Anda di halaman 1dari 26

Jenis antibody :

No Nama Ciri – Ciri Fungsi


- Berukuran kecil
Antibakteri, antivirus,
1 Ig G - Terbentuk 2-3 bulan setelah infksi antitoksin, melindungi janin
& bayi
- Terdapat selama bertahun – tahun
Melindungi selaput mukosa
2 Ig A - Terdapat di ASI, seperti Ig G (hidung, mata, paru – paru,
usus)
- terdapat di darah, getah bening

dan permukaan sel B


3 Ig M Garis depan terhadap bakteri
- antibody pertama yg dibentuk

tubuh jika ada infeksi (bakteri)


Merangsang pembentukan
- Terdapat di darah, getah bening, antibody oleh sel plasma,
4 Ig D
dan permukaan sel B membantu sel T menangkap
antigen
- beredar di darah

5 Ig E - terlibat dalam reaksi alergi & -

respon infeksi parasit

Antigen-Antibody
*Antigen
Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan dihancurkan oleh
sistem kekebalan tubuh.
Contoh-contoh antigen antara lain : Bakteri, Virus, Sel darah yang asing, Sel-sel dari transplantasi organ, Toksin

*Antibody
Protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan
oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti
bakteri dan virus. Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi
memiliki dua rantai berat besar dan dua [[rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah
yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa
tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada
tiap rantai berat mereka masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada
tubuh mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun
yang tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui (Wikipedia).

Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang
menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti
agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B
yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya
disingkat penulisaanya menjadi Ab.(Kamus Kedokteran Dorlan).

Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai immunoglobulin
(Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang
identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody
tersebut. Masing-masing molekul antibody terriri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai
berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik, yang
dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua
ujung molekul berbentuk Y itu terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut
demikian karena urutan asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke
antibodi yang lain. Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama
membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat
pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan
nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul.
(Campbell).
 Reaksi antigen-antibodi sangat spesifik
 Konfigurasi antigen-antibodi sedemikian rupa : antibodi yg timbul hanya antibodi yang
cocok dengan permukaan antigen.

Sel – sel kunci dalam respon Antigen – Antibody adalah sel


LIMFOSIT
Limfosit yang berperan :
 2 limfosit, yaitu B dan T; yang berasal dari asal yg sama, yaitu Sel tiang dalam sumsum
tulang.
 Pendewasaan limfosit B di bursa fabricius, limfosit T di thymus
 Pada mamalia limfosit B mengalami pendewasaan di : hati, tonsil, jaringan limfoid pada
dinding usus

Lima Macam Zat Anti


Zat anti dikeluarkan oleh Limfosit B yang telah berubah menjadi sel plasma dan secara tidak
langsung menyebabkan dekstruksi zat asing.

Berdasarkan aktivitas biologisnya, antibodi dibagi menjadi:


1.Imunoglobulin G ( Ig G) disebut juga rantai – γ (gamma)
Immunoglobulin yang paling banyak di dalam tubuh, dihasilkan dalam jumlah besar ketika tubuh
terpajan ulang ke antigen yang sama. Ia memberikan proteksi utama pada bayi terhadap infeksi
selama beberapa minggu setelah lahir karena IgG mampu menembus jaringan plasenta. IgG yang
dikeluarkan melalui cairan kolostrum dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah daya
kekebalan. IgG lebih mudah menyebar ke dalam celah-celah ekstravaskuler dan mempunyai
peranan utama menetralisis toksin kuman dan melekat pada kuman sebagai persiapan
fagosistosis serta memicu kerja system komplemen. Dikenal 4 subklas yang disebut IgG1, IgG2,
IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai berat (H) yang disebut 1, 2, 3 dan 4.

2.Imunoglobulin A ( Ig A) disebut juga rantai –α (alpha)


IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat
kombinasi dengan suatu zat protein khusus, disebut secretory component, oleh sel-sel dalam
membrane mukosa. Imunoglobin yang dikeluarkan secara selektif di dalam sekresi air ludah,
keringat, air mata, lendir hidung, kolostrum, sekresi saluran pernapasan dan sekresi saluran
pencernaan. IgA yang keluar dengan sekret juga diproduksi secara lokal oleh sel plasma.
Kehadirannya dalam kolostrum (air susu pertama keluar pada mamalia yang menyusui)
membantu melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal. Fungsi utama IgA adalah untuk
mencegah perlautan virus dan bakteri ke permukaan epitel. Fungsi IgA setelah bergabung dengan
antigen pada mikroorganisme mungkin dalam pencegahan melekatnya mikroorganisme pada sel
mukosa.

