Anda di halaman 1dari 108

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

MODEL MANAJEMEN BENCANA BANJIR PEMERINTAH KOTA

SURAKARTA

Disusun Oleh:

Deny Ariyanto Wibowo


D0108120

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu

Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing

Drs. Agung Priyono, M.Si


NIP. 19550423 198103 1 002

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Pada hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Ketua :

( Drs. Is Hadri Utomo, M.Si )


NIP. 195909071987021001
2. Sekretaris :

( Drs. H. Muchtar Hadi, M.Si )


NIP. 195303201985031002
3. Penguji :

( Drs. Agung Priyono, M.Si )


NIP. 19550423 1981031002

Fakultas Ilmu Sosial dan ILmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan,

Prof. Drs. Pawito, Ph.D


commit
NIP. 1954 0805to1985
user031 002

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama : Deny Ariyanto Wibowo

NIM : D 0108120

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: MODEL

MANAJEMEN BENCANA BANJIR PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi

tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di

kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari

skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Deny Ariyanto Wibowo


NIM. D0108120

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila


telah selesai (segala urusan), maka kerjakanlah (urusan yang lain)
dengan sungguh-sungguh”
(Q.S al Insyiirah : 67)

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, pasti


akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka pasti akan
Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”
(Al-Ankabut : 7)

“Tanpa tindakan nyata semuanya hanya sekedar mimpi dan cerita


belaka, maka mulailah dengan bertindak, bukan nanti atau sebentar
lagi. Tetapi sekarang, saat ini juga.”
(Penulis)

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:


1.
segalanya untukku. Tetaplah iringi anakmu dengan doa dan kasih sayang
kalian. Senyum bahagia kalian adalah cita-cita terbesar dalam hidupku.
2. Almarhum Mbah putri dan mbah kakung yang telah mendoakan cucunya ini
untuk menjadi yang terbaik.
3. Mbak ninik dan tomy, kakak-adik ku yang senantiasa mendukung dan
menyemangatiku hingga detik ini.
4. Teman-teman seperjuangan kampus: Dedy ariel, Alvian, rhiksa, fahmi, eghar,
hendimas, sihap, dan semuanya tanpa terkecuali. Saya ucapkan terimakasih
kalian telah memberi warna baru dan keceriaan dalam hidupku. Terimakasih
juga atas dukungan dan bantuan selama ini. Jika tua nanti kita telah hidup
masing-masing ingatlah hari ini.
5. Almamaterku Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS.

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala nikmat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul MODEL MANAJEMEN BENCAN BANJIR PEMERINTAH KOTA
SURAKARTA. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk
kelulusan dan meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat
bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Agung Priyono, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Asal Wahyuni Erlin Mulyadi, S.Sos, MPA selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan yang berkaitan
dengan masalah-masalah akademik perkuliahan.
3. Prof. Pawito, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
4. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi dan
Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Administrasi.
5. Joko Widodo selaku kepala seksi Satlinmas SATPOL PP Kota Surakarta
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
telah meluangkan waktunya dan banyak membantu penulis mendapatkan
data selama proses penyusunan skripsi.
6. Ir. Budi Santoso. MM Selaku Kepala bagian Drainase Departemen
Pekerjaan Umum Kota Surakarta dan Rusdan Aziz, SH selaku kepala seksi
kewaspadaan nasional Badan Kesbangpolinmas kota Surakarta yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu penulis membuat skiripsi
7. Pihak-pihak yang tidak bisa penulis tulis dan sebutkan satu per satu yang
telah memberi dukungan pada terselesainya skripsi ini.
commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penulis menyadari juga bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan pada diri penulis.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juli 2012

Deny Ariyanto Wibowo


NIM D0108120

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………... i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………. iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………. iv
MOTTO…………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR……………………………………………. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………... ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL………………………………………………... xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………... xiii
ABSTRAK……………………………………………………….. xiv
ABSTRACT……………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………..… 1
B. Perumusan Masalah…………………………………………. 9
C. Tujuan Penelitian……………………………………………. 9
D. Manfaat Penelitian…………………………………………... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori…………………………………………….. 11
1. Manajemen…………………………………………….. 11
2. Manajemen bencana banjir……………………………. 34
Kerangka Pemikiran……………………………………..… 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian…………………………………………... 43
B. Strategi dan Bentuk Penelitian…………………………….. 43
C. Sumber data………………...……………………………… 43
D. Teknik Penentuan Informan…………...…………………. 44
commit to user
E. Teknik Pengumpulan data………………………………..... 45

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Validitas data…………………………………………….… 45
G. Teknik Analisis Data………………………………………. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian…………………………………… 48
1. Kondisi Geografis Kota Surakarta……………………….. 48
2. Profil SATLAK PBP Kota Surakarta………..…………… 56
B. Hasil Penelitian……………………………………………….. 56
1. Perencanaan…………………………………………........ 57
2. Pengorganisasian…………………………………………. 71
3. Pengkoordinasian………………………………………… 75
4. Pengawasan………………………………………………. 80
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………. 88
2. Saran……………………………………………………… 90
DAFTAR ISI
LAMPIRAN

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan kerangka pemikiran…………………….. 41
Gambar 3.1 Model analisa interaktif Sutopo……………….. 47
Gambar 4.1 Bagan Struktur SATLAK PBP kota Surakarta… 55
Gambar 4.2 Kerangka system peringatan dini……………… 61
Gambar 4.3 Alat pengukur debit air bengawan solo……….. 63
Gambar 4.4 Rumah pompa air kota Surakarta……………... 66
Gambar 4.5 Lokasi banjir kota Surakarta…………………… 69
Gambar 4.6 Pembangunan pasca bencana banjir……………. 70

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Daftar daerah rawan dan potensi
banjir Kota Surakarta………………………. 4
Tabel 1.2 Jumlah korban bencana banjir
kota Surakarta tahun 2010-2012………….. 8
Tabel 4.1 Luas Wilayah Surakarta……………………. 48
Tabel 4.2 Data demografi kota Surakarta…………….. 50
Tabel 4.3 Rencana kegiatan SATLAK PBP…………... 58
Tabel 4.4 Proyeksi kebutuhan dalam
menghadapi banjir………………………….. 60
Tabel 4.5 Pintu air kota Surakarta…………………….. 62
Tabel 4.6 Inventarisasi pompa air kota Surakarta……. 66
Tabel 4.7 Data bencana banjir
kota Surakarta 1-2 Januari 2012…………… 68
Tabel 4.8 Daftar laporan bencana banjir
kota Surakarta 2008-2012………………….. 83

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian


Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Data-data Pendukung Hasil Penelitian
Lampiran 4 Surat keterangan telah menyelesaikan penelitian

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Deny Ariyanto Wibowo. D0108120. Model Manajemen Bencana Banjir


Pemerintah Kota Surakarta. Jurusan ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. 97 Halaman

Pembentukan Satuan Pelaksana Penanggulangan bencana dan Penanganan


Pengungsi (SATLAK PBP) Surakarta yang dituangkan dalam Perwali No.8 Tahun
2006 merupakan perwujudan pemerintah untuk mengatasi masalah bencana
secara umum dan bencana banjir secara khusus yang sering terjadi di kota
Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Model Manajemen bencana
banjir pemerintah kota Surakarta. Hal ini penting untuk diketahui mengingat
bencana banjir di Kota Surakarta, sangat membutuhkan suatu bentuk
manajemen yang menangani secara khusus bencana banjir.
Penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif Kualitatif. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah wawancara yaitu teknik yang digunakan penulis
untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui komunikasi langsung
dengan beberapa anggota SATLAK PBP yang antara lain pegawai
Kesbangpolinmas, Dinas Pekerjaan Umum, Satlpol PP Kota Surakarta dan
masyarakat. Selain wawancara penulis pun menggunakan teknik pengumpulan
data observasi dan telaah dokumen. Observasi yang dilakukan adalah dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti. Untuk
telaah sebuah dokumen yaitu dilakukan dengan membaca dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan materi penelitian skripsi. Teknik analisis data yang
dilakukan adalah teknik analisis data interaktif.
Model manajemen bencana banjir ini di lakukan oleh SATLAK PBP yang
terdiri dari 7 instansi inti yang berkedudukan di Surakarta. Model manajemen
bencana banjirnya yakni kesiapsiagaan, peringatan dini, mitigasi bencana, tanggap
darurat, penanggulangan, rehabilitasi dan rekonstruksi. Model manajemen
bencana banjir dijalankan melalui fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan
dalam menangani bencana banjir di Kota Surakarta. Fungsi manajemen tersebut
antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan.
Perencanaan yang dilaksanakan merupakan rencana SATLAK PBP yang meliputi
sebelum bencana, saat bencana dan setelah bencana terjadi. Sementara itu untuk
melaksanakan Manajemen bencana banjir pengorganisasian dilakukan oleh
walikota Surakarta. Pengkoordinasian dilaksanakan oleh SATLAK PBP Kota
Surakarta secara vertical dan horizontal dengan unit-unit kerja yang terdapat di
dalam anggota SATLAK PBP. Pengawasan yang dilakukan secara internal
melekat struktural oleh Walikota Surakarta selaku ketua SATLAK PBP.

Kata Kunci:
Manajemen, Manajemen bencana banjir, SATLAK PBP
commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Deny Ariyanto Wibowo. D0108120. The Flood Disaster Management Model


of Surakarta City Government. Administration Science Department. Social
and Political Sciences Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, 2012. 97
pages.

The establishment of Surakarta’s Disaster and Refugee Management


Executing Unit (SATLAK PBP) put into Perwali No.8 of 2006 is the
government’s manifestation in coping with the disaster problem in general and
flood disaster in particular, frequently occurring in Surakarta city.
This research aims to find out the Flood Disaster Management Model of
Surakarta City Government. It is noteworthy recalling that the flood disaster in
Surakarta city really needs a management form coping with the flood disaster
particularly. The writer refers to the functions of management including planning,
organizing, coordinating and supervising.
This study was a descriptive qualitative research. Technique of collecting
data used was interview, the technique the writer used to obtain oral information
through direct communication with some members of SATLAK PBP including
the officers of Kesbangpolinmas, Public Work Service, Satpol PP of Surakarta
City and society. In addition to interview, the writer also used observation and
document study to collect the data. The observation was carried out by observing
directly the object being studied. The document study was carried out by reading
the document relevant to the material of thesis research. Technique of analyzing
data used was an interactive model of analyzing by reducing the data collected to
draw a conclusion later.
Model of flood disaster management is done by Satlak PBP consisting of
seven core agencies based in Surakarta. Model of flood disaster management is
preparedness, early warning, disaster mitigation, emergency response,
rehabilitation and reconstruction. The Government’s flood disaster management
in coping with flood disaster could be seen from the functions of management
implemented in dealing with the disasters in Surakarta City. The planning
executed was the SATLAK PBP’s plan including before, during and after disaster
occurrence. Meanwhile, to implement the flood disaster management, the
organization was made by the Surakarta mayor. Coordination was carried out by
SATLAK PBP of Surakarta City vertically and horizontally with the work units
existing in the members of SATLAK PBP. The supervision was conducted
internally structural inherent by the Surakarta Mayor as the Chairman of
SATLAK PBP.

Keywords: Management, Flood Disaster Management, SATLAK PBP.

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan

kemarau, selain itu Indonesia juga memiliki curah hujan yang tinggi. Kondisi

iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi toporafi permukaan dan batuan yang

relatif beragam dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir,

tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan meningkatnya

aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup menjadi semakin parah.

Kerusakan lingkungan ini pada akhirnya akan memicu meningkatnya intensitas

dan jumlah kejadian bencana hidrometorologi di banyak daerah di Indonesia.

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi sekaligus rawan

bencana yang tinggi yang salah satunya yakni bencana banjir. Tidak dipungkiri

lagi bahwa bencana banjir adalah salah satu bencana tahunan yang terjadi di

Indonesia. Banyak daerah yang menjadi langganan bencana banjir, salah satunya

adalah kota Surakarta. Penyebabnya antara lain dekatnya dengan bantaran sungai

bengawan solo, dataran yang terkena banjir merupakan daerah yang padat

penduduk dan juga belum memiliki tingkat penyerapan air atau drainase yang

baik. Jika tiap tahun bencana banjir tetap terjadi, tanpa adanya sebuah upaya

penanggulangan, maka dapat dibayangkan berapa banyak kerugian yang dialami

oleh masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Melihat banyaknya daerah yang

menjadi langganan banjir tersebut, perlu


commit adanya sebuah model manajemen
to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

bencana banjir, sehingga dapat mengurangi korban maupun kerugian yang

ditimbulkan.

Model merupakan penyederhanaan dari dunia nyata. Model juga dapat

diterapkan dalam berbagai bentuk permasalahan termasuk manajemen bencana

banjir. Dengan model yang dihasilkan dapat diterapkan pada berbagai wilayah di

Indonesia. Pemodelan tersebut dapat dilakukan dengan cara menyusun suatu

aplikasi program yang dapat di implementasikan pemerintah maupun masyarakat.

Adanya model manajemen bencana banjir ini bertujuan mencegah dan

mengurangi dampak dari kejadian bencana banjir, jadi perlu suatu upaya

manajemen untuk menghadapi masalah banjir. Manajemen banjir dalam artian

melakukan pengelolaan dan pengendalian banjir harus dipandang secara utuh

(holistic) dan terpadu, sehingga tujuan yang akan dicapai dapat memberi manfaat

secara berkelanjutan. Manajemen banjir terpadu (Integrated Flood Management)

adalah proses meningkatkan pendekatan secara terpadu pengelolaan banjir untuk

meminimalkan korban jiwa dari banjir.

Penanggulangan banjir dengan cara-cara konvensional (sebatas-mengusir-

air) perlu diubah dengan manajemen banjir terpadu, dengan menentukan

komponen-komponen lingkungan apa saja yang ada, yang dapat merupakan faktor

tidak terakumulasinya air di satu tempat secara berlebihan dan penghambat aliran

permukaan (run off), tetapi memperlancar siklus alami air. Ini meliputi

penggunaan vegetasi yang berfungsi sebagai perangkap atau penahan air,

pengontrolan secara alami seperti commit


penanaman tanaman yang menyerap banyak air,
to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

pembuatan terasering dan saluran/parit sesuai kontur, tanaman penutup tanah

(ground cover), serta langkah preventif seperti normalisasi fungsi saluran, kanal,

parit, dsb; pengelolaan sampah (reduce, re-use, and recycle), membuat sumur

resapan, pintu pembagi, bak kontrol, perbaikan tata letak, zonasi, dan sebagainya.

Jelaslah, bahwa pola ini menekankan pada sifat yang menyeluruh dalam

pendekatannya dan berdasarkan sepenuhnya pada prinsip-prinsip ekologi.

Kota Surakarta memang sering diterpa banjir lokal dan banjir kiriman.

Untuk banjir lokal meskipun memiliki karakteristik magnitude yang kecil,

berdurasi cepat dan daerah penggenangan sempit, namun kehadirannya dirasa

cukup meresahkan karena mayoritas banjir lokal berada di tengah kota. Banjir ini

sangat mengganggu aktivitas ekonomi perkotaan khususnya transportasi. Banjir

lokal terjadi akibat guyuran air hujan di dalam Kota Solo yang mengakibatkan

aliran permukaannya lebih besar daripada daya tampung saluran sistem mikro

yaitu saluran tersier dan kuarter kota. Dengan kata lain, banjir ini disebabkan

karena hujan yang terjadi di dalam Kota Solo sendiri. Kemudian untuk banjir

kiriman merupakan banjir yang menjadi potensi terbesar terhadap banjir yang

terjadi di kota Surakarta, daerah-daerah yang terkena banjir kiriman ini terdapat di

daerah yang dekat dengan bantaran sungai bengawan solo. Mengingat

permasalahan ini, idealnya tanggung jawab penanganan banjir lokal dan banjir

kiriman dilakukan sepenuhnya oleh seluruh aspek pemerintah dan masyarakat di

bawah manajemen Pemerintah kota.

