kerap menganggap
remeh kesehatan gigi anak. Padahal, kesehatan mulut dan gigi dapat mengganggu
perkembangan lain. Bagaimana anak dapat menyerap informasi dan stimulus lingkungannya
jika ia sakit gigi? Bagaimana si kecil dapat bermain dalam kelompok jika ia diolok-olok karena
mulutnya mengeluarkan bau tak sedap?

Menyiapkan anak
Ajak anak ikut saat Anda memeriksakan gigi Anda. Cara ini mengenalkan si tiga tahun
pada suasana ruangan dokter gigi, suara-suara mesin dan peralatan yang digunakan dokter.
Anak juga dapat melihat bagaimana Anda tetap tenang saat dokter gigi merawat gigi Anda.
Tak kalah penting, memilih dokter gigi anak yang memahami dan mendapat pendidikan
bagaimana membuat anak-anak nyaman saat ke dokter gigi. Misalnya, menyediakan ruang
tunggu berisi buku dan mainan. Di tempat itu si kecil juga bisa diberikan gambar tempel yang
merupakan benda kesukaan anak.
Pergilah ke dokter gigi saat Anda dan si kecil sama-sama punya cukup waktu. Jika Anda
tergesa-gesa karena harus segera kembali ke kantor, misalnya, kunjungan ke dokter gigi
menjadi tidak menyenangkan. Si kecil pun merasa tidak nyaman karenanya.
Seminggu atau dua minggu sebelum ke dokter gigi, Anda dapat bermain peran bersama
si kecil. Bergantianlah bersamanya menjadi dokter-pasien. Gunakan jari dan kaca untuk
menghitung gigi si pasien. Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudahnya. Dengan cara
ini diharapkan si kecil tahu dan terbiasa bagaimana dokter memeriksa giginya.
PERTUMBUHAN UKURAN BAYI
Disusun lagi Oleh : dr. Prima Nofeki Syahrir (dari berbagai sumber)

Pahamilah standar ukuran fisik bayi. Ini penting untuk mendeteksi dini gangguan
kesehatan. Ada banyak cara memantau kesehatan bayi. Tapi yang termudah dan terjelas adalah
dengan mengukur kondisi fisiknya. Untuk itu, Anda perlu tahu ukuran idealnya sehingga Anda
bisa menduga status kesehataan si kecil. Ini semua dapat dilakukan melalui pengukuran
antropometri (berkaitan dengan tubuh), seperti berat badan, panjang badan (tinggi badan), serta
lingkar kepala. Nah, Departemen Kesehatan sudah menentukan standar atau angka ideal status
gizi bayi menurut berat dan lebar badannya, serta ukuran lingkar kepalanya. Tentunya faktor
usia dan jenis kelamin bayi juga harus ditentukan. Standar ini adalah adalah keputusan resmi
yang menjadi panduan seluruh dokter di Indonesia untuk memantau kesehatan bayi. Anda pun
patut melek standar ini.

Bobot Turun Naik

Pemantauan berat badan si kecil sejak detik pertama lahir merupakan indikator kondisi
kesehatannya. Begitu si kecil lahir, penolong persalinan akan melakukan sejumlah pemeriksaan,
seperti panjang dan berat, serta gerak refleksnya, dan menimbang berat bayi. Timbang badan
ini sangat penting karena begitu terpantau tidak normal, maka harus segera diupayakan menjadi
normal demi tumbuh kembangnya kelak.

Tiga kategori

Berat badan yang tidak sesuai dengan umur, bisa menjadi petunjuk adanya gangguan pada fisik
si kecil. Penting Anda tahu, ada 3 kategori berat badan si kecil saat lahir, yaitu:

Berat lahir kurang dari 2,5 kg, maka dia digolongkan sebagai BBLR atau berat badan lahir
rendah. Bayi dengan BBLR akan dimasukkan ke dalam inkubator sampai berat badannya
normal.

Berat lahir 2,5-3 kg, berarti berat badan si kecil tergolong normal.

Berat lahir jauh di atas normal, artinya perlu diberi perhatian khusus karena dikhawatirkan
mengalami hipoglikemia (menurunnya kadar gula di dalam darah) pada hari-hari pertama
kehidupannya.

Turun dulu

Anda tak perlu khawatir bila berat badan si kecil mengalami penurunan selama hari-hari
pertama kelahirannya. Karena, memang sampai hari ke-4, dia akan kehilangan sekitar 5-7%
dari berat lahir. Ini merupakan masa bagi si kecil untuk menyesuaikan diri dengan dunia luar.
Untuk mengimbangi penurunan berat badan tersebut, sangat dianjurkan agar si kecil diberi ASI
8-15 kali sehari, mulai hari ke-3 atau ke-4. Dengan demikian, diharapkan, pada 2-3 minggu ke
depan, berat badan yang menurun tersebut dapat pulih kembali.

Kenaikan rata-rata

Pada bulan pertama, biasanya kenaikan berat badan rata-rata bayi mencapai 500-1400
gram. Selanjutnya, pada bulan ke-2, akan bertambah sekitar satu kilogram dari berat tubuhnya
waktu lahir. Normalnya, pada bulan ke-2, berat badan bayi Anda akan mencapai 3,5 kg hingga
6,8 kg. Di bulan ke-3, berat badan ideal si kecil ditentukan oleh berat badannya saat lahir.
Sebagai patokan, kisaran berat badan bayi usia 3 bulan adalah antara 4,3 hingga 6,8 kg. Untuk
mengetahui apakah berat badan si kecil Anda tergolong normal atau tidak, gunakanlah Kartu
Menuju Sehat (KMS) atau berkonsultasilah pada dokter pada waktu melakukan pemantauan
kesehatan rutin si kecil.
Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Bila berat badan yang tidak sesuai dengan umur, atau tidak ada kenaikan berat badan
dalam jangka waktu tertentu (1-3 bulan), bisa menjadi petunjuk adanya gangguan kesehatan.

Gizi Anak Menurut Berat Badan dan Umur (BB/U)


Jenis Umur Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih
kelamin (bulan) (kg) (kg) (kg) (kg)
Perempuan 0 1,7 1,8 2,1 2,2 3,9 4,0
1 2,1 2,2 2,7 2,8 5,0 5,1
2 2,6 2,7 3,2 3,3 6,0 6,1
3 3,1 3,2 3,8 3,9 6,9 7,0
Laki-laki 0 1,9 2,0 2,3 2,4 4,2 4,3
1 2,1 2,2 2,8 2,9 5,5 5,6
2 2,5 2,6 3,4 3,5 6,7 6,8
3 3,0 3,1 4,0 4,1 7,6 7,7
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/SK/VIII/2002 [J1]

Si Jangkung & Si Pendek


Tinggi badan anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik dan hormonal. Cek juga
status gizinya. Secara estetika, anak yang memiliki perawakan tinggi memang lebih sedap
dipandang dibanding anak yang memiliki perawakan pendek. Jadi, siapa yang tidak ingin
memiliki anak dengan berat dan tinggi badan ideal?

Proses tinggi badan anak


Bayi, umumnya, memiliki berat badan normal antara 25003000 gram, dengan panjang
badan 4850 cm. Selanjutnya, pertumbuhan tinggi dan berat badan bayi-bayi tersebut tidak
akan sama. Menurut dr. Bambang Tridjaya AAP, Sp.A(K), MM(Paed) , dari Divisi Endokrinologi,
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pertumbuhan
ini akan terbagi dalam 3 tahap. Pertama, dimulai dari bayi lahir sampai berusia 3 tahun. Pada
tahun pertama, pertambahan tinggi badan mencapai 1,5 kali panjang lahir. Memasuki usia 2
tahun, rata-rata anak akan tumbuh sebanyak 6 -10 cm per tahun, katanya. Lanjutnya, Tahap
kedua adalah tahap anak-anak, yang akan berakhir ketika anak memasuki masa pubertas, yaitu
mulai usia 612 tahun. Di tahap ini, pertambahan tinggi badan anak mencapai 5-7 cm per
tahunnya. Di tahap ini, tubuh anak akan kelihatan memanjang, mengurus, dan perutnya tidak
buncit lagi. Tahap akhir, adalah tahap pubertas (1218 tahun) yang ditandai dengan
percepatan pertumbuhan karena pengaruh hormon seksual. Pertumbuhan tinggi badan anak
remaja akan melaju dengan cepat, untuk kemudian secara perlahan berhenti ( growth spurt
period ). Pada anak perempuan, yang masa pubertasnya terjadi lebih awal, tinggi badannya
akan mencapai 8 cm/tahun. Sedangkan pada anak laki-laki akan mencapai 10 cm/tahun, jelas
dr. Bambang. Bila tahap ini berakhir, berakhir pula proses pertumbuhan perawakan anak.

Lihat kurva pertumbuhan


Sesuai atau tidaknya tinggi badan si kecil bisa Anda ukur melalui grafik tinggi badan atau
kurva pertumbuhan. Bila tinggi si anak berada pada atau melebihi persentil 97 (97 perseratus)
dari kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tertentu, maka ia dapat disebut memiliki
perawakan tinggi, jelas dr. Bambang. Maksudnya, tinggi si anak berada pada atau lebih dari 97
perseratus dari batas garis maksimal tinggi seseorang pada kurva pertumbuhan yang berlaku
pada populasi tertentu. Sayangnya, kurva pertumbuhan untuk anak Indonesia baru akan terbit.
Sedangkan tinggi badan rata-rata anak Indonesia mulai dari lahir sampai berusia 5 tahun kira-
kira 48 cm 120 cm.

Bukan hanya keturunan


Agar si kecil dapat mencapai tinggi badan yang ideal, banyak faktor yang
mempengaruhi. Faktor genetik adalah elemen dasar penentu tinggi badan seseorang. Seorang
anak akan mencapai tinggi badan sesuai dengan gen penentu tinggi badan yang diwarisi dari
orang tuanya. Jika orang tuanya memiliki perawakan tinggi, secara genetis tentu anak
cenderung memiliki perawakan yang tinggi pula. Sebaliknya, jika orang tua berperawakan
pendek, anak cenderung memiliki perawakan yang pendek pula, kata dr. Bambang. Namun, ia
juga mengingatkan, Bukan berarti, orang tua yang memiliki perawakan pendek otomatis akan
memiliki anak yang pendek pula! Malah, kita sering menjumpai anak yang lebih tinggi dari orang
tuanya. Ini bisa saja terjadi, karena dari kedua orang tua kita mengenal konsep Potensi Tinggi
Genetik . Artinya, seorang anak yang dilahirkan berpotensi atau akan mencapai tinggi dewasa
tertentu yang berada dalam suatu rentang tertentu, jelasnya lagi.

Faktor-faktor penentu lain


Banyak faktor lain yang membantu proses pertumbuhan tinggi badan seorang anak.
Faktor-faktor tersebut antara lain:

* Faktor Gizi
Persepsi masyarakat selama ini, anak yang memiliki perawakan tinggi, berarti
mendapatkan gizi yang baik sejak masih dalam kandungan. Sebaliknya, anak yang pendek dan
kurus berarti menderita kurang gizi dan mengalami gangguan kesehatan sejak masih dalam
kandungan dan dalam masa tumbuh kembangnya. Persepsi ini benar. Beberapa zat gizi
penting, seperti protein, lemak, vitamin (seperti vitamin A dan D) dan mineral (seperti zat besi,
kalsium, seng dan yodium) turut membantu, baik langsung maupun tidak langsung, dalam
proses pertumbuhan anak. Jadi, pastikan Anda cukup gizi selama hamil, dan perhatikan asupan
gizi si kecil selama dalam proses tumbuh kembangnya.

* Faktor Hormonal
Beberapa jenis hormon yang berperan penting dalam proses pertumbuhan tinggi dan
berat seorang anak, antara lain, adalah hormon pertumbuhan ( growth hormone ), hormon tiroid
dan hormon seks. Hormon pertumbuhan berfungsi merangsang pertumbuhan tulang. Hormon
tiroid dibutuhkan untuk membantu melancarkan proses metabolisme di dalam tubuh.
Sedangkan hormon seks, yang terdiri dari hormon estrogen, progesteron dan androgen,
bertugas dalam proses pematangan seksual.

* Faktor lingkungan
Faktor lingkungan, antara lain, imunisasi, kasih sayang yang cukup dan kebutuhan
ekonomi. Imunisasi penting untuk melindungi anak dari berbagai penyakit yang dapat
menghambat pertumbuhan fisiknya. Sedangkan kurangnya kasih sayang dapat berdampak
pada hilangnya nafsu makan pada si kecil. Begitu juga, kurangnya kebutuhan ekonomi tentu
akan berdampak pada ketersediaan pangan yang mengandung gizi seimbang.

Jangan lupa memantau


Pemantauan tinggi badan anak yang dilakukan secara rutin memungkinkan orang tua
mengetahui gangguan pertumbuhan anak sedini mungkin, jawab dr. Bambang. Ia menyarankan
untuk melakukan pemantauan secara berkala, paling sedikit sekali dalam setahun. Anda dapat
saja mengukurnya di rumah. Tapi, untuk mendapatkan hasil yang akurat, ukur tinggi badan si
kecil di dokter anak. Dokter memiliki standarisasi pengukuran sendiri, katanya lagi. Kalau Anda
menemukan si kecil termasuk dalam kriteria yang kurang, berkonsultasilah dengan dokter untuk
menemukan penyebabnya. Bila telah diketahui penyebabnya, dokter akan melakukan hal-hal
sebagai berikut:

*Kalau si kecil kurang gizi, memperbaiki gangguan gizinya.


