Anda di halaman 1dari 16

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN
" RUMKIT TK III Dr. J.A. LATUMETEN "
 Tlp ./ Fax (0911) 345025
Website : www.akper-latumeten.ac.id
E-mail : akper@akper-latumeten.ac.id

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

Penanganan Trauma Healing Bagi Korban Gempa Bumi Dengan Terapi


Bermain Desa Liang Ambon

Ambon, 2 Oktober 2019


Penanganan Trauma Healing Bagi Korban Gempa Bumi Dengan Terapi
Bermain Desa Liang Ambon

1. Pendahuluan

Bencana Alam dapat terjadi sebagai akibat perilakudan adanya peristiwa


alam. Bencana alam sebagai akibat dari perilaku sebagai contohnya adalah Gempa
Bumi. Sementara itu ada juga bencana alam yang murni merupakan akibat dari
peristiwaalam. Karenanya peristiwa geologi dan psikologi sangat erat kaitannya.
Bencana gempa ternyata membawa dampak yang sangat serius bagi anak-anak.
Anakanak korban bencana gempa tidak hanya menderita secara fisik seperti harus
tinggal ditempat yang kurang layak atau kurang nyaman bagi perkembangan mereka,
kekurangan pakaian ataupun peralatan sekolah. Tetapi mereka juga menderita trauma
sosiologis dan psikologis yang mendalam. Mereka yang jumlahnya ratusan sebagian
besar masih tinggal di berbagai posko pengungsian ataupun di shelter, menderita
penyakit kecemasan kolektif. Hal ini tampak saat anak mulai masuk ke lingkungan
sekolah.

Mayoritas anak-anak tidak mau sekolah, dikarenakan trauma akan bangunan


sekolah yang dianggap akan hancur karena gempa, seperti yang terjadi di rumah
mereka. agenda kegiatan belajarmengajar pun kacau karena sekolah diliburkan.
Kondisi siswa yang masih trauma pasca gempa juga menambah beban psikologi
mereka dalam mengikuti proses pembelajaran. Kondisi ini dapat menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas mental sebagai dampak traumatis kejadian tersebut
(Anonim, 2018). Untuk itulah perlu sebuah skema program reedukasi yang harus
segara dirumuskan dan diimplementasikan oleh pemangku kepentingan dunia
pendidikan karena anak-anak korban bencana ketinggalan arah pembelajaran dan
jadwal (kalender) pendidikan. Selain itu, anak-anak itu perlu mendapat perhatian
khusus, mengingat mereka memiliki kondisi psikis yang rapuh. Dengan segala
keterbatasan dan mengingat kondisi siswa tersebut, pengembangan suatu media
pembelajaran yang dapat menciptakan suasan menyenangkan ketika belajar sangat
diperlukan. Sehingga diharapkan belajar dapat digunakan sebagai hiburan atau
trauma healing bagi mereka.
Salah satu bentuk intervensi yang dapat diterapkan untuk memulihkan kondisi
psikologis anak-anak korban bencana adalah konseling melalui terapi bermain (play
therapy). Dengan bermain anak diberi kesempatan berada dalam dunia naturalnya
sebagai anak (Sukmaningrum, 2001). Melalui anak akan merasa aman dalam
mengekpresikan dan melakukan eksplorasi terhadap dirinya baik perasaan, pikiran,
pengalaman, maupun tingkah laku, karena anak tidak berhadapan langsung dengan
kondisi yang mengingatkan pada trauma yang dialami namun hanya menggunakan
materi-materi yang bersifat simbolik (Landreth, 2001). Jadi, terapi bermain yang
diterapkan pada anak yang mengalami gangguan stres pasca bencana bertujuan untuk
menurunkan gangguan tersebut dengan membantu anak belajar menerima diri sendiri
dan mengembalikan kontrol diri serta merasakan kebebasan dalam berekspresi.
2. Perumusan Masalah
Selama ini program trauma healing masih sebatas pada hiburan sehari-hari
seperti nonton TV bersama, mendengarkan cerita, melakukan berbagai permainan
tradisional, menggambar dan mewarnai gambar, belum merambah pada proses
pembelajaran. Penyajian materi pelajaran dalam suasana menyenangkan juga
merupakan salah satu alternative trauma healing bagi siswa korban bencana.
Bermain adalah merupakan suatu aktifitas yang dilakukan dengan sukarela atas dasar
rasa senang dan menumbuhkan aktifitas yang dilakukan secara spontan. Terapi
bermain merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dimana saja, kapan
saja, dan dengan siapa saja, karena dari anak kecil sampai dewasa suka dengan yang
namanya bermain. Permainan yang dapat dilakukan dalam terapi ini tergantung
situasi dan kondisi yang ada. Contohnya ketika di suatu tempat bencana disana tidak
ada apa-apa, kita sebagai mahasiswa juga tidak mempunyai perlengkapan yang
cukup untuk melakukan suatu permainan yang besar, tapi semua itu tidak membatasi
kita untuk melakukan terapi bermain ini, kita bisa menggunakan permainan klasik
yang adik-adik di tenda penampungan biasa mainkan, kita harus bisa meyakinkan
mereka untuk bangkit, untuk melakukan aktifitas seperti biasa, dan mensyukuri apa
yang masih ada.
3. Tinjauan pustaka