Berdasarkan data dari Kesbangpolinmas Surakarta daerah rawan dan


commit to user
potensi banjir dapat dilihat seperti tabel berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

Tabel 1.1

Daftar daerah rawan dan potensi banjir kota Surakarta

NO KECAMATAN KELURAHAN
I. JEBRES - Kal.S e w u
- Kal.Jebres
- Kal.Jagalan
- Kal.Pucangsawit
- Kal.Gandekan
- Kal.Sudiroprajan

II. PASARKLIWON - Kal.Sangkrah


- Kal.Semanggi
- Kal.Kedunglumbu
- Kal.Joyosuran
- Kal.Pasarkliwon

III. SERENGAN - Kal. Joyotakan


- Kal. T i p e s
- Kal. Serengan

IV. LAWEYAN - Kal. Pajang


- Kal. Laweyan
- Kal. Bumi
- Kal. Sondakan
- Kal. Panularan

V. BANJARSARI - Kal. Nusukan


- Kal. Kadipiro
- Kal. Gilingan
- Kal. Sumber
- Kal. Banyuanyar
Sumber data: Kesbangpolinmas kota Surakarta

Melihat daerah-daerah tersebut di atas bisa dikatakan hampir seluruh

kecamatan di Surakarta menjadi daerah rawan dan potensi terkena banjir. Di Kota

Surakarta sendiri bencana banjir masih menjadi bencana alam yang paling

mendominasi. Banjir merendam, commit to userbahkan menenggelamkan ratusan


menggenangi
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

rumah, tempat ibadah, gedung sekolah, pusat bisnis dan pemerintahan, pabrik dan

pesawahan, serta jalan berikut alat-alat transportasi seperti mobil dan motor.

Kerugian akibat banjir secara materil bisa mencapai puluhan juta rupiah, belum

termasuk kerugian akibat kehilangan produktivitas kerja dan usaha. Banjir yang

hampir melanda di setiap kecamatan Surakarta ini, bukan hanya sekitar bantaran

sungai melainkan daerah-daerah tengah kota pun seringkali tergenangi oleh banjir.

Pasca banjir banyak tugas yang harus diselesaikan, selain memulihkan

perekonomian, hal yang perlu segera ditangani adalah pemulihan kondisi

psikologis, kesehatan dan lingkungan. Di samping itu, hal yang sangat penting

ialah menyangkut manajemen banjir secara keseluruhan, baik sebagai upaya

pemulihan berbagai dampak, maupun sebagai langkah antisipasi bencana banjir,

termasuk kemungkinan banjir dan cuaca buruk yang setiap tahunnya melanda

Surakarta.

Pentingnya mengapa bencana banjir yang menjadi pembahasan topic,

dikarenakan banjir memiliki dampak yang sangat luas ketika bencana tersebut

melanda, dampak-dampak tersebut antara lain :

a) Banjir dapat merusak sarana dan prasarana.

b) Banjir memutuskan jalur transportasi.

c) Banjir merusak dan bahkan menghilangkan peralatan,

perlengkapan, harta benda atau lainnya atau bahkan jiwa manusia.

d) Banjir dapat mengakibatkan pemadaman listrik.

e) Banjir mengganggucommit
aktivitas sehari-hari.
to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

f) Banjir dapat mengganggu bahkan merusak perekonomian.

g) Banjir dapat mencemari lingkungan sekitar kita.

h) Banjir dapat mendatangkan masalah / gangguan kesehatan

(penyakit).

i) Banjir dapat menyebabkan erosi atau bahkan longsor.

j) Banjir dapat merubah, mengganggu, atau bahkan menghapus /

menghilangkan masa depan.

Betapa banyak dampak yang diakibatkan oleh bencana banjir bagi

kehidupan di sekitar tempat tinggal yang terkena banjir, kota Surakarta

merupakan kota yang saat terjadi hujan cukup lama, banjir pun dimungkinkan

akan terjadi. Oleh karena itu menarik untuk diteliti bagaimana usaha pemerintah

kota Surakarta sebagai sebuah instansi publik yang bertanggung jawab untuk

mengupayakan dan meminimalisir dampak dari bencana banjir yang nantinya

bersama masyarakat saling bersinergi untuk mewujudkan kota Surakarta yang

aman dan nyaman dari bencana banjir yang sering terjadi.

Pemerintah kota Surakarta sendiri telah membentuk SATLAK PBP

(Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi) sesuai dengan

Peraturan Walikota nomor 8 tahun 2006 tentang pembentukan satuan Pelaksana

Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (SATLAK PBP) Kota

Surakarta, yang didalamnya juga mengatur terkait dengan bencana banjir.

Pembentukan SATLAK PBP dilakukan guna mengantisipasi dan menanggulangi

banjir yang terjadi, agar ada suatu struktur fungsi yang benar-benar menangani
commit to user
bencana banjir di kota surakarta ini. SATLAK PBP memiliki anggota dari
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

beberapa instansi atau SKPD yang berada di wilayah Surakarta yang punya

tupoksi sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Dalam peristiwa banjir yang terjadi pada tanggal 2 januari 2012, SATLAK

PBP yang terdiri dari instansi-instansi Pemerintah Kota Surakarta, secara

bersama-sama bekerja melaksanakan tupoksi yang telah ditetapkan dalam

SATLAK PBP. Sistem manajemen dikomandoi langsung oleh ketua pelaksana

harian yakni Wakil Walikota yang selalu mengoordinasikan dari setiap fungsi

yang ada. Semisal, pada saat sebelum terjadinya banjir pada tanggal tersebut,

Kesbangpolinmas selaku sekretaris harian melaporkan kejadian secara tepat dan

cepat dilihat dari pantauan curah hujan yang turun dan jumlah debit air di semua

sungai, kepada ketua pelaksana harian. Kemudian ketua pelaksana harian berdasar

laporan tersebut langsung menggerakkan semua seksi-seksi yang ada untuk

bekerja sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Seperti Dinas Kesehatan

sebagai team evakuasi, Dinas Perhubungan sebagai seksi transportasi, TIM SAR

sebagai seksi pencari korban, Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai seksi

Humas, dsb.itu tadi salah satu proses langkah gerak SATLAK PBP dalam

menangani bencan banjir agar jumlah kerugian dan korban dapat diminimalisir.

Berdasar data dari Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat

Kota Surakarta, jumlah korban bencana banjir ini setiap tahun menunjukkan

angka yang besar.

: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Tabel 1.2
Jumlah data bencana banjir Surakarta tahun 2010-2012

No. Waktu Kejadian Jumlah KK Korban Tenggelam


1 6 Februari 2010 127
2 21 Februari 2010 317
3 9 Maret 2010 321
4 13 Maret 2010 1376
5 15 Maret 2010 359
6 27-Apr-10 23
7 15 Mei 2010 164
8 4 januari 2011 2808
9 1 Januari 2012 2638
Total 8133
Sumber data : Kesbangpolinmas Surakarta

Melihat korban bencana banjir di kota Solo yang cukup banyak dan banjir

merupakan bencana yang datang tanpa diundang yang hampir terjadi setiap

tahunnya, dengan demikian langkah manajemen yang baik menjadi sangat

penting. Untuk mengatasinya, sebenarnya bukan hanya menjadi tanggung jawab

Pemerintah kota, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh instansi, LSM, dan

masyarakat pada umumnya. Menjadi hal yang penting ialah bagaimana

manajemen banjir dilaksanakan dengan prinsip kebersamaan, sehingga

penanganannya menjadi lebih cepat, tepat dan efisien.

Berdasar potensi bencana banjir di kota Surakarta, maka diperlukan suatu

upaya manajemen bencana banjir, sebab bencana banjir yang terjadi di Surakarta

ini tidak sedikit telah membawa korban jiwa dan harta tiap tahunnya. Melalui

upaya manajemen ini diharapkan resiko terjadinya bencana dan dampaknya dapat
commit to user
dikurangi.
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Untuk mengetahui model manajemen bencana banjir tersebut, dipilihlah

Kota Surakarta sebagai studi kasus. Kota Surakarta sebagai salah satu kota

besar di Indonesia, memiliki potensi bencana banjir yang besar pula. Oleh

karenanya model yang disusun tersebut nantinya akan dapat membantu

penanganan banjir di kota ini.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah adalah pokok-pokok bahasan yang akandibahas dalam

penelitian ini. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusanmasalah dalam

penelitian ini adalah: “Bagaimana model manajemen banjir Pemerintah Kota

Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana model manajemen bencana

banjir Pemerintah Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian lain khususnya

untuk pengembangan model manajemen bencana banjir.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Peneliti

Penelitian sangat bermanfaat sebagai tambahan ilmu

pengetahuan dan commit


melatihtodalam
user menerapkan ilmu yang telah
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

dipelajari selama ini. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat

sebagai syarat untuk meraih gelar kesarjanaan Strata 1 pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

b) Bagi Pemerintah Kota

Memberikan gambaran mengenai model manajemen

bencana banjir Pemerintah Kota Surakarta.

c) Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi

penelitian yang lain terutama masalah bencana banjir.

d) Bagi Masyarakat

Sebagai bahan referensi dalam upaya mencegah dan

menanggulangi bencana banjir di Kota Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Manajemen

a) Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur.

Dalam hal mengatur, akan timbul masalah, problem, proses, dan

pertanyaan tentang apa yang diatur dan apa yang menjadi tujuan dari

pengaturan. Manajemen juga menganalisa,menetapkan tujuan sasaran,

serta mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban secara baik, efektif,

dan efisien. Pada dasarnya, manusia mempunyai kemampuan yang

terbatas seperti keterbatasan fisik, waktu, pengetahuan dan perhatian,

sedangkan kebutuhannya itu tidak terbatas. Dengan terbatasnya

kemampuan dalam melakukan pekerjaan, manusia terdorong untuk

membagi pekerjaan, tugas dan tanggungjawab dengan yang lainnya.

Dengan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggungjawab tersebut

maka terbentuklah kerjasama dalam suatu organisasi. Dalam organisasi

ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan

baik serta tujuan yang diinginkan tercapai. Proses untuk mencapai

tujuan tersebut adalah dengan manajemen.

Kegiatan manajemen dilakukan oleh pimpinan dalam sebuah

organisasi atau biasa disebut sebagai manajer apabila organisasi itu


commit to user
bersifat bisnis. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi baik itu

11
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

organisasi privat (perusahaan) maupun organisasi publik

(pemerintahan) karena manajemen mempunyai peran yang sangat

penting dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.

Seperti banyak bidang studi lainnya yang menyangkut manusia,

manajemen sulit didefinisikan. Dalam kenyataannya tidak ada definisi

yang telah diterima secara universal. Dalam beberapa literatur

manajemen, ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung banyak

pengertian yaitu manajemen sebagai suatu seni (art) dan ilmu,

manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas

manajemen, manajemen sebagai suatu proses, bahkan manajemen juga

dapat diartikan sebagai profesi.

Menurut pengertian yang pertama yaitu manajemen adalah seni

dan suatu ilmu, Luther Gulick (dalam Hani Handoko, 2003:11)

memberikan pengertian bahwa :

“manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science)


yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan
bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan
membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi
kemanusiaan.”
Menurut Gulick, manajemen dapat dikatakan sebagai ilmu karena

telah memenuhi persyaratan untuk disebut bidang ilmu pengetahuan.

Manajemen telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah

terorganisasi menjadi serangkaian teori. Teori manajemen selalu diuji

dalam praktek, sehingga manajemen sebagai ilmu akan terus

berkembang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Berbeda dengan Mary Parker Follet (dalam Hani Handoko,

2003:8) yang mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Begitu pula dengan

Manullang (2009:4) yang menjelaskan manajemen sebagai berikut:

“manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang


nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan mnajemen
sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena (gejala-
gejala), kejadian-kejadian, keadaan-keadaan, jadi memberikan
penjelasan-penjelasan”.
Manajemen dapat dikatakan sebagai seni karena manusia adalah

makhluk yang unik, yang tentu memiliki karakteristik, fisik, pikiran

dan perasaan yang berbeda dengan manusia yang lain. Manusia tidak

dapat lagi dianggap sebagai mesin, keberadaannya perlu mendapat

perhatian. Oleh karena itu, disinilah letak seni dari sebuah manajemen

dalam menggerakkan manusia agar manusia yang digerakkan bersedia

untuk bekerja sesuai dengan perintah pimpinan (manajer).

Kemudian Malayu Hasibuan (2009:2) mendefinisikan manajemen

sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfatan sumber daya

manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Ini berarti bahwa manajemen bukan

saja diartikan sebagai suatu ilmu atau seni saja tetapi dapat diartikan

keduanya karena dalam mendayagunakan sumber daya manusia,

seorang manajer tidak hanya dituntut untuk mengerti akan ilmu

manajemen, tetapi juga diperlukan seni, ketrampilan dan keahlian

untuk mendayagunakan mereka.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Sedangkan menurut pengertian yang kedua yaitu manajemen

sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas

manajemen. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Manullang (2009:4).

Senada dengan pendapat tersebut, Andrew F. Sikula (dalam

Malayu,2009:2) juga mendefinisikan manajemen sebagai berikut :

“management in general refers to planning, organizing, controlling,


staffing, leading, motivating, communicating, and decision making
activities perfomed by any organization in order to coordinate the
varied resources of the enterprise so as to bring an efficient
creation of some product or service. (manejemen pada umumnya,
dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga suatu produk atau jasa secara efisien)”.
Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan

aktivitas manajemen seperti perencanaan hingga pengambilan

keputusan dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.

Kemudian menurut pengertian yang ketiga yaitu manajemen

diartikan lebih luas lagi yaitu sebagai suatu proses. Manajemen

menurut Stoner (dalam Hani Handoko, 2003:8) diartikan sebagai

berikut :

“manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Menurut Encylopedia of the Social Science (dalam Manullang,

2009:3) dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana

pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.


commit Manullang,
Selanjutnya Haiman (dalam to user 2002:3) mengatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan

orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan

bersama. George R. Terry (dalam Manullang, 2002:3) mengatakan

bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih

dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.

Manajemen memang dapat juga diartikan sebagai suatu proses

karena semua manajer, tanpa memperdulikan kecakapan atau

ketrampilan khusus mereka, harus melaksanakan aktivitas-aktivitas

tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang mereka

inginkan. Proses tersebut merupakan serangkaian aktivitas mulai dari

perencanaan sampai pada pengawasan. Jadi, dengan kata lain,

manajemen sebagai proses dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen

yang dilaksanakan oleh manajer.

Selanjutnya, manajemen bahkan dapat diartikan pula sebagai

sebuah profesi. Edgar H. Schein (dalam Hani Handoko, 2003:14)

menguraikan kriteria-kriteria untuk menentukan sesuatu sebagai

profesi yang dapat diperinci sebagai berikut :

a. Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip-

prinsip umum.

b. Para profesional mendapatkan status mereka karena

mencapai standar prestasi kerja tertentu, bukan karena

favoritisme atau karena suku bangsa, agama dan kriteria

politik atau sosial lainnya.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

c. Para profesional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang

kuat dengan disiplin untuk mereka yang menjadi kliennya.

Adanya pendidikan, kursus-kursus dan program-program latihan

formal menunjukkan bahwa ada prinsip-prinsip manajemen tertentu

yang dapat diandalkan. Para manajer didalam organisasinya

mendapatkan status memang berdasarkan pada standar prestasi kerja

tertentu karena pada dasarnya seorang manajer memiliki kecakapan

dan ketrampilan dalam mendayagunakan sumber daya manusia.

Manajemen mempunyai bidang pekerjaan atau bidang keahlian

tertentu, seperti halnya bidang-bidang lain, misalnya profesi di bidang

kesehatan. Oleh karena itu, manajemen dapat dikatakan sebagai

profesi.