*Kalau ada gangguan hormonal, memberikan obat-obatan seperti hormon pertumbuhan,
hormon steroid, dan sebagainya.
*Kalau anak menderita penyakit kronis, mengobatinya. Misalnya, ia menderita TBC.

Kondisi fisik akan mempengaruhi kualitas hidup anak. Karenanya, kita perlu berupaya agar
tumbuh kembang si kecil optimal, sejak ia masih dalam kandungan.

Mendeteksi Tinggi Badan


Anda mencurigai si kecil memiliki perawakan pendek? Gunakan cara di bawah ini untuk
memastikannya, yaitu:
* Tinggi badan terletak pada atau kurang dari garis bawah kurva pertumbuhan yang berlaku
pada populasi tertentu.
* Pertumbuhan tinggi anak kurang dari 4 cm per tahun, pada anak usia 4 -10 tahun.

Rumus Potensi Tinggi Genetik


* Untuk setiap anak lelaki yang dilahirkan, tinggi dewasa akan berkisar antara:
(Tinggi Badan Ayah + 13 cm) + Tinggi Badan Ibu 8,5 cm = .......
* Untuk setiap anak peremupuan yang dilahirkan, tinggi dewasa akan berkisar antara:
(Tinggi Badan Ayah 13 cm) + Tinggi Badan Ibu 8,5 cm = ...........

Contoh: Tinggi Badan Ayah 169 cm dan Tinggi Badan Ibu 158 cm, maka setiap anak laki-laki
yang dilahirkan akan memilliki tinggi badan antara 161,5 cm sampai 178, 5 cm yang didapat
dari:
(169 + 13) + 158 8,5 = 170 8,5 cm = antara 161,5 cm 178,5 cm

Mengoreksi Berat & Tinggi Badan


Di awal tahun 2004, seorang ahli gizi Indonesia berhasil menyingkap salah satu cara
mengoreksi penyimpangan pertumbuhan linier ( linear growth ) bayi 6 bulan akibat gizi tidak
seimbang. Keprihatinan akan Human Development Index (indeks kualitas hidup) negara kita
yang di bawah rata-rata negara Asia Tenggara lain, membawa Endang S. Suryani , peneliti
bidang gizi, melakukan sebuah penelitian. Disertasi untuk meraih gelar Doktor diberinya judul
Pengaruh Pemberian L-Glutamin pada MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) Pemulih terhadap
Mutu Protein, Profil Imunitas Seluler dan Pertumbuhan Bayi 6 Bulan yang Mengalami Berat
Badan Kurang.
Hasil penelitian tersebut dipresentasikannya di sebuah konferensi internasional di
Jepang baru-baru ini, dan membuka mata masyarakat gizi dunia. Karena, selama ini belum
ada penambahan unsur gizi yang dapat meningkatkan panjang atau tinggi badan bayi yang
cukup menyolok.

Semua berawal dari usus


Menurut Endang, masalah gizi pada bayi sebenarnya berawal dari usus. Ketika bayi
memperoleh gizi yang cukup maka usus menjadi tahan banting terhadap bakteri atau kuman
yang terbawa makanan. Dengan demikian, daya tahan tubuh bayi menjadi lebih baik, dan pada
akhirnya berguna untuk aktivitas fisik. Artinya, pertumbuhan bayi jadi optimal. Sebaliknya, jika
asupan gizi bayi kurang, daya tahan tubuhnya akan buruk, kemudian mudah sakit. Dalam
kondisi sakit maka energi yang berasal dari makanan tidak lagi diprioritaskan untuk aktivitas
fisik, tetapi untuk proses penyembuhan demi kelangsungan pertumbuhan tubuhnya. Jelas,
pertumbuhan dalam kondisi ini berarti tidak optimal, karena tidak diiringi dengan aktivitas fisik
yang cukup. Melalui penelitiannya, Endang membuktikan bahwa L-Glutamin medukung imunitas
usus yang pada akhirnya mengoptimalkan tumbuh kembang bayi.

Dampak yang signifikan


Dalam penelitiannya, Endang mengambil sampel 143 bayi sehat bermasalah (memiliki
berat badan kurang) berusia 6 bulan 1 minggu, di 19 desa di wilayah Bogor, Jawa Barat.
Dengan kondisi sampel yang cukup ekstrim ini diharapkan pemberian L-Glutamin pada
makanan pengganti atau pendamping ASI akan memperlihatkan pengaruh signifikan.
Ternyata memang begitu hasilnya. Tidak hanya terjadi peningkatan imunitas, diluar dugaan, L-
Glutamin juga mengoreksi tinggi badan anak secara signifikan sebagaimana terlihat dalam
kurva di bawah ini.

Keterangan:
PB = Panjang badan.

U = Umur.

MPG = Kelompok bayi yang diberi MP-ASI dengan fortifikasi L-Glutamin.

MPK = Kelompok bayi yang diberi MP-ASI yang ada di pasaran.

MPP = Kelompok bayi yang diberi MP-ASI tanpa fortifikasi L-Glutamin

Sumber L-Glutamin, menurut Endang yang lulusan Institut Pertanian Bogor dan Mysore
University, India, ini, dapat diperoleh dari berbagai sumber pangan alami. Yaitu, sumber protein
nabati, ground nut (sejenis kacang, tapi bukan kacang tanah), kacang hijau, dan sumber protein
hewan, seperti ikan, ayam atau daging sapi. Jadi, jika ibu dan bayi memperoleh asupan gizi
yang cukup dan seimbang, terutama dengan memperhatikan sumber-sumber L-Glutamin, maka
suplemen L-Glutamin tak mutlak diperlukan.

L-Glutamin bukanlah barang baru. Zat gizi ini merupakan asam amino pembawa nitrogen yang
mudah diserap sel-sel usus halus. Selama ini, kita mengenalnya sebagai Glutamat, karena
dalam kondisi tubuh yang sehat, sel tubuh lebih menyukai asam amino Glutamat. Dalam kondisi
sebaliknya, misalnya stamina menurun, secara otomatis Glutamat akan diubah dalam tubuh
menjadi L-Glutamin. Jadi, fungsi Glutamat sama dengan L-Glutamin, yaitu merawat sistem
kekebalan tubuh.

Timbang badan

Pemeriksaan ini merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kesehatan bayi. Bila
berat badan si kecil tidak sesuai dengan usianya, bisa menjadi petunjuk adanya gangguan
kesehatan fisiknya. Berat badan normal bayi ketika lahir berkisar antara 2,5 kg. Bila kurang dari
itu, digolongkan sebagai bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Keadaan sebaliknya
juga bisa terjadi, yaitu bayi lahir dengan berat badan terlalu besar. Kedua kondisi tersebut akan
mendapat perhatian khusus dari dokter, yakni diusahakan mencapai berat badan normal sesuai
umur bayi. Biasanya, sampai hari ke-4 setelah lahir, berat badan bayi akan menurun antara 5-
7% dari berat badan saat lahir. Tapi, secara berangsur-angsur beratnya akan meningkat kembali
dalam waktu 2 minggu. Untuk itu, Anda dianjurkan memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi, atau
kira-kira sebanyak 8-12 kali sehari setelah hari-3 atau hari-4 kelahirannya. Kenaikan berat
badan pada bayi bervariasi, yakni sesuai usia bayi. Untuk trimester pertama, kenaikan berat
badan antara 5001500 gram/bulan; trimester kedua antara 400-800 gram/bulan; trimester
ketiga antara 300-500 gram/bulan; dan trimester terakhir antara 100-400 gram/bulan.

Panjang badan

Panjang badan juga merupakan salah satu indikator untuk melihat apakah tumbuh
kembang fisik bayi berjalan normal. Panjang badan bayi saat dilahirkan normalnya antara 48
hingga 52 cm. Setelah itu, panjang badannya akan terus bertambah, namun tidak selalu sama
tiap bulannya. Selama bulan pertama, pertambahannya bisa mencapai 3,8-4,4 cm, sementara
kelak pada bulan ke-12 dan seterusnya pertambahannya hanya sekitar 1,2-1,3 cm/bulan.

Lingkar kepala

Pengukuran lingkar kepala secara tidak langsung dapat menjadi petunjuk besar kecilnya
otak yang terdapat di dalamnya. Hal ini berkaitan erat dengan tingkat kemampuan otak tersebut.
Lingkar kepala bayi baru lahir umumnya adalah 35 cm. Biasanya, 31-36 cm untuk bayi
perempuan dan 32-38 cm untuk bayi laki-laki. Lingkar kepala si kecil akan bertambah menjadi
48 cm setelah ia mencapai usia 2 tahun. Setelah pengukuran tubuh yang dilakukan pada
kunjungan pertama si kecil ke dokter, sebaiknya pengukuran dan pemantaun kondisi fisik si kecil
dilakukan secara rutin sampai usianya setahun. Lakukan pengukuran dan pemantauan ini setiap
bulan.

Kenali Organ Tubuh Bayi Baru Lahir


Kenali kelainan-kelainan bayi baru lahir dengan mengetahui bagaimana organ tubuhnya
berkembang. Kita mungkin pernah mendengar bahwa bayi A menderita kelainan sejak lahir.
Perlu diketahui, sebenarnya sebelum dan sesudah lahir, banyak sekali organ tubuh bayi yang
belum berfungsi secara sempurna. Namun, seiring dengan waktu, organ-organ tersebut akan
berfungsi normal. Hanya saja, jika organ tersebut tak berfungsi normal sesuai waktunya
biasanya akan timbul masalah.

Jantung, Peredaran Darah, Dan Paru-Paru

Jantung, imbuh Rulina, merupakan organ tubuh yang besarnya hanya sekepalan tangan.
Terletak di rongga dada (toraks) sebelah kiri. Benda ini terdiri atas otot-otot kuat yang saling
bersambung, sehingga membentuk jaringan. Jantung memiliki empat ruangan dua di sebelah
kiri dan dua di kanan dengan fungsi berbeda. Fungsi intinya adalah mengalirkan darah ke
seluruh tubuh, dan setelah darah mencapai ujung, secara otomatis akan kembali ke sumber
semula. Dua ruangan di kiri, sebelah atas disebut atrium (serambi) kiri, sedang bagian bawah
dinamai ventricle (bilik) kiri. Di ruangan kanan juga sama, yaitu atrium dan ventricle kanan.
Kondisi jantung bayi saat masih dalam kandungan berbeda dengan saat lahir. Ketika masih
dalam kandungan, jantung bayi belum sepenuhnya berfungsi secara normal. Peredaran darah
dari jantung kiri bisa langsung melewati jantung kanan. Begitu juga sebaliknya. Tidak ada sekat
yang memisahkannya. Akibatnya, darah bersih dapat bercampur dengan darah kotor. Namun
secara medis, kondisi ini tak jadi masalah, karena kala dalam kandungan, janin menerima
pasokan darah dan oksigen dari sang ibu lewat plasenta. Barulah setelah beberapa jam bayi
dilahirkan, saluran tersebut secara otomatis langsung menutup. "Lamanya, kurang lebih 4-8
jam," ungkap Rulina. "Saat lahir, paru-paru bayi juga mulai berfungsi, sehingga menimbulkan
tekanan udara yang kuat di sekitarnya. Tekanan tersebut mengakibatkan saluran yang
menghubungkan bilik kiri dan kanan jantung menutup." Namun, ia mengingatkan, jika saluran
peredaran darah tersebut tidak menutup lebih dari 24 jam, maka orang tua harus
mewaspadainya karena hal itu menandakan jantung si bayi mengalami kebocoran. Kelainan ini
disebabkan posisi sekat pemisah bilik atau serambi jantung kiri dan kanan belum atau tidak
tertutup sempurna. Akibatnya, jantung tidak berfungsi dengan baik. Padahal, jantunglah yang
memompa darah ke seluruh tubuh. Dari bilik kiri jantung, darah bersih berwarna merah segar
yang mengandung 96% zat asam dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah nadi. Saat
kembali ke bilik kanan, darah tidak lagi bersih dan warnanya berubah menjadi lebih tua. Pada
saat itu kadar zat asamnya tinggal sekitar 60%. Selanjutnya, darah kotor ini dipompa dari bilik
kanan ke paru-paru untuk mengambil zat asam sehingga menjadi bersih kembali. Begitulah
aliran darah pada tubuh berlangsung tanpa henti sepanjang hidup kita. Nah, bila sekat pemisah
tidak tertutup sempurna, tentu saja darah kotor akan bercampur dengan darah bersih. Akibatnya
kerja jantung akan terganggu. Hal ini ditandai dengan sering keluarnya tanda-tanda biru,
khususnya pada kuku jari tangan dan bibir bayi. Selain itu, badannya kurus, pucat, dan tidak
bersemangat. Aktivitas pun terbatas, bayi akan mudah capai dan sering menderita demam.
Cara mengatasinya bermacam-macam, tergantung faktor penyebabnya. Ada yang dengan obat-
obatan saja sudah cukup, tapi ada juga yang harus ditangani lewat tindakan operasi. "Penting
diperhatikan, tidak semua gangguan jantung ini harus ditangani langsung dengan cara menutup
saluran yang bocor." Masalahnya, dalam situasi dan kondisi tertentu, penutupan saluran
tersebut malah bisa berdampak fatal, yaitu meninggal dunia. Pada mereka, biasanya diberikan
obat-obatan terlebih dahulu, setelah itu barulah dilakukan operasi. Jadi, kapan tindakan operasi
dilakukan, sepenuhnya harus dengan pertimbangan dokter. Semakin besar usia sang bayi,
semakin besar ukuran jantungnya. Dengan begitu operasi pun lebih mudah dilakukan. Tingkat
kesulitan pembedahan penyakit jantung bawaan sangat tergantung pada letak dan parah
tidaknya kelainan itu. Ada yang cukup dilakukan satu kali koreksi, ada yang sampai beberapa
kali. Selama dilakukan pembedahan jantung terbuka diperlukan mesin jantung-paru yang
menggantikan fungsi jantung dan paru-paru untuk sementara.