GEMPA BUMI
Terjadinya gempa bumi merupakan hasil fenomena alam dan perbuatan
manusia yang dapat diakibatkan oleh :

• Akibat meteor yang jatuh

• Aktivitas gunung berapi

• Ledakan bawah tanah akibat nuklir

Gempa bumi yang paling membahayakan adalah gempa bumi akibat


pelepasan energi karena konstrasi tegangan yang tinggi pada kerak bumi.
Mekanisme dasar dalam bumi yang menimbulkan gempa bumi belum dimengerti
sepenuhnya, dan berbagai teori yang mengusulkan berkenaan dengan mekanisme
ini cenderung menimbulkan konflik. Untuk maksud sekarang ini cukuplah
ditujukan bahwa sebab utama gempa bumi erat kaitanya dengan proses tektonik
lautan dipermukaan bumi. Lempengan kulit bumi yang berpindah-pindah yang
sebagian sekarang, yaitu sepanjang riwayat catatan seismografik yang berarti.

Teori Pelat Tektonik

Menurut Teori Pelat Tektonik, kerak bumi terdiri dari pelat-pelat tektonik
( lempeng Lithosphere ) yang dapat merupakan bagian ocenia atau continental (
benua ). Pelat tektonik ini terapung di atas lapisan Asthenosphere serta
membentuk tiga jalur gempa di perbatasannya.

Pelat-pelat tektonik ini bergerak secara perlahan, relatif satu dengan yang
lain dan menimbulkan regangan elastis. Jika regangan ini melebihi kapasitas
batuan maka batuan mengalami keruntuhan dan energi regangan yang tersimpan
dalam batuan dilepaskan secara tiba-tiba sehingga menimbulkan gempa tektonik
yang dahsyat. Mekanisme pembentukan gempa teknonik ini dikenal sebagai
Elastic Rebound Theory.

Tipe Pergerakan Patahan


Deformasi relatif yang dapat mencapai 100 mm/tahun dan terjadi di
perbatasan pelat tektonik, menimbulkan patahan di permukaan bumi. Secara
umum pergerakan patahan ini dapat dikelompokkan dalam 4 tipe :

- Strike-Slip Fault Normal -Slip Fault


- Reverse-Slip Fault Left -Oblique-Slip Fault

Gambar 3.1 Tipe Pergerakan Patahan


Pergerakan patahan yang sebenarnya merupakan kombinasi tipe-tipe
diatas. Namun sebagian besar gempa tektonik disebabkan oleh pergerakan strike-
slip dan biasanya gempa tipe ini cukup merusak.

Pusat Terjadinya Gempa

Pusat terjadinya gempa tektonik disebut hypocenter/focus/source,


sedangkan titik dipermukaan tanah di atas hypocenter disebut epicenter. Focal
depth dan focal distance adalah kedalaman hypocenter dari permukaan tanah dan
jaraknya terhadap titik acuan.
Gambar 3.2 Ilustrasi Hubungan Focus Dangan Epicenter
Sifat-sifat Gempa bumi
1. Global

Secara geografis, distribusinya terstruktur terdapat daerah gempa bumi atau


dengan gempa bumi yang besar.

2. Melepaskan energi yang sangat besar

Pelepasan energi bisa terjadi di benua ( daratan ) maupun di lautan,


pelepasan energi di lautan menyebabkan tsunami.