Dari berbagai pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan

bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni yang mengatur proses

pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai

tujuan yang telah direncanakan. Proses ini meliputi aktivitas

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan

atau pengendalian dimana proses ini dilakukan oleh sekelompok orang

atau organisasi sehingga diperlukan kerjasama yang baik.

b) Fungsi-Fungsi Manajemen

Berdasarkan pada berbagai definisi mengenai manajemen diatas,

maka dapat dikatakan bahwa dalam menjalankan aktivitas manajemen,

seorang manajer atau pimpinan akan mendayagunakan sumber daya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam rangka pencapaian

tujuan tersebut, terdapat proses atau serangkaian kegiatan yang

dilaksanakan oleh manajer dan biasanya disebut sebagai fungsi-fungsi

manajemen.

Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli manajemen

tidak sama. Hal itu disebabkan oleh latar belakang para ahli dan

pendekatan yang dilakukan mereka tidak sama.

Hani Handoko (2003:23-27) memilih lima fungsi manajemen yang

menurutnya paling penting yaitu planning, organizing, staffing, leading

dan controlling. Hani Handoko memilih perencanaan (planning)

sebagai awal dari kegiatan manajer karena didalam kegiatan ini

terdapat penetapan tujuan, strategi, kebijaksanaan, proyek, program,

prosedur, metoda, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan. Fungsi-fungsi lainnya tidak akan berhasil tanpa

perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat dan sebaliknya

perencanaan yang baik tergantung pada pelaksanaan efektif dari

fungsi-fungsi lain. Setelah para manajer menetapkan tujuan dan

rencana maka langkah selanjutnya adalah merancang dan

mengembangkan organisasi (pengorganisasian). Selanjutnya adalah

penyusunan personalia. Disini, fungsi staffing diuraikan terpisah

karena penulis memandang bahwa perkembangan dunia bisnis (dimana

sumber daya manusia merupakan kunci sukses perusahaan)

menyebabkan fungsi tersebut menjadi semakin penting. Kemudian


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

fungsi selanjutnya adalah pengarahan (leading) yaitu mendapatkan

para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka

lakukan, dimana fungsi ini melibatkan kualitas, gaya, kekuasaan,

kepemimpinan, komunikasi, motivasi dan disiplin. Semua fungsi

tersebut tidak akan efektif tanpa adanya pengawasan (controlling).

Fungsi pengawasan ini adalah penemuan dan penerapan cara dan

peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah disesuaikan dengan

yang telah ditetapkan.

Apabila Hani Handoko lebih memilih kelima fungsi diatas, maka

berbeda dengan Henry Fayol (dalam Manullang, 2009:7) yang

memilih menggunakan lima fungsi manajemen yaitu planning,

organizing, commanding, coordinating, dan controlling. Sedangkan

fungsi-fungsi manajemen menurut George R.Terry (dalam

Manullang,2009:8) terdiri dari planning, organizing, actuating, dan

controlling.

Dari berbagai pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen oleh

para ahli diatas, sebenarnya memiliki garis besar yang sama. Mereka

sama-sama berawal dari planning, organizing dan berakhir pada

controlling. Pada dasarnya commanding, actuating, leading, directing

adalah sama pengertiannya yaitu sama-sama menggerakkan bawahan

dengan memberikan perintah agar bawahan tersebut melaksanakan apa

yang menjadi perintah dari pimpinan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Sedangkan coordinating oleh Henry Fayol merupakan fungsi yang

terpisah dari organizing, berbeda dengan G.R. Terry yang menjadikan

coordinating satu fungsi dengan organizing karena menurut G.R Terry,

dalam pengorganisasian terdapat tindakan mengusahakan hubungan-

hubungan kelakukan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka

dapat bekerjasama secara efisien. Itu artinya, fungsi koordinasi sudah

termasuk dalam fungsi pengorganisasian ini.

Sedangkan menurut Billows (2002) dalam International Journal of

Business and Management, vol. 5, number. 1 halaman 79 menjelaskan

tentang fungsi manajemen yaitu sebagai berikut :

“…indicated that project management includes 19 steps in five


phases, and the five phases are initiating, planning, executing,
controlling, and closing processes. Projects are different from
operations. Projects are temporary and unique, and operations are
repetitive and ongoing (PMI, 2004; Zanoni & Audy, 2004), but
both of them still share many same characteristics as follows: 1)
performed by people; 2) constrained by limited resources; 3)
planned, executed and controlled.( kegiatan manajemen
menunjukkan bahwa mencakup 19 langkah dari 5 tahap, dan lima
fase itu yakni inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
dan menutup proses. Proyek berbeda dengan operasi. Proyek
bersifat sementara dan unik sedangkan operasi bersifat berulang-
ulang (PMI, 2004: Zanoni & Audy, 2004) , namun pada keduanya
masih memeliki banyak kesamaan yang antara lain: 1) yang
dilakukan orang ; 2) dibatasi oleh sumberdaya yang terbatas; 3)
rencana, pelaksanaan dan pengendalian.”
Dengan melihat berbagai penjelasan mengenai pengertian dan

fungsi-fungsi manajemen dari beberapa ahli diatas, maka mengenai

model manajemen bencana banjir Pemerintah Surakarta, penulis akan

membahas Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing),

Pengkoordinasian (Coordinating) dan Pengawasan (controlling) dari


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Pemerintah Kota Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta sendiri dalam

melaksanakan kegiatan manajemen bencana banjir tersebut, telah

membentuk sebuah struktur organisasi yakni SATLAK PBP yang

secara khusus menangani persoalan bencana dan pengungsi. Keempat

fungsi manajemen tersebut dianggap relevan dengan model

manajemen bencana banjir Pemerintah Kota Surakarta. Hal tersebut

karena dipandang lebih sesuai, lebih tepat, dan lebih mampu

menggambarkan manejemen Pemerintah Kota Surakarta yang terdapat

dalam Satuan Pelaksanan Penanggulangan Bencana dan Pengungsi

(SATLAK PBP) serta kegiatan-kegiatan dalam manajemen tersebut

mampu mewakili dari beberapa fungsi-fungsi manajemen yang sangat

beragam.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai fungsi-fungsi manajemen

yang digunakan dalam penelitian ini:

a) Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah fungsi-fungsi dasar (fundamental)

manajemen, karena fungsi manajemen lainnya seperti

organizing, staffing, directing, dan controlling pun harus

terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan dan rencana sangat

penting (Malayu, 2009:91) karena :

a. Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak tujuan yang

ingin dicapai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

b. Tanpa perencanaan dan rencana tidak ada pedoman

pelaksanaan sehingga banyak pemborosan.

c. Rencana adalah dasar pengendalian karena tanpa ada

rencana, pengendalian tidak dapat dilakukan.

d. Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada keputusan

dan proses manajemen tidak ada.

Menurut Malayu Hasibuan (2009:93) rencana adalah

sebuah keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman

pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu. Jadi

setiap rencana mengandung dua unsur yaitu tujuan dan

pedoman. Sedangkan Louis A. Allen (dalam Manullang,

2009:39) mengatakan planning is the determination of a course

of action to achieve a desired result yang artinya perencanaan

adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil

yang diinginkan.

Lebih lengkap dari perumusan-perumusan diatas, Beishline

menyatakan bahwa Perencanaan menentukan apa yang harus

dicapai (penentuan waktu secara kualitatif) dan bila itu harus

dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus

dicapai, siapa yang bertanggung jawab, dan mengapa hal itu

harus dicapai”.

Pada umumnya, suatu rencana yang baik berisikan atau

memuat enam unsur yaitu: The what, the why, The where, The
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

when, The who dan The how yang lebih dikenal dengan istilah

5W+1H, seperti yang diungkapkan oleh Manullang (2009:41)

bahwa suatu rencana yang baik harus memberikan jawaban

kepada enam pertanyaan, yaitu sebagai berikut :

a. Tindakan apa yang harus dikerjakan?

b. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan?

c. Di manakah tindakan itu harus dilaksanakan?

d. Kapankah tindakan itu dilaksanakan?

e. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu?

f. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?

Dari jawaban-jawaban pertanyaan di atas, sesuatu rencana harus

memuat hal-hal berikut:

a. Penjelasan dari perincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkannya,

faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan tersebut agar apa yang menjadi tujuan dapat

dihasilkan.

b. Penjelasan mengapa kegiatan-kegiatan itu harus dikerjakan dan

mengapa tujuan yang ditentukan itu harus dicapai.

c. Penjelasan tentang lokasi fisik setiap kegiatan yang harus

dikerjakan sehingga tersedia segala fasilitas-fasilitas yang

dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan itu.

d. Penjelasan tentang waktu dimulainya pekerjaan dan

diselesaikannya pekerjaan baik untuk tiap-tiap bagian pekerjaan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

maupun untuk seluruh pekerja. Disini harus ditetapkan standar

waktu untuk mengerjakan, baik bagian-bagian pekerjaan maupun

untuk seluruh pekerjaan.

e. Penjelasan tentang para petugas yang akan mengerjakan

pekerjaannya, baik mengenai kuantitas maupun mengenai kualitas,

yaitu kualifikasi-kualifikasi pegawai, seperti keahlian, pengalaman

dan sebagainya. Disini pula harus dijelaskan authority,

responsibility, dan accountability dari masing-masing pegawai.

f. Penjelasan tentang teknis mengerjakan pekerjaan.

g. Manullang (2009:42) berpendapat bahwa suatu rencana

mengandung unsur-unsur seperti tujuan perusahaan, politik

perusahaan, prosedur, budget dan program.Sedangkan Malayu

Hasibuan (2009:95-102), menambahkan unsur kebijaksanaan

(policy), metode dan strategi serta mengartikan politik perusahaan

sebagai rule.

Dari berbagai definisi oleh para ahli diatas, maka dapat

dikatakan bahwa perencanaan merupakan suatu hal yang

fundamental dalam sebuah organisasi untuk dapat menjalankan

fungsi-fungsi manajemennya. Perencanaan merupakan suatu proses

atau rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui

kegiatan perencanaan ini akan dirumuskan tujuan, prosedur,

kebijakan, program dan strategi serta budget yang harus

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

dikeluarkan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan

tertentu.

Dalam penelitian ini, perencanaan yang dilakukan oleh

pemerintah kota Surakarta dalam manajemen bencana banjir

adalah dengan menentukan rencana apa yang akan dijalankan

dan siapa yang akan menjalankan serta bagaimana rencana

manajemen bencana banjir kota Surakarta.

Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang paling

utama, tanpa adanya perencanaan tidak akan ada fungsi-

fungsi manajemen yang selanjutnya. Dengan kata lain, dengan

adanya perencanaan maka ada pula fungsi-fungsi manajemen

yang lain. Di dalam perencanaan ini organisasi harus

menentukan arah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dengan memperhitungkan fakta-fakta dan

kemungkinan apa saja yang akan terjadi di masa yang akan

datang. Dengan begini perencanaan akan memilih dan akhirnya

memutuskan bagaimana cara yang efektif dan efisien dalam

pencapaian tujuan organisasi.

b) Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi pengorganisasian berkaitan erat dengan perencanaan

karena dalam menjalankan fungsi pengorganisasian, fungsi ini

pun harus direncanakan. Pengertian pengorganisasian tentu

berbeda dengan organisasi. Pengorganisasian adalah fungsi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis,

sedangkan organisasi adalah wadah atau alat yang statis tempat

manajer atau pimpinan melakukan kegiatan-kegiatannya untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Koontz dan O’Donnel (dalam Malayu, 2009:119)

mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian

pengorganisasian sebagai berikut :

“the organization function of the manager involves the


determination and enumeration of the activities required to
achieve the objective of the enterprise, the grouping of these
activities, the assignment of such group of activation to a
department headed by a manager and the delegation of
authority carry them out. Artinya fungsi pengorganisasian
manager meliputi penentuan penggolongan kegiatan-kegiatan
yang diperlukan untuk tujuan-tujuan perusahaan,
pengelompokan kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam suatu
bagian yang dipimpin oleh seorang manajer, serta
melimpahkan wewenang untuk melaksanakannya”.

Hani Handoko (2003:167) menyebutkan dua aspek utama

organizing yaitu departementalisasi dan pembagian kerja.

Departementalisasi merupakan pengelompokan kegiatan kerja

suatu organisasi agar kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan

dapat dikerjakan bersama.Sedangkan pembagian kerja adalah

pemerincian tugas pekerjaan agar individu dalam organisasi

bertanggungjawab untuk melaksanakan tugas tersebut.

Dari penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa seorang

manajer atau pimpinan dalam sebuah perusahaan atau organisasi

yang mengadakancommit to user


departementalisasi berarti membagi kegiatan-
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

kegiatannya untuk ditugaskan kepada bawahannya. Begitu seorang

manajer telah menugaskan bawahannya untuk mengerjakan tugas-

tugas tersebut maka pada saat itulah seorang manajer mendeleger

(melakukan delegasi).

Manullang (2009:106) mengatakan apabila seorang manajer

mendelegasikan tugas kepada bawahannya, maka ia juga harus

mendeleger kekuasaannya. Seorang yang diserahi tugas untuk

melaksanakan suatu tugas tertentu bertanggungjawab dalam

pelaksanaan tugas itu. Pertanggungjawaban itu hanya dapat

dipenuhi sebaik-baiknya bila kepadanya didelegasikan kekuasaan

untuk memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan

fungsinya.

Kemudian Malayu Hasibuan (2009:118) mengemukakan

pendapatnya mengenai pengorganisasian yaitu :

“suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan


bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, menempatkan orang-orang pada aktivitas ini,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang
yang secara relatif di delegasikan kepada setiap individu yang
akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut”.
Dari pengertian pengorganisasian yang dikemukakan oleh

Malayu diatas, maka dapat dikatakan bahwa fungsi ini tidak hanya

diartikan sebagai penentuan, pengelompokan dan pengaturan tugas

tetapi didalamnya terdapat pula fungsi staffing atau penyusunan

personalia dan pendelegasian wewenang kepada bawahan yang

akan melakukan tugas atau pekerjaan tersebut. Hal ini senada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

dengan pendapat Moekijat (1978:398) yang menguraikan langkah-

langkah pengorganisasian sebagai berikut :

a. Mengetahui tujuan.

b. Menguraikan pekerjaan yang harus dilakukan dalam kegiatan-

kegiatan komponen.

c. Mengelompokkan kegiatan-kegiatan dalam kesatuan yang

praktis.

d. Memberikan perumusan yang jelas mengenai kewajiban-

kewajiban yang harus diselesaikan dan alat-alat fisik serta

lingkungan yang diperlukan untuk setiap kegiatan atau

kelompok kegiatan yang harus dilaksanakan.

e. Menunjuk pegawai-pegawai yang cakap.

f. Menyerahkan kekuasaan yang diperlukan kepada pegawai-

pegawai yang ditunjuk.

Sedangkan George R. Terry (dalam Malayu, 2009:119)

berpendapat bahwa :

“Organizing is the establishing of effective behavioral


relationship among person so that they may work together
efficiently and gain personal satisfaction in doing selected tasks
under given environmental conditions for the purpose of
achieving some goal or objective.( pengorganisasian adalah
tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakukan yang
efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat
bekerjasama, secara efisien dan dengan demikian memperoleh
kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu
dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau
sasaran tertentu”).
Berdasarkan pada pendapat G.R Terry diatas, maka
commit
pengorganisasian dapat to user lebih luas lagi yaitu menyangkut
diartikan
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

hubungan kerjasama yang efektif diantara orang-orang dalam

melaksanakan tugas. Ini berarti, fungsi koordinasi sudah menjadi

satu atau termasuk dalam fungsi pengorganisasian.