3.Imunoglobulin M ( Ig M) disebut juga rantai –µ (mu)


IgM adalah antibody pertama yang bersirkulasi sebagai respons terhadap pemaparan awal ke
suatu antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini secara diagnostic
bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh pathogen
yang menyebabkan pembentukannya. IgM terdiri dari lima monomer yang tersusun dalam
struktur pentamer. IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen
melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal respons sel plasma. IgM sangat efisien untuk
reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, dan karena timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal
dalam darah maka IgM merupakan daya tahan tubuh penting pada bakterimia.

4.Imunoglobulin D ( Ig D) disebut juga rantai –δ (delta)


Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen dan tidak dapat menembus plasenta.
IgD terutama ditemukan pada permukaan sel B, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu
reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi plasma dan sel B
memori.

5. Imunoglobulin E ( Ig E) disebut juga rantai –ε (epsilon)


Dihasilkan pada saat respon alergi seperti asma dan biduran. Peranan IgE belum terlalu jelas. Di
dalam serum, konsentrasinya sangat rendah, tetapi kadarnya akan naik jika terkena infeksi parasit
tertentu, terutama yang disebabkan oleh cacing. IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan
dengan molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. Daerah
ekor berikatan dengan reseptor pada sel mast dan basofil dan, ketika dipicu oleh antigen,
menyebabkan sel-sel itu membebaskan histamine dan zat kimia lain yang menyebabkan reaksi
alergi.

SISTIM KEBAL ATAU IMUN

Terdiri dari dua macam :

1.Sistem kebal Humoral (Limfosit B)


Limfosit B bertanggung jawab terhadap sistim kebal Humoral.
 Sekelompok protein yg dikenal sbg immunoglobulin (Ig) atau antibodi (Ab).
 3 golongan Ig : IgG, IgM dan IgA

 Antigen masuk tubuh, limfosit B berubah menjadi plasma sel dan menghasilkan antibodi
(γ globulin) ke darah sirkulasi dan bereaksi dengan bakteri atau virus dalam darah.

2.Sistem kebal seluler


Limfosit T bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler. Apabila ada antigen di dalam tubuh,
misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit T akan berubah menjadi limfoblast yang
menghasilkan limphokin (semacam antibodi), namun tidak dilepaskan ke dalam darah melainkan
langsung bereaksi dengan antigen di jaringan. Sistim kekebalan seluler disebut juga “respon
yang diperantarai sel”.

Diagram perkembangan dua sistem imun

Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan tersier.

1.Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibody pada situs
identik yang kecil, bernama epitop.

2.Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:

1)Netralisasi
Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan effect yang
merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini
berinteraksi dengan sel yang rentan.
2)Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse darah yang tidak cocok
berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.

3)Presipitasi
Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar, sehingga tidak
dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.

4) Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibody yang berikatan dengan antigen mampu mengikat reseptor
fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen
tersebut.

5)Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibody ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa antigen
oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan
sel sasaran dilapisi oleh antibody sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran
plasmanya.

3.Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi antigen-antibodi
yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain:
aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak
antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap
infeksi.

Imunisasi
Pengertian : pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke
dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja,
sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit
berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan
hidup anak.
Tujuan : untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat
dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan,
gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.

Macam-macam / jenis-jenis imunisasi


1.Imunisasi aktif
kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh
kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah
maupun yang kuat.

2.Imunisasi pasif
Kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit.
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau
bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum /
telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk
melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa terus ada di
dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.

Uji Untuk Reaksi Antigen-Antibodi


(RIA) / Enzim Linked immunosorbent Assay (ELISA)
Radioimmunoassays (RIA) adalah tes yang didasarkan pada pengukuran radioaktivitas yang
berhubungan dengan imun kompleks. Dalam setiap uji tertentu, label mungkin baik pada antigen
atau antibodi. Enzim Linked immunosorbent assays (ELISA) didasarkan pada pengukuran reaksi
enzimatik kompleks terkait dengan kekebalan. Dalam setiap uji tertentu, enzim dapat
dihubungkan baik dengan antigen atau antibodi.