Ubun-Ubun

Ubun-ubun atau yang dalam istilah kedokterannya fontanela merupakan bagian kecil dari
kepala bayi. Bentuknya sangat lunak. Itu sebab, orang tua kerap tidak tega menyentuh atau
merawatnya. Padahal, ubun-ubun sebenarnya tak selunak yang kita bayangkan karena ia
dilapisi membran (selaput tipis jaringan) yang cukup kuat. Perlu diketahui, kepala bayi dibentuk
oleh beberapa lempeng tulang, yaitu 1 buah tulang di bagian belakang (tulang oksipital), 2 buah
tulang di kanan dan kiri (tulang parietal), dan 2 buah tulang di depan (tulang frontal). Di antara
tulang-tulang yang belum bersambung itu terdapat celah yang disebut sutura. Sutura-sutura ini
ada yang membujur dan ada pula yang melintang. Nah, titik silang celah-celah itulah yang
membentuk ubun-ubun depan (besar) dan ubun-ubun belakang (kecil). Sebenarnya, hingga usia
beberapa bulan setelah dilahirkan, tulang-tulang kepala bayi belum menyambung satu sama
lain. Namun, letaknya telah tersusun berdampingan secara rapi. Ubun-ubun yang tak segera
menutup inilah yang kerap mengkhawatirkan para orang tua. Padahal, dengan begitu otak bayi
justru bisa berkembang normal. Ubun-ubun dan sutura-sutura ini normalnya menutup antara
usia 6-20 bulan. Secara kasat mata, akibat proses penutupan tulang tengkorak yang kelewat
dini ini bisa dilihat melalui bentuk kepala yang tak normal. Ini terjadi karena pertumbuhan kepala
cenderung mengarah ke tulang yang suturanya menutup belakangan. Contohnya, kalau sutura
bagian depan sudah menutup lebih dulu, pertumbuhan kepala akan lebih mengarah ke
belakang, dan akibatnya kepala jadi panjul. Penyebab ubun-ubun cepat menutup biasanya
adalah kelainan bawaan, adanya infeksi selama kehamilan, atau adanya gangguan
perkembangan jaringan otak dan kelainan tulang seperti osteopetrosis (pertumbuhan dan
kepadatan tulang yang berlebihan). Sudah pasti, ubun-ubun yang menutup terlalu cepat akan
menghambat perkembangan otak bayi dan menimbulkan gangguan. Dengan kata lain, sel-sel
otak yang seharusnya berkembang malah tertahan oleh tulang tengkoraknya sendiri. Biasanya,
gangguan yang muncul berupa cerebral palsy atau kelumpuhan yang sifatnya kaku. Terlebih bila
proses penutupan tulang tengkorak ini berlangsung sejak ia baru lahir atau berada di
kandungan, proses keterhambatan perkembangan otaknya tentu lebih lama sehingga gangguan
yang timbul akan lebih banyak dan berat. Artinya, manifestasi gangguan tumbuh kembang pada
bayi yang bersangkutan bisa berbeda-beda, tergantung bagian otak sebelah mana yang
perkembangannya terhambat, dan kapan terjadinya proses penghambatan atau penutupan itu.
Cara mengatasinya adalah dengan operasi melepas sambungan yang menutup terlalu cepat.
Dengan begitu, diharapkan otaknya bisa terus tumbuh dan berkembang.

Usus Besar

Bayi baru lahir umumnya sudah bisa BAB (Buang Air Besar) dalam waktu 24 jam setelah
persalinan. Feses di hari pertama dan kedua disebut mekonium yang berwarna gelap atau
hitam. Tak heran bila ada yang menyebutnya tahi gagak. Pada hari ketiga, feses atau tinjanya
mungkin sudah bercampur dengan susu atau kotoran peralihan (campuran tahi gagak dan
susu). Perlu diketahui, bayi yang diberi ASI, biasanya pada hari-hari pertama atau minggu-
minggu pertama akan lebih sering buang air besar, bisa sampai 6 kali lebih. Kalau dalam waktu
lebih dari 48 jam mekoniumnya tidak keluar-keluar, biasanya bayi diduga menderita hirschprung.
Kelainan hirschsprung terjadi pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga ke
bagian usus di atasnya, termasuk ganglion parasimpatis yang membuat usus bisa bergerak
melebar dan menyempit. "Nah, pada bayi yang punya kelainan hirschsprung, persarafan ini tak
ada sama sekali atau kalaupun ada, jumlahnya sedikit sekali. Ada-tidaknya persarafan inilah
yang menentukan derajat ringan-beratnya kelainan hirschsprung," urai Rulina. Akibat
selanjutnya, kotoran akan menumpuk dan menyumbat usus di bagian bawah, hingga bayi tak
bisa BAB. Penumpukan kotoran di usus besar ini akan diteruskan dengan pembusukan. Jika
terjadinya sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan tanpa ketahuan, di dalam usus besar
akan berkembang banyak kuman. Pada akhirnya timbullah radang usus. Bisa juga, proses
pembusukan ini kemudian menghasilkan cairan yang akan merembes keluar tanpa bisa ditahan
oleh anus karena tak ada persarafan tadi. "Mungkin saja orang tua ataupun dokter tak
menyadari adanya kelainan ini, dianggapnya si bayi mengalami mencret atau diare biasa."
Untuk mengatasinya, pada bayi akan dilakukan pemeriksaan barium enema lewat anus.
Dengan begitu, bisa kelihatan seberapa sempit ususnya dan seberapa panjang kerusakan yang
terjadi. Bagian usus yang tidak memiliki persarafan akan dibuang lewat operasi pertama.
Berikutnya, operasi dilakukan lagi; kalau ususnya bisa ditarik ke bawah, ia akan langsung
disambung ke anus. Kalau ternyata ususnya belum bisa ditarik, maka dibuatlah lubang di
dinding perut (kolostomi) untuk saluran BAB. Nanti, kalau ususnya sudah cukup panjang,
operasi bisa dilakukan lagi untuk menarik dan menyambung ususnya langsung ke anus.
Menunggunya bisa sampai 3 bulan, tergantung kondisi anak yang bersangkutan. Selama itu
pun, kondisinya tetap harus dikontrol, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Menurut Rulina,
setelah dibuang dan diperbaiki kelainannya, BAB anak biasanya akan normal kembali. Kecuali
jika kelainannya parah sampai usus besarnya harus dibuang semua. Masalah tidak akan
berhenti sampai di situ.

Bilirubin/Kuning Pada Bayi

Timbunan bilirubin (zat/komponen yang berasal dari pemecahan hemoglobin dalam sel
darah merah) di bawah kulit akan membuat kulit bayi terlihat kuning. Perlu diketahui, pada saat
masih dalam kandungan, janin membutuhkan sel darah merah yang sangat banyak karena
paru-parunya belum berfungsi. Sel darah merah inilah yang bertugas mengangkut oksigen dan
nutrien dari ibu ke janin melalui plasenta. Nah, sesudah ia lahir, paru-parunya berfungsi,
sehingga sel darah merah ini tidak dibutuhkan lagi dan dihancurkan. Bilirubin alias pecahan
hemoglobin ini bermacam-macam sifatnya, ada yang indirect, direct, dan bebas. Yang indirect
atau belum diolah adalah bilirubin yang terikat albumin sebagai zat pengangkutnya. Ia akan
dibawa ke hati untuk diproses menjadi bilirubin direct. Bilirubin direct ini lalu disimpan di kantong
empedu. Namun demikian, kadang tidak semua hasil pemecahan hemoglobin bisa diikat oleh
albumin dan dibawa ke hati. Bagian yang tidak terangkut inilah yang disebut bilirubin bebas.
Bilirubin bebas bisa menyebar ke mana-mana ke seluruh tubuh. Jenis inilah yang dapat
menimbulkan bahaya, terutama kalau sampai masuk ke otak, karena tak bisa dilepas lagi.
Akibatnya, akan muncul gangguan yang disebut kern ikterus atau timbunan bilirubin di dasar
otak. Namun, kalau bayi sampai kuning, kita tidak perlu keburu khawatir. Kasus ini sebenarnya
terbagi atas kuning faali (fisiologis) dan kuning patologis (penyakit). Yang bersifat patologis
dapat mengganggu tumbuh kembang bayi di kemudian hari. Sementara yang faali adalah
sesuatu yang normal. Umumnya terjadi di hari kedua atau ketiga setelah kelahiran hingga 7
atau 14 hari. Walaupun bersifat faali, keberadaannya tetap perlu diwaspadai, karena mungkin
saja dilatarbelakangi masalah patologis. Selain itu, bayi yang minum ASI dapat juga terlihat
kuning pada minggu pertama dan kedua, yang nantinya berangsur-angsur hilang sendiri. Di
dalam ASI memang ada komponen yang mempengaruhi timbulnya kuning pada bayi. Jadi,
kuning ini hanyalah gejala biasa. Kendati demikian, orang tua harus tetap waspada. Terutama
kalau si bayi sedang dalam keadaan sakit yang berkaitan dengan acidosis (penyakit yang
berhubungan dengan menurunnya kadar pH darah). Misalnya, sesak napas atau mencret berat.
Sebab, saat itu kadar bilirubin bebas bisa meningkat.

Inilah sejumlah hal mencurigakan yang harus diwaspadai.

1. Kuning muncul cepat sekali. Misal, pagi lahir, sore sudah kuning.
2. Peningkatan kadar kuning berlangsung sangat cepat.
3. Kuning berlangsung lama atau proses menghilangnya sangat lambat, misalnya sesudah
2 minggu kuningnya masih ada.

"Jika salah satu atau semua hal itu terjadi pada si kecil, segera bawa ia dokter!" pesan Rulina.
"Mendeteksi bayi kuning atau tidak, sebetulnya tak terlampau sulit. Lihat di bagian putih
matanya. Kalau memang kuning, warna itu akan terlihat jelas di sana."

12 Kejutan pada Bayi Baru

Siap-siap ya. Bayi-bayi baru lahir senang sekali memberi kejutan. Seringkali benar-
benar tak terduga lho Meski Anda sudah membaca seabrek ulasan tentang seorang bayi,
entah mengapa, kehidupan dengan bayi baru selalu saja diwarnai dengan hal-hal yang
menakjubkan. Ternyata, ada banyak juga yang bisa dipelajari langsung dari bayi Anda kalau
nggak mau repot-repot buka buku atau sharing dengan orang lain. Berikut berbagai kejutan
yang mungkin diberikan oleh si kecil, namun mengkhawatirkan orang tua baru pada hari-hari
pertamanya:

Kok, bayiku jelek?

Biasanya, Anda bayangkan idealnya bayi itu montok, pipinya kemerah-merahan, dan
cute . Jika kepala bayi Anda agak aneh dan bentuknya kerucut pada awalnya, mungkin saja ini
karena ia sudah berjam-jam terjepit di panggul. Agar pas melalui jalan lahir, mau tidak mau
tengkorak kepala menyesuaikan diri. Ini untuk melindungi terjadinya retaknya tengkorak atau
kerusakan otak selama persalinan via vagina, kata Anne Hansen, MD, dokter anak di Childrens
Hospital Boston, Amerika Serikat. Masih banyak lagi daftar kejelekan si kecil. Misalnya, mata
bengkak, wajah dan kepala agak memar jika lahir dengan bantuan forsep (alat untuk menjepit
dan menariknya ke luar) atau vakum, dan sebagainya. Bersabarlah, dalam waktu singkat, dia
akan berubah jadi malaikat kecil Anda.

Dia gemetar terus.

Setelah berbulan-bulan melekuk dalam kantung air di rahim yang cozy, namun sempit,
sekarang kaki dan tangan bayi baru Anda bebas bergerak ke sana-sini. Hanya saja, dia belum
mengerti bagaimana cara mengendalikan tubuhnya. Makanya, lambaian tangannya agak
tersentak-sentak. Bayi juga lahir dengan refleks Moro. Begitu diangkat dan diturunkan lagi
secara tiba-tiba, misalnya, kedua tangan dan kakinya akan merentang, lalu menutup kembali.
Jemarinya juga menekuk seolah-olah mencengkeram sesuatu. Jangan takut, refleks ini akan
hilang ketika dia berusia 3 bulan. Lalu, sistem saraf yang sedang berkembang suka mengirim
lebih banyak impuls listrik ke otot-otot dari yang diperlukan, sehingga dagu dan kakinya sering
gemetar. Setelah beberapa minggu, dia sudah tidak gemetaran lagi.

Wow, kelaminnya besar sekali!

Sebelum suami Anda keburu ge-er gara-gara bayi laki-lakinya punya buah zakar yang
besar, dia harus tahu bahwa genetik atau hormon laki-laki yang super perkasa sekalipun tidak
ada pengaruhnya terhadap ukuran buah zakar. Membesarnya buah zakar terjadi akibat
terdesaknya bayi selama kelahiran, seperti kalau cairan terjebak dalam jaringan.
Juga, dalam tubuh semua bayi baru masih mengalir hormon-hormon ibunya. Nah, hormon
tersebut membuat buah zakar (bayi laki-laki) atau bibir luar kelamin (bayi perempuan) seolah-
olah besar alias bengkak. Biasanya, alat kelamin tersebut akan mengempis beberapa hari
kemudian.