Selanjutnya Louis A. Allen (dalam Malayu, 2009:119) juga

berpendapat bahwa :

“we can define organization as the process of identifying and


the grouping the work to be performed, defining and delegating
responsibility and authority, nd establishing relationship for the
purpose of enabling people to work most effectively together in
accomplishing objectived ( kita dapat mendefinisikan
organisasi sebagai proses penentuan dan pengelompokan
pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan melimpahkan
wewenang dan tanggung jawab dengan maksud untuk
memungkinkan orang-orang bekerjasama secara efektif dalam
mencapai tujuan”.
Dari berbagai pengertian pengorganisasian diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah keseluruhan aktivitas

manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta penetapan

tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab masing-masing

pegawai melalui kerjasama yang efektif untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam penelitian ini, fungsi pengorgansasian dilakukan oleh

Pemerintah Kota Surakarta, dalam hal ini walikota Surakarta

selaku ketua SATLAK PBP melalui kegiatan penetapan tugas-

tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawab masing-masing

seksi keanggotaan SATLAK PBPdalam rangka penanggulangan

bencana, khususnya bencana banjir. Dalam melaksanakan fungsi

pengorganisasian ini diperlukan kerjasama yang baik diantara


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

anggota. Kerjasama yang baik tersebut dimaksudkan agar tidak

terjadi miscomunication dan mismanagement diantara para anggota

SATLAK PBP.

c) Pengkoordinasian (Coordinating)

Koordinasi merupakan tugas pimpinan yang dilakukan

dengan mengusahakan agar semua kegiatan dapat selaras dan

anggota-anggotanya dapat bekerja sama dengan baik sehingga

tujuan dapat tercipta dengan efisien. Koordinasi ini merupakan

tugas yang penting yang harus dilakukan oleh seorang manajer

dan tugas ini sangat sulit.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2007:85), koordinasi

adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan

mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen (6M) dan

pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan

organisasi.

G. R. Terry dalam Malayu S.P. Hasibuan (2007:85)

mendefinisikan koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron

dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat,

dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu

tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah

ditentukan.

Awaluddin Djamin mendefinisikan koordinasi sebagai

suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

pelaksanaan tugas – tugas tertentu . Sedemikian rupa, sehingga

terdapat saling mengisi, saling membantu, dan saling

melengkapi. (Malayu S.P. Hasibuan, 2007:86)

Jadi koordinasi merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan

agar tercipta kerja sama diantara anggota – anggotanya agar semua

kegiatan dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan

yang ditentukan. Koordinasi itu merupakan suatu kegiatan yang

penting agar semua tindakan ditujukan serta memberikan

sumbangannya keada tujuan umum organisasi.

Tipe – tipe koordinasi yaitu:

1. Koordinasi Vertikal (vertical coordination) adalah

kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan

oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan

kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung

jawabnya. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah

dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada

aparat yang sulit diatur.

2. Koordinasi horizontal (horizontal coordination) adalah

mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-

kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap

kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan

terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

(aparat) yang setingkat. Koordinasi horizontal ini dibagi

menjadi:

a. Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka

mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan,

mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang

satu dengan unit yang lain secara intern maupun secara

ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.

b. Interrelated adalah koordinasi antar badan (instansi) ;

unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang

satu dengan yang lain saling bergantungan atau

mempunyai kaitan baik cara intern maupun ekstern

yang levelnya setaraf. (Malayu S.P Hasibuan,

2007:86-87)

d) Pengawasan (Controlling)

Fungsi pengawasan atau sering juga disebut sebagai fungsi

pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses

manajemen. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai

dengan ketentuan-ketentuan dari rencana, maka perlu

dilakukan fungsi ini. Pelaksanaan kegiatan pengawasan ini

dimaksudkan untuk mengawasi dan menghindari kemungkinan

terjadinya kesalahan-kesalahan serta melakukan tindakan

korektif jika terdapat kesalahan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

Earl P. Strong (dalam Malayu, 2009:241) lebih memilih

menggunakan kata pengendalian dari pada pengawasan. Definisi

pengendalian menurut E.P Strong adalah :

“controlling is the process of regulating the various factors in


an enterprise according to the requirenment of its plans.
(pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam
suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-
ketetapan dalam rencana”).
Kemudian Harold Koontz (dalam Malayu, 2009:241-242) juga

mendefinisikan pengendalian sebagai berikut :

“control is the measurement and correction of the performance


of subordinates in order to make sure that enterprise objectives
and the plans devised to attain then are accomplished.
(pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap
pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah
dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat
terselenggara”.)
Anthony dalam jurnal Jordi Carenys yang berjudul

Management Control Systems: A Historical Perspective, (2010)

issue 7, page 38, mendefinisikan pengendalian, sebagai berikut :

“defined it as the process of assuring that resources are


obtained and used effectively and efficiently in the
accomplishment of the organisation’s objectives”. Hence, the
concept of control in organisations appears to be related to the
existence of certain objectives or ends in all organisations.
(http://www.eurojournals.com/ibba_7_04.pdf)
Lebih luas, Robert J. Mokler (dalam Hani Handoko, 2003:360-

361) memberikan pengertian pengawasan yang diperjelas dengan

unsur-unsur esensial proses pengawasan yaitu :

“pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk


menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
commit to user serta mengambil tindakan
penyimpangan-penyimpangan,
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber


daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan
efisisen dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan”.
Malayu (2009:242) merumuskan tujuan pengendalian yaitu:

a. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan


ketentuan-ketentuan dari rencana.
b. Melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan.
c. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
Jadi, pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses dan

setelah proses, yakni hingga hasil akhir diketahui. Dengan

pengendalian diharapkan juga agar pemanfaatan semua unsur

manajemen menjadi efektif dan efisien. Untuk melakukan

pengendalian atau pengawasan, seorang manajer harus mempunyai

berbagai cara untuk memastikan bahwa semua fungsi manajemen

dilaksanakan dengan baik. Malayu (2009:245) mengatakan bahwa

kegiatan pengendalian atau pengawasan ini dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu pengawasan langsung, pengawasan

tidak langsung dan pengawasan berdasarkan pengecualian.

Dari penjelasan yang ada, dapat diambil kesimpulan bahwa

pengawasan merupakan suatu proses penentuan dan pengukuran

yang menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan

yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini, pengawasan dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung oleh Walikota sebagai ketua atau

atasan terhadap para anggota SATLAK PBP sebagai bawahannya

yang telah dibericommit


tugasto dan
user kewenangan untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

penanggulangan bencana banjir. Kegiatan pengawasan ini

dilakukan oleh walikota untuk mengetahui proses penanganan

banjir, dari sebelum, saat dan setelah terjadinya banjir. Proses

penanggulangan bencana banjir ini sangat perlu untuk dilakukan

pengawasan supaya dalam menjalankan tugas masing-masing seksi

dapat berjalan sesuai dengan rencana awal.

2. Manajemen bencana banjir

a) Bencana

Menurut United Nation DEVELOPMENT Program (UNDP)

(dalam Soehatman Ramli, 2010: 10), bencana adalah suatu kejadian

yang ekstrem dalam lingkungan alam atau manusia yang secara

merugikan mempengaruhi kehidupan manusia, harta benda atau

aktivitas sampai pada tingkat yang menimbulkan bencana. Sedangkan

memurut NFPA 1600 (dalam Soehatman Ramli, 2010: 10) Bencana

adalah kejadian dimana sumber daya, personal atau material yang

tersedia di daerah bencana tidak dapat mengendalikan kejadian luar

biasa yang dapat mengancam nyawa atau sumber fisik dan lingkungan.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam,

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh factor alam dan/ atau factor nonalam maupun

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis (UU 24/2007).

Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat,

sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia

dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui

kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan

menggunakan sumberdaya mereka sendiri.(ISDR, 2004)

b) Banjir

Banjir bukan merupakan hal yang asing bagi manusia tetapi

pengertian banjir sering rancu disamakan dengan genangan. Banjir

yaitu genangan yang ditimbulkan oleh meluapnya aliran sungai,

sedangkan genangan adalah tertahannya aliran air permukaan akibat

tidak berfungsinya drainase. Banjir dan genangan tersebut sama-sama

melanda daerah permukiman penduduk sehingga menimbulkan

kerugian harta maupun jiwa.

Menurut Suripin Penyebab banjir dapat dibedakan menjadi 3

macam, yaitu:

a. Banjir kiriman

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di luar

kawasan yang tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang terjadi

di daerah hulu menimbulkan aliran banjir yang melebihi

kapasitas sungainya atau banjir kanal yang ada, sehingga

terjadi limpasan.

b. Banjir local

Genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah

itu sendiri.Hal ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi

melebihi kapasitas sistem drainase yang ada.Pada banjir lokal,

ketinggian genangan air antara 0,2 – 0,7 m dan lama genangan

1 – 8 jam. Terdapat pada daerah yang rendah.

c. Banjir rob

Banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air pasang

dan/atau air balik dari saluran drainase akibat terhambat oleh

air pasang.

Banjir yang terjadi di Kota Surakarta merupakan banjir lokal dan

banjir kiriman, karena banjir lokal terjadi akibat hujan yang jatuh di

daerah itu sendiri yang disebabkan air hujan tidak tertampung oleh

saluran drainase karena melebihi kapasitas sistem drainase yang ada.

Banjir kiriman terjadi akibat di daerah lain terjadi hujan yang airnya

mengalir menuju sungai bengawan solo, kemudian sungai

bengawan solo volume airnya naik hingga meluap.

c) Manajemen bencana banjir


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Manajemen bencana banjir adalah Serangkaian upaya yang

meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya

bencana banjir, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,

rehabilitasi dan rekonstruksi (UU 24/2007). Dengan demikian

manajemen bencana banjir merupakan suatu upaya sistematis dan

komprehensif untuk menanggulangi kejadian bencana banjir secara

cepat, tepat, dan akurat untuk menekan korban dan kerugian yang

ditimbulkannya.

d) Tujuan manajemen bencana

Banyak pihak yang kurang menyadari pentingnya mengelola

bencana dengan baik. Salah satu factor adalah karena bencana belum

pasti terjadinya dan tidak diketahui kapan akan terjadi. Sebagai

akibatnya, manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan langkah

pengamanan dan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang

dapat terjadi.Untuk itu diperlukan system manajemen bencana yang

bertujuan untuk :

a. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian

yang tidak diinginkan.

b. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak

suatu bencan atau kejadian.

c. Meningkatkan kesadaran semua pihak dalam masyarakat atau

organisasi tentang bencana sehingga terlibat dalam proses

penanganan bencana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

d. Melindungi anggota masyarakat dari bahaya atau dampak bencan

sehingga korban dan penderitaan yang dialami dapat berkurang.

e) Tahapan manajemen bencana

Dalam manajemen bencana memiliki tahapan-tahapan yang

dilakukan untuk mengelola becan dengan baik dan aman, tiga tahapan

sebagai berikut:

a. Pra bencana

Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum

kejadian atau pra bencana meliputi kesiagaan, peringatan dini, dan

mitigasi.

1. Kesiagaan

Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian serta langkah yang tepat guna dan

berdaya guna.

2. Peringatan dini

Langkah lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum

bencan terjadi adalah peringatan dini. Langkah ini

diperlukan untuk member peringatan kepada

masyarakat tentang bencana yang akan terjadi sebelum

kejadian.

3. Mitigasi bencana

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun

20008, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan

fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana.

b. Saat kejadian bencana

1. Tanggap darurat

Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk

menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi

kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,

pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasaran dan sarana.

2. Penanggulangan bencana

Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan

adalah menangulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat

dan jenisnya. Penanggulangan bencana memerlukan keahlian

dan pendekatan khusu menurut kondisi dan skala kejadian

c. Pasca bencana

Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat

dilewati, maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi

dan rekonstruksi.

1. Rehabilitasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek

pelayanan public atau masyarakat sampai tingkat yang

memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama

untuk menormalkan atau berjalannya secara wajar semua aspek

pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca

bencana.

2. Rekonstruksi

Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua sarana

dan prasarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik

pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran

utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian,

sosial dan budaya, tegaknya hukum da ketertiban, dan

bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek

kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Masih banyaknya korban


dan kerugian yang
dialami masyarakat
Surakarta ketika terjadi
bencana banjir.

Model Manajemen PERWALI No.8 Tahun Fungsi Manajemen Bencana


bencana banjir Pemerintah 2006 banjir Pemerintah Kota
kota Surakarta : Surakarta:
1. Pra bencana Tentang Pembentukan
a) Kesiapsiagaan Satuan Pelaksanaan
- Perencanaan (planning).
b) Peringatan dini Penanggulangan Bencana
- Pengorganisasian
c) Mitigasi dan Penanganan Pengungsi
(organizing).
2. Saat bencana (SATLAK PBP) kota
- Pengkoordinasian
a) Tanggap darurat Surakarta
(coordinating).
b) Penanggulangan - Pengawasan
3. Pasca encana (controlling).
a) Rehabilitasi
b) Rekonstruksi

1. Terciptanya kesiapan diri


dalam menghadapi
bencana banjir.
2. Minimnya jumlah
kerugian dan korban
yang dapat timbul akibat
dampak bencana banjir.
3. Meningkatnya kesadaran
semua pihak dalam
organisasi dan
masyarakat tentang
commit to user
bencana banjir sehingga
terlibat dalam proses
penanganan bencana
banjir.
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

PERWALI No.8 Tahun 2006 mengatur tentang pembentukan Satuan

pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (SATLAK

PBP). Struktur tersebut dibentuk berdasarkan banyaknya korban dan kerugian

yang diakibatkan oleh dampak bencana yang terjadi di kota Surakarta. Dengan

model manajemen bencana yang antara lain: pra bencana (kesiapsiagaan,

peringatan dini, mitigasi), saat bencana (tanggap darurat dan

penanggulangan), pasca bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi) dan dijalankan

dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen yang antarai lain

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan. Sehingga

dari hal tersebut dapat tercapai tujuan untuk menciptakan kesiapan diri dalam

menghadapi bencana, mengurangi jumlah kerugian serta korban yang dapat

timbul akibat dampak bencana dan meningkatkan kesadaran semua pihak

dalam organisasi ataupun masyarakat tentang bencana sehingga terlibat dalam

proses penanganan bencana.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi penelitian

Penelitian ini di lakukan di kantor Kesbangpolinmas, kantor Satpol PP dan

kantor Dinas Pekerjaan Umum Surakarta. Hal ini dikarenakan ke tiga instansi

tersebut merupakan institusi publik yang terkait dengan manajemen bencana

banjir pemerintah kota Surakarta.

B. Strategi dan bentuk

Strategi ini menggunakan strategi studi kasus, sedangkan bentuk penelitian

ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui model

manajemen bencana banjir pemerintah kota Surakarta. Menurut McNabb

(2002), penelitian kualitatif merupakan “a set of nonstatiscal inquiry

techniques and processes used to gather data about social phenomena”.Dengan

demikian penelitian kualitatif merupakan pengumpulan data mengenai

fenomena sosial tanpa teknik statistik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo

(2002) yang menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif data yang

dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat, atau gambar yang memiliki

arti lebih dari sekedar angka atau frekuensi.

C. Sumber Data

Sumber data yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah:

a. Sumber Data Primer


commit to user

43
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Yaitu data-data yang didapatkan langsung dari sumbernya, adapun

sumber data primer ini meliputi :

1. Ketua Kewaspadaan Nasional Kesbangpolinmas dengan bapak

Rusdan Azis.

2. Ketua Satuan Perlindungan Masyarakat SATPOL PP dengan

Bapak Joko Widodo.

3. Ketua bagian drainase Dinas Pekerjaan Umum dengan Bapak

Budi Santosa.

4. Masyarakat kota Surakarta.

b. Sumber data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung. Sumber data sekunder ini berupa dokumen-dokumen yang

dapat berbentuk tabel statistik, buku peraturan, dan lain-lain. Peneliti

menyalin atau mencatat data yang tersedia. Data sekunder dalam

penelitian ini berasal dari buku-buku yang berkaitan dengan

manajemen, internet, dan dokumen SATLAK PBP kotaSurakarta.

D. Teknik penentuan informan

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposif

(purposive sampling). Menurut Patton dalam Sutopo (2002) purposive

sampling merupakan teknik dimana peneliti memilih informan yang dianggap

paling tahu, sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai

dengan kebutuhan peneliti dalam memperoleh data.