1.RIA Kompetitif / ELISA untuk Deteksi Ag


Kunci untuk menguji adalah pemisahan kompleks kekebalan dari sisa komponen. Ini telah
dicapai dengan berbagai cara dan berfungsi sebagai dasar untuk nama-nama yang diberikan
untuk menguji:

a.Pengendapan dengan amonium sulfat


Amonium sulfat (33 - 50% konsentrasi akhir), akan terbentuk antigen imunoglobulin tetapi tidak
banyak. Dengan demikian, ini dapat digunakan untuk memisahkan kompleks kekebalan dari
antigen bebas. Ini telah disebut Teknik Farr
b.Antibodi imunoglobulin
Penambahan antibodi kedua diarahkan terhadap antibodi pertama dapat mengakibatkan curah
hujan dari kompleks imun dan dengan demikian pemisahan kompleks dari antigen bebas.

c.Immobilisasi Antibodi
Antibodi ini dapat bergerak ke permukaan plastik manik-manik dan kompleks kekebalan tubuh
sehingga mudah dapat dipisahkan dari komponen lain hanya dengan manik-manik. Ini adalah
metode yang paling umum digunakan sekarang dan disebut sebagai fase padat RIA atau ELISA..

2.RIA kompetitif / ELISA untuk Ag atau Ab


RIA dan ELISA kompetitif juga digunakan untuk pengukuran antigen dan antibodi. manik-manik
yang dilapisi dengan antigen dan digunakan untuk mendeteksi antibodi dalam sampel tidak
diketahui.. Jumlah berlabel terikat antibodi kedua berhubungan dengan jumlah antibodi dalam
sampel tidak diketahui. Uji ini biasanya digunakan untuk pengukuran antibodi kelas IgE
diarahkan terhadap alergen tertentu dengan menggunakan alergen dikenal sebagai antigen dan
antibodi anti-IgE sebagai reagen berlabel. manik-manik yang dilapisi dengan antibodi dan
digunakan untuk mengukur antigen yang tidak diketahui. Jumlah antibodi berlabel yang
mengikat kedua adalah sebanding dengan jumlah antigen yang terikat pada antibodi pertama.

Tes Aglutinasi
1.Aglutinasi/hemaglutinasi
Ketika antigen adalah partikulat, reaksi antibodi dengan antigen dapat dideteksi dengan
aglutinasi (penggumpalan) dari antigen. The agglutinin istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan antibodi yang menggumpalkan antigen partikulat.

a.Uji aglutinasi kualitatif


Tes Aglutinasi dapat digunakan dengan cara kualitatif untuk menguji terhadap adanya antigen
atau antibodi. antibodi ini bercampur dengan antigen partikulat dan tes positif ditunjukkan oleh
aglutinasi dari antigen partikulat
Misalnya, merah darah sel-sel pasien dapat dicampur dengan antibodi terhadap antigen golongan
darah untuk menentukan tipe darah seseorang. Dalam contoh kedua, pasien serum dicampur
dengan sel darah merah dari darah diketahui jenis pengujian terhadap adanya antibodi terhadap
jenis darah dalam serum pasien.

b.Kuantitatif uji aglutinasi


Aglutinasi tes juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat antibodi terhadap antigen partikulat.
Dalam tes ini, pengenceran serial terbuat dari sampel yang akan diuji untuk antibodi dan
kemudian tetap jumlah sel darah merah atau bakteri atau seperti antigen partikulat lainnya
ditambahkan. Kemudian dilusi maksimum yang memberikan aglutinasi ditentukan. Pengenceran
maksimum yang memberikan aglutinasi terlihat disebut titer .

c.Aplikasi tes Aglutinasi


i.Penentuan jenis darah atau antibody terhadap antigen darah grup
ii.Untuk menilai infeksi bakteri

2.Hemaglitinasi pasif

Uji aglutinasi hanya bekerja dengan antigen partikulat. Pengujian ini dilakukan sama seperti tes
aglutinasi. Aplikasi termasuk deteksi antibodi terhadap antigen larut dan deteksi antibodi
terhadap antigen virus.

