Antibodi
Antibodi adalah protein serum yang
mempunyai respon imun (kekebalan) pada
tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig).
Ig dibentuk oleh sel plasma (proliferasi sel B)
akibat kontak/dirangsang oleh antigen.
Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E
dan Ig D.
a.Imunoglobulin G
Terbanyak dalam serum (75%). Dapat
menembus plasenta membentuk imunitas
bayi sampai berumur 6 sampai dengan 9
bulan. Mempunyai sifat opsonin berhubungan
erat dengan fagosit, monosit dan makrofag.
Berperan pada imunitas seluler yang dapat
merusak antigen seluler berinteraksi dengan
komplemen, sel K, eosinofil dan neutrofil.
b.Imunoglobulin A
Sedikit dalam serum. Banyak terdapat dalam
saluran nafas, cerna, kemih, air mata,
keringat, ludah dan air susu. Fungsinya
c.Imunoglobulin M
Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk
pertama kali oleh tubuh akibat rangsangan
antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis.
Fungsinya mencegah gerakan
mikroorganisme antigen memudahkan
fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadap
antigen.
d.Imunoglobulin E
Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah
diikat oleh sel mastosit, basofil dan eosinofil.
Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing,
skistosomiasis, trikinosis. Proteksi terhadap
invasi parasit seperti cacing.
e.Imunoglobulin D
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak
dapat mengikat komplemen. Mempunyai
aktifitas antibodi terhadap makanan dan
autoantigen.
CARA KERJA ANTIBODI
lainnya.
Membuat antibodi spesifik untuk masingmasing musuh merupakan proses yang luar
biasa dan proses ini dapat terwujud hanya jika
sel-sel B mengenal struktur musuhnya
dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan
musuh (antigen).Satu sel B yang sedemikian
kecil, menyimpan jutaan bit informasi dalam
memorinya, dan dengan sadar
menggunakannya dalam kombinasi yang
tepat. Tersimpannya jutaan formula dalam
suatu sel yang sangat kecil merupakan
keajaiban yang diberikan kepada manusia.
Yang tak kurang menakjubkan adalah bahwa
kenyataannya sel-sel menggunakan informasi
ini untuk melindungi kesehatan manusia.Satu
sel B menggandakan antibodi spesifiknya dan
mencantolkannya ke permukaan luar
membran selnya. Antibodi memanjang keluar
seperti jarum, aerial yang sudah
menyesuaikan diri menunggu berkontak
dengan sekeping protein tertentu yang bisa
mereka kenali. Antibodi tersebut terdiri dari
Innate immunity
4.
4.
Protein fase akut: C-reactive
protein (CRP) yang mengikat
mikroorganisme, selanjutnya terjadi
aktivasi komplemen melalui jalur klasik
yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
5.
Produksi interferon alfa (IFN-) oleh
leukosit dan interferon beta (IFN-) oleh
fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
6.
Pemusnahan mikroorganisme
ekstraselular oleh sel natural killer (sel NK)
melalui pelepasan granula yang
mengandung perforin.
7.
Pelepasan mediator eosinofil
seperti major basic protein (MBP) dan
protein kationik yang dapat merusak
membran parasit.
Respon Imunitas Spesifik
Bila mikroorganisme dapat melewati
pertahanan nonspesifik/innate immunity,
maka tubuh akan membentuk mekanisme
pertahanan yang lebih kompleks dan spesifik.
Mekanisme imunitas ini memerlukan
1.
Protein MHC kelas I. Diekspresikan oleh
semua tipe sel somatik dan digunakan
untuk presentasi antigen kepada sel TCD8
yang sebagian besar adalah sel sitotoksik.
Hampir sebagian besar sel
mempresentasikan antigen ke sel T
sitotoksik (sel Tc) serta merupakan
target/sasaran dari sel Tc tersebut. MHC
kelas I digunakan ketika merepson infeksi
virus.
2.