E. Teknik pengumpulan data


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan denngan

menggunakan tiga teknik pengumpulan sebagai berikut:

a. Observasi: pengamatan terhadap fenomena sasaran penelitian dan

terjun langsung ke lokasi penelitian.

b. Studi Dokumentasi (telaah dokumen): Kajian terhadap semua

dokumen yang berkaitan dengan topik dan objek penelitian baik

bersumber dari buku, jurnal, serta dokumen terkait lainnya.

c. Wawancara: melakukan wawancara kepada kelompok sasaran dalam

hal ini pelaksana dan penerima manfaat kebijakan, dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan.

F. Validitas data

Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh maka dilakukan teknik

triangulasi. Menurut Patton dalam Sutopo (2002) ada empat macam teknik

triangulasi, yaitu (1) triangulasi data atau sumber yakni penelitian dengan

menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk menggali data yang

sejenis, (2) triangulasi peneliti yakni hasil penelitian baik data maupun

simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bias diuji validitasnya

dari beberapa peneliti, (3) triangulasi metodologis yakni penelitian dilakukan

dengan menggunakan teknik dan metode pengumpulan data yang berbeda, dan

(4) triangulasi teoritis yakni penelitian dengan menggunakan prespektif lebih

dari satu teori dalam membahas pemasalahan yang dikaji.

Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

trianggulasi dengan sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

informasi yang diperoleh melalui alat, waktu, dan sumber yang berbeda. Ini

dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan dari hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

G. Teknik analisi data

Teknik analisa data penelitian ini dirancang menggunakan model analisa

interaktif. Menurut Sutopo (2002) pada model analisa interaktif peneliti

bergerak dalam tiga komponen analisis selama kegiatan pengumpulan data

berlangsung sampai dengan kegiatan tersebut selesai.Ketiga komponen

analisis tersebut meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.Adapun penjelasan dari tahap-tahap tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang

tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan

penelitian dapat dilakukan.

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi, kalimat, matriks, gambar/skema, tabelmaupun grafik

yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah dilihat, dibaca,

dan dipahami yang mempermudahmelakukan penarikan simpulan.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami arti

dari berbagai data yang diperoleh. Simpulan akhir baru akan diperoleh

setelah proses pengumpulan data berakhir. Agar cukup mantap dan benar-

benar bisa dipertanggungjawabkan, setelah penarikan simpulan perlu

verifikasi. Pada dasarnya makna dataperlu diuji validitasnya supaya

simpulan penelitian menjadi lebihkokoh dan dapat dipercaya (H.B.

Sutopo, 2002:93).

Ketiga komponen tersebut berinteraksi dengan proses pengumpulan data

sehingga membentuk suatu siklus. Apabila dalam penelitian data yang

terkumpul dirasakan cukup kuat mendukung proses analisa maka dapat

disusun pertanyaan baru untuk mengumpulkan data kembali, begitu

seterusnya sampai penarikan kesimpulan akhir sehingga analisa yang

dihasilkan cukup mantap. Lebih jelas mengenai proses analisis data

menggunakan model analisa interaktif tersebut dapat dipahami dalam

gambar/bagan dibawah ini:

Gambar 3.1

Model Analisa Interaktif

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Reduksi Data

Kesimpulan-kesimpulan :

Penarikan/verifikasi
Sumber: Sutopo (2002)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Keadaan Umum Kota Surakarta

Kota Surakarta mempunyailuas wilayah sekitar 44,04 km2. Kota

Surakarta terletak antara 110‟ 45” 15 - 110‟ 45” 35 BT dan 7‟ 56” 00

LS. Batas-batas wilayah Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

Timur : Kabupaten Sukoharjo & Kabupaten Karanganyar

Selatan: Kabupaten Sukoharjo

Barat:Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Surakarta

Sumber: BPS Surakarta 2012

Kota Surakarta terdiri dari 51 kelurahan yang tergabung dalam

5kecamatan, yaitu: Kecamatan Banjarsari


commit to user yang memiliki luas 33% dari

48
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

luasWilayah Kota Surakarta secara keseluruhan, Kecamatan Jebres 29%,

Kecamatan Laweyan 20%, Kecamatan Pasar Kliwon 11%, dan Kecamatan

Serengan 7%. Untuk perinciannya adalah sebagai berikut:

a) Kecamatan Laweyan: Pajang, Laweyan, Bumi, Panularan, Penumping,

Sriwedari, Purwosari, Sondakan, Kerten, Jajar, dan Karang Asem.

b) Kecamatan Serengan: Joyotakan, Danukusuman, Serengan,

Tipes,Kratonan, Jayengan, dan Kemlayan.

c) Kecamatan Pasar Kliwon: Joyotakan, Semanggi, Pasar Kliwon,

Gajahan, Baluwarti, Kampung Baru, Kedung Lumbu, Samgkrah dan

Kauman.

d) Kecamatan Jebres: Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Sudiroprajan,

Gandekan, Kampung Sewu, Pucang Sawit, Jagalan, Purwodiningratan,

Tegalharjo, Jebres, Mojosongo.

e) Kecamatan Banjarsari: Kadipiro, Nusukan, Gilingan, Stabelan,

Kestalan, Keprabon, Timuran, Ketelan, Punggawan, Mangkubumen,

Manahan, Sumber, dan Banyu Anyar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2

Data Demografi Kota Surakarta 2012

Sumber: www.surakarta.go.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

B. Gambaran Umum Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan

Pengungsi (SATLAK PBP) Kota Surakarta

1. Sejarah Singkat Satlak PBP Kota Surakarta

Berdasarkan Peraturan Walikota No.8 Tahun 2006 Tentang

kedudukan dan tugas Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan

Penanganan Pengungsi yangdisebut SATLAK PBP adalah wadah yang

bersifat non struktural bagi penanggulangan bencana dan penanganan

pengungssi yang berkedudukan di daerah.

2. Tugas Pokok dan Fungsi

SATLAK PBP bertugas melaksanakan kegiatan operasional

penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi di daerah sesuai

kebijakan yang ditetapkan BAKORNAS PBP dan SATKORLAK PBP.

Fungsi SATLAK PBP adalah :

a) Menyusun pedoman pelaksanaa penanggulangan bencana dan

penanganan pengungsi sesuai dengan kondisi daerah.

b) Melaksanakan upaya penanggulangan bencana dan penanganan

pengungsi secara terencana dan terpadu yang dilakukan oleh instansi/

lembaga/ organisasi di daerah dengan SATLAK PBP.

c) Melaporkan kejadian bencana dan pengungsian secara secepatnya

kepada SATKORLAK PBP dengan tembusan instansi terkait.

d) Melaporkan hasil kegiatan kepada BAKORNAS PBP melalui

SATKORLAK PBP yang bersangkutan.

3. Susunan Organisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Susunan keanggotaan SATLAK PBP terdiri dari:

1) Ketua : Walikota Surakarta

2) Wakil Ketua :

a) DANDIM 0735 Surakarta

b) KAPOLRESTA Surakarta

3) Sekretaris : Sekretaris Daerah Kota Surakarta

4) Bendahara : Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat

Setda Kota Surakarta

5) Ketua Pelaksana Harian : Wakil Walikota Surakarta

6) Sekretaris Pelaksana Harian : Kepala Kantor kesbanglinmas Kota

Surakarta

7) Anggota :

a) Seksi Pengamanan :

a. Ketua : Asisten Pemerintahan Sekda Kota Surakarta

b. Wakil Ketua : Pasi Intel KODIM 0735 Surakarta

c. Anggota :

I. POLTABES Surakarta

II. Kejari Surakarta

III. Kesbanglinmas Kota Surakarta

IV. Satpol pp Kota Surakarta

b) Seksi Evakuasi

a. Ketua : Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta

b. Wakil Ketua : PMI Cabang Surakarta


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

c. Anggota :

I. Rumah Sakit se Kota Surakarta

II. Puskesmas se Kota Surakarta

III. Tim SAR Kota Surakarta

IV. Tokoh Masyarakat

c) Seksi Transportasi

a. Ketua: Kepala Dinas Perhubungan Kota Surakarta

b. Wakil Ketua : Ka. Bag. Umum Setda Kota Surakarta

c. Anggota:

i. Kepala DPU Kota Surakarta

ii. Kepala DKP Kota Surakarta

iii. PasiMinlogKODIM 0735 Surakarta

iv. PasiMinlogPOLRESTASurakarta

d) Seksi Logistik/ Dapur Umum

a. Ketua : Asisten Perekonomian, Pembangunan dan

Kesejahteraan Rakyat Sekda Kota Surakarta

b. Wakil Ketua: Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kota Surakarta.

c. Anggota:

I. DOLOG Surakarta

II. Kantor ketahanan pangan kota Surakarta

III. Bagian umum setda Kota Surakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

IV. Bagian Administrasi kesejahteraan rakyat setda Kota

Surakarta

V. Camat se Kota Surakarta

VI. Lurahse Kota Surakarta

VII. TimPenggerak PKK Kota Surakarta

e) Seksi Pengerahan Personil

a. Ketua : Asisten Administrasi Sekda Kota Surakarta

b. Wakil Ketua : Pasi Ops KODIM 0735 Surakarta

c. Anggota :

I. Kapusdalops POLRESTA Surakarta

II. Kantor Kesbangpol dan linmas Kota Surakarta

III. Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta

f) Seksi Pencari Korban

a. Ketua : Tim SAR Kota Surakarta

b. Wakil Ketua : Tim SAR TNI dan Polri

c. Anggota :

I. Hansip/ Linmas

II. Organisasi Kepanduan

III. Tokoh Masyarakat

g) Seksi Humas

a. Ketua : Kepala Dinas KOmunikasi dan informatika Kota

Surakarta

b. Wakil Ketua : Kasat Binmas POLTABES Surakarta


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

c. Anggota :

I. Staf Ter POLTABES Surakarta

II. ORARI/RAPI Surakarta

Gambar 4.1

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SATLAK PBP KOTA SURAKARTA

Ketua

Wakil Ketua I

Wakil Ketua

sekretaris

Ketua pelaksana harian

Sekretaris pelaksana harian

Unsurv TNI/ SAR PMI Organisasi Pengusaha ToMa LSM


kantor POLR profesi
I
4. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi

a) Tugas Ketua SATLAK PBP adalah :

a. Sebagai Komando pengendali PBP di Kota Surakarta.

b. Membuat merencanakan,dan pelaksanaan PBP di Kota Surakarta.

c. Bertanggung jawab kepada Ketua SATKORLAK PBP.

d. Melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan baik sebelum, saat

dan setelah terjadi kepada Ketua SATKORLAK PBP


commit to user
maupun BAKORNAS.
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

b) Tugas Wakil Ketua SATLAK PBP adalah :

a. Membantu kebijaksanaan yang diambil oleh Walikota Surakarta.

b. Memberikan saran-saran kepada Walikota dalam penanggulangan.

c. Membantu pengawasan dalam pelaksanaan.

c) Tugas Sekretaris SATLAK PBP adalah:

a. Mengkoordinir administrasi guna mendukung kelancaran tugas

Walikota sebagai Ketua SATLAK PBP Kota Surakarta.

b. Mengkoordinir tugas-tugas Kepala Bagian, Staf dan Kasat Polresta

Surakarta.

d) Tugas Ketua Pelaksana Harian adalah mengkoordinasikan pelaksana

penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi serta pengerahan

personil dalam penanganan PBP;

e) Tugas Sekretaris Pelaksana Harian adalah melaksanakan pendataan

administrasi dan melaporkan kejadian secara tepat dan cepat;

f) Tugas Anggota adalah membantu pelaksana penanggulangan bencana

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

C. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai manajemen Pemerintah Kota

Surakarta dalam upaya menangani persoalan banjir di Kota Surakarta.

Berikut adalah hasil penelitian selengkapnya yang berhubungan dengan

model manajemen bencana banjir di kota Surakarta. Namun di dalam upaya

menangani bencana banjir tidak selalu berjalan mulus sehingga perlu

diketahui hambatan-hambatan apa saja yang ada.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

Model manajemen pemerintah kota Surakarta yang akan dibahas di dalam

bab ini adalah manajemen termasuk fungsi-fungsi manajemen yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Adapun

pembahasan lebih lanjut dapat dilihat dalam uraian di bawah ini :

a) Perencanaan (planning)

Dalam hal ini yang dimaksud dengan perencanaan SATLAK PBP

adalah merupakan serangkaian keputusan yang diambil sebagai

tindakan mempersiapkan tindakan-tindakan untuk masa yang akan

datang. Perencanaan bersifat vital dalam bidang manajemen, dengan

kata lain merupakan pondasi awal dalam manajemen. Kegiatan

perencanaan yang baik akan berpengaruh secara positif terhadap tujuan

organisasi atau kelompok, dalam hal ini mencapai Manajeman bencana

dalam SATLAK PBP Surakarta khususnya bencana banjir yang sering

terjadi.

Dalam upaya menangani masalah bencana banjir, keberjalanan

SATLAK PBP sebagai sebuah struktur yang khusus untuk menangani

bencana diawali dari perencanaan. Hal ini sesuai dengan apa yang

dikatakan oleh Bapak Joko Widodo Kasi Satlinmas Satpol PP:

“Perencanaan terdapat pada pra bencana, saat bencana dan pasca


bencana.Lha ini semuanya action, pra bencana bagaimana kita bisa
melakukan pengurangan resiko.Kemudian saat terjadi banjir,
penanganannya sering disebut manajemen keroyokan karena
banyak SKPD yang secara bersama-sama dalam menangani
bencana baik untuk evakuasi korban maupun bantuan
material.Baru setelah pasca bencana diadakan tahap pemulihan.”
(wawancara, 18 Juni 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan data yang di dapat dari Kesbangpolinmas, maka pada

tahap perencanaan ditetapkan beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan,

yang tercantum seperti di bawah ini:

Tabel 4.3
Rencana kegiatan dalam SATLAK PBP

No. Kegiatan Pelaku/Unsur WaktuPelaksanaan

I. Kesiapsiagaan
1. Pemantauancuaca Kesbangpolinmas Pra-bencana
2. Pemantauan debutairsungai KesbangpolinmasKesba Pra-bencana
3. Pengamatanperingatandini ngpolinmasKesbangpolin Pra-bencana
4. Penyebaran informasi mas Pra-bencana
5. Inventarisasikesiapsiagaan Dinas PU Pra-bencana
6. Penyiapanpetarawanbanjir KesbangpolinmasKesba Pra-bencana
7. Penyiapansumberdaya ngpolinmas Pra-bencana
8. Penyiapan alat- Pra-bencana
DinasPU
alatberatdanbahanbanjiran Pra-bencana
9. Penyiapan Pra-bencana
pompaair,mobiltangkiairdanmobiltinj DinasPU Pra-bencana
a Pra-bencana
10. Penyiapan Pra-bencana
tenagamedis/paramedisdanambulan DinasKesehatan Pra-bencana
ce Pra-bencana
11. Penyiapan jalur evakuasi dan lokasi DinasP U Pra-bencana
penampungansementara
12. Penyiapankeamanan
POLRI/TNI

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

II. Tanggap /Darurat


1. Pendirian POSKO Kesbangpolinmas Sesaat setelahkejadian
2. Pengerahan TimReaksiCepat Asisten administrasi Sekda Sesaatsetelah kejadian

3. Evakuasi Dinas Kesehatan Sesaat setelahkejadian


4. Pencarian korban TIM SAR Sesaat setelah kejadian

5. Pemenuhankebutuhandasardi Asisten perekonomian, Selama masadarurat


penampungansementara pembangunan dan kesejahteraan
Rakyat Sekda
6. Pemberianlayananairbersih,jamb
Dinas PU Selamamasa darurat
an dan sanitasi

Pemberian
7. DinasKesehatan
layanankesehatan,perawatandan Selama masadarurat
rujukan
8. Dinas PU
Pengoperasianalat-alatberat Selama masadarurat
9. DinasPerhubungan
Pengerahansaranatransportasi
udara/laut Selamamasa darurat
Kesbangpolinmas
10
KoordinasidanKomando Setiapsaatselama darurat
Kesbangpolinmas
11 Pelaporan

III. PemulihanDarurat
1. Memfungsikan kembali Dinas PU Selamamasadarurat
sarana/prasarana vital.
2. Evaluasipenanganandarurat Kesbangpolinmas Akhirtangapdarurat.
danpernyataan resmi
pengakhirandarurat.