3.Coomb's Test (Test Antiglobulin)

a. Test Coomb's Langsung


Ketika antibodi mengikat ke eritrosit, mereka tidak selalu menghasilkan aglutinasi. Untuk
mendeteksi keberadaan antibodi non-agglutinating pada sel darah merah, yang hanya
menambahkan sebuah antibodi kedua yang diarahkan terhadap imunoglobulin (antibodi) lapisan
sel darah merah. Ini anti-imunoglobulin sekarang bisa menyeberang link sel darah merah dan
menyebabkan aglutinasi.

b.Test Coomb's tidak Langsung


Tes ini dilakukan dengan inkubasi sel darah merah dengan sampel serum, mencuci setiap
antibodi terikat dan kemudian menambahkan reagen anti-imunoglobulin kedua untuk cross link
sel-sel.

c.Aplikasi
Ini termasuk deteksi anti- faktor rhesus ( Rh ) antibodi. Antibodi terhadap faktor Rh umumnya
tidak menggumpalkan sel-sel darah merah. Jadi, dari sel Rh anak yang lahir + untuk Rh - ibu
merah, yang memiliki Rh-antibodi anti, mungkin akan dilapisi dengan antibodi. Untuk melihat
apakah ibu memiliki Rh-antibodi dalam serum anti-nya yang langsung dilakukan uji Coombs.

4.Inhibisi hemaglutinasi
Uji aglutinasi dapat dimodifikasi untuk digunakan untuk pengukuran antigen larut. Tes ini
disebut inhibisi hemaglutinasi.. Hal ini disebut hambatan hemaglutinasi karena salah mengukur
kemampuan antigen larut menghambat aglutinasi antigen-coated sel darah merah oleh antibody.

Pengujian Cell Associated antigen


1.Immunofluorescence
Immunofluorescence adalah teknik dimana antibodi berlabel dengan molekul fluorescent
(fluorescein atau rhodamine atau salah satu dari banyak zat warna fluorescent lainnya) digunakan
untuk mendeteksi keberadaan antigen dalam atau pada suatu sel atau jaringan oleh fluoresensi
dipancarkan oleh antibodi terikat.

A.Langsung immunofluorescence
Dalam immunofluorescence tidak langsung, antibodi spesifik untuk antigen adalah unlabeled dan
antibodi anti-imunoglobulin kedua mengarah ke antibodi pertama adalah ditandai dengan
fluorochrome. fluoresensi tidak langsung lebih sensitif dibandingkan immunofluorescence
langsung karena ada amplifikasi sinyal. 22

B.Arus cytometry
Arus cytometry umumnya digunakan di laboratorium klinis untuk mengidentifikasi dan
menghitung sel bantalan antigen tertentu. Sel di suspensi diberi label dengan tag fluorescent oleh
salah satu atau tidak langsung immunofluorescence langsung..
Dalam cytometer aliran, sel keluar sel aliran dan diterangi dengan sinar laser. Jumlah cahaya
laser yang tersebar dari sel saat mereka melewati laser dapat diukur, yang memberikan informasi
tentang ukuran sel. Selain itu, laser dapat merangsang fluorochrome pada sel-sel dan lampu neon
yang dipancarkan oleh sel-sel dapat diukur dengan satu atau lebih detektor.

Kumpulan Informasi Tentang Infeksi

Beberapa ahli mengatakan bahwa Indonesia adalah "gudangnya" penyakit infeksi. mungkin ada
benarnya juga, kita lihat saja berapa banyak macam penyakit infeksi di Indonesia mulai yang
bersumber pada binatang sampai penularan antar manusia. untuk menambah khasanah
pengetahuan kita tentang infeksi, artikel berikut mudah-mudahan bermanfaat...

TIPE MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI


Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:

Bakteri

Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan
penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air,
tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.

Virus

Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk
diproduksi.

Fungi

Fungi terdiri dari ragi dan jamur

Parasit

Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing
dan arthropoda.

TIPE INFEKSI

Kolonisasi

Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora
residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan
penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses
menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan
patogen menyebabkan kerusakan jaringan.

Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan
menimbulkan kerusakan.

Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri

Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik

Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat

Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan
bulan sampai tahun)

RANTAI INFEKSI

Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang
mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan
host/ pejamu yang rentan.

AGEN INFEKSI

Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa.
Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient
normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme
transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas
normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme
residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen
biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan
infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit),
kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
RESERVOAR (Sumber Mikroorganisme)

Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak.
Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan
benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan
maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan
penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen
bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak
dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu
oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.

PORTAL OF EXIT (Jalan Keluar)

Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit
untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi,
mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia,
kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan
membrane mukosa yang rusak serta darah.

CARA PENULARAN (Transmission)

Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak
langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui
jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah
tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.

PORTAL MASUK (Port de Entry)

Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan
barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan
kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan
yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar
kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.

DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)


Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan
bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara
konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi
sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan
emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

PROSES INFEKSI

Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi,
patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat,
maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi
mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.

Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat
baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-
sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun
nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-
orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi
hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang
berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.

Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi
berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang
melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan
meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai
berikut:

Periode/ Masa Inkubasi

Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.

Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari

Tahap Prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai
gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien
lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.

Tahap Sakit

Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh: demam
dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga,
demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.

Pemulihan

Interval saat munculnya gejala akut infeksi

PERTAHANAN TERHADAP INFEKSI

Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal di dalam
dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen. Setiap sistem organ memiliki
mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius. Flora normal, sistem pertahanan tubuh dan
inflamasi adalah pertahanan nonspesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme.

Flora Normal

Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam
kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal mengekskresi
setiap hari trilyunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi
justru turut berperan dalam memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme
penyebab penyakit unuk mendapatkan makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi
antibakteri dalam dinding usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif dengan
meghambat multiplikasi organisme yang menempel di kulit. Flora normal dalam jumlah banyak
mempertahankan keseimbangan yang sensitif dengan mikroorganisme lain untuk mencegah
infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin
berisiko mendapat penyakit infeksi.

Sistem Pertahanan Tubuh


Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran
pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme
patogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit, diinhalasi melalui pernafasan atau
dicerna melalui makanan. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara
fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya.

Berikut ini adalah mekanisme pertahanan normal terhadap infeksi:

Mekanisme pertahanan Faktor pengganggu pertahanan

1. Kulit

a. Permukaan, lapisan yang utuh

b. Pergantian lapisan kulit paling luar

c. Sebum

Luka abrasi, luka pungsi, daerah maserasi

Mandi tidak teratur

Mandi berlebihan

2. Mulut

a. Lapisan mukosa yang utuh

b. Saliva

Laserasi, trauma, cabut gigi

Higiene oral yang tidak baik, dehidrasi

3. Saluran pernafasan

a. Lapisan silia di jalan nafas bagian atas diselimuti oleh mukus

b. Makrofag

Merokok, karbondioksida & oksigen konsentrasi tinggi, kurang lembab, air dingin
Merokok

4. Saluran urinarius

a. Tindakan pembilasan dari aliran urine

b. Lapisan epitel yang utuh

Obstruksi aliran normal karena pemasangan kateter, menahan kencing, obstruksi karena
pertumbuhan tumor.

Memasukkan kateter urine, pergerakan kontinyu dari kateter dalam uretra.

5. Saluran gastrointestinal

a. Keasaman sekresi gaster

b. Peristaltik yang cepat dalam usus kecil

Pemberian antasida

Melambatnya motilitas karena pengaruh fekal atau obstruksi karena massa

6. Vagina

a. Pada puberitas, flora normal menyebabkan sekresi vagina untuk mencapai pH yang rendah

Antibiotik dan kontrasepsi oral mengganggu flora normal

Inflamasi

Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk darah dan
nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan mengeliminasi
patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan jaringa tubuh. Tanda
inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian
tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam,
leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme. Respon
inflamasi termasuk hal berikut ini:

a. respon seluler dan vaskuler

Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi, memungkinkan lebih
banyak darah masuk dala sirkulasi. Peningkatan darah tersebut menyebabkan kemerahan pada
inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan dari volume darah yang meningkat pada area yang
inflamasi. Cidera menyebabkan nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin,
bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya muncul
edema lokal.

Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan yang terinflamasi meningkatkan
tekanan pada ujung syaraf yang mengakibatkan nyeri. Substansi kimia seperti histamin
menstimuli ujung syaraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan fisiologis dari inflamasi,
bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan fungsi sementara dan akan kembali
normal setelah inflamasi berkurang.

b. pembentukan eksudat inflamasi

akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP membentuk eksudat pada daerah inflamasi.
Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah)
atau purulen (mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik.
Trombosit dan protein plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada
tempat inflamasi untuk mencegah penyebaran.

c. perbaikan jaringan

Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru mengalami maturasi
bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel
sebelumnya

Respon Imun
Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Sisa
mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal (antigen)
menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk
dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau
humural.

1. Imunitas selular

Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran utama
dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila
antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan
terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk
membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan
antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk
menyerang antigen

2. Imunitas humoral

Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa


imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori akan
terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B mensintesis antibodi dalam jumlah
besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh
menghadapi invasi antigen.

3. Antibodi

Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D, E, G.


Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan IgG menandakan
infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.

4. Komplemen

Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat
antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses
katalitik.
5. Interferon

Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu kemampuan virus dalam
bermultiplikasi.

Infeksi Nosokomial

Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium, yang berarti rumah sakit. Maka, kata
nosokomial artinya "yang berasal dari rumah sakit" kata infeksi cukup jelas artinya, yaitu terkena
hama penyakit.Menurut Patricia C Paren, pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika
pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien
menjadi terinfeksi Infeksi nosokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain,
alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan Rumah Sakit

Unit perawatan intensif (UPI) merupakan area dalam RS yang berisiko tinggi terkena Inos.
Alasan ruang UPI berisiko terjadi infeksi nosokomial:

• Klien di ruang ini mempunyai penyakit kritis

• Peralatan invasif lebih banyak digunakan di ruang ini

• Prosedur invasif lebih banyak dilakukan

• Seringkali prosedur pembedahan dilakukan di ruang ini karena kondisi darurat

• Penggunaan antibiotik spektrum luas

• Tuntutan tindakan yang cepat membuat perawat lupa melakukan tehnik aseptik

Infeksi iatroigenik merupakan jenis inos yg diakibatkan oleh prosedur diagnostik (ex:infeksi
pada traktus urinarius yg terjadi setelah insersi kateter). Inos dapat terjadi secara eksogen dan
endogen. Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan
merupakan flora normal. Infeksi endogen terjadi bila sebagian dari flora normal klien berubah
dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan.

Faktor yang berpengaruh pada kejadian infeksi klien:

• Jumlah tenaga kesehatan yang kontak langsung dng pasien

• Jenis dan jumlah prosedur invasif


• Terapi yang diterima

• Lamanya perawatan

Penyebab infeksi nosokomial meliputi:

Traktus urinarius:

Pemasangan kateter urine

Sistem drainase terbuka

Kateter dan selang tdk tersambung

Obstruksi pada drainase urine

Tehnik mencuci tangan tidak tepat

Traktus respiratorius:

Peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi

Tdk tepat penggunaan tehnik aseptif saat suction

Pembuangan sekresi mukosa yg kurang tepat

Tehnik mencuci tangan tidak tepat

Luka bedah/traumatik:

Persiapan kulit yg tdk tepat sblm pembedahan

Tehnik mencuci tangan tidak tepat

Tdk memperhatikan tehnik aseptif selama perawatan luka

Menggunakan larutan antiseptik yg terkontaminasi

Aliran darah:

Kontaminasi cairan intravena saat penggantian


Memasukkan obat tambahan dalam cairan intravena

Perawatan area insersi yg kurang tepat

Jarum kateter yg terkontaminasi

Tehnik mencuci tangan tidak tepat

Asepsis

Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab penyakit. Tehnik aseptik adalah usaha yang
dilakukan untuk mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme. Asepsis
terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci tangan, mengganti linen, menggunakan
cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan terkontaminasi jika mengandung/diduga mengandung
patogen. Asepsis bedah, disebut juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh
mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan
untuk tindakan invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril.