3. Datang secara berkelompok baik terhadap waktu maupun ruang.

4. Kedalam focus ( titik api ) gempa bervarisi sampai 700 km.

5. Distribusi frekuensi gempa merupakan fungsi dari kedalam focus namun


tidak seragam terhadap kedalam maupun geologis.
Gempa dangkal adalah gempa yang melepaskan energi sedang dan
besar selalu disertai dengan deformasi tanah di permukaan. Deformasi ini
dapat berupa patahan ( fault ) maupun pengangkatan permukaan ( surface
up-lift / subsidence )
Gempa bumi dapat digolongkan berdasarkan kedalaman hypocenter :
- Gempa dangkal < 70 km
- Gempa menengah 70-300 km
- Gempa dalam > 300 km

Ukuran Kekuatan Gempa


Ukuran gempa dapat dinyatakan dalam skala Richter ( M ) atau skala
Modified Mercalli (MMI). Skala Richter mengukur Magnitude gempa berdasarkan
amplitudo yang terjadi sehingga lebih objektif. Sedangkan skala Modified
Mercalli mengukur Intensitas gempa berdasarkan efeknya terhadap manusia atau
bangunan sehingga lebih bersifat subjektif.

Magnitude M menunjukkan perbandingan amplitudo A pada jarak 100 km


dari epicenter dengan amplitudo standar A0 = 0,001 mm dalam skala logaritma.

A
M = Log10 ………………………………………………....... (2.1)

A0

Sedangkan energi E yang dilepaskan oleh gempa berskala M Richter


adalah :

Log10E = 11,4 + 1,5M ………………………………………........ (2.2)

Berikut ini adalah sebuah tabel yang menggambarkan tingkatan


magnitude dan kekuatan gempa, pengaruh-pengaruhnya, serta perkiraan jumlah
gempa yang terjadi setiap tahunnya. Hanya gempa-gempa dengan M

≥ 5 yang perlu ditinjau dalam perencanaan struktur.


Tabel 1.1 Magnitude dan Kelas Kekuatan Gempa

Kelas Perkiraan
Magnitude
Kekuatan Pengaruh Gempa Kejadian
Gempa
Gempa Pertahun

Minor Pada umumnya tidak dirasakan,


< 2,5 tetapi dapat direkam oleh 900.000
earthquake
seismograf

Light Selalu dapat dirasakan, tetapi


2,5 s/d 4,9 hanya menyebabkan kerusakan 30.000
earthquake
kecil

Moderate Menyebabkan kerusakan pada


5,0 s/d 5,9 bangunan dan struktur-struktur 500
earthquake
yang lain
Kemungkinan dapat
Strong menyebabkan kerusakan besar,
6,0 s.d 6,9 100
earthquake pada daerah dengan populasi
tinggi
Major
Menimbulkan kerusakan yang
7.0 s.d 7.9 20
earthquake serius

Great Dapat menghancurleburkan satu setiap


≥ 8.0 daerah yang dekat dengan pusat
earthquake 5-10 tahun
gempa
Karena skala Mercalli bersifat subjektif, maka untuk suatu kerusakan
yang diakibatkan oleh gempa, pengamatan yang dilakukan oleh beberapa orang
akan mempunyai pendapat yang berbeda mengenai tingkat

Lempeng Tektonik Bumi

Kerak bumi terdiri dari beberapa lempengan (lithosphere) sebesar benua


dengan ketebalan ± 80 km. Lempengan tektonik ini merupakan bagian oceania
maupun kontinental, Lempengan tektonik bergerak relative sama satu dengan
yang lain dengan kecepatan 1 -10 cm / tahun. Lempeng-lempeng lithosphere
terapung diatas lapisan astheno-sphere dan dipisahkan satu sama lain oleh batas
lempeng (plate boundary) dimana pada batas lempeng ini terbentuk tiga jalur
gempa yaitu :

Gambar 3.3 Peta Lempengan Tektonik Bumi


1. Circum Pacific Earthquake Belt ( Great Eathquake Belt )
Sabuk Circum – Pasific di sekitar Lautan Pasifik yang mayoritas utama dari
semua gempa bumi ( baik merusak maupun yang kecil )

2. Alfide Eathquake Belt ( Trans Asiatic Earthquake Belt )

Sabuk Alpide yang terbentang dari pegunungan Himalaya berjajar melalui


Papua dan Turki dan selanjutnya kesepanjang Laut Mediterinia.

3. Mid Atlantic Oceania Eathquake Belt

Sabuk disepanjang pusat Lautan Atlantik, secara jelas menepati suatu batas
antara lempengan-lempengan kulit bumi.