Sumber data: Kesbangpolinmas Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penanganan bencana

banjir diawali dengan membuat rencana untuk memberikan

kemudahan dan kejelasan bagi unit kerja yang terkait yaitu

penanganan pada tahap pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

Di dalam penelitian ini, perencanaan yang dibahas merupakan

perencanaan yang didasarkan tahapan manajemen bencana yang

dipakai SATLAK PBP Surakarta. Manajemen bencana merupakan

suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana

dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:

a. Pra bencana commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian

atau pra bencana meliputi kesiagaan, peringatan dini, dan mitigasi.

i. Kesiagaan

Kesiagaan ini diwujudkan dalam penyediaan sarana

prasarana yang nantinya digunakan sewaktu akan maupun

saat terjadinya bencana banjir. Seperti yang diungkapkan

oleh bapak Rusdan Azis selaku ketua seksi kewaspadaan

nasional Kesbangpolinmas:

“Sarana prasarana yang disediakan merupakan bentuk


kesiagaan kami dalam menangani bencana banjir yang
suatu saat bisa terjadi.Jadi ketika bencana datang kami
sudah siap untuk soal sarana prasarananya.”
(wawancara 15 Juni 2012)
Tabel 4.4
Proyeksi Kebutuhan dalam menghadapi banjir

Kebutuhan
No. JenisSumberdaya Volume Satuan Kesenjangan LokasiKete
Ketersediaan
rsediaanSu
1 2 3 4 5 6 mberdaya 7
6 unit 3 21
1. Perahu karetW.330
6 unit 3 21
2. Perahu karet
6 unit 4 20
3. Perahu karetInggris&mesin
8 unit 4 4
4. Mesinperahu
8 unit 3 5
5. Perahu karet&mesintempel
50 pasang 20 30
6. Mesin Yanmar15
20 unit 4 6
7. PKSepatu boot
10 unit 2 19
8. Handy Talky
12 unit 3 9
9. Tendaregustandar militer
12 unit 3 9
10. Tendapleton
10 unit 10
11. Gen.listrik&Tripot&Lampusorot
10 unit 5 5
12. Masker
20 unit 15 5
13. Mantel
20 unit 15 5
14. Tandu
50 unit 30 20
15. Pelampung
10 unit 8 3
16. Senter
10 unit 2 4
17. Teleponsatelit
18. Instalasipenjernih air
10 unit 2 8
19. (IPA)Genset:
5 unit 3 23
20. ~Kapasitas10 Kva
5 unit 3
~Kapasitas6 Kva
21. 22 unit 21 1
Pompaair
22. 24 2 22
Portablesanitation
Sumber : Badan Kesbangpolinmas Surakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

ii. Peringatan dini

Langkah lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum

bencana terjadi adalah peringatan dini. Langkah ini

diperlukan untuk memberi peringatan kepada unit kerja

terkait bencana banjir dan masyarakat tentang bencana

yang akan terjadi sebelum kejadian.

Gambar 4.2

Kerangka system peringatan dini

SATLAK PBP Masyarakat

Pembuat Keputusan Pengetahuan, sikap


dan perilaku

Peringatan dini

Kesiapsiagaan Respon

Sumber : Badan Kesbangpolinmas Surakarta

Sistem Peringatan Dini merupakan mata rantai yang

spesifik antara tindakan-tindakan dalam kesiapsiagaan

dengan kegiatan tanggap darurat. Ada 2 ( dua ) factor yang

berperan dalam kerangka Sistem Peringatan Dini yaitu

pihak Pengambil Keputusan dan Masyarakat.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Dalam hal peringatan dini ini SATLAK PBP

menggunakan pengukur debit air yang berada di pintu-pintu

air yang terletak di beberapa lokasi sungai di kota

Surakarta. Ketinggian debit air itulah yang nantinya

digunakan oleh SATLAK PBP dalam hal ini

Kesbangpolinmas yang memiliki tugas pengecheck debit

air, untuk memberikan peringatan dini kepada anggota

SATLAK PBP lain dan masyarakat.tiapuntuk mengecheck

seberapa tinggi debit air yang nantinya dijadikan ukuran

dalam memberikan peringatan dini untuk anggota

SATLAK PBP yang lain dan masyarakat.

Berikut data pintu air yang digunakan sebagai

pendeteksi debit air yang ada di kota Surakarta.

Tabel 4.5

Pintu air Kota Surakarta

No. Letak Pintu Air Jumlah


1. Sumber Balai Kambang 1 unit
2. Tirtonardi 4 unit
3. Sumber Tapen 3 unit
4. Kleco 4 unit
5. Tipes 2 unit
6. Makam bergolo 2 unit
7. Gilingan 4 unit
8. Kedung lumbu 2 unit
9. Kali Buntung 2 unit
10 Demangan commit to user 10 unit
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

11 Kampung Sewu (Putat) 3 unit


12 Joyotakan 3 unit
13 Gandekan 2 unit
14 Kaliwingko 6 unit
15 Sepanjang Tanggul bengawan solo 15 unit
16 Sepanjang tanggul Kali anyar, Kali 40 unit
Sumber dan Kali Pepe hulu
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta

Seperti dalam peristiwa bencana banjir tanggal 1

Januari 2012 kemarin.Sebelum terjadinya banjir,

Kesbangpolinmas mengecheck debit air di beberapa pintu

yang ada. Ketika melihat debit air yang hampir melampaui

batas aman, Kesbangpolinmas langsung menginformasikan

kepada unit terkait untuk menyiapkan personil dan sarana

prasana guna menanggulangi datangnya bencana banjir

yang kemungkinan akan terjadi.

Gambar 4.3

Alat pengukur debit air Sungai bengawan Solo

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Selain peringatan dini berupa informasi yang diberikan

kepada unit terkait, peringatan juga diberikan kepada

masyarakat sekitar yang daerahnya berpotensi dan rawan

terkena dampak bencana banjir.Sehingga masyarakat juga bisa

mempersiapkan dirinya untuk siaga dalam menanggulangi

kemungkinan-kemungkinan datangnya bencana banjir.

Namun yang terjadi di lapangan, peringatan dini yang

disampaikan ke masyarakat belum mengena keseluruh warga.

Hal ini diperkuat berdasarkan hasil wawancara dengan

warga semanggi yakni bapak heru yang rumahnya sering

terkena bencana banjir.

“Kalau untuk bencana banjir, pemerintah bertindak ketika


banjir itu sudah terjadi seperti membantu memindahkan
korban-korban yang rumahnya tergenang.Tapi kalau untuk
penginformasian tanda bahwa akan adanya banjir belum
sepenuhnya warga disini mengetahui.” (wawancara, 20 Juni
2012)

Ketika hal ini dikonfirmasikan kepada Kesbangpolinmas

yang mempunyai tugas penginformasian peringatan dini,

mereka menyatakan bahwa penginformasian peringatan dini

kepada masyarakat belum sepenuhnya berjalan baik. Hal ini

sesuai seperti yang disampaikan oleh bapak Joko widodo Kasi

Satlinmas:

“Peringatan dini ini kita lakukan berdasarkan alat


pendeteksi banjir yang terdapat di beberapa jembatan, jadi
ketika debit air sudah melebihi ambang batas normal, maka
commit
dari kita akan to user
segera memberikan informasi kepada semua
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

SKPD yang bersangkutan supaya bisa segera ambil


tindakan dan juga masyarakat kita informasikan. Walaupun
belum seluruh masyarakat yang ada dapat kita
informasikan.”(wawancara 18 Juni 2012)
Berdasarkan data yang ada, peringatan dini yang dilakukan

Kesbangpolinmas sebagai anggota SATLAK PBP sudah cukup

baik namun masih perlu adanya pemberian informasi yang

menyeluruh supaya masyarakat yang rumahnya berada dalam

daerah rawan dan potensi terkena bencan banjir bisa

mengetahui informasi yang diberikan.

iii. Mitigasi bencana

Mitigasi bencana dalam SATLAK PBP dilakukan

melalui upaya pembuatan rumah pompa. Rumah pompa

tersebut digunakan untuk memompa air dari sungai-sungai

dalam kota ke sungai bengawan solo. Hal ini dilakukan

supaya air yang berada di sungai dalam kota bisa segera

dikeluarkan sehingga kemungkinan terjadinya banjir bisa

diminimalisir.

Dinas Pekerjaan Umum sebagai SKPD yang bertugas

mengoperasikan sarana prasarana, senantiasa bekerja ketika

air sungai dalam kota sudah hampir melewati ambang batas

aman, yakni dengan memompa air sungai kota ke sungai

bengawan solo.Seperti pada peristiwa banjir tanggal 1

januari 2012 kemarin, beberapa jam sebelum terjadinya

commit
banjir sekitar pukulto 23.00
user WIB. Air yang mulia nampak
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

meninggi membuat Dinas pekerjaan umum langsung terjun

mengoperasikan pompa air yang ada di beberapa

titik.Walaupun banjir tetap terjadi, tetapi paling tidak

jumlah korban dan kerugian bisa diminimalisir.

Tabel 4.6

Inventarisasi pompa air Surakarta

No. Letak Banyaknya


1. Tirtonardi 1 unit
2 Sumber 2 unit (rusak)
3 Gilingan 2 unit
4 Kedung lumbu 2 unit
5 Kali Buntung 1 unit
6 Demangan 6 unit
7 Gandekan 2 unit
8 Kaliwingko 5 unit
9 Tipes 1 unit
Sumber data: Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta

Gambar 4.4

Rumah pompa air kota Surakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Surakarta

b. Saat kejadian bencana

Tahapan paling krusial dalam system manajemen bencana

adalah saat bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah

melalui proses peringatan dini, maupun tanpa peringatan atau

terjadi secara tiba-tiba. Bencana banjir, mungkin dapat

diperkirakan sebelumnya berdasarkan angka curah hujan yang

terjadi.Oleh karena itu perlu langkah seperti tanggap darurat

untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat

agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan.

i. Tanggap darurat

Pada peristiwa bencana banjir yang terjadi pada tanggal

1-2 januari 2012, terlapor daerah dan korban yang terkena

bencana banjir yaitu

Berdasarkan hasil pemantauan dilapangan oleh

Kesbangpolinmas, di sampaikan laporan kejadian banjir di

sepanjang bantaran Bengawan Solo dan sepanjang aliran

sungan Jenes mulai hari Minggu tanggal 1 Januari 2012

pukul 21.30 hingga Senin 2 Januari 2012 pukul 02.45

dengan ketinggian antara 50cm – 150cm. Berikut data

korban banjir :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.7

Data bencana banjir kota Surakarta 1-2 Januari 2012

I. kecamatan Serengan
Jumlah
No Kelurahan RW KK
1 Joyotakan III 24
Total 24

II. Kecamatan Jebres


Jumlah
No Kelurahan RW KK
1 Gandekan II,IV,V 54
2 Jebres 19-21 405
3 Kampung Sewu I-VII 222
4 Pucangsawit VI-XIII 138
5 Mojonsongo XXIX 81
Total 900

III. Kecamatan Pasar Kliwon


Jumlah
No Kelurahan RW KK
1 Joyosuran II-VIII 54
2 Kedunglumbu I-VII 120
3 Semanggi Bantaran 23 273
Semanggi
4 Sampangan III,VII,XXI 451
5 Sangkrah III-XIII 504
6 Pasar Kliwon III-XXII 451
Total 1853
Sumber data: kesbangpolinmas kota Surakarta

Di laporkan total keseluruhan korban banjir di 3 (tiga)

kecamatan di Kota Surakarta sebanyak 24 + 900 + 1853 =

2.777 KK

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Dari data yang ada jumlah korban memang masih bisa

dikatakan cukup banyak, tetapi keberadaan SATLAK PBP

sangat membatu penanganan korban-korban yang rumahnya

tergenang banjir. Seperti yang diungkapkan oleh bapak heru

selaku warga semanggi:

“Sewaktu banjir kemarin dari pemerintah sudah banyak


membantu kami, mengarahkan kami ke tempat yang lebih
aman, memberi kebutuhan dasar makan minum juga
kadang pakaian.” (wawancara 20 Juni 2012)

Gambar 4.5
Lokasi banjir kota Surakarta

Sumber data: Dinas Pekerjaan Umum Surakarta


c. Pasca bencana

Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat

dilewati, maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi

dan rekonstruksi.

i. Rehabilitasi dan konstruksi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Menjadi tugas Dinas pekerjaan Umum untuk

melaksanakan rehabilitasi dan konstruksi setelah terjadinya

bencana banjir, hal ini dilakukan dengan membantu warga

dengan bantuan biaya yang akan digunakan untuk

memperbaiki rumahnya kembali pasca terkena bencana

banjir.

Gambar 4.6
Pembangunan pasca bencana banjir.

Sumber data: Dinas Pekerjaan Umum Surakarta

Bantuan secara materiil kepada warga guna membangun kembali

rumah yang rusak karena dampak dari banjir. Hal ini ditanggapi oleh salah

seorang warga sangkrah yang bernama bapak abdul :


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

“Alhamdulillah berkat perhatian dari pemerintah kami bisa


membangun rumah kami kembali yang dulunya rusak.Walaupun
tidak membantu 1005 tapi sudah cukup membantu kok.”
(wawancara 20 Juni 2012)

Dari uraian tahap-tahap manajemen bencana banjir diatas, dapat

dijelaskan bahwa tahap-tahap manjemen bencana banjir yang telah

direncanakan sudah berjalan dengan baik.Walaupun ada beberapa

aspek seperti tahap peringatan dini yang belum memenuhi rencana

yang diharapkan, namun secara keseluruhan SATLAK PBP sebagai

sebuah organisasi yang menangani bencana banjir sudah bisa dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat sekitar.

b) Pengorganisasian

Pengorganisasian dimaksudkan sebagai keseluruhan proses

pengelompokan pegawai, alat-alat dan membagi tugas wewenang serta

tangggung jawab masing-masing pegawai sehingga dapat tercipta

suatu organisasi yang dapat menanggani masalah banjir di Kota

Surakarta yang sebagaimana telah ditetapkan. Pengorganisasian

diperlukan untuk mempermudah dalam pelaksanaan program yang

telah dirumuskan dalam perencanaan.

Dalam pengorganisasian SATLAK PBP Kota Surakarta semua

kebijakan dipegang oleh Walikota Surakarta kemudian Walikota

Surakarta memberikan wewenang kepada Sekretaris, Bendahara

Kepala pelaksana harian,Seksi pengamanan, Seksi evakuasi, Seksi

transportasi, Seksi logistic, Seksi pengarahan personil, Seksi pencari


commit
korban, dan Seksi Humas to user
sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

masing. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari bapak Rusdan

Azis:

“ kebijakan memang berada ditangan Walikota, kemudian


wewenangnya dilimpahkan pada seksi-seksi yang bersangkutan
sesuai tugas dan wewenang masing-masing seksi..” (wawancara
15 Juni 2012)
Instansi-instansi yang tergabung dalam beberapa seksi tersebut

seperti seksi pengamanan yang terdiri dari Sekda, Polresta.Kejari.

Seksi evakuasi terdiri dari dinas kesehatan, Rumah sakit se Surakarta,

PMI, Tim Sar. Seksi transportasi terdiri dari Dinas Perhubungan,

Dinas Pekerjaan Umum dan DKP.Seksi logistic terdiri dari DKRPP

dan KB Surakarta, DOLOG, Camat dan Lurah se Surakarta. Seksi

pencari korban terdiri dari Tim Sar dan Linmas. Instansi –instansi

tersebut di komandoi langsung oleh ketua pelaksana harian yakni

Wakil Walikota Surakarta baik sebelum terjadi, saat terjadi maupun

pasca terjadinya bencana banjir.

Pengorganisasian diperlukan untuk mempermudah dalam

pelaksanaan kegiatan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam

perencanaan. Setiap kegiatan manajemen bencana banjir dilaksanakan

oleh SATLAK PBP Kota Surakarta pemegang kebijakan dan

penanggung jawabnya adalah Walikota Kota Surakarta. Hal ini

sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Budi santosa

selaku Kepala Bidang drainase berikut ini:

“Kegiatan yang commit


dilakukan oleh SATLAK PBP ya tentu saja
to user
pemegang kebijakannya dan penanggung jawabnya Walikota
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

selaku Ketua SATLAK juga. SKPD-SKPD yang terkait dalam


SATLAK juga pemegang kebijakannya Walikota”(wawancara, 4
Juni 2012).
Wewenang untuk melaksanakan kegiatan manajemen bencana

tersebut kemudian diserahkan kepada ketua pelaksana harian yang

kemudian meneruskan wewenang tersebut kepada bawahannya yaitu

Seksi pengamanan, seksi evakuasi, seksi transportasi, seksi logistic,

seksi pengerahan personil, seksi pencari korban, seksi Humas. Hal ini

sesuai dengan pernyataan dari Bapak Joko Widodo Kasi Satlinmas

sebagai berikut:

“Wewenang dari Walikota untuk penanganan bencana memang


dilimpahkan pada seksi-seksi yang ada di bawahnya. Karena
pelaksanaan kegiatan tidak mungkin hanya satu lembaga yang
handle sendiri, yang perlu dilakukan dan diawasi kan banyak.
Karena itu ada pembagian tugas dengan lainnya untuk
mempermudah pekerjaan. Menangani bencana banjir itu tidak bisa
dilakukan oleh satu pihak saja, tapi oleh berbagai pihak agar upaya
ini berhasil.”(wawancara, tanggal 15 Juni 2012)
Berikut ini adalah uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing

anggota SATLAK PBP yang menangani manajemen bencana Kota

Surakarta:

a) Tugas Ketua SATLAK PBP adalah :

a. Sebagai Komando pengendali PBP di Kota Surakarta.

b. Membuat merencanakan,dan pelaksanaan PBP di Kota

Surakarta.

c. Bertanggung jawab kepada Ketua SATKORLAK PBP.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

d. Melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan baik sebelum,

saat dan setelah terjadi kepada Ketua SATKORLAK PBP

maupun BAKORNAS.

b) Tugas Wakil Ketua SATLAK PBP adalah :

a. Membantu kebijaksanaan yang diambil oleh Walikota

Surakarta.

b. Memberikan saran-saran kepada Walikota dalam

penanggulangan.

c. Membantu pengawasan dalam pelaksanaan.

c) Tugas Sekretaris SATLAK PBP adalah:

a. Mengkoordinir administrasi guna mendukung kelancaran

tugas Walikota sebagai Ketua SATLAK PBP Kota Surakarta.

b. Mengkoordinir tugas-tugas Kepala Bagian, Staf dan Kasat

Polresta Surakarta.

d) Tugas Ketua Pelaksana Harian adalah mengkoordinasikan

pelaksana penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi

serta pengerahan personil dalam penanganan PBP;

e) Tugas Sekretaris Pelaksana Harian adalah melaksanakan

pendataan administrasi dan melaporkan kejadian secara tepat dan

cepat;

f) Tugas Anggota adalah membantu pelaksana penanggulangan

bencana sesuai dengan tugas dan fungsinya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

Pengorganisasian yang dilakukan oleh SATLAK PBP Surakarta

dirasakan sudah cukup tepat dan sesuai dengan tugas dan pekerjaan

para anggota organisasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan

yang dinyatakan oleh Bapak Joko Widodo dari seksi Satlinmas di

bawah ini:

“Kalau pengorganisasiannya saya rasa sudah tepat.


Pengorganisasian ini kan dibuat berdasarkan dengan tugas pokok
masing-masing seksi yang terlibat. Tiap–tiap seksi kan sudah
punya tugas sendiri-sendiri, pengorganisasiannya ya disesuaikan
dengan tugas masing-masing..”(wawancara, tanggal 18 Juni 2012)
Pengorganisasian yang dilakukan memang sudah sesuai, namun

dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab ini, beberapa SKPD

yang masuk menjadi anggota SATLAK dirasakan masih kurang aktif

dalam melaksanakan kegiatan penanganan bencana banjir ini. Hal ini

tentunya menyebabkan ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan tidak

berjalan dengan maksimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

Bapak Joko Widodo berikut ini:

“Selama melaksanakan kegiatan penanggulangan ini saya


merasa masih ada beberapa SKPD yang tidak secara aktif terlibat
langsung. Mereka belum sepenuhnya sadar bahwa SATLAK
PBP terbentuk itu kan tanggung jawab bersama. Kalau sudah
nggak terlibat secara aktif gini, ya tentunya kegiatan nggak
maksimal. Beberapa pihak yang berkoordinasi juga bisa jadi kacau
pelaksanaan tugasnya.”(wawancara, 18 Juni 2012).
Kondisi tersebut tentunya dapat menjadi salah satu faktor yang

menghambat dalam pengorganisasian kegiatan manajemen bencana

banjir di kota Surakarta.

c) Pengkoordinasian commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

Koordinasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh SATLAK

PBP Kota Surakarta dalam mengusahakan terjadinya kerjasama yang

baik diantara anggota-anggotanya agar semua kegiatan organisasi

dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang telah direncanakan dapat

tercapai.

Koordinasi diperlukan SATLAK PBP Kota Surakarta untuk

pembagian tugas dan fungsi antar unit-unit organisasi agar tidak

terjadi pelaksanaan tugas yang dobel/tumpang tindih maupun tugas

yang tidak terlaksana sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai

dengan mudah. Koordinasi yang dilakukan oleh SATLAK PBP Kota

Surakarta merupakan koordinasi yang bentuknya adalah koordinasi

vertikal dan koordinasi horisontal. Koordinasi vertikal dan koordinasi

horisontal ini dilakukan secara lintas program yaitu pengkoordinasian

antara Walikota dengan SKPD Kota Surakarta yang terlibat dalam

kegiatan ini atau dengan kata lain koordinasi yang sifatnya internal.

Selain koordinasi vertikal tadi, koordinasi juga dilakukan secara lintas

sektoral, yaitu koordinasi yang dilakukan antara SKPD dengan SKPD

lain yang terlibat dalam kegiatan manajemen bencana

Koordinasi yang dilakukan oleh SATLAK PBP Surakarta berupa

koordinasi vertikal dan koordinasi horisontal.

a. Koordinasi vertical

Koordinasi Vertikal yang dilakukan oleh SATLAK PBP

Kota Surakarta adalah koordinasi/kerjasama atasan dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

bawahannya antara Ketua, wakil ketua, sekretaris, bencahara,

ketua pelaksana harian, sekretaris pelaksana harian SATLAK

PBP dengan seksi-seksi yang ada. Koordinasi yang dilakukan

berupa penyusunan rencanaan kegiatan penanganan bencana,

penyampaian pelaksanaan kegiatan, kendala apa yang dihadapi,

serta bagaimana pelaksanaan kegiatan. Kesbangpolinmas yang

bertugas melaporkan hasil kegiatannya kepada Walikota.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh

Joko Widodo, Kepala seksi satlinmas sebagai berikut:

“Walikota berkoordinasi dari perencanaan sudah mulai ada


koordinasi. Dalam pelaksanaan kegiatan penangaan
bencana itu dikoordinasikan dengan SKPD-SKPD yang
terkait.Bagaimana pelaksanaan penanganan bencana itu
nantinya dilaporkan oleh ketua Kesbangpolinmas pada
walikota untuk mengetahui bagaimana jalannya
penanganan bencana. ”(wawancara, 18 Juni 2012)
b. Koordinasi Horisontal

Koordinasi horisontal yang dilakukan oleh SATLAK PBP

Kota Surakarta adalah koordiansi/kerjasama yang dilakukan

antara seksi dengan seksi yang kewenangan tugasnya secara

horisontal. Dalam hal ini, koordinasi yang dilakukan nampak

antara Kesbangpolinmas dengan Dinas pekerjaan Umum,

Kesbangpolinmas dengan Dinas kesehatan, dan

Kesbangpolinmas dengan Dinas perhubungan.

Dalam kerja di lapangan pihak yang banyak

commitinstansi-instansi
mengkoordinasikan to user terkait yang menangani
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

bencana banjir yakni dari Kesbangpolinmas, karena

Kesbangpolinmas sendiri memiliki tugas sebagai sekretaris

harian yang banyak membantu dari tugas-tugas dari ketua

pelaksana harian yang salah satunya mengkoordinasikan instasi

terkait bencana banjir. Seperti yang disampaikan oleh bapak

Joko Widodo selaku Kasi Satlinmas:

“Kesbangpolinmas mengkoordinasikan dinas terkait yang


menangani manajemen bencana, misalkan kita
mengkoordinasikan bencana banjir, nah ini kita butuh
bantuan untuk evakuasi baik itu material maupun itu jiwa
selain pemerintah punya Linmas, kita juga koordinasi
dengan organisasi-organisasi resque yang lain yang juga
menangani masalah bencana banjir. Setelah kita adakan
evakuasi kemudian ada yang sakit atau ada yang sudah tua
kita lalu koordinasi dengan DKK (Dinas Kesehatan Kota),
PMI yang punya ambulan, juga SatpolPP, kalau untuk
armada kita koordinasi dengan DISHUB yang punya truck.
Lalu kita evakuasi ke daerah yang aman. Setelah pasca
bencana yang namanya orang habis terkena bencana kan
pasti butuh makan dulu entah itu makanan siap saji entah
itu bahan mentah kan butuh persediaan beberapa hari. Lha
itu disnakertrans, DKK kalau ada yang sakit-sakit karena
biasanya setelah terjadi bencana kan biasanya ada yang
masuk angin, gatal, batuk dsb kita koordinasikan dengan
DKK dan PMI untuk menangani hal itu. Kemudian untuk
fisik itu urusan balai besar bengawan solo, untuk bantaran
tanggul ini kan kewenangannya dari balai besar bengawan
solo. Kemudian ketika ada pohon tumbang kita
koordinasinya dengan DKP yang memiliki peralatannya.
Jadi dengan adanya SATLAK jadi disitu penanganan
bencana I kroyokan istilahe sesuai dengan tugas pkok dan
fungsi dari masing-masing unit kerja atau SKPD.”
(wawancara, 18 juni 2012)
Dalam pengkoordinasian, setiap SKPD memiliki andilnya

masing-masing. Kesbangpolinmas selain bertugas

commit
mengkoordinasikan to user
juga berandil dalam penyediaan peralatan
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

seperti perahu karet dan tenda-tenda pengungsian. Dinas

kesehatan dan Palang Merah Indonesia secara khususnya

berandil dalam penyediaan sarana obat-obatan dan tim medis.

Dinas perhubungan berandil dalam hal penyediaan sarana

transportasi. Dinsosnakertrans memiliki andil dalam

penyediaan bahan makanan ketika setelah terjadi banjir.Dinas

pekerjaan Umum memiliki andil dalam upaya penyediaan dan

perawatan sarana prasarana dalam kaitannya pencegahan

bencana banjir.

Di dalam penanganan bencana tidak selamanya dilakukan

koordinasi dari setiap unit kerja terkait, terutama ketika

bencana banjir sudah terjadi.Koordinasi menjadi hal kedua

karena saat bencana banjir terjadi, hal terpenting yang harus

dilakukan adalah segera action menyelamatkan para korban

supaya segera terselamatkan.

Koordinasi horisontal ini dilakukan untuk mempermudah

jalannya kegiatan yang akan dilaksanakan oleh SATLAK PBP

dan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan penanganan

bencana banjir karena penanganan banjir tidak bisa dilakukan

oleh satu pihak saja, melainkan kerjasama dan kesadaran

berbagai pihak. Agar pelaksanaan program penanggulangan ini

dapat berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

pertentangan diantara pihak penyelenggara kegiatan, maka

dibutuhkan koordinasi horizontal ini.

d) Pengawasan

Supaya program dapat berjalan dengan lancar dan transparan maka

perlu dilakukan pengawasan (controlling) dan evaluasi yang dilakukan

secara efektif dan terpadu melalui penyelenggaraan Prinsip

Transparansi dan Akuntabilitas.

Setiap selesai pelaksanaan suatu kegiatan, SATLAK PBP dalam

hal ini Kesbangpolinmas selaku sekretaris harian diwajibkan untuk

membuat laporan pelaksanaan kegiatan/laporan pertanggungjawaban.

Pengawasan sangat penting pelaksanaannya dalam setiap kegiatan

yang dilaksanakan organisasi termasuk didalam SATLAK PBP kota

Surakarta. Dengan pengawasan setiap kegiatan dapat dimonitor

pelaksanaannya dan bagaimana pelaksanaanya, seperti diungkapkan

oleh bapak Joko widodo kasi Satlinmas:

“pengawasan kegiatan sangat diperlukan jadi tidak istilahnya ucul-


uculan. Program dah dibuat tapi pelaksanaannya seenaknya
sendiri. Pengawasan dilakukan untuk meneliti kinerja pegawai dan
mekihat apa program yang dibuat sudah dilaksanakan dengan
rencana dan target waktu yang ditentukan” (Wawancara 18 Juni
2012)
Hal ini juga dibenarkan oleh Bapak Ir. Budi Santoso MM :

“pengawasan dilakukan waktu memonitor bagaimana jalanya


kegiatan. Apakah sesuai dengan rencana yang ditetapkan
sehingga bila ada kekurangan atau penyimpangan dalam
pelaksanaan segera diketahui dan diperbaiki dengan demikian
pelaksanaanya dapat sesuai
commit dengan harapan” (Wawancara 12
to user
Juni 2010)
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

Pengawasan dalam hal ini adalah usaha SATLAK Kota Surakarta

untuk menjamin bahwa program atau tindakan yang telah diambil

dalam menangani manajemen bencana sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Pengawasan yang dilakukan SATLAK PBP Kota Surakarta adalah

pengawasan melekat secara structural yaitu dari walikota sebagai ketua

SATLAK PBP kepada struktur di bawahnya. Pengawasan

dilaksanakan melalui laporan yang dibuat di serahkan kepada

Walikota.

Pengawasan ini dilakukan oleh Walikota terhadap bawahanya

yang melaksanakan kegiatan di dalam SATLAK PBP terkait dengan

bencana banjir, Bapak Budi santoso mengatakan :

“Dalam melaksanakan tugas-tugasnya seksi-seksi yang terdiri dari


SKPD yang ada dalam ruang lingkup SATLAK PBP diawasi oleh
Walikota agar kegiatan yang dilaksanakan bisa tercapai sesuai
dengan tujuan supaya terhindar juga dari penyimpangan-
penyimpangan” (wawancara 4 Juni 2012)
Bentuk pengawasan yang berupa pelaporan tersebut memiliki

prosedur dan format yang telah diatur.

1. Prosedur Pelaporan:

a. Masing-masing Dinas yang menjadi anggota SATLAK

PBP melaporkan perkembangan situasi kejadian bencana

dan atau pengungsian serta upaya penanggulangan dan

penanganannya kepada Badan Kesbangpolinmas selaku

commit toharian.
Sekretaris pelaksana user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

b. Sekretaris pelaksana harian melaporkan perkembangan

situasi kejadian bencana dan atau pengungsian serta upaya

penanggulangan dan penanganan kepada Walikota selaku

Ketua Satlak PBP.

c. Dalam keadaan mendesak setiap Dinas dapat secara

langsung melaporkan kejadian bencana dan atau

pengungsian kepada Walikota selaku Ketua Satlak PBP

dengan tembusan kepada Badan Kesbangpolinmas.