Prinsip-prinsip asepsis bedah adalah sebagai berikut:

Segala alat yang digunakan harus steril

Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh

Alat yang steril harus ada pada area steril

Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama

Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril

Kulit tidak dapat disterilkan

Tehnik Isolasi

Merupakan cara yang dibuat untuk mencegah penyebaran infeksi atau mikroorganisme yang
bersifat infeksius bagi kesehatan individu, klien dan pengunjung. Dua sistem isolasi yang utama
adalah:

Centers for disease control and prevention (CDC) precaution


Body Subtance Isolation (BSI) System

CDC meliputi prosedur untuk:

Category-Specific Isolation precaution

Disease-Specific Isolation

Universal precaution

Category-Specific Isolation precaution meliputi:

1. Strict isolation

Untuk wabah dipteri pneumonia, varicella

Untuk mencegah penyebaran lewat udara

Perlu ruangan khusus, pintu harus dalam keadaan tertutup

Setiap orang yang memasuli ruangan harus menggunakan gaun, cap dan sepatu yang
direkomendasikan

Harus menggunakan masker

Harus menggunakan sarung tangan

Perlu cuci tangan setiap kontak

Menggunakan disposal

2. Contact isolation

Untuk infeksi pernafasan akut, influensa pada anak-anak, infeksi kulit, herpes simplex, rubela
scabies

Mencegah penyebaran infeksi dengan membatasi kontak

Perlu ruangan khusus

Harus menggunakan gaun jika ada cairan

Harus menggunakan masker jika kontak dengan klien


Memakai sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius

Perlu cuci tangan setiap kontak

Menggunakan disposal

3. Respiratory isolation

Untuk epiglotis, meningitis, pertusis, pneumonia dll

Untuk mencegah penyebaran infeksi oleh tisu dan droplet pernapasan karena batuk, bersin,
inhalasi

Perlu ruangan khusus

Tidak perlu gaun

Harus memakai masker

Tidak perlu menggunakan sarung tangan

Perlu cuci tangan setiap kontak

Menggunakan disposal

4. Tuberculosis isolation

Untuk TBC

Untuk mencegah penyebaran acid fast bacilli

Perlu ruangan khusus dengan tekanan negatif

Perlu menggunakan gaun jika pakaian terkontaminasi

Harus memakai masker

Tidak perlu menggunakan sarung tangan

Perlu cuci tangan setiap kontak

Bersihkan disposal dan disinfektan meskipun jarang menyebabkan perpindahan penyakit


5. Enteric precaution

Untuk hepatitis A, gastroenteritis, demam tipoid, kolera, diare dengan penyebab infeksius,
encepalitis, meningitis

Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan feces

Perlu runagn khusus jika kebersihan klien buruk

Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi

Tidak perlu masker

Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius

Perlu cuci tangan setiap kontak

Menggunakan disposal

6. Drainage/ secretion precaution

Untuk drainasi lesi, abses, infeksi luka bakar, infeksi kulit, luka dekubitus, konjungtivis

Mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan
material tubuh

Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk

Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi

Tidak perlu masker

Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius

Perlu cuci tangan setiap kontak

Menggunakan disposal

7. Blood/ body fluid precaution

Untuk hepatitis b, sipilis, AIDS, malaria

Mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan
cairan tubuh
Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk

Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi

Tidak perlu masker

Perlu sarung tangan jiak menyentuh darah dan cairan tubuh

Perlu cuci tangan setiap kontak

Menggunakan disposal

Disease-Specific Isolation

Untuk pencegahan penyakit specifik

Contoh tuberkulosis paru

Kamar khusus

Gunakan masker

Tidak perlu sarung tangan

Body Subtance Isolation (BSI) System

Tujuan

Mencegah transmisi silang mikroorganisme

Melindungi tenaga kesehatan dari mikroorganisme dari klien

Elemen BSI

Cuci tangan

Memakai sarung tangan bersih

Menggunakan gaun, masker, cap, sepatu, kacamata

Membuang semua alat invasif yg telah digunakan

Tempat linen sebelum dicuci


Tempatkan diposibel pada sebuah plastik

Cuci dan sterilkan alat yang telah digunakan

Tempatkan semua specimen pada plastik sebelum ditranport ke laboratorium

Pencegahan infeksi di rumah:

Cuci tangan

Jaga kebersihan kuku

Gunakan alat-alat personal

Cuci sayuran dan buah sebelum dimakan

Cuci alat yang akan digunakan

Letakkan alat-alat yang terinfeksi pada plastik

Bersihkan seprei

Cegah betuk, bersin, bernapas langsung dengan orang lain

Perhatian pada tanda dan gejala infeksi

Pertahankan intake

Anda mungkin juga menyukai