Lempeng Tektonik Indonesia

Wilayah Indonesia mencangkup daerah daerah yang mempunyai suatu


tingkat resiko gempa yang tinggi sekali karena dihubungkan oleh 4 sistem
tektonis yang aktif, yaitu lempeng Eurasia, Lempang Indo-Australia, Lempeng
Filipina dan Lempeng Pasifik. Panjang busur ini kurang lebih 4000 km, arahnya
sejajar dengan pantai barat Sumatra, Selatan Jawa dan terus sepanjang Timor.
Gambar 3.4 Peta Lempengan Indonesia
(Masyhur Irsyam dkk, “Pembuatan peta gempa Indonesia dan ground motion untuk
wilayah Jakarta”, Seminar Nasional UNTAR 2005)
Indonesia terletak di pertemuan 4 lempeng, yaitu :
1. Lempeng Indo-Australia
2. Lempeng Pasifik
3. Lempeng Eurasia
4. Lempeng Filipina

Busur Indonesia dapat dibagi sampai 3 bagian yang perbedaannya sangat


berarti satu dengan yang lain, yaitu :

1. Sepertiga ujung timur busur ini mempunyai keadan geologis yang rumit dan
mencangkup daerah Sulawesi., Maluku dan Laut Banda
2. Dalam bagian Sumatra, busur pulau ini ( ujung barat ) dapat dianggap dalam
sumber gempa bumi tidak pernah melapaui 100 km.
3. Di bagian Jawa, busur pulau ini dicatat banyak lokasi gempa yang dalamnya lebih
600 km dibawah Laut Jawa dan Pulau Kalimantan. Data-data sejarah menjelaskan,
kejadian-lejadian gempa jarang sekali di selatan busur ini.

Terbentuknya jalur gempa bumi di Indonesia :


1. Lempeng Hindia – Australia menukik ke bawah lempeng Eurasia
sepanjang palung sumatera dan jawa yang membentang di sebelah barat sumatra,
selatan jawa terus ke selatan Timor kemudian melengkung mengikuti jalur Busur
Banda.

2. Lempeng Pasifik bergeser ke arah barat sepanjang perbatasan dengan


lempeng benua Australia, yaitu mulai dari Papua sampai Sulawesi.
3. Pertemuan ketiga lempeng terjadi di wilayah maluku.

Dampak dari pergerakan antar lempeng tersebut menyebabkan :


1. Sesar Lintas Sumatra.

2. Sesar Palu-Koro di Sulawasi.

3. Sesar Digul yang ke barat menjadi sesar Tarera Aiduan di Papua.

Trauma Healing

Pengertian Pemulihan Trauma (Trauma Healing) Menurut Arthur S. Reber


dan Emily Reber (2011) dalamThe Penguin Dictionary of Psychology Third
Edition,healadalah to become healty again and to make whole to free from
impairment. That heal should be reserved for relatively less severe cases of injury or
trauma. Some use heal in the context of providing assistancein the restorative
process.
Secara bahasa healing artinya menyembuhkan, dalam konteks trauma healing
disini dapat diartikan sebagai usaha menyembuhkan seseorang dari trauma. Trauma
healing berhubungan erat dalam upaya mendamiakan, hal ini tentang membangun
atau memperbaiki hubungan manusia yang berkaitan dengan mengurangi perasaan
kesepian, memperbaiki kondisi kejiwaan, mengerti tentang arti kedamaian,
mengurangi perasaan terisolasi, kebencian, dan bahaya yang terjadi dalam hubungan
antar pribadi (Paula dan Gordon: 2003, dalam http://nastsumechan.blogspot.co.id).
Trauma healing merupakan kegiatan yang dapat dilakukan secara perorangan
atau tim dengan metoda tertentu bertujuan untuk menyembuhkan atau meringankan
beban yang menggoncangkan jiwa seseorang atau kelompok tertentu akibat bencana
alam seperti bajir, tanah longsor, ataupun kecelakaan
(https://rinastkip.wordpress.com).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas trauma healing dapat diartikan sebagai


upaya untuk menyembuhkan dan mendamaikan seseorang yang mengalami
kegoncangan jiwa yang diakibatkan oleh sebab-sebab tertentu seperti bencana alam,
kecelakaan, dan masalah kehidupan lainnya yang dilakukan oleh perorangan atau
kelompok tertentu.

Konsep Pemulihan Trauma Yang disebut sebagai pemulihan trauma yaitu


sebuah upaya untuk mengatasi trauma. Pemulihan traumasendiri merupakan suatu
proses yang bersifat unik pada setiap individu. Konsep dari pemulihan trauma bisa
bersifat dinamis, melalui tahapan-tahan dan dapat terjadi sebuah kemajuan maupun
kemunduran pada pemulihan trauma tersebut. Kemajuan maupun kemunduran yang
terjadi disebabkan oleh faktor yang mendukung maupun menghambat pemulihan
trauma. Dijelaskan dalam Laluyan, dkk., (2007: 46-49) mengenai dua konsep tentang
proses pemulihan trauma, sebagai berikut :

Konsep model “ular tangga” dalam pemulihan trauma Pada konsep model ular
tangga ini pemulihan trauma pada setiap individu bersifat unik, tidak dapat
disamakan antara yang satu dengan yang lain.