Protein MHC kelas II. Diekspresikan
hanya oleh makrofag dan beberapa sel
lain untuk presentasi antigen kepada sel
TCD4 yang sebagian besar adalah sel
T helper (Th). Aktivasi sel Th ini diperlukan
untuk respon imun yang sesungguhnya
dan sel APC dengan MHC kelas II
merupakan poros penting dalam
mengontrol respon imun tersebut. MHC
kelas II digunakan ketika merespon infeksi
bakteri.
T Helper 1 (Th1) dan T Helper 2 (Th2)
Imunitas Alamiah
terhadap Bakteri Ekstraselular
Respon imun alamiah terhadap bakteri
ekstraselular terutama melalui mekanisme
fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Resistensi bakteri
terhadap fagositosis dan penghancuran dalam
makrofag menunjukkan virulensi bakteri.
Aktivasi komplemen tanpa adanya antibodi
juga memegang peranan penting dalam
eliminasi bakteri ekstraselular.
Lipopolisakarida (LPS) dalam dinding bakteri
gram negatif dapat mengaktivasi komplemen
jalur alternatif tanpa adanya antibodi. Salah
satu hasil aktivasi komplemen ini yaitu C3b
mempunyai efek opsonisasi bakteri serta
Netralisasi toksin
Infeksi bakteri Gram negatif dapat
menyebabkan pengeluaran endotoksin yang
akan menstimulasi makrofag. Stimulasi yang
berlebihan terhadap makrofag akan
menghasilkan sejumlah sitokin seperti IL-1, IL6 dan TNF. Proses ini akan memacu terjadinya
reaksi peradangan yang menyebabkan
kerusakan sel, hipotensi, aktivasi sistem
koagulasi, gagal organ multipel dan berakhir
dengan kematian. Antibodi yang mengandung
reseptor sitokin dan antagonisnya, berperan
dalam menghilangkan sejumlah sitokin dalam
sirkulasi dan mencegah sitokin berikatan pada
sel target.
C. IMMUNOLOGICAL ESCAPE
Walaupun ada sistim immunosurveillance,
kanker dapat luput dari pengawasan sistem
Penyebab Alergi
Penyebab alergi adalah karena sel-sel
kekebalan tubuh tidak bisa mengenali alergen
sebagai obyek yang tidak berbahaya, tetapi
Gejala Alergi
Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik
yang tidak semestinya tersebut dapat
mengganggu organ tertentu yang disebut
organ sasaran. Jika organ sasaran tersebut
misalnya paru-paru maka manifestasi
klinisnya adalah batuk atau asma,
bila sasarannya kulit akan terlihat sebagai
gatal-gatal,
bila sasarannya hidung maka akan timbul
hidung tersumbat atau pilek,
bila organ sasarannya saluran pencernaan
maka gejalanya adalah diare dan sebagainya.
Celakanya, tak hanya paru-paru atau kulit
yang kerap jadi sasaran tembak. Sistem
susunan saraf pusat atau otak pun dapat
terganggu oleh reaksi alergi. Apalagi otak
Terapi Alergi
Karena penyebab alergi adalah sel-sel
kekebalan tubuh yang tidak bisa mengenali
alergen sebagai obyek yang tidak berbahaya,
tetapi malah mengenali mereka sebagai
musuh yang harus diserang habis-habisan,
maka pengajaran terhadap sel-sel imun
tersebut supaya mengenali alergen sebagai
obyek yang tidak berbahaya adalah kunci
sukses pengobatan alergi.
DAFTAR PUSTAKA
Fadli, Alif. 2014. Sistem Imunitas Pada Tubuh
Manusia.
https://www.academia.edu/7537645/MAKALAH
_BIOLOGI_SISTEM_IMUNITAS_PADA_TUBUH_MA
NUSIA, diakses tanggal 27 November2014.
Tanpa Nama. 2014. Contoh Lengkap Makalah
Sistem Kekebalan.
http://contoh-karyatulis.blogspot.com/2014/05/contoh-lengkapmakalah-sistem-kekebalan.html, diakses
tanggal 27 November 2014.