Bayiku lapar terus.


Pada minggu-minggu pertama, Anda mungkin saja heran. Kok si kecil makan terus?
Permintaan bayi yang bertubi-tubi ini adalah cara alami untuk meningkatkan suplai ASI Anda.
Melalui trail and error , akhirnya bisa ditemukan takaran yang pas untuk memenuhi selera
makannya. Bayi yang menyusu cenderung lebih sering minum, sebab ASI lebih mudah dicerna
dan diserap ketimbang susu formula. Nah, alasan untuk minum gila-gilaan ini, tentu saja,
karena si kecil harus tumbuh. Jangan heran, kalau berat badannya pada usia 6 bulan jadi 2 kali
lipat dari berat lahirnya. Selama periode percepatan pertumbuhan, jangan kaget kalau bayi
Anda jadi super rakus. Nafsu minum yang gila-gilaan ini pertama kali terjadi ketika usianya 4-6
minggu, kata Glade Curtis, MD , dokter kandungan yang juga pengarang dari Your Babys First
Year week by Week.

Tangan dan kakinya dingin.

Sebelum Anda buru-buru membungkusnya dengan berlapis-lapis selimut, pegang dulu


tubuhnya. Jika tubuhnya hangat dan agak pink, ini berarti ia tidak kedinginan. Sistem peredaran
darahnya masih berkembang, sehingga darah bolak-balik ke organ tubuh yang paling
membutuhkan. Nah, tangan dan kaki termasuk dalam antrian paling akhir mendapat pasokan
darah bersih. Butuh waktu sekitar 3 bulan bagi sistem peredaran darah untuk menyesuaikan diri
dengan kehidupan di luar rahim. Jadi, tidak apa-apa kalau jari-jari tangan dan kakinya dingin
dan agak pucat.

Ada darah di popoknya.

Hormon ibu yang menyebabkan bibir luar kelamin membengkak, juga bertanggung
jawab terhadap terjadinya perdarahan pada beberapa bayi baru. Jadi, tenang-tenang sajalah
kalau ada setetes darah atau noda di popok si kecil pada minggu-minggu pertama
kehidupannya. Periode haid yang super pendek ini hanya akan berlangsung selama beberapa
hari, kata Dr. Curtis. Kadangkala, apa yang kelihatannya seperti darah mungkin saja merupakan
urin yang pekat, sehingga agak gelap di lipatan popok.

Ada tonjolan kecil di bibirnya.

Banyak bayi baru yang bibir atasnya ada tonjolan kecil atau lepuhan akibat terlalu
bersemangat menghisap susu dari botol maupun payudara ibunya. Akibatnya, si kecil jadi tidak
nyaman. Sebenarnya, tonjolan itu akan membuat bibir jadi lebih mudah menangkap puting
susu. Tonjolan ini akan hilang sendiri dalam beberapa bulan, atau bisa saja berulang kali muncul
dan hilang.

Pupnya cair. Diare nggak ya?

Kotoran bayi menyusu yang berwarna kuning seperti mustard dan mirip biji-bijian
biasanya cair, sementara pup bayi susu formula cenderung berwarna kecokelatan dan kental
seperti es krim. Beberapa bayi akan pup beberapa kali dalam sehari, sedangkan yang lainnya
pup beberapa kali dalam seminggu. Sepanjang berat badan bayi Anda terus bertambah, serta
tidak masalah pada perut atau kembung, berapapun frekuensi pupnya tetap oke kok. Memang,
agak susah untuk membedakan pup biasa dengan pup akibat diare, khususnya pada bayi yang
menyusu. Biasanya sih, bayi ASI pup sehabis makan, dan kotorannya lebih cair. Jadi? Mau tidak
mau Anda harus belajar mengenali kotoran si kecil. Jika frekuensi, volume, dan kekentalannya
berubah secara drastis, segera bawa ke dokter.

Si kecil bersin terus.

Bayi baru sering banget bersin. Meski begitu, ini tidak berarti ia pilek atau sakit. Bisa jadi,
ia hanya sedang melonggarkan rongga hidung dan saluran napas dari berbagai sumbatan dan
partikel-partikel udara. Ketika menyusu, bayi bisa saja menempel erat-erat pada Anda.
Akibatnya, hidungnya jadi gepeng atau salah satu lubang hidungnya tertutup, kata Dr. Curtis.
Setelah minum, bayi akan menghela napas atau bersin untuk melonggarkan rongga hidungnya
lagi.

Kulit tangan dan kakinya terkelupas.


Ketika bayi berenang dalam lautan air ketuban, kulitnya terlindung dari lingkungan yang
basah berkat lapisan kulit berwarna putih dan mirip lilin yang disebut vernix . Tapi, sekali si kecil
terpapar udara, vernix akan mengering dan mulai mengelupas. Jangan gosok-gosok serpihan
kulit sisanya, sebab bisa jadi Anda malah mengelupas kulit yang sebenarnya belum siap untuk
rontok. Proses pengelupasan ini akan berlangsung sekitar 1-2 minggu.

Bayiku nggak napas!

Bisa jadi Anda beberapa kali agak histeris begitu melihat si kecil tidak bernapas secara
teratur ketika terlelap. Ini normal-normal saja. Sesekali, bayi Anda seakan-akan berhenti
bernapas sebentar, lalu bernapas lagi dengan cepat. Sebenarnya, itu adalah bagian dari
perkembangan diafragma (sekat rongga badan antara dada dan perut) dan sistem saraf, kata
Dr. Curtis. Pada usia 6 minggu, ia akan memiliki pola napas yang lebih teratur. Hanya saja,
jangan lupa telentangkan si kecil, serta singkirkan semua barang dan mainan lembut dari
boksnya untuk mencegah terjadinya SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) atau sindroma
kematian bayi secara tiba-tiba.

Suara tangisannya kok sama?

Jika Anda belum juga piawai dalam menerjemahkan bahasa pertama bayi Anda, nggak
usah terlalu cemas. Seiring dengan berjalannya waktu, Anda akan mengenali jeritan keras dari
tangisannya karena sakit atau rengekan berkepanjangan ketika ia kecapaian, kata Dr. Hansen.
Nah, suara tangisan karena lapar biasanya di antara kedua suara itu. Meski begitu, ada juga sih
bayi-bayi yang terdengar agak desperate (dan juga keras) ketika mau makan pada saat itu juga.
Namun, pada hari-hari pertama, tidak perlu terlalu panik kalau si kecil mulai menangis. Sebab,
bisa saja ia menangis tanpa alasan apapun. Yang penting, Anda harus bereaksi sama, yakni
menunjukkan perhatian dan kasih sayang. Habis, itu memang yang diinginkan dan juga
dibutuhkan si kecil.

Refleks Bayi Baru Lahir, Modal Beradaptasi

Sebagian besar gerakan yang dipamerkan bayi baru memang merupakan gerak
refleks. Meski begitu, bekal penting ini banyak manfaatnya di kehidupan barunya.
Selama dalam kandungan, bayi selalu mendapat kenyamanan dan kemudahan. Bagaimana
tidak? Tubuhnya aman terlindung dalam kantung ketuban, serta segala sesuatunya, seperti
bernapas dan mengonsumsi makanan sehat, dijamin 100% oleh sang bunda. Begitu lahir ke
dunia, tepatnya setelah tali yang menghubungkan si kecil dan Anda terputus, mau tidak mau ia
harus berjuang sendirian. Makanya, organ-organ penting pendukung kehidupan harus mampu
menjalankan tugasnya dengan sempurna. Nah, untuk melihat apakah organ tersebut sudah siap
bertugas atau tidak, akan dilakukan pemeriksaan, yakni tes Apgar. Apa itu?

Tes Apgar, Sang Penentu

Sejak menit pertama tubuh si kecil sudah menjalani serangkaian pemeriksaan. Buat apa
sih? Begitu lahir dan dibersihkan, si kecil langsung menjalani serangkaian tes yang dikenal
dengan nama pemeriksaan Apgar. Ini merupakan serangkaian pengukuran yang dilakukan
untuk menilai kemampuan bayi baru lahir beradaptasi terhadap lingkungan baru di luar rahim
ibunya. Pemeriksaan meliputi penampilan yang dilihat dari warna kulit tubuhnya (appearance),
frekuensi denyut jantung (pulse), usaha bayi untuk bernapas yang dinilai dengan mendengarkan
lemah atau kuat suara tangisan (grimace), gerakan bayi yang dinilai berdasarkan aktif tidaknya
tonus otot (activity), dan reaksi bayi terhadap rangsangan (reflex). Penilaian ini dilakukan pada
menit pertama dan kelima setelah lahir. Setelah kondisi bayi stabil, dilakukan pengukuran tubuh
yang meliputi pengukuran berat dan panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut,
serta pemeriksaan umum termasuk mendeteksi ada tidaknya kelainan kongenital. Selanjutnya,
pengukuran tubuh si kecil akan dilakukan oleh dokter pada saat kunjungan pertama si kecil ke
dokter anak, yakni sekitar seminggu setelah pulang dari rumah sakit.

Tes Apgar, tes paling pertama

Tes Apgar adalah serangkaian pemeriksaan untuk menilai kemampuan bayi baru lahir
beradaptasi terhadap kehidupan di luar rahim bundanya. Ada 5 hal pokok yang diperiksa, yaitu:
* Appearance: Penampilan, yang dilihat dari warna kulit.

* Pulse: Frekuensi denyut jantung.

* Grimace: Usaha bernapas yang dilihat dari kuat lemahnya tangisan.

* Activity: Aktif atau tidaknya tonus otot.

* Reflex: Reaksi spontan atas rangsang yang datang.

Nah, serangkaian pemeriksaan tadi masing-masing akan diberi nilai. Bila reaksi si kecil bagus,
maka nilainya 2. Reaksi kurang baik bernilai 1, sedangkan reaksi buruk bernilai 0. Kesemua nilai
tadi akan dijumlahkan, sehingga didapatlah hasil sebagai berikut:

* Nilai 10: Bayi memberi reaksi sangat baik pada semua pemeriksaan.

* Nilai 7-10: Si kecil dianggap memiliki kemampuan adaptasi yang baik.

* Nilai di bawah 7: Fungsi jantung dan paru-paru bayi tidak baik, sehingga perlu pertolongan.

* Nilai 0: Bayi meninggal saat lahir.

Bekal khusus yang ampuh

Salah satu tes Apgar memang pemeriksaan terhadap gerak refleks. Lalu apa
istimewanya gerak refleks ini? Meski terlihat ringkih, setiap bayi baru lahir dibekali kemampuan
khusus oleh Tuhan. Yaitu, gerak refleks, gerak yang dilakukan tanpa disadari si kecil. Gerak ini
secara otomatis dipamerkannya begitu ada rangsang dari luar. Biar gampang, coba saja
perhatikan si kecil. Bukankah ia sudah bisa menggerak-gerakkan kedua tangan dan kaki,
menggenggam, menendang, membuka mulut, menghisap, menangis, dan seabrek kebisaan
lainnya. Ternyata gerak refleks sangat ampuh untuk mempertahankan dirinya di lingkungan baru
plus jadi alat komunikasi pertama dengan lingkungannya. Bagaimana mungkin? Di awal-awal
kehidupannya, bayi sering menekuk kedua tangan serta kaki ke arah tubuhnya, sementara
telapak tangan dan kakinya mengepal. Sebenarnya, ini pertanda ia lagi kedinginan. Maklumlah,
selama ini ia kan berada di tempat yang super hangat dan nyaman, yaitu rahim Anda. Nah,
dengan berpose seperti ini, sebenarnya si kecil berusaha mempertahankan dirinya terhadap
lingkungannya. Apa itu? Mempertahankan kehangatan dan menjaga kestabilan suhu tubuhnya.
Jadi, gerak refleks adalah media untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di awal-awal
kehidupannya. Bagaimana dengan menangis? Ini refleks yang juga bisa dijadikan alat
komunikasi. Biasanya sih, bayi menangis karena merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Entah
karena lapar, kepanasan, merasa bising, atau popoknya basah.

6 refleks yang wajib ada

Sebenarnya, ada 6 refleks penting yang harus dimiliki setiap bayi baru lahir, yakni:

* Refleks melangkah

Bila tubuh bayi dipegang pada bagian bawah ketiaknya dalam posisi tegak (pastikan
kepalanya tertopang dengan baik!), lalu kakinya menyentuh bidang yang datar, secara otomatis
si kecil akan meluruskan tungkainya seolah-olah hendak berdiri. Begitu tubuhnya dimiringkan ke
depan, kakinya akan bergerak seakan-akan ingin melangkah.

* Refleks mencari puting (rooting)

Begitu sudut bibir dan pipi bayi disentuh dengan tangan Anda, si kecil akan langsung
memiringkan kepalanya ke arah datangnya sentuhan dengan mulut yang membuka.

Catatan: Bila pipinya bersentuhan dengan payudara Anda, ia akan langsung memiringkan
kepalanya dan mengarahkan mulutnya untuk mendapat ASI.

* Refleks menghisap
Bila bibirnya disentuh dengan ujung jari Anda, secara otomatis bayi akan membuka mulutnya
dan mulai menghisap.

Catatan: Ketika puting susu masuk ke dalam mulutnya, ia akan langsung menghisap ASI.

* Refleks menggenggam (babinski)

Kalau jari Anda diletakkan di tengah telapak tangan atau di bawah jari kakinya, secara otomatis
ia akan menekuk dan mengerutkan jari-jarinya seolah-olah ingin menggenggam atau menjepit
dengan erat.