Gambar 3.5. Konsep Pemulihan Trauma Model Ular Tangga


(gambar diambil dari Kinchin & Brown, dalam Laluyan, dkk, 2007)
Kotak nomor 1 merupakan posisi individu yang mengalami trauma.
Sedangakan kotak 100 merupakan kondisi individu telah pulih secara keseluruhan
dari trauma. Pada proses pemulihan tersebut diilustrasikan terdapat berbagai tangga
dan ular yang melambangkan bentuk penanganan yang dapat mempercepat (tangga)
ataupun menghambat (ular) pada proses pemulihan trauma individu.
Tangga-tangga tersebut dapat berupa: 1) situasi aman dan nyaman di sekitar
seseorang yang mengalami trauma, 2) dukungan sosial dari tokoh yang bermakna, 3)
adanya perasaan kebersamaan, 4) adanya bantuan untuk proses pemulihan.
Penghambat proses pemulihan (ular) antara lain: 1) penolakan lingkungan, 2)
perasaan negatif, 3) tidak adanya dukungan sosial, 4) penyalah gunaan alkohol dan
obat terlarang.

4. Tujuan Kegiatan
Berdasarkan pokok permasalahan yang diangkat, maka tujuan penelitian ini yaitu

untuk Mengetahui metode pemulihan trauma terhadap perilaku emosi anak usia

dini pasca bencana gempa bumi di Desa.

5. Manfaat Kegiatan
Bagi orang tua, memberikan masukan dan arahan bagi orangtua mengenai
pentingnya memahami dan mengetahui perilaku emosi pada anak agar orang tua
dapat mengambil sikap, cara pengasuhan dan memberikan dukungan guna
memahami perilaku emosi anak usia dini yang mengalami trauma pasca Gempa
bumi.
Bagi terapis, dapat memberi pengalaman serta menambah wawasan tentang
perilaku emosi pada anak usia dini yang mengalami trauma pasca gempa bumi
tersebut, diharapkan dapat menjadi pembelajaran yang berati supaya dapat
memberi dampak yang positif

6. Khalayak Sasaran
Kegiatan pengabdian ini di tujukan kepada anak usia dini yang terdampak bencana
gempa bumi di Desa Tulehu dan Desa Liang.
7. Daftar nama tim pengabdian masyarakat

No Nama Kategori
1 F. Wenno, S.Pd, MM Pembimbing
2 T. Pangandaheng, S.Kep, Ns, MSN Pembimbing
3 Sentiawati A. Timisela Mahasiswa
4 Sricandi Kastanya Mahasiswa
5 Prilly B. Gunawan Mahasiswa
6 Wa Ode Nirmala Mahasiswa

Tabel.1.1. Daftar nama Tim Pengabdian Masyarakat

8. Pendanaan
6 orang : 6 x Rp. 20.000 = Rp. 120.000
Aqua Botol 6 x Rp. 5000 = Rp. 200.000
Ular Tangga 4 x = Rp. 50.000
BBM = Rp. 100.000
Total = Rp. 470.000

Ambon, 1 Oktober 2019

Mengetahui Ka subag Penelitian dan Pengabdian


Direktur Masyarakat

Deden Muhammad Hidayat, S. Si, Apt F. Wenno, AMK, S.Pd, M.M


Daftar Pustaka

Abdullah, C. I., dan Asikin, S., Kuliah Kendali Struktur, Teknik Geologi, FIKM ITB
,Bandung, 2006.

Astiz, L., dan Stewart, R., Seismic Technology in the International Monitoring
System, CTBTO, Technical Training Program, Austria, 2008

BMKG‐REINDO, Peta Rawan Bencana Gempabumi, 2005.

Buss, Kristen. E. et.,al. (2015). Trauma and Treatment in Early Childhood: A Review
of the Historical and Emerging Literature for Conselors. Journal The Professional
Conselor Volume 5, Issue 2, page 225-23.
Devianti, Ayunita. (2013). Panduan Lengkap Mencerdaskan otak anak usia 1-6
tahun. Yogyakarta: Araska
Gunawan, T., Pengetahuan Bencana, HMD, BMKG, 2009.

Mashar, Riana. (2011). Konseling Pada Anak Yang Mengalami Stress Paca Trauma
Mencana Merapi Melalui Play Therapy. Disertasi diterbitkan, Jakarta: Universitas
Pendidikan Indonesia
Papalia, Diane E., et. al. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan).
Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai