Anda di halaman 1dari 6

RESUME FILM

CODE BLUE SEASON 3 EPISODE 1


“PERAWATAN PASIEN KRITIS DENGAN VENTILATOR”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Resume Film


Matakuliah Blok 4.2 Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Dosen Pengampuh : Ns. Nazwar Hamdani Rahil, S.Kep, M.Kep

OLEH :
FENI MARDATILA NGANGUN
15130127

KELAS : A 12.3 (KELOMPOK 1)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018
A. Ringkasan Film
Pada film dengan judul “Code Blue” dengan konsep emergency dan
kritis yang terjadi. Pada film memperlihatkan kecepatan dan ketepatan perlu
dimiliki oleh tenaga kesehatan yang bernaung di dalamnya baik itu perawat,
dokter dan lainnya yang tentunya berlandaskan konsep teori dan perlu mental
dalam menghadapi keadaan gawat darurat dan kritis.
Pada RS yang di film menggambarkan bahwa ketika dalam keadaan
darurat RS perlu adanya kases jalan yang tampa hambatan serta transportasi
yang cepat untuk dapat menuju ke lokasi kejadian dengan sistem pelayanan yang
baik. Selain itu pada film juga menggmbarkan bahwa petugas kebakaran sudah
dapat melakukan triase sehingga lebih mudah dan cepat penanganannya serta
petugas kebakaran sudah mengamankan lingkungan sehingga ketika tenaga
kesehatan datang dapat langsung memberikan pertolongan.
Pertolongan yang dilakukan sesuai dengan data pengkajian yang
didapatkan contohnya pada film saat musibah pada acara karnaval dimana ada
ibu hamil dan harus melahirkan segera maka langsung dilakukan persalianan di
tempat, selain itu pemasangan ET tidak selamanya di RS tetapi jika melihat
kondisi pasien yang melemah dan harus segera maka dilakukan intubasi ET
untuk membantu jalan nafas pada pasien.
Kemudian dibawa ke RS dan dilakukan perawatan di ruang ICU, pada
saat melakukan perawatan pasien kritis dengan menggunakan ventilator seperti
pada nak kecil di film korban pada kecelakaan di karnaval tersebut maka perlu
melakukan monitoring secara bekala pada hemodinamik maupun terapi. Selain
itu juga perlu meningkatkan support system.
Jika dilihat dalam film, pada saat dilakukan sentuhan dari ayah pasien
kemudian di cek terkait dengan kesadaran hasilnya ada peningkatan. Sehingga
perlu adanya peningkatan system dukungan.
B. Pembahasan Film
Ventilasi mekanik diindikasikan untuk alasan fisiologis dan klinis (Urden, Stacy,
Lough, 2010). Ventilasi mekanik diindikasikan ketika modalitas manajemen
noninvasif gagal untuk memberikan bantuan oksigenasi dan/atau ventilasi yang
adekuat. Keputusan untuk memulai ventilasi mekanik berdasarkan pada
kemampuan pasien memenuhi kebutuhan oksigenasi dan/atau ventilasinya.
Ketidakmampuan pasien untuk secara klinis mempertahankan CO2 dan status
asam-basa pada tingkat yang dapat diterima yang menunjukkan terjadinya
kegagalan pernafasan dan hal tersebut merupakan indikasi yang umum untuk
intervensi ventilasi mekanik
Jika dilihat dari film indikasi pemaangan ET kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan ventilator/ventilasi mekanik yaitu dokter melakukan hal
tersebut karna pada anak tersebut (yang terjepit saat di karnaval) pada saat cek
respon dan nadi dan nafas, tidak ada respon dan tidak ada nafas dan nadi
sehingga perlu pemberian oksigen dan ketika di RS baru disambungkan ke
ventilasi mekanik atau ventilator.

Di dalam perawatan pasien dengan ventilator perlu adanya memperhatikan


mode-mode ventilasi mekanik yang dimana pada pengelolaan atau perawatan
pasien di film belum dijelaskan secara rinci, yang dimana ada beberapa mode-
mode ventilasi mekanik diantaranya : control mode ventilation, Assist Mode,
Model ACV, IMV, PCV, PSV, PEEP, CPAP .(Urden, Stacy, Lough, 2010).

Jumlah dan tekanan udara yang diberian kepada klien diatur oleh ventilator pada
film code blue ini tidak dijelaskan juga. Jumlah dan tekanan udara yang diberian
kepada klien diatur oleh ventilator (Smith-Temple & Johnson, 2011):
1) Volume tidal (VT): jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas, yang
diberikan selama inspirasi. Pengaturan awal adalah 7-10 ml/kg; dapat
ditingkatkan sampai15 ml/kg
2) Frekuensi: jumlah nafas yang diberikan per menit. Pengaturan awal biasanya
10 kali dalam 1 menit tetapi akan bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
3) Fraksi oksigen terinspirasi oksigen (fraction of inspired oxygen, FiO oksigen
dalam udara yang diberikan. Udara kamar memiliki FiO Pengaturan awal
berdasarkan pada kondisi klien dan biasanya dalam rentang 50% sampai
65%. Dapat diberikan sampai 100%, tetapi FiO dihubungkan dengan
toksisitas oksigen. persentase 21%. lebih dari 50%
4) PEEP: tekanan positif yang konstan dalam alveolus yang membantu alveoli
tetap terbuka dan mencegahnya menguncup dan atelektasis. Pengaturan
PEEP awal biasanya adalah 5 cmH2O. Tetapi dapat juga mencapai hingga 40
cmH2O untuk kondisi seperti sindrom gawat nafas pada orang dewasa
(ARDS). Setiap perubahan yang dilakukan pada pengaturan ventilator harus
dievaluasi setelah 20 sampai 30 menit melalui analisis gas darah arteri, hasil
pengukuran SaO hasil pembacaan karbon dioksida tidal-akhir untuk melihat
keefektivitasan ventilator

Selain itu perawat perlu memantau adanya komplikasi yang terjadi, namun pada
film hanya memonitor tetapi spesifikasinya belum terlihat. Adapun komplikasi
yang dapat kita ketahui dan perlu dilakukan oleh perawat untuk memonitor
diantaranya : komplikasi jalan nafas, masalah selang endotrakeal, masalah
mekanis, barotrauma, penurunan curah jantung, keseimbangan cairan positif,
dan peningkatan IAP.
Kemudian pada pasien dengan ventilator perlu adanya penyapihan
namun belum sampai ditampilkan pada film sehingga perlu menjadi koreksi.
C. Implikasi dalam Ilmu Keperawatan
Dalam keperawatan menganai hal pasien kritis dengan menggunakan ventilator
tetap dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif menyeluruh baik bio,
psiko, sosio, kultural dan spiritual. Adapun perlu sebagai seorang perawat
melakukan asuhan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip keperawtan serta
etik terhadap pasien keluarga teman sejawat serta dengan profesi lainnya.

Dalam menjalani tugas sebagai seorang perawat perlu juga memperhatikan


prinsip dalam keperawatan, diantaranya:
1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus
menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri.
2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk melakukan
hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun
harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien
mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan
objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya.
Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi
yang ia ingin tahu.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien
hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan
klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti
bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanda tekecuali.

D. Kesimpulan
Dalam melakukan perawatan pasien kritis dengan penggunaan alat bantu yaitu
ventilator perlu penanganan yang tepat serta pemantauan dan asuhan keperawtan
yang komprehensif yang tentunya berlandaskan pada konsep teori dan etika serta
prinsip dalam keperawtan.
E. Daftar Pustaka
Smith-Temple, J., Johnson, J.Y. (2011). Buku saku prosedur klinis keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Urden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. (2010). Critical Care Nursing.
USA, Mosby Elsevier.
Format Penilaian Resume Film

Nama Mahasiswa/Kelompok : Feni Mardatila Ngangun / Kelompok 1


NIM : 15130127
Kelas : A 12.3
Tanggal Mengumpul : Kamis, 15 Oktober 2018
Judul Resume :Resume Film Code Blue Season 3 Episode 1“Perawatan
Pasien Kritis Dengan Ventilator”

No Kriteria Nilai Nilai


Maksimal
1 Ringkasan Film Maksimal 5 Paragraf 15
2 Pembahsan (5W+1H), wajib mencantumkan 15
pustaka
3 Implikasi dalam keperawatan wajib 25
mencantumkan pustaka
4 Kesimplan 15
5 Daftar Pustaka 10
6 Kuantitas dan Kualitas konsultasi 10
JUMLAH

Yogyakarta, 25 Oktober 2018


Dosen Pengampu

(........................................)

Anda mungkin juga menyukai