* Refleks moro

Bila Anda memukul keras-keras atau menarik alas tidurnya serta mengangkat dan menurunkan
tubuhnya secara mendadak, maka kedua tangan serta kakinya akan merentang dan menutup
lagi. Bersamaan dengan itu, jemarinya pun menggenggam.

* Refleks leher asimetrik tonik

Refleks ini memang agak sulit terlihat. Meski begitu, bisa Anda amati. Caranya? Baringkan si
kecil, lalu miringkan kepalanya ke kiri misalnya. Nah, tangan kiri bayi Anda akan segera
merentang lurus ke luar, sedangkan tangan kanannya akan menekuk ke arah kepalanya.

Catatan: Refleks ini paling jelas terlihat saat si kecil berusia 2 bulan, namun akan menghilang
saat usianya 5 bulan.

Hilang dengan sendirinya

Peran gerak refleks pada bayi baru lahir memang amat penting, sehingga dokter akan
memeriksanya dengan seksama. Selain melihat ada tidaknya refleks, ia juga akan memeriksa
apakah gerak refleks si kecil muncul secara simetris atau tidak. Pemeriksaan ini besar artinya
karena interpretasi terhadap gerak refleks hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar
piawai. Meski begitu, Anda bisa juga ikut memantau beberapa gerak refleks si kecil di rumah.
Bukan apa-apa. Biar Anda tahu sejauh mana perkembangan fungsi sistem saraf pusat dan
koordinasi motorik bayi Anda. Yang pasti, ada beberapa refleks yang tidak akan seterusnya ada.
Sejalan pertambahan usia plus pertumbuhan fisik dan kemampuan fungsi organ tubuhnya,
beberapa refleks memang akan hilang. Atau, bisa juga gerak refleks tadi berkembang jadi
gerakan yang lebih terkontrol. Bahkan, bila masih ada saja refleks yang seharusnya sudah
hilang di usia tertentu, segera konsultasikan ke dokter. Bisa jadi, ini menandakan adanya
gangguan pada proses perkembangan si kecil.

Merangkak, Berdiri, dan ... Berjalan

Sebuah Proses yang Luar Biasa!

Salah satu milestone perkembangan bayi yang memukau adalah saat-saat ia mulai
merangkak. Dan, tanpa Anda sadari, tahu-tahu si kecil sudah bisa berjalan. Benarkah semuanya
berlangsung kilat? Berjalan adalah salah satu tonggak perkembangan motorik kasar yang
penting bagi si kecil. Sementara Anda, sang orang tua, melihatnya sebagai momen yang
membanggakan sekaligus mengharukan. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik
yang melibatkan otot-otot besar. Nah, otot-otot ini diperlukan ketika ia duduk, merangkak, dan
juga berjalan.

Usia 78 bulan: mulai merangkak sampai coba-coba berdiri

Di usia ini, biasanya si kecil lagi senang-senangnya mengangkat dan menurunkan


bokong serta punggungnya. Ia juga mulai memamerkan kekuatan kedua kaki mungilnya. Begitu
ditaruh di atas pangkuan, ia akan meloncat-loncat gembira dan menggoyang-goyangkan
kakinya. Selain itu, bayi Anda juga akan memperlihatkan kepandaiannya merangkak. Aktivitas
ini paling banyak mendapat sorotan dari para orang tua. Sesudah puas merangkak,
kepiawaiannyapun akan bertambah lagi. Di usia 8 bulan, si kecil mulai bisa mengangkat
tubuhnya ke posisi berdiri. Biasanya ia akan menumpukan kedua tangannya pada meja, kursi
atau perabot rumahtangga apapun yang bisa menahan berat badannya. Nah, latihan berdiri ini
bukannya tanpa arti. Sebetulnya, bayi Anda sedang melatih perkembangan otot-otot kakinya.

Usia 910 bulan: gencar merambat dan berjalan

Memasuki usia 9 bulan, kepandaian si kecil dalam berdiri terus berlanjut. Bedanya, ia
tidak melulu berdiri dengan bertumpu pada aneka perabot rumahtangga saja, melainkan sudah
mulai merambat. Ingin tahu bagaimana caranya ? Secara perlahan, kedua tangan bayi Anda
akan bergeser ke samping. Nah, gerakan ini akan diikuti oleh langkah kedua kakinya. Tak usah
cemas,bila ia jatuh ia pasti akan segera bangun lagi. Jatuh bangun adalah proses yang sangat
wajar dialami bayi ketika mengasah keterampilan berjalan. Makanya, keamanan di sekitarnya
harus terjaga dengan baik. Yang pasti, di usia ini, kepandaian si kecil dalam belajar berjalan
makin oke. Jika Anda memegang kedua tangannya, ia akan menapak dan mulai melangkah.
Lama kelamaan otot-ototnya semakin terlatih dan ia makin semangat untuk menjajal
kemampuannya berjalan. Walaupun kian giat berlatih jalan, sesekali ia masih suka merangkak.
Nggak apa-apa kok, ia kan juga butuh refreshing.

Usia 1112 bulan: beraksinya si tukang jalan

Pada usia ini, si kecil belajar berdiri dengan cara baru lagi. Dengan meluruskan
tungkainya dari duduk, lalu mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada kedua tangannya.
Maklum saja, otot lengan dan bahunya kan sudah makin kuat. Ia terlihat sangat bahagia karena
bisa bolak-balik duduk, berdiri, dan duduk lagi. Begitu seterusnya... Meski begitu, kepandaian
yang paling menonjol sejak usia 11 bulan adalah ia sudah mampu berdiri sendiri dalam waktu
sekitar 2 detik, tanpa bantuan apapun. Ini terjadi karena ia sudah pintar menjaga keseimbangan
tubuh.

Nah, kepandaian si kecil tidak stop sampai di sini saja. Ia mulai mencoba melangkah.
Dan, butuh waktu baginya untuk maju 23 langkah. Meski begitu, ia akan terus dan terus
mencoba sampai akhirnya yakin betul kalau ia tidak akan terjatuh. Memang, sebagian besar
bayi usia 12 bulan telah siap berjalan. Walau begitu, kadang-kadang masih sedikit limbung.
Mirip-mirip pemabuk yang sedang sempoyongan. Lama kelamaan, ia akan berhasil juga
berjalan dengan tegak. Boleh dibilang, berjalan dianggap sebagai salah satu tonggak bersejarah
dalam perkembangan fisik anak. Bahkan, berjalan adalah puncak dari aktivitas motorik kasar
dan tentu saja amat mengasyikkan bagi si kecil.

Bukan ukuran yang matematis...

Meski ada patokan usia perkembangan ini-itu, Anda jangan lantas terlalu kaku. Misalnya,
usia 12 bulan, bayi Anda sudah harus berjalan. Bagaimanapun, setiap tahap perkembangan
anak bisa saja berbeda-beda. Bisa jadi, si kecil sudah pintar berjalan pada usia 11 bulan. Atau,
malahan ia baru bisa berjalan di usia 13 bulan. Walaupun begitu, ada batasan usia bagi
perkembangan motorik kasar anak. Misalnya saja, bila si buah hati Anda tak kunjung berjalan
lewat usia 1,5 tahun, Anda sudah harus mulai curiga. Bukan tak mungkin, ada gangguan dalam
perkembangannya. Makanya, memantau perkembangan si kecil plus punya Kartu Menuju Sehat
is a must . Kartu ini berguna untuk memantau perkembangan motorik si kecil. Perkembangan
motorik kasarnya terlambat atau sudah sesuai jadwal? Jika terlambat, secepatnya kunjungi
dokter yang khusus menangani tumbuh kembang anak.

Yuk, Optimalkan Penglihatan & Otak Anak

Kemampuan untuk melihat dunia baru di sekitarnya, menguatkan hubungan antar-sel


saraf di dalam otak si kecil. Jelas ini akan mengotimalkan kecerdasannya. Ketika si kecil Anda
membuka matanya untuk pertama kali, semua yang ada di sekelilingnya masih tampak samar
dan kabur. Wajah Anda pun baru tampak jelas baginya bila berjarak tidak lebih dari 25 cm dari
matanya! Awalnya, sistem penglihatan si kecil belum mampu untuk memusatkan kedua matanya
pada satu objek. Ya, kedua matanya akan mampu bekerja selaras dalam memusatkan
penglihatan terhadap obyek yang dilihatnya. setelah dia berusia 3-6 bulan. Setelah mencapai
usia 8 bulan, si kecil akan mampu melihat dunia baru di sekitarnya dalam persepsi 3 dimensi,
seperti Anda.

Antara nature dan nurture


Meski di usia batita si kecil sudah dapat melihat objek dengan jelas, namun stimulasi
penglihatan harus terus dilakukan. Karena, setiap objek yang mampu dilihat si kecil dengan
kedua matanya, merupakan sumber data yang akan merangsang perkembangan otaknya.
Dengan melihat, sel-sel otak si kecil akan terpicu bekerja mengantarkan data tersebut untuk
diolah. Itu sebabnya, semakin sering dan semakin banyak rangsang cahaya yang diperoleh si
kecil, maka hubungan antar-sel otaknya akan semakin baik dan berkembang. Penting Anda
tahu, bahwa setiap saat otak si kecil menerima berbagai rangsang yang diterima panca
inderanya, termasuk rangsang cahaya dari kedua matanya. Selain itu, rangsang ini juga
diterima melalui berbagai pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai rangsang itulah
yang memungkinkan otak si kecil memperkuat hubungan antar-sel otaknya, khususnya sel-sel
otak yang sering diaktifkan. Hasilnya, kemampuan dan keterampilannya si kecil pun akan
berkembang optimal. Namun, perlu Anda ingat, proses tumbuh-kembang si kecil adalah
gabungan dari nature (alam) dan nurture (pemeliharaan dan perawatan), gen, serta lingkungan.
Seperti dikatakan Dr. Lise Elliot, PhD., dari Chicago School of Medicine, Amerika Serikat, dalam
bukunya Whats Going On In There? How the Brain and Mind Develop in the First Five Years of
Life?, Tidak ada perkembangan kognitif, persepsi, emosi dan motorik anak yang tidak
melibatkan faktor nature dan nurture.

Kematangan Otak, dari Anak hingga Dewasa


Benarkah fungsi otak untuk menganalisa dan memecahkan masalah baru sempurna
saat seseorang menginjak dewasa? Studi terbaru menjawab dugaan para ahli yang selama ini
keliru. Selama ini para ahli yakin bahwa ledakan tumbuh kembang otak terjadi di tahun-tahun
pertama usia anak dan menyurut secara terus-menerus jika hubungan antar neuron (sel-sel
saraf otak) tidak digunakan. Studi terbaru membuktikan bahwa dugaan tersebut keliru. Hingga
usia dewasa awal (1940 tahun), kematangan otak manusia baru tercapai. Terutama, pada
bagian korteks prefrontal, yang berfungsi sebagai pusat perencanaan ( planning ), mencari jalan
keluar ( problem solving ), nalar, emosi, gerakan dan sebagian pusat bicara manusia. Itu artinya,
masih ada banyak kesempatan yang mendukung tumbuh-kembang otak selama proses
maturitas otak masih berjalan.

Berkembang pararel dengan evolusi otak


Studi yang dilakukan oleh peneliti gabungan dari National Health of Mental Health
(NIMH) dan University of California, Los Angeles (UCLA) ini dilaporkan secara online dan resmi
pada tanggal 17 Mei 2004 lalu. Studi ini dilakukan terhadap 13 anak dan remaja yang sehat,
selama 15 tahun. Responden berusia antara 4 sampai 21 tahun. Setiap anak di- scan dengan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) setiap dua tahun sekali. Kerja korteks (bagian terbesar otak
manusia) direkam dalam bentuk film tiga dimensi. Dalam rekaman, jaringan korteks otak yang
sedang aktif bekerja berwarna abu-abu sehingga sering disebut sebagai gray matter (bagian
abu-abu). Rekaman kerja otak menunjukkan bahwa bagian abu-abu menjadi matang dan
semakin aktif di usia yang tahapan perkembangan ( milestone ) kognitif dan fungsionalnya juga
semakin matang. Sebagaimana tumbuh kembang manusia, maka korteks menjadi matang
sejalan dengan tahapan perkembangan. Artinya, Urut-urutan maturasi otak umumnya terjadi
secara paralel dengan evolusi otak mamalia, jelas Nitin Gogtay dan rekan-rekan dari NIHM dan
UCLA.

Matang secara bertahap


Studi yang antara lain melibatkan Judith Rapoport dan Paul Thompson ini menemukan
bahwa bagian otak yang pertama kali menjadi matang adalah bagian depan dan belakang, yang
antara lain berfungsi memproses sensasi indrawi dan melakukan gerakan. Kemudian, diikuti
oleh maturitas bagian otak yang berfungsi mengembangkan orientasi spasial dan bahasa.
Sedangkan bagian otak dengan fungsi-fungsi yang lebih lanjut, seperti mengintegrasikan
informasi dari berbagai indra, matang paling akhir. Hasil studi ini sangat berarti bagi para ahli
yang menangani gangguan fungsi dan tumbuh kembang otak, seperti autisme dan schizofrenia,
yang juga diteliti Rapoport dan rekan. Selain itu, perspektif baru tumbuh kembang otak ini,
menyebabkan ahli perkembangan, pendidikan dan neuroscience memiliki wawasan baru dan
perlu membuat pendekatan berbeda dalam memandang perkembangan kecerdasan dan
tumbuh kembang manusia.

Integrasi Sensorik.....Terapi Baru Atasi Gangguan Perkembangan


Bagi anak-anak yang memiliki masalah dalam perilaku dan perkembangan, seperti autis
atau hiperaktif, terapi integrasi sensorik bisa menjadi salah satu alternatif. Di usia 2,5 tahun,
Arsya (5 tahun) belum menunjukkan tanda-tanda berbicara layaknya anak seusianya. Kata
ayah dan ibu saja tak kunjung keluar dari mulut mungilnya. Ia hanya bisa ber-u-u-u atau
bu-bu-bu saja. Menjelang usia 4 tahun, kemampuan bicaranya masih belum berubah. Ini
berlangsung sampai Arsya akhirnya menjalani terapi sensory integration sesuai dengan
rekomendasi seorang ahli. Dan hasilnya luar biasa. Tak sampai setahun, ia sudah dapat
merangkai kalimat. Bukan hanya itu. Kini, di usianya yang ke-5, kemampuan bicaranya
berkembang dengan normal.

Apa itu integrasi sensorik?


Dalam bukunya Sensory Integration and the Child ( Western Psychological Services ,
1994), dr. Jean Ayres , Ph.D , terapis anak dari Amerika Serikat, mendefinisikan integrasi
sensorik atau sensory integration sebagai pengaturan input sensor. Apa artinya? Untuk
gampangnya begini. Setiap saat, si kecil akan menerima beragam input yang disampaikan ke
otak melalui kelima pancainderanya. Nah, informasi tersebut bisa tak sengaja diperoleh (seperti
suara-suara di sekitarnya) atau sengaja dicari (seperti membaca buku). Tentu saja, otak tidak
akan melahap mentah-mentah semua input yang masuk tadi. Makanya, otak akan memilah-
milah dan menseleksi mana yang perlu diperhatikan dan mana yang perlu diabaikan. Kemudian,
otak akan memutuskan apakah input tersebut akan direspons dalam sebuah reaksi, ataukah
hanya disimpan dalam memori saja. Nah, untuk mengolah semua input yang masuk itu,
diperlukan sebuah proses integrasi sensorik.

Terapi Penyembuhan
Bisa saja, proses integrasi sensorik seorang anak tidak bekerja dengan baik. Kalau otak
tidak dapat memproses input dengan baik, maka otak juga tidak bisa mengatur perilaku si kecil
secara efektif. Padahal, tanpa integrasi sensorik yang baik, proses belajar jadi sulit dan anak
juga merasa tidak nyaman akan dirinya sendiri. Akibatnya si anak akan sulit beradaptasi
terhadap tekanan-tekanan dan tuntutan-tuntutan dari luar. Sebaliknya, bila ia mampu
mengintegrasikan berbagai input dengan baik, maka otaknya dapat berkembang dengan baik
pula. Hasilnya, ia akan menunjukkan tingkat perkembangan motorik, kognitif, emosi, dan
sosialisasi sesuai usianya. Nah, terapi integrasi sensorik ini adalah cara ampuh untuk
memulihkan kemampuan anak untuk mengintegrasikan sinyal yang ia terima dari dunia luar.
Yang harus dicatat adalah sebelum serta merta menggabungkan anak anda ke kelas terapi ini,
Anda perlu konsultasi dulu ke dokter. Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan :

- Tes khusus dan observasi terhadap respon anak antara lain terhadap stimulasi sensorik,
keseimbangan dan postur tubuh.
- Wawancara dengan orang tua untuk mengetahui perkembangan anak dan perilaku anak
sehari-hari.

Pada prinsipnya, dengan terapi ini anak disuruh melakukan serangkaian aktivitas dengan
memakai alat-alat tertentu dibawah bimbingan seorang terapis. Semua alat-alat ini secara
khusus dirancang untuk memberikan rangsangan pada lokasi-lokasi sensor. Sekilas, bagi yang
pertama kali melihatnya, terapi ini tampak seperti permainan saja. Misalnya, anak disuruh
bermain lilin. Sebenarnya, aktivitas ini berfungsi untuk mengirim impuls taktil (perabaan) ke otak.
Setiap anak akan mendapat 1 jam terapi, baik kasus yang ringan maupun berat. Sedangkan
durasinya tergantung dari kemampuan anak. Misalnya, jika anak takut bermain trampolin, ia
tidak akan dipaksa. Hitungan waktu bukan suatu patokan dalam melakukan terapi, tapi hanya
suatu stimulasi agar anak dapat melakukan terapi dengan baik dan bervariasi. Tapi ingat, terapi
ini tidak akan berhasil jika orang tua melepaskan anaknya begitu saja pada terapis. Artinya
kerjasama antara orang tua dan terapis sangat diperlukan agar dicapai hasil yang optimal.

Hiperaktif, Anak Nakal yang Butuh Pertolongan


Anak yang lasak bergerak sering dicap nakal. Padahal, mungkin saja ia bukan
sembarang nakal tapi ada gangguan Memasuki usia 4 tahun, polah Rio benar-benar
membuat orang tuanya kewalahan. Ia lasak bergerak. Seolah-olah tidak kenal arti lelah. Juga,
teman atau anak sebayanya sering menangis setelah disapa Rio. Ia pun dijauhi dan mendapat
cap anak nakal. Nakal seperti Rio adalah ciri dari anak yang menderita Attention Deficit
Hiperactive Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas (GPPH).
Dan, hubungan sosial si penderita dengan lingkungannya memang kerap jadi terganggu.
Masalahnya, jumlah penderita ADHD di Indonesia cenderung terus meningkat. Mengapa?

Bisa cuma aktif


Balita Anda kelihatan aktif? Sebenarnya, itu wajar-wajar saja. Karena, inilah usia di mana
anak sedang giat-giatnya mengeksplorasi lingkungannya. Dalam rentang usia itu, balita berada
dalam fase otonomi atau mencari rasa puas melalui aktivitas geraknya. Tapi, kalau ia terlalu aktif
atau malah hiperaktif, tentu saja ini tidak wajar! tegas dr. Dwijo Saputro, psikiater anak dan
Pimpinan SmartKid, klinik perkembangan anak dan kesulitan belajar di Jakarta. Farhan,
presenter kondang, langsung menyadari kalau anak sulungnya, Ridzky (5 tahun), kelewat aktif.
Kalau lagi senang, ia sering memutar-mutarkan badannya, berteriak-teriak, lari ke sana-sini,
serta lari berputar-putar mengelilingi sebuah benda. Kalau dia senang dengan suatu gambar,
langsung deh gambar itu dirobek-robek, katanya. Namun, Kristi Meisenbach Boylan , penulis
yang tinggal di Texas, Amerika Serikat, mengaku agak kaget juga ketika dihadapkan pada
kenyataan anak keduanya, Brandan , termasuk anak dengan kebutuhan khusus. Padahal,
awalnya ia mengira Brandan hanya agak aktif saja. Lalu, kapan anak disebut hiperaktif? Terus
terang, tidak ada alat ukur yang bersifat obyektif dan tegas untuk menentukannya. Karenanya,
para ahli sepakat menentukan sejumlah kriteria yang menjadi ciri khas. Dan, sebelum
memastikannya, akan dilakukan diagnosa berdasarkan panduan sejumlah kriteria yang dibuat
oleh Perhimpunan Psikiater Anak di Amerika Serikat, yakni Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders ( DSM). Yang terbaru saat ini adalah DSM Seri 4, jelas dr. Dwijo yang
mengambil spesialisasi psikiatri dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, tahun 1983.
Untuk gampangnya, ADHD bisa digolongkan menjadi beberapa tipe. Kalau anak memiliki kriteria
konsentrasi buruk dan hiperaktif, maka gangguannya disebut ADHD tipe kombinasi. Jika
kriterianya sulit berkonsentrasi, anak termasuk penderita ADHD tipe sulit konsentrasi. Lalu, anak
yang menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif saja tergolong sebagai penderita ADHD
hiperaktif-impulsif. Kadang-kadang, ada juga anak yang sekilas kriterianya mirip ADHD. Tapi,
setelah diperinci satu demi satu, ternyata tidak ada yang cocok. Nah, ini termasuk ADHD tidak
tergolongkan, jelas dr. Dwijo.

Usia 3, 5 - 7 tahun yang rawan


Sebenarnya, gangguan ADHD tidak begitu sulit dideteksi. Karena, ciri-cirinya begitu
khas; yakni sulit berkonsentrasi dan hiperaktif maupun impulsif pada setiap situasi. Dan,
gangguan perilaku itu kerap menyebabkan anak gagal melakukan aktivitas dalam kehidupan
sehari-harinya. Meski begitu, Anda tidak bisa begitu saja mengatakan kalau si kecil Anda pasti
menderita ADHD, semata-mata bermodalkan ketiga ciri utama itu. Balita Anda masih harus
memiliki enam dari sembilan kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (lihat boks Beberapa Kriteria Anak ADHD). Ketiga ciri utama ADHD
sebenarnya sudah bisa diketahui sebelum anak berusia tujuh tahun. Tepatnya, menurut dr.
Dwijo, antara usia 3,5 - 7 tahun. Tapi, ada juga anak yang gangguan ADHD-nya sudah terlihat
pada umur 1,5 - 2,5 tahun. Gangguan ini terbukti diwariskan secara genetik. Dan, kebanyakan
penderitanya adalah anak laki-laki. Kalau mau dibuat perbandingan, kira-kira 2-6 kali lebih
banyak ketimbang anak perempuan, tambah dr. Dwijo.

Ketidakberesan otak
Sejumlah penelitian telah dilakukan oleh para ahli di berbagai pelosok dunia untuk
menyingkap penyebab pasti gangguan ini. Bahkan, para ahli telah menggunakan peralatan
paling mutakhir untuk melakukan pencitraan otak. Misalnya, Positron Emission Tomography
(PET), Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), serta Magnetic Resonance
Imaging (MRI). Akhirnya, barulah diketahui memang ada yang salah pada otak anak ADHD.
Kelainan pada otak ini bisa terjadi di bagian depan otak, namun bisa pula terjadi pada senyawa
kimia penghantar rangsang atau neurotransmitter. Khususnya, dari jenis dopamin dan
norepinefrin, jelas dr. Dwijo. Otak anak penderita ADHD, khususnya otak kanan, memiliki
ukuran yang lebih kecil, tambah dr. Dwijo.

Minum obat atau tidak?


Sebenarnya, penanganan penderita ADHD bisa dilakukan dengan beberapa cara. Hanya
saja, karena biang keladi dari gangguan ini adalah otak, mau tidak mau penanganannya ya
dimulai dari otak. Menurut, dr. Dwijo, yang juga Koordinator Pelatihan Psikiatri di RS Graha
Medika, Jakarta, Khusus penderita ADHD yang masih berusia di bawah lima tahun, biasanya ia
diterapi perilaku dulu. Bentuk terapinya bisa berbeda-beda, karena sifatnya benar-benar case by
case . Terapi ini bisa juga dilakukan oleh orang tua. Tentunya, setelah orang tua mendapat
bimbingan dari psikiater anak. Bila terapi ini tidak membuahkan hasil, barulah obat diberikan.
Ini yang terjadi pada Ridzky, anak Farhan. Sebagai penderita autis dengan spektrum ADHD, ia
harus menjalani dua macam terapi. Pertama, ABA ( Applied Behavioral Analysis), yaitu terapi
yang meminta dia mengikuti semua aturan yang diberikan. Dalam setiap aturan, ada
punishment dan reward. Kedua, SI ( Sensory Integration), yakni terapi untuk merangsang impuls
sensorinya, sehingga dia dapat mengkoordinasikan gerakan otot tubuh sesuai perintah dari
otak. Obat, biasanya, diberikan belakangan karena hingga kini terapi obat masih banyak
menimbulkan kontroversi di kalangan ahli. Apakah pemberian obat tidak akan menyebabkan
ketergantungan nantinya? Memang dosis obat tergantung pada seberapa salah otak si
penderita ADHD. Dan, tidak tertutup kemungkinan, ia akan terus minum obat sampai dewasa.
Meski begitu, biasanya dokter sudah memperhitungkan secara akurat dosis obat yang sesuai
bagi pasiennya, kata dr. Dwijo. Kekhawatiran terhadap efek samping terapi obat juga sempat
dirasakan oleh Kristi, Sebelum Brandan didiagnosa, kami selalu menghindari penggunaan
obat-obatan. Sehingga, begitu dokter memberi beberapa jenis obat sebagai terapi, wah benar-
benar seperti mimpi buruk! Kristi, yang menulis seluruh pengalaman hidupnya selama merawat
Brandan dalam buku Born to be Wild, Freeing the Spirit of the Hyperactive Child melanjutkan,
Setelah Brandan menunjukkan gejala efek samping dari pemakaian obatnya, yakni muntah-
muntah, kami memutuskan untuk menghentikan semua terapi obat ketika ia berusia delapan
tahun. Sekarang, di usianya yang ke-12, Brandan sudah sepenuhnya bebas dari pengaruh efek
samping obat-obatan.

Orang tua musti kompak


Yang pasti, penanganan anak penderita ADHD, baik dalam bentuk terapi perilaku
maupun terapi obat, tidak akan memberikan hasil yang optimal bila tidak ditunjang oleh sikap
kedua orang tuanya. Kristi, misalnya. Ia dan suaminya ingin Brandan bebas dari segala obat-
obatan, sekaligus membiarkan Brandan menjadi dirinya sendiri. Untuk yang terakhir ini, mereka
sengaja memindahkan Brandan dari sekolah khusus ke sekolah umum. Di sekolah baru,
gurunya tahu benar cara bersikap dan bertindak terhadap anak-anak seperti Brandan. Brandan
juga jadi happy , kata Kristi. Sehubungan dengan ini, dr. Dwijo mengingatkan, ADHD adalah
satu-satunya gangguan perilaku yang paling mudah ditangani dan bisa diobati. Makanya,
penanganan harus sedini mungkin. Dan, ini dimungkinkan bila Anda dan pasangan cepat
tanggap dan menyadari bahwa perilaku si kecil berlebihan. Dari sini, segeralah berkonsultasi
pada ahlinya.

7.000 Kasus Baru


Di Amerika Serikat, sekitar 2-10% populasi anak sekolah menderita ADHD. Sementara di
Indonesia, dalam populasi anak sekolah, ada 2-4% anak yang menderita ADHD. Namun, di
kota-kota besar, seperti Jakarta, persentasenya bisa lebih tinggi lagi. Minimal ada lebih dari 10%
anak penderita ADHD. Dan, yang agak memprihatinkan adalah, diperkirakan akan ada sekitar
7.000 kasus baru setiap tahunnya!

Beberapa Kriteria ADHD...Kriteria sulit konsentrasi:


- Sering melakukan kecerobohan atau gagal menyimak hal yang rinci dan sering membuat
kesalahan karena tidak cermat.
- Sering sulit memusatkan perhatian secara terus-menerus dalam suatu aktivitas.
- Sering tampak tidak mendengarkan kalau diajak bicara.
- Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas.
- Sering sulit mengatur kegiatan maupun tugas.
- Sering menghindar, tidak menyukai, atau enggan melakukan tugas yang butuh pemikiran yang
cukup lama.
- Sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk melakukan tugas.
- Sering mudah beralih perhatian oleh rangsang dari luar.
- Sering lupa dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari.

Kriteria hiperaktif dan impulsif:


- Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
- Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
- Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
- Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
- Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah
habis.
- Sering terlalu banyak bicara.
- Sering terlalu cepat memberi jawaban ketika ditanya, padahal pertanyaan belum selesai.
- Sering sulit menunggu giliran.
- Sering memotong atau menyela pembicaraan.

Obat Menyebabkan Ketergantungan?


Masih ada pro dan kontra seputar hal ini. Meski begitu, tidak ada salahnya bila Anda
menyimak uraian Robert D. Hunt, dari National Institute of Mental Health , Amerika Serikat.
Dalam artikelnya di Pediatric Annals , edisi Maret 2001, ia menguraikan, prinsip dasar obat-
obatan yang diberikan untuk terapi penderita ADHD adalah memanipulasi senyawa-senyawa
kimia yang menjadi bahan baku pembentuk neurotransmitter yang terganggu, sehingga
mendekati kondisi normal. Nah, bila manipulasi dilakukan sejak usia dini, diharapkan tubuh
penderita lama kelamaan akan mampu mengurangi ketergantungannya pada obat.

Tips agar si Kecil Tenang


- Lingkungan rumah tenang.
- Suasana kamar teduh.
- Terapkan aturan dengan tegas.
- Sediakan ruangan untuk santai.
- Biasakan anak mengekspresikan emosinya dalam bentuk tulisan atau gambar.
- Piknik ke tempat yang indah dapat membantu si kecil menanamkan hal-hal positif di dalam
pikiran.
- Aturlah pola makan. Hindari konsumsi gula dan bahan makanan berkadar karbohidrat tinggi.
- Ajari anak untuk berlatih menenangkan diri sendiri. Caranya, menarik napas dalam-dalam, lalu
menghembuskannya melalui mulut. Ulangi beberapa kali.

Bergerak, Bermain dan Tumbuh Sehat!


Berbagai kegiatan fisik bisa dipelajari anak untuk melatih dan mengembangkan berbagai
keterampilannya. Carilah sarana yang tepat dengan pembimbing yang kompeten. Anak mana
yang tidak suka bermain? Jawabannya: Anak yang tidak sehat atau yang tidak gembira.
Melonjak-lonjak, berlari adalah ciri anak yang fit . Memang, bila anak kita terlalu adem ayem,
kita layak khawatir. Koordinasi motorik, kemampuan berinteraksi dan kognitif semuanya adalah
bekal hidup yang amat penting. Dan cara terbaik membinanya adalah dengan mengajak anak
aktif bergerak, bermain dan bergaul. Caranya? Carilah sarana bermain yang bagus dengan staf
yang kompeten. Kidsports di Pondok Indah, Jakarta Selatan, adalah salah satu contoh yang
terbaik. Mari kita lihat keriangan anak ketika bermain di sana di bawah pengawasan staf
lembaga ini. Alternatifnya, barangkali Anda bisa juga tiru ketika bermain dengan si kecil dan
temannya.

Bergelantungan di tangga
- Kegiatan:
Si kecil dapat melakukan aktivitas bergelantungan di tangga yang dipasang horisontal
(dengan menggunakan penumpu). Bantulah si kecil memegang batang-batang pada tangga
tersebut. Setelah berhasil, peganglah badannya. Minta ia menendang sebanyak dua hingga tiga
kali. Perlahan-lahan lepaskanlah pegangan pada tubuhnya. Kemudian, bantu ia untuk turun
dengan melompat ke karpet yang telah diberi alas matras.

- Manfaat:
Latihan ini berfungsi untuk melatih koordinasi mata dan kaki, melatih kekuatan otot tangan,
melatih keberanian (tidak takut ketinggian) dan menaruh kepercayaan pada orang lain. Dengan
bergelantungan pada tangga, si kecil juga melatih perkembangan otak kirinya, yang berguna
bagi keterampilan berbahasa.

Mendorong oktagon
- Kegiatan:
Si kecil dapat mendorong sebuah busa besar berbentuk tabung oktagon (segi delapan) dari satu
titik yang telah ditentukan ke titik lain. Buatlah tanda yang jelas pada kedua titik tersebut,
misalnya dengan menempel kertas berwarna. Mintalah si kecil mendorong dengan kedua
tangannya.
- Manfaat:
Latihan ini berfungsi melatih kekuatan otot tangan. Selain itu, si kecil juga belajar mencapai
target yang dituju.

Lari , melompat dan berguling-guling


- Kegiatan:
Ajak si kecil berlari menaiki sebuah segitiga yang terbuat dari busa yang padat ( wedge ). Ketika
tiba di puncak segitiga tersebut, mintalah ia melompat ke segitiga yang lain. Kemudian, ajak si
kecil menuruninya dengan menggulingkan badannya hingga ke bawah.

- Manfaat :
Aktivitas ini melatih keberanian si kecil, mengajarkan keseimbangan tubuh, melatih kepekaan
gravitasi (dengan berguling-guling menuruni wedge ) dan mengajarkan di kecil untuk
bersosialisasi.
Gerak dan lagu
- Kegiatan :
Ajak si kecil bernyanyi bersama. Perdengarkan lagu-lagu yang dikenalnya, kemudian ajaklah ia
bersuara dan bergerak mengikuti lagu tersebut. Minta si kecil mengangkat tangan dan
menggerakkannya (melakukan gerakan gunting), mengangkat kaki, telentang, mengayuh, dan
melakukan berbagai gerak lainnya agar seluruh tubuh ikut berolahraga.

- Manfaat:
Selain melatih gerak tubuh, melalui kegiatan ini si kecil juga melatih pendengaran dan
koordinasi antara pendengaran dan anggota tubuhnya. Juga, meningkatkan kemampuan
berbahasanya.

Melompat dan jungkir balik


- Kegiatan:
Untuk permainan ini diperlukan balok busa dan matras. Ajak si kecil melompat ke atas balok
busa yang tidak terlalu tinggi, kemudian mintalah ia menuruninya dengan melompat. Setelah itu,
minta ia untuk jungkir balik di atas matras. Jangan lupa berikan tepuk tangan setelah ia selesai
melakukannya.

- Manfaat:
Latihan ini sangat baik untuk melatih keberanian, penguasaan ruang dan kelenturan tubuh anak.

Bermain parasut
- Kegiatan:
Bukalah sebuah parasut berwarna-warni. Ajak si kecil dan teman-temannya bersama orang tua
untuk memegangi ujung parasut tersebut. Kemudian, mintalah semua yang memegang untuk
menggerakkannya. Parasut akan bergerak seperti ombak di laut. Setelah itu, mintalah anak-
anak untuk merangkak menuju ke bawah parasut.

- Manfaat:
Selain belajar mengenal warna, permainan parasut juga melatih sosialisasi dan kerjasama
dengan orang lain. Selain itu, dengan merangkak ke bawah parasut, si kecil belajar melatih
keberanian dengan berada di ruang yang sempit dan gelap.

Latihan Motorik Halus


Sederhana namun asyik. Aktivitas ini melatih keterampilan motorik halus si kecil. Otot
tangan dan jemari yang kuat serta lentur membuat si kecil pintar menulis dan menggambar.
Anak-anak usia prasekolah butuh persiapan dasar yang matang sebelum bersekolah. Persiapan
dasar, yang bisa dilakukan melalui permainan, antara lain melenturkan otot-otot tangan agar
mampu memainkan gerakan rumit. Yaitu, gerakan-gerakan halus yang harus dikuasainya untuk
melakukan kegiatan akademik seperti menulis dan menggambar. Aktivitas-aktivitas apa sajakah
itu?

Menggunting kertas
Kegiatan memegang dan menggerakkan gunting melatih otot-otot yang sama yang akan
digunakan untuk menulis. Anda perlu mencermati cara si kecil memegang gunting. Posisi
gunting yang benar adalah, ibu jari dan jari tengah berada di dalam lubang gunting, jari telunjuk
berada di bagian luar lubang gunting untuk menstabilkan gerak gunting. Sementara, jari
keempat dan kelima menekuk ke arah telapak tangan. Beri si kecil keleluasaan melakukan
kegiatan ini.

Melipat kertas
Keterampilan membuat origami baru akan dikuasai sungguh-sungguh saat anak berusia
enam tahun. Tetapi latihan dapat dimulai sejak anak berusia tiga tahun. Untuk anak-anak usia
prasekolah, Anda bisa melatihnya membentuk persegi panjang atau segitiga dari selembar
kertas berbentuk bujur sangkar. Bila si kecil sudah mahir membuat lipatan sederhana, Anda bisa
melatihnya melipat bentuk amplop. Jari-jari anak usia prasekolah masih kerap terpeleset,
sehingga lipatannya pun kerap melenceng. Jadi, jangan terlalu menuntutnya membuat lipatan
yang rapi. Latihan melipat kertas akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak, yaitu
saat anak melipat dan menekan lipatan itu. Kekuatan bagian telapak dan jari dibutuhkan untuk
memegang dan menggerakkan pensil.

Memutar koin
Memegang uang logam pada posisi berdiri, kemudian memutarnya hingga menghasilkan
putaran yang baik sangat disukai anak. Anak usia kira-kira empat tahun mulai dapat
melakukannya, meski kadangkala jarinya masih terpeleset. Kegiatan ini melatih kelenturan otot
kecil pada jari tangan, seperti digunakan saat membuat huruf-huruf menggunakan pensil.

Menyambung titik-titik
Ajak anak melatih keterampilan motoriknya dengan menyambung titik-titik kecil
membentuk sebuah gambar. Keterampilan ini dibutuhkannya untuk menulis. Anak-anak usia
prasekolah gemar melakukan kegiatan ini. Tapi jangan paksa dia menyelesaikan seluruh
latihannya bila mereka mengatakan, Udah akh, capek, pegal. Ini karena kekuatan otot lengan
bagian atas mereka memang masih terbatas.

Melukis karton
Buatlah beberapa pola gambar pada karton, kemudian minta si kecil membuat gambar
serupa dengan gambar yang Anda buat. Bisa juga Anda membuat pola gambar dengan titik-titik
yang besar. Usahakan titik-titik itu arahnya bervariasi, dari samping kiri ke arah atas, dari atas ke
bawah dan dari bawah ke arah samping. Mintalah anak menyambung titik-titik itu. Kegiatan ini
untuk mengembangkan keterampilan visual-motor anak yang akan digunakannya bila ia perlu
membuat sebuah gambar besar. Misalnya, disain ruang atau taman.

Meronce
Untuk bisa meronce sedotan warna warni menjadi seuntai kalung, dibutuhkan kelenturan
otot pada jari tangan. Seperti pada kegiatan menjahit, kegiatan ini mengandalkan kekuatan otot
ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Cara anak memegang benang untuk dimasukkan ke dalam
lubang sedotan sama dengan ketika ia memegang pensil untuk menulis.

Gambar tempel
Menempel stiker dapat dilakukan anak sejak ia berusia satu tahun. Pada usia ini, anak
cenderung menempelkan stiker di tempat kosong. Ajak anak menempel stiker di atas sebuah
pola yang berbentuk sama dengan bentuk stiker. Kegiatan ini lebih rumit karena anak harus
mengerahkan kemampuan visual, imajinasi dan motorik halusnya. Kegiatan merekatkan gambar
tempel ini melatih aspek visual-motor dan melibatkan imajinasi yang diperlukan anak dalam
kegiatan menggambar.

Mie lilin
Permainan ini diminati sepanjang zaman. Dari lilin aneka warna, si kecil dapat
menciptakan berbagai bentuk. Awalnya, Anda dapat menunjukkan bagaimana memperlakukan
lilin itu menjadi bentuk-bentuk yang punya makna.

Cacing, mungkin bentuk pertama yang dibuat anak. Setelah berhasil membuat satu cacing,
ia akan membuat lagi, lagi dan lagi. Dengan banyaknya cacing yang dibuatnya, muncul ide
baru, dan ia menyebut bentuk itu mie. Bentuk ini memang paling dikuasai si kecil, karena
hanya mengandalkan telapak tangan yang dibantu kekuatan lengan untuk menekan dan
menggulirkan lilin di atas meja. Begitu anak bosan dengan satu bentuk yang dikuasainya, ia
akan mencoba bentuk lain. Permainan ini menguatkan seluruh otot tangannya, mulai dari
lengan bagian atas, telapak dan jari tangan.

Berawal dari Keseimbangan


Semua kegiatan yang mengandalkan keterampilan motorik halus dan visual-motor
dipengaruhi stabilitas tubuh atau keseimbangan. Sebelum tubuh benar-benar seimbang, tangan
tidak akan fokus pada keterampilan yang lebih khusus. Jadi, begitu keseimbangan tubuh
berkembang, tangan dan jari mulai berkembang lebih tangkas, tak sekadar melakukan gerakan
meraih. Keseimbangan tubuh dapat diusahakan melalui gerakan-gerakan seperti:

* Merangkak dengan telapak tangan dan telapak kaki sebagai tumpuan, kemudian melakukan
gerakan menyamping, mirip kepiting berjalan.
* Push-up dengan tangan bertumpu pada dinding.
* Gerakan berputar-putar yang sangat digemari anak usia tiga sampai empat tahun, juga
merupakan gerakan yang bertujuan memperoleh keseimbangan.
* Bergelantungan seperti kera. Gerakan ini memang tak mudah dilakukan anak batita. Tetapi
secara naluriah, anak usia ini senang bila kedua sisi tangannya dipegang, kemudian tubuhnya
diangkat untuk melompati genangan air atau polisi tidur.

Jangan anggap remeh bila anak melakukan kegiatan yang tampak aneh-aneh. Tak perlu risau
bila si kecil berkali-kali ingin mengulang aktivitas motorik yang itu-itu saja dan tak perlu
mengalihkan kegiatannya hanya karena Anda bosan melihatnya. Anak belajar dari pengulangan.
Biarkan ia mengulang gerakan yang belum ia kuasai dengan baik

ASI Eksklusif Luar Biasa, Bu!


Para perempuan selebriti Indonesia ini begitu berdedikasi memberi ASI pada buah
hatinya. Berbagai halangan tak membuat ibu-ibu muda ini menyerah. Yuk, kita ikuti pengalaman
mereka.

Nia Paramita (26 tahun)


Penyanyi, ibu dari Mochammad Syahdiladarama (6 tahun), Muhammad Syahdewadiladayana
(3,5 tahun), Syahgita Puan Marlinashinta (16 bulan) dan sedang hamil 5 bulan anak keempat.

Sempat Kecolongan Susu Formula


Tadinya tak pernah terpikir untuk menyusui bayi saya. Ketika hamil anak pertama, yang
ada di pikiran saya hanyalah apakah saya melahirkan normal atau caesar ? Setelah berdialog
dengan dokter barulah muncul niat untuk memberi ASI pada bayi saya.
Sayangnya, karena tidak bilang dulu pada pihak rumah sakit, bayi saya sempat diberi susu
formula di hari pertama setelah kelahirannya. Baru setelah saya katakan pada suster bahwa
saya mau memberi ASI, susu formula tak lagi diberikan.
Ternyata saya bisa memberi ASI eksklusif. ASI untuk Rama, anak pertama saya, berlangsung
18 bulan namun terpaksa dihentikan karena saya mengandung anak kedua, Dewa . Saya juga
menyusui Dewa dan anak kami ketiga, Sinta dalam jangka waktu yang kurang-lebih sama.
Menyusui pertama kali memang penuh perjuangan. Payudara saya sempat bengkak, sebelum
akhirnya saya tahu itu bisa diringankan dengan pijatan. Puting payudara saya juga pernah
terluka, karena cara menyusui yang tidak benar.
Belum lagi, awalnya, suami saya Mas Gusti Randa , tidak terlalu paham soal ASI. Dia sempat
meminta saya berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula. Waktu itu dia lihat
saya kok repot banget kalau menyusui: harus buka baju, dan kalau sedang di mall mesti pergi
ke ruang menyusui.
Tapi sedikit demi sedikit ia memahami pentingnya ASI. Caranya? Setiap kali ada seminar ASI,
saya ajak suami saya. Ia jadi lebih paham. Saat anak kedua lahir, ia memberi dukungan penuh.
Kalau saya harus keluar kota selama dua hari, misalnya, atau harus ke luar rumah selama 8
jam, ia mengingatkan saya untuk memerah ASI dan menyimpannya. Dia selalu membantu saya
agar ASI selalu siap di rumah.
Sekarang ini saya tinggal menuai buah. Perkembangan motorik ketiga anak saya sangat bagus.
Mereka lebih cepat membalikkan badan dibanding anak saudara atau teman saya yang tidak
mendapat ASI.
Kalau mau dibilang lebih pintar, boleh juga. Saya lihat anak-anak saya belajar sesuatu
sepertinya lebih cepat. Meski tentunya hal ini juga didukung stimulasi dari lingkungan. Paling
tidak, anak yang mendapat ASI itu lebih dekat dengan ibunya. Nah, kedekatan ini yang
membuat anak mudah mengerti ketika diajari sesuatu oleh ibunya.
Hambatan bukan berarti tak ada. Tak jarang keluarga dekat mendorong saya memberi makanan
ketika anak saya mencapai usia 4 bulan. Ada saja alasannya. Yang takut laparlah atau terlalu
kurus, atau jadi repot kalau harus menyusui. Untung saya ngotot tidak mau. Anak-anak sehat.
Saya senang sudah memberi mereka ASI. Untuk anak keempat yang masih dalam kandungan
ini, saya pasti akan memberinya ASI. Saya bangga memberi yang terbaik bagi anak-anak saya,
meski untuk itu saya harus sedikit mundur dari dunia tarik suara.

Hampir Putus Asa


Saya putuskan memberikan anak saya Aa (panggilan Adi Nugraha, Red. ) ASI se jak
awal kelahirannya. Tak hanya bikin anak cerdas dan punya kekebalan tubuh yang prima, buat
saya memberi ASI menurunkan risiko kanker payudara.
Aa memang jarang sakit. Meski saudara sepupunya sakit flu sekali pun, ia tidak tertular. Sekali
waktu Aa diare, tapi ia tetap saya beri ASI. Alhamdullilah Aa segera sembuh. Kejadian Aa diare
itu mungkin salah saya. Saya makan makanan pedas sebelum menyusui. Setelah kejadian itu,
saya kapok makan yang pedas-pedas.
Saya bersyukur sekali diberi produksi ASI yang cukup banyak. Sementara, saya lihat banyak ibu
yang sulit sekali keluar ASI-nya. Saya pun bisa memberi Aa ASI hingga ia berusia 21 bulan.
Sampai-sampai payudara saya besar sebelah. Iya sejak usia 1,5 tahun, Aa hanya mau
menyusu di payudara sebelah kiri.
Dukungan suami saya, Adi Prabudi (33 tahun), sangat besar. Ia selalu mengingatkan saya untuk
mengonsumsi makanan sehat dan istirahat ketika bayi saya tidur. Untuk yang terakhir ini agak
sulit saya lakukan, karena saya sering merasa jenuh. Kalau Aa tidur, saya lebih senang nonton
film atau baca buku.
Selama ini kami tidak menggunakan jasa babysitter. Tentu ada yang membantu mengurus
segala keperluan Aa. Kalau tidak ada yang membantu, suami saya mencucikan popok Aa. Ribut
kecil soal siapa yang mengurus anak ketika terbangun malam hari, soal biasa diantara kami.
Saya pikir, begitulah suka dukanya jadi orang tua baru.
Meski getol menyusui, bukannya tanpa kesulitan. Saya sempat hampir berhenti menyusui gara-
gara puting payudara saya terasa sakit. Saya pernah mengeluh, Sudah hamil itu berat, lalu
melahirkan itu sakit, lantas menyusui pun terasa sakit. Hampir-hampir saja saya give up .
Untung saya dibuatkan minyak klentik (minyak dari kelapa yang disangrai) untuk mengoles
putting, sehingga saya merasa nyaman. Selain itu, saya tak bisa pergi ke mana-mana. Aduh,
rasanya seperti menjadi tahanan rumah. Saya mesti berada di dekat Aa agar bisa menyusui
kapan pun ia butuh.
Akhirnya, saya banyak beraktivitas di dalam rumah. Olahraga pun di rumah. Agar selalu dekat
sehingga mudah menyusui, saya bawa Aa ketika saya harus syuting. Sutradara tahu kondisi
saya. Biasanya, ketika istirahat saya menyusui Aa.
Banyak hal yang saya dapat dengan memberi Aa ASI. Selain ia tak mudah sakit, saya merasa
sangat dekat dengannya. Ia juga tampak lebih ekspresif. Yang saya bangga, telinga dan
matanya sangat tajam. Ia cepat menangkap kata-kata dan bahkan bisa melihat gambar
Spiderman kecil yang ada di bis kota atau motor yang lewat. Sekarang ini secara bertahap Aa
belajar mandiri. Saya bangga dengan perkembangannya.

Lewat Botol pun Jadi


Jujur saja, saya dan suami, Luvie Triadi (34 tahun) minim sekali pengetahuan tentang
ASI. Tidak heran, saat pertama kali menyusui, saya stres banget! Mana ASI yang keluar sedikit
sekali, dan puting payudara saya yang kecil menyulitkan Kayla menyusu. Belum lagi, badan
saya demam dan payudara saya bengkak. Wah... betul-betul bikin saya stres! Tetapi saya
paksakan terus agar bisa melalui ini semua. Saya akan merasa bersalah sekali pada Kayla bila
sampai tak bisa memberinya ASI. Belum hilang perasaan bersalah saya karena tak bisa
melahirkan secara normal, sehingga harus menjalani persalinan secara caesar. Kini ASI saya
pun tak kunjung lancar. Wah... semakin stres saya! Tapi... alhamdullilah, memasuki hari
keduabelas, setelah beberapa kali payudara saya dipijat oleh bidan dan saya tetap berusaha
memberi ASI pada Kayla, ASI saya semakin lancar dan banyak hingga sekarang. Memang saya
masih punya kendala hingga kini, yaitu masih sulit menyusui Kayla secara langsung, karena
puting saya kecil dan tidak keluar. Tetapi ini sama sekali tak menjadi hambatan untuk tidak
memberi Kayla ASI. Saya pompa ASI untuk Kayla. Sekali memompa ASI dengan jarak 5 jam,
saya bisa mendapatkan 300 cc ASI. Lumayan kan?
Saya memang selalu mencoba menyusui Kayla langsung dari payudara. Namun Kayla selalu
kesulitan mengisap karena kondisi puting payudara saya ini. Saya juga sudah coba
menggunakan nipple untuk mengatasi masalah puting ini. Tapi tetap saja Kayla kesulitan.
Kasihan Kayla.... Ia seringkali marah karena sudah lapar tapi enggak juga berhasil
mendapatkan ASI dari payudara. Akhirnya saya pikir, ya... sudahlah kalau tidak bisa minum ASI
langsung dari payudara, saya pompa saja. Yang penting kan ASI-nya. Semakin dipikir-pikir dan
ngotot mengisap dari payudara, nanti malah bikin saya stres, sehingga ASI jadi tidak keluar.
Sekarang ini, saya sudah kembali sibuk syuting sebagai presenter di beberapa acara. Di sela-
sela syuting, saya selalu menyempatkan diri memompa ASI. Dengan begitu, sampai rumah,
saya bisa berkata, Kaka (panggilan untuk Kayla, Re d. ), coba lihat Bunda bawa apa? sambil
saya perlihatkan botol susu berisi ASI hasil memompa untuk Kayla. Di rumah, ada babysitter
yang saya percaya menangani semua kebutuhan Kayla. Untungnya, Kayla enggak rewel
selama saya tinggal syuting. Pokoknya selama ada ASI hasil pompa yang saya simpan, Kayla
anteng deh! Selain memompakan ASI, meski sekarang kembali sibuk beraktivitas, saya selalu
membiasakan diri memandikan Kayla. Jadi sebelum berangkat syuting di pagi hari, saya
mandikan dulu Kayla. Sore harinya, sepulang syuting, saya juga yang memandikan Kayla. Saya
selalu berpesan pada babysitter di rumah bahwa yang memandikan Kayla harus saya. Tapi
pernah juga, di suatu sore saya masih di tempat syuting. Kalau sudah begitu, saya telepon
rumah dan bilang pada babysitter , agar Kayla diseka saja, tidak usah dimandikan. Bagi saya,
seorang ibu memandikan bayinya sendiri merupakan hal yang penting, karena di sini bisa
terjalin bonding antara ibu dan anak, selain di saat menyusui.
Memberi ASI pada Kayla banyak manfaatnya bagi saya dan Kayla. Pertama, berat badan saya
cepat turun. Tapi hanya di awal-awal. Sekarang kok lambat turunnya ya... ha...ha...ha...! Kedua,
saat periksa ke dokter kandungan, dokter mengatakan kalau rahim saya sudah kembali ke
semula. Kata dokter, ini berkat saya rajin memberikan ASI. Ketiga, memberi ASI lebih praktis
daripada susu formula. Selain itu, ASI juga membuat stamina tubuh Kayla baik dan sehat.
Sekarang saya masih memberi ASI eksklusif pada Kayla. Suami saya mendukung sekali. Saya
ingin memberi ASI pada Kayla hingga ASI ini habis dengan sendirinya. Bagi saya, saat ini untuk
Kayla tak ada makanan yang lebih baik selain ASI.

Anda mungkin juga menyukai