2. BENTUK DAN ISI LAPORAN

a. Bentuk

i. Laporan pendahuluan kejadian bencana dan atau

pengungsian melalui kurir, telepon, faximile,

radiogram, SSB, handphone /SMS, dll.

ii. Laporan lengkap.

iii. Laporan rutin yang terdiri dari laporan harian,

mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan.

b. Isi Laporan :

i. Jenis bencana dan atau pengungsian.

ii. Tempat bencana dan atau pengungsian.

iii. Waktu kejadian.

iv. Jumlah korban akibat bencana.

v. Permintaan bantuan kebutuhan.Sumber data :

Kesbangpolinmas Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.7
Daftar laporan bencana banjirkota Surakarta 2008-2012

NO TANGGAL JENIS TEMPAT KEJADIAN KERUGIA


KEJADIAN N
1 15 Jan 2008 Tergenang banjir Kel. Semanggi, Sangkrah, Kampung sewu, 1765 KK
luapan dari Gandekkan Kecamatan Pasar Kliwon
sungai bengawan
solo ketinggiian
+ 30 – 50 cm
2 18 Peb 2009 Banjir luapan Kel. Gandekan 18 KK tergenang banjir, 118 KK
Sungai ketinggian + 50 cm
Bengawan Solo Kel. Jagalan 100 KK tergenang banjir
ketinggian + 20 – 100 cm
3 06 Peb 2010 Air sungai Kel.Sewu RT.03/I danRT.01/VII 127 KK
Bengawan Solo
meluap dengan
ketinggian air
1s/d. 40 cm

Sungai 1. Kel Semanggi t 04 RW XIII RW IV, 317 KK


4 21 Peb 2010
jenesmeluap RW V, RW Vi dan RW XII
mengakibatkan 2. Kel Joyosuran.RT 09 RW I RT 02 RW
banjir dengan VIII
ketinggian air 3. Kel Pasar Kliwon Kp. Joyosudiran RT
antara 50 cm s/d 02 RW XII
120 cm 4. Kel Pajang Kp Totosari RT 01 RW
XIV Kp Songgalan RT 03 RW IV
5 9 Maret Air sungai Brojo Kel.Bumi RT.04/I dan Sondakan 9 KK
2010 meluap Rw.9,10,11
ketinggian air 10
cm s/d. 30 cm 312 KK
Pajang Rt.03 Rw.4, Rt.01 Rw.5 dan Rw 10
Air Sungai Jenes Kel. Joyosuran Rt.01 Rw.8
meluap dengan Kel. Semanggi Rt.04 Rw.16, Rw.17, Rw.13
ketinggian air 10
cm s/d 30 cm

6 13 Maret - Meluapnya Kel. Semanggi RT 1 RW XII, RT 2 RW 1.376 KK


2010 aliran sungai XIII, RT 4 RW XVI, RT 4 RW XVII. Kel.
jenes Pasar Kliwon., Kel Gajahan RT 1 RW I ,
ketinggian air Kel Danukusuman RW VI, RW VII, RW
commit to user
20 cm s/d 50 VIII, RW X.
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

cm.

7 15 Maret Luapan air dari - Kel kadipiro Kec Banjarsari meliputi : 359 KK
2010 sungai - Rt. 01 – 07 Rw. 12 dengan ketinggian air
Banyuanyar, ± 50 cm
Jl. Sumpah Pemuda ketinggian air ± 40 cm

8 27 April - Telah terjadi - Kel Gandekan 23 KK


2010 luapan air
hujan dari
pintu air
demangan di
wilayah Kel
Gandekan
Kel Gandekan RT 02 RW III = 75 KK Se 105 KK
9. 15 Mei - Luapan Air
RW VII = 30 KK 23 KK
2010 Bengawan
Kampung Sewu RT 01 – 03 RW I 24 KK
Solo
sebanyak 23 KK 12 KK
Kedung Lumbu RT 01 - 04 RW III Jml = 164
sebanyak 25 KK KK
RT 01 - 02 RW VII sebanyak 12 KK
Luapan Air KEC. PASAR KLIWON
10. 4 Januari Bengawan Solo Kel. Semanggi
2011 1.RW XVI : SMP N 6
yang meluap
2.RT 01/III : 14 KK : 277 KK
sehingga
3.RT 05/III : 80 KK
memasuki ke
4.RT 03/III : 10 KK
pemukiman
5.RT 04/VIII : 9 KK
penduduk
6.RT 04/VII : 6 KK
sebagai berikut :
7.RT 01/IV : 50 KK
8.RT 07?V : 20 KK
9.RT 02/XXIII : 20 KK
10. RW. XXI : 60 KK
11. RW. XXII : 8 KK
Jumlah : 277 KK
Kel. Pasar Kliwon
12. RT 01, 02, 03 RW XII : 125
KK
13. RT 01, 02, 03 RW III : 150 : 375 KK
KK
14. RT 01 RW VII : 100
KK
Jumlah : 375 KK : 300 KK
commit
Kel. to user
Kedung Lumbu
15. RT 01, 02, 03 RW I : 100
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

KK
16. RT 01, 02, 03, 05 RW III : 140
KK
17. RT 01, 02 RW VII : 60
KK 1.415 KK
Jumlah : 300 KK
Kel. Sangkrah
18. RT.01 RW. I : 92
KK
19. RT. 02 RW II : 33
KK
20. RT. 01 , 02, 03, 04 RW. III : 200
KK
21. RT. 01, 02, 03, 04 RW. IV : 248 39 KK
KK
22. RT. 01, 02, 03, 04 RW. V : 213
KK
23. RT. 01, 02, 03 RW. VI : 146 279 KK
KK
24. RT. 02, 03, RW.X : 157
KK
25. RT. 05 RW. XI : 83
KK
26. RT. 04 RW. XII : 88
KK
10 RT. 04, 05, 06 RW. XIII : 182
KK
Jumlah : 1.415 KK

KEC. JEBRES
Kelurahan Kampung Sewu : RT 01/I
: 39 KK
1) RT 01/II : 19 KK,
2) RT 02/II : 19 KK
3) RT 03/II : 157 KK,
4) RT 01/III : 10 KK
5) RT 02/VII : 4 KK,
6) RT 03/VII : 46 KK,
Jumlah : 279 KK

Kelurahan Gandekan :
1) Kp. Kalirahman RT 02/V : 11 KK
2) Kp. Karangasem RT 01/II : 30 KK
3) Kp. Kadirejo RT 03/I : 5 KK
4) Kp. Kadirejo RT 02/I : 1 KK 67 KK
commit to user
5) Kp. Penjalan RT 01/IV : 20 KK
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

Jumlah
KEC SERENGAN:
67 KK
Kel. Joyontakan
a. RT 02/III : 16 KK
b. RT 03/III : 6 KK 56 KK
c. RW IV : 20 KK
d. RW II : 14 KK
Jumlah : 56 KK

11. 11 Maret Tanah longsor 1 rumah roboh Cinderejo Rt 03Rw 05 Rp.


2011 akibat banjir di Kel. Gilingan, Banjarsari Surakarta 50.000.000
Kali Pepe
Gilingan,
Banjarsari.

12 11 April Tanah Longsor 1 rumah roboh di Plelen, Kadipiro, Rp.


2011 akibat banjir di Banjarsari, surakarta 40.000.000
Sungai Kali
Anyar
13. 01 Jan 2012 Banjir akibat KECAMATAN PASAR KLIWON : 2.152 KK
luapan Sungai KELURAHAN SEMANGGI : 853 KK
Bengawan Solo Rt 02, 03, 05 Rw. 03
Rt 01 s/d 09 Rw 04
Rt. 07 , 08 Rw. 05
Rt 04 Rw 06
Rt 03 Rw. 08
Rt. 01 s/d Rt 05 Rw. 23

KELURAHAN SANGKRAH : 511 KK


Rw. 03 , 04, 05, 06,
Rt. 02, 03 Rw. 10
Rt. 05 Rw 11
Rt. 04 Rw. 12
Rt. 04, 05 Rw. 13

KELURAHAN KEDUNGLUMBU : 120 KK


Rt. 01, 02, 03 Rw. 01
Rt. 01 – 04 Rw. 03
Rt. 01 , 02 Rw. 07

KELURAHAN PASAR KLIWON : 649 KK


Rt. 01, 02 Rw. 03
Rt. 01, 02, 03 Rw. 07
Rt. 01 Rwto08
commit user
Rt, 01, 02 Rw. 09
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

Rt. 01, 03 Rw 11
Rt 01, 02 Rw 12

KELURAHAN JOYOSURAN :
Rt. 02 Rw 10 19 KK
KECAMATAN JEBRES : 486 KK
KELURAHAN GANDEKAN : 54 KK
Rw. 02
Rw. 04
Rw. 05
KELURAHAN KAMPUNGSEWU : 296 KK
Rw. 01, 02, 03, 07, 08
KELURAHAN PUCANG SAWIT : 136 KK
Rw. 04, 08, 09, 11, 13
Sumber: Kesbangpolinmas Surakarta

Pengawasan oleh Walikota dilakukan insedental tetapi secara

khusus dilaksanakan setelah bencana terjadi.hal ini dilakukan untuk

memantau jalannya kegiatan pelaksanaan yang sudah direncanakan.

Walikota melakukan pengawasan dengan cara melekat yaitu dengan

melihat secara langsung laporan-laporan hasil kegiatan yang diberikan

oleh Kesbangpolinmas. Selain melihat laporan walikota juga melihat

secara langsung hasil dari kegiatan tersebut. Seperti diungkapkan pak

Joko Widodo Kasi Satlinmas :

“ Walikota selalu meminta laporan-laporan hasil kegiatan yang


sudah kami laksanakan bahkan beliau turun langsung memantau
pelakanaan kegiatan, hal ini dilakukan agar kegiatan dapat
terlaksana secara baik dan sesuai yang diharapkan” (wawancara 18
Juni 2012)
Pengawasan yang dilakukan oleh Walikota dengan melihat

laporan, bisa sebagai langkah untuk melihat secara keseluruhan

kondisi yang ada supaya nantinya bisa diambil tindakan untuk


commit to user
menindak lanjuti bencana yang terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya maka penulis

dapat menyimpulkan sebagai berikut :

Model manajemen bencana banjir pemerintah kota Surakarta yang

tercakup pada 3 tahap yakni:

SATLAK
PBP

Pra Saat Pasca


Bencana Bencana Bencana

Kesiapsiagaan Tanggap Rehabilitasi


Darurat

Peringatan Penanggulangan Rekonstruksi


Dini

Mitigasi

Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi yang disingkat

dengan SATLAK PBP merupakan wadah yang bersifat non struktural bagi

penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi yang berkedudukan di

daerah. Model manajemen bencana banjir pemerintah kota Surakarta seperti


commit to user

88
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

gambar diatas yakni dimulai dari tahap pra bencana, langkah yang dilakukan

adalah kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi. Kemudian saat bencana

terjadi langkah yang dilakukan adalah tanggap darurat dan penanggulangan.

Dan pasca bencana terjadi dengan melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Di kota Surakarta bencana alam yang sering terjadi yakni bencana banjir.

Oleh karena itu penelitian yang dilakukan hanya mencakup soal bencana

banjir. Manajemen bencana banjir yang diterapkan SATLAK PBP kota

Surakarta dinilai cukup baik dalam upaya menangani bencana banjir di

Surakarta. Dalam Pelaksanaan Manajemen bencana banjir, SATLAK PBP

Surakarta menerapkan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi Manajemen

bencana banjir yang digunakan SATLAK PBP Surakarta adalahfungsi

Perencanaan, Pengorganisasian, Pengkoordinasian serta Pengawasan.

Perencanaan Manajemen bencana banjir yang direncanakan adalah

penanganan sebelum, sesaat dan setelah terjadi bencana.Perencanaan itu

dilakukan supaya ada kejelasan tahap-tahap yang dilakukan dalam menangani

bencana banjir tersebut.Ketika sebelum terjadi banjir hal yang dilakukan yakni

kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasiuntuk mengurangi dampak yang

terjadi dari bencana banjir.Ketika bencana banjir terjadi yang dilakukan yakni

tanggap darurat dan penanggulangan bencana.Kemudian pasca bencana yang

direncanakan yakni dengan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Pengorganisasian untuk manajemen bencana banjir dilaksanakan oleh

Walikota yang membawahiwakil ketua, sekretaris, pelaksana harian, sekretaris

pelaksana harian, dan anggota yang terdiri dari beberapa seksi yakni seksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

evakuasi, seksi pencari korban, seksi transportasi, seksi logistic, dan seksi

humas.

Koordinasi yang dilakukan adalah koordinasi vertical yaitu antara ketua

SATLAK PBP dengan anggota-anggota di bawahnya, Koordinasi

horizontaldilakukan oleh seksi yang satu dengan seksi yang lainnyayang

berada di lingkup SATLAK PBP Surakarta.

Pengawasan dilakukan secara melekat structural oleh Ketua SATLAK

PBP yakni walikota Surakarta kepada bawahanya dalam bentuk pelaporan

yang diberikan satiap pasca terjadinya bencana banjir.

B. Saran

Secara umum, manajemen bencana banjir yang dilaksanaan oleh Dinas

SATLAK PBP Surakarta sudah cukup baik. Namun ada beberapa yang

masih perlu diperbaiki yang antara lain:

1. Penanganan bencana banjir yang dinaungi oleh SATLAK PBP ini

perlu adanya pembaruan organisasi, karena sebenarnya ada peraturan

terbaru yang memerintahkan untuk pembuatan BPBD (Badan

penanggulangan bencana daerah). Di kota lain sudah mengganti

organisasi penanganan bencana dengan BPBD, tetapi di kota Surakarta

ini belum mengganti dari SATLAK PBP dengan BPBD. Hal ini perlu

adanya perhatian secara khusus karena SATLAK PBP ini sebenarnya

sudah tidak sesuai dengan aturan yang terbaru. Oleh karena itu perlu

adanya pembaharuan organisasiyang menaungi bencana yang ada di

kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

2. Dalam penanganan bencana banjir ini terkendala dengan rendahnya

kesadaran dan tanggung jawab dari beberapa SKPD yang tergabung

dalam SATLAK PBP sehingga menghambat penanganan bencana

banjir. Kurang aktifnya beberapa SKPD dalam menangani bencana

banirini tentunya juga berpengaruh pada pelaksanaannya oleh

SATLAK PBP karena dalam pelaksaaannya jadi tidak bisa maksimal.

Salah satu upaya untuk meningkatkan peran serta SKPD dalam

manajemen bencana banjir ini adalah dengan mengaktifkan pertemuan

rakor diantara anggota SATLAK PBP agar semua terlibat dalam

proses menangani manajemen bencana banjir. Karena bagaimanapun

juga penanganan bencana banjir yang dilaksanakan oleh SATLAK

PBP membutuhkan kerjasama yang baik antar SKPD agar dapat

mencapai hasil yang maksimal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Hani Handoko, MBA. 2003. Manajemen. Yogyakarta:BPFE

Hasibuan, Malayu. 2009. Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah.


Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Manullang. 2009. Manajemen : Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta. Gadjah


Mada University.

Moekijat. 1984. Kamus Management. Bandung : Percetakan Offset Alumni.

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta :


Dian Jakarta.

Silalahi, Ulber. 2002. Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen. Bandung :


Mandar Maju.

Susanto. 2006. Metodde Penelitian Sosial. Surakarta : Lembaga


Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan UNS
(UNS Press)

Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret


University Press.

W.J.S. Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Edisi


Ketiga).Jakarta : Balai Pustaka

Internet :

Anthony Jordi Carenys. (2010). Management Control Systems A Historical


Perspective. Vol 7, page 38

Billows (2002). International Journal of Business and Management. Vol. 5


No. 1. Page 79

www.bnpb.go.id/website/asp/link.asp?p=1Diakses Pada Tanggal 25 Mei 2012

www.shvoong.com/tags/teori-manajemen-bencana Diakses Pada Tanggal 25


Mei 2012

www.aimyaya.com/ Diakses Pada Tanggal 15 April 2012


commit to user

92
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

www.csa.com/discoveryguides/archives/ndht.php#flood Diakses Pada Tanggal


15 April 2012

Sumber-sumber lain :

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 8 tahun 2006. Tentang pembentukan


satuan pelaksana penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi
(satlak pbp) kota Surakarta.

Daftar lokasi potensi dan rawan bencana banjir kota Surakarta.

Daftar Korban bencana banjir kota Surakarta pada tanggal 1-2- januari 2012.

Dokumen Laporan Bencana banjir Kota Surakarta.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai