Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK DASAR

Disusun Oleh:
Salva Fatihah Tuljanah
121120017

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2023
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK DASAR (PKD)

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


1. Definisi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan hal penting untuk dicatat dari
perawatan pasien onkologi atau paliatif dalam meredakan dan mengelola gejala sulit seperti
rasa nyeri [ CITATION Lad21 1 1033 ].
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) mengungkapkan kenyamanan/rasa
nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah atau nyeri).
Kebutuhan rasa aman dan nyaman meliputi kebutuhan keamanan dan keselamatan
baik fisik (perlindungan dari cedera tubuh) dan psikologis (kegelisahan, keamanan dan
stabilitas) serta kebutuhan akan tempat tinggal dan bebas dari bahaya[ CITATION Ine20 1
1033 ].
Setiap individu membutuhkan rasa aman dan nyaman. Dalam konteks keperawatan,
perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa aman dan nyaman. Gangguan rasa
aman dan nyaman yang dialami pasien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan,
harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Kondisi ketidaknyamanan
yang paling sering dihadapi oleh klien adalah nyeri [ CITATION Abd18 I 1033 ]

2. Etiologi
 Kurang mengontrol emosi yang menyebabkan gangguan rasa nyaman timbul
 Profesi pckerjaan juga dapat mempengaruhi gangguan rasa nyaman. contohnya ibu
rumah tangga, hal ini kemungkinan dikarenakan ibu rumah tangga memiliki waktu
yang lebih sedikit untuk beristirahat dan mengendalikan rasa nyaman.
 Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi gangguan rasa nyaman, memiliki
tingkat pendidikan sekolah dasar kemungkinan mempengaruhi pada tingkat
pengetahuan tentang pengendalian rasa nyaman.
 Faktor usia juga dapat mempengaruhi kenyamanan seseorang yang berumur 46-65
tahun, hal ini kemungkinan dikarenakan pada usia tersebut kurangnya tingkat
kepekaan terhadap keschatan, sehingga ketidak kenyamanan dapat terjadi[ CITATION
Mar18 M 1033 ].

3. Manifestasi klinis
Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman (mual) dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
sebagai berikut (PPNI, 2016):
a. Gejala dan tanda mayor:
Data subjektif:
1) Mengeluh tidak nyaman
2) Mengeluh mual
3) Mengeluh ingin muntah
4) Tidak berminat makan
Data objektif: (tidak tersedia)
b. Gejala dan tanda minor
Data subjektif:
1) Merasa asam di mulut
2) Sensasi panas/dingin
3) Sering menelan
Data objektif:
1) Saliva meningkat
2) Pucat
3) Diaphoresis
4) Takikardi
5) Pupil dilatasi

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan


a. Emosi Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan.
b. Status mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya risiko injury.
c. Gangguan persepsi sensory Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang
berbahaya seperti gangguan penciuman dan
penglihatan.
d. Keadaan imunitas Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
e. Tingkat kesadaran Pada pasien koma, respons akan menurun terhadap rangsangan,
paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
f. Informasi atau komunikasi Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat
membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
g. Gangguan tingkat pengetahuan kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan
keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
h. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan
anafilaktik syok.
i. Status nutrisi Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat berisiko terhadap penyakit tertentu.
j. Usia Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan
lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
k. Jenis kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
I. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhicara individu mengatasi
nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka

Jenis dasar risiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan pelayanan kesehatan
adalah jatuh, kecelakaan yang disebabkan oleh klien,punyai. kecelakaan yang disebabkan
oleh prosedur, dan kecelakaan yang disebabkan oleh penggunaan alat.
a. Jatuh Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan yang dilaporkan dari seluruh kecelakaan
yang terjadi di rumah sakit. Risiko jatuh lebih besar dialami oleh klien lansia.
b. Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan mempengarubi
keamanan pasien. Namun bila tidak digunakan secara benar oksigen juga bisa menimbulkan
ketidakamanan
c. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata pencahayaan dalam
ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan pasien selama menjalani rawat inap,
disamping itu juga berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam menjalankan
aktivitasnya untuk melayani pasien
d. Kecelakaan yang disebabkan oleh prodesur terjadi selama terapi. Hal ini meliputi
kesalahan pemberian medikasi dan cairan. Perawat dapat melaksanakan sesuai prosedur
agar tidak terjadi kecelakaan [CITATION Kas01 1 1033 ].

5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
 Monitor tanda-tanda vital
 Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
 Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
 Kompres hangat
b. Penatalaksanaan Medis
 Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total.
Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan
sadar.
 Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada
daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan luka.

B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan


1. Pengertian
Aspek legal dan etik keperawatan dalam penelitian ditujuan untuk melindungi
martabat manusia sebagai subjek dalam penelitian. Etik merupakan sebuah bagian dari
filosofi yang menguji perbedaan antara benar dan salah. Dengan maksud bahwa etik
mempelajari kebenaran dari sebuah tindakan. Etik melihat kebiasaan manusia yang menjadi
keyakinan dalam berperilaku.
2. Prinsip Etik Keperawatan
Prinsip moral dalam etika keperawatan prinsip moral mempunyai peran yang penting
dalam menentukan perilaku yang etis dan dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral
merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem
etik. Prinsip moral berfungsi untuk menilai secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang,
diperlukan atau diijinkan dalam suatu keadaan.
Prinsip moral yang sering digunakan dalam keperawatan yaitu:
Otonomi, beneficience, justice/keadilan, veracity, avoiding killing dan fidelity (John Stone,
1989; Baird et.al, 1991).
a. Prinsip Otonomi (Autonomy)
Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan sendiri atau
mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan
martabat. Contoh kasusnya adalah: Klien berhak menolak tindakan invasif yang dilakukan
oleh perawat. Perawat tidak boleh memaksakan kehendak untuk melakukannya atas
pertimbangan bahwa klien memiliki hak otonomi dan otoritas bagi dirinya. Perawat
berkewajiban untuk memberikan penjelasan yang sejelas-sejelasnya bagi klien dalam
berbagai rencana tindakan dari segi manfaat Etika Keperawatan dan Keperawatan
Profesional tindakan, urgensi dan sebagainya sehingga diharapkan klien dapat mengambil
keputusan bagi dirinya setelah mempertimbangkan atas dasar kesadaran dan pemahaman.
b. Prinsip Kebaikan (Beneficience)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak
merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien. Kasus yang berhubungan dengan hal ini
seperti klien yang mengalami kelemahan fisik secara umum tidak boleh dipaksakan untuk
berjalan ke ruang pemeriksaan. Sebaiknya klien didorong menggunakan kursi roda.
c. Prinsip Keadilan (Justice)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai dengan
kebutuhannya. Misalnya pada saat perawat dihadapkan pada pasien total care, maka
perawat harus memandikan dengan prosedur yang sama tanpa membeda-bedakan klien.
Tetapi ketika pasien tersebut sudah mampu mandi sendiri maka perawat tidak perlu
memandikannya lagi.
d. Prinsip Kejujuran (Veracity)
Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang sebenarnya dan tidak
membohongi klien. Kebenaran merupakan dasar dalam membina hubungan saling percaya.
Kasus yang berhubungan dengan prinsip ini seperti klien yang menderita HIV AIDS
menanyakan tentang diagnosa penyakitnya. Perawat perlu memberitahukan apa danya
meskipun perawat tetap mempertimbangkan kondisi kesiapan mental klien untuk
diberitahukan diagnosanya.
e. Prinsip mencegah pembunuhan (Avoiding Killing)
Perawat menghargai kehidupan manusia dengan tidak membunuh. Sumber
pertimbangan adalah moral agama/kepercayaan dan kultur/norma-norma tertentu. Contoh
kasus yang dibadapi perawat seperti ketika seorang suami menginginkan tindakan
euthanasia bagi istrinya atas pertimbangan ketiadaan biaya sementara istrinya diyakininya
tidak mungkin sembuh, perawat perlu mempertimbangkan untuk tidak melakukan tindakan
euthanasia atas pertimbangan kultur/norma bangsa Indonesia yang agamais dan ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, selain dasar UU RI memang belum ada tentang legalitas tindakan
euthanasia.
f. Prinsip Kesetiaan (Fidelity)
Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya, mencpati janji,
menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga. Kasus yang sering dihadapi misalnya
perawat telah menyepakati bersama klien untuk mendampingi klien pada saat tindakan PA
maka perawat harus siap untuk memenuhinya [CITATION Kas01 1 1033 ].
g. Prinsip Confidenciality (Kerahasiaan)
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu
menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala
sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seizin pasien.
h. Accountabilitability (Akuntabilitas)
Dalam pelayanan keschatan petugas dalam hal ini dokter dan perawat
tidak boleh membeda-bedakan pasien dari status sosialnya.
-
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
1) Data umum pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, no.RM, diagnosa medis, tanggal pengkajian,
tanggal masuk RS, DII..
2) Identitas penanggung jawab meliputi : Nama, umur, pekerjaan, alamat dan
hubungan dengan klien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Selama pengumpulan riwayat kesehatan, perawat menanyakan kepada pasien
tentang tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Setiap keluhan harus ditanyakan
dengan detail kepada pasien disamping itu diperlukan juga pengkajian mengenai
keluhan yang disarasakan meliputi lama timbulnya.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang, perawat mengkaji apakah gejala terjadi pada waktu
yang tertentu saja, seperti sebelum atau sesudah makan, ataupun setelah mencerna
makanan pedas dan pengiritasi dan setelah mencerna obat tertentu atau setelah
mengkonsumsi alhohol.
3) Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit sebelumnya, perawat
harus mengkaji apakah gejala yang berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau
minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat. Selain itu perawat juga harus mengkaji
adalah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam riwayat kesehatan keluarga perawat mengkaji riwayat keluarga yang
mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis, kelebihan diet, serta diet sembarangan. Selain
itu perawata juga mananyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga.

c. Pola hidup
1) Pola Persepsi
Kesehatan persepsi terhadap adanya arti kesehatan, penatalaksanaan kesehatan serta
pengatahuan tentang praktek kesehatan.
2) Pola nutrisi
Mengidentifikasi masukan nutrisi dalam tubuh, balance cairan serta elektrolit.
Pengkajian meliputi: nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual,
muntah, kebutuhan jumlah zat gizi.
3) Pola eliminasi
Menjelaskan tentang pola fungsi ekskresi serta kandung kenih dan kulit. Pengkajian
yang dilakukan meliputi: kebiasaan deddekasi, ada tidaknya masalah defekasi,
masalah miksi (oliguria, disuri), frekuensi defekasi dan miksi. Karakteristik urine dan
feses, pola input cairan, masalah bau badan.
4) Pola latihan-aktivitas
Menggambarkan tentang pola latihan, aktivitas, fumgsi pernapasan. Pentingnya
latihan atau gerak dalam keadaan sehat maupun sakit, gerak tubuh dan kesehatan
berhubungan dengan satu sama lain. Kemampuan klien dalam menata dirinya sendiri
apabila tingkat kemampuannya: 19 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang
lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung dalam melakukan ADL, kekuatan
otot dan ROM, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman napas,
bunyi napas, riwayat penyakit paru.
5) Pola kognitif perseptual
Menjelaskan tentang persepsi sendori dan kognitif. Pola ini meliputi pengkajian fungsi
penglihatan, pendengaran, perasaan,pembau dan kompensasinya terhadap tubuh.
Dan pola kognitif memuat kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa peristiwa
yang telah lama atau baru terjadi.
6) Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan pola tidur serta istirahat pasien. Pengkajian yang dilakukan pada
pola ini meliputi: jam tidur siang dan malam pasien, masalah selama tidur, insomnia
atau mimpi uruk, penggunaan obat serta mengaluh letih.
7) Pola konsep diri-persepsi diri
Menggambarkan sikap tentan diri sendiri serta persepsi terhadap kemampuan diri
sendiri dan kemampuan konsep diri yang meliputi: gambaran diri, harga diri, peran,
identitas dan ide diri sendiri.
8) Pola peran dan hubungan
Menggambarkan serta mengatahui hubungan pasien serta peran pasien terhadap
anggota keluarga serta dengan masyarakat yang berada dalam lingkungan sekitar
tempat tinggalnya.
9) Pola reproduksi atau seksual
Menggambarkan tentang kepuasan yang dirasakan atau masalah yang dirasakan
dengan seksualitas. Selain itu dilakukan juga pengkajian yang meliputi: dampak sakit
terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan payudara sendiri, riwayat penyakit
hubungan seks, serta pemeriksaan genetalia.
10) Pola keyakinan dan nilai
Menggambarkan tentang pola nilai dan keyakinan yang dianut. Menerangkan sikap
serta keyakinan yang dianaut oleh klien dalam melaksanakan agama atau
kepercayaan yang dianut.
11) Pengkajian psikososial
Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien adalah klien menyangkal, takut
mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit/perawatan yang tak perlu,
kuatir tentang keluarga,pekerjaan,dan keuangan. Kondisi ini ditandai dengan sikap
menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, dan fokus pada diri sendiri.
Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stress karena keluarga, pekerjaan,
kesulitan biaya ekonomi dan kesulitan koping dengan sresor yang ada, kegelisahan
dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,stress akibat kesakitan
bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan
lebih lanjut dari curah jantung dapat terjadi ditandai dengan adanya keluhan
insomnia atau tampak kebingungan.

d. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah
Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa yang
tidak nyaman.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis , fisik, kimia.
b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut
Tujuan yang diharapkan :
1) Adanya penurunan intensitas nyeri
2) Ketidaknayaman akibat nyeri berkurang
3) Tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri akut

Rencana Tindakan
Intervensi Rasional
Kaji nyeri Mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri dirasakan,
faktor pencetus, dan berat ringannya nyeri yang dirasakan
Ajarkan teknik relaksasi Untuk mengajarkan pasien apabila nyeri timbul
kepada pasien
Berikan analgetik sesuai Untuk mengurangi rasa nyeri
program
Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui keadaan umum pasien

B. Nyeri kronis
Tujuan yang diharapkan :
1) Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
2) Tidak ada posisi tubuh yang melindungi
3) Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
4) Tidak kehilangan nafsu makan
5) rekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan

Rencana tindakan
Intervensi Rasional
Kaji keadaan umum, karakteristik nyeri, Untuk mengetahui keadaan umum pasien,
tanda-tanda vital serta efek penggunaan mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan
obat jangka panjang nyeri dirasakan, factor pencetusa,berat
ringannya nyeri yang dirasakan serta
mengetahui efek penggunaan obat secara
jangka panjang
Bantu pasien mengidentifikasi tingkat nyeri Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
Ajarkan pola istirahat/tidur yang adekuat Untuk mengurangi rasa nyeri secara
adekuat
Kolaborasi pemberian obat analgetik Untuk mengurangi rasa nyeri

4. Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang
dilakukan setelah perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah
keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk membantu
pasien yang bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak ataupun respon
yang dapat ditimbulkan oleh adanya masalah keperawatan serta kesehatan. Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat (Debora, 2013).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima atau proses keperawatan terakhir
yang berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditentukan.Evaluasi keperawatan bertujuan menentukan apakah seluruh proses
keperawatan sudah berjalan dengan baik dan tindakan berhasil dengan baik (Debora,
2013). Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada pasien gastritis dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman adalah dapat mengontrol terhadap adanya gejala, menyatakan rasa
nyaman, tidak adanya mual [ CITATION Mir18 VI 1033 ].

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkeskdi.ac.id/634/1/Asuhan%20Keperawatan%20Dalam
%20Pemenuhan%20Kebutuhan%20Rasa%20Nyaman%o20Pad.pdf
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017,
Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kemenkes. (2016) Asuhan Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman
Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis, Jakarta :
Medication
Tetty, S. 2015. Knsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri .
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Azari, A. A. (2018). Diary of nursing. Jawa Barat: CV Jejak.
Ladesvita, F., Sucipto, U., Lisnawati, K., Santi, R. D., & Pratiwi, C. J. (2021).
Asuhan keperawatan Onkologi berdasarkan Teori Virginia Henderson.
Yogyakarta: PT Nas Media Pustaka.
Maria, & Insana. (2018). GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN.
Mirasantika. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN. Kenadari.
Patrisia, I. (2020). Asuhan keperawatan pada kebutuhan dasar manusia. Yayasan
Kita Menulis.
Rosmalawati, K. d. (2016). Kebutuhan Dasar I. Jakarta selatan: Pusdik SDM
Kesehatan.

A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman


dan Nyaman
1. Definisi/deskripsi kebutuhan
aman dan nyaman
Potter & Perry, 2006
mengungkapkan kenyamanan/rasa
nyaman adalah
suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang
meningkatkan
penampilan sehari-hari).
Ketidaknyamanan adalah keadaan
ketika individu
mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespon
terhadap
suatu ransangan.
Aman adalah keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis.
Pemenuhan
kebutuhan keamanan dilakukan
untuk menjaga tubuh bebas
dari
kecelakaan baik pasien, perawat
atau petugas lainnya yang bekerja
untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut
(Asmadi, 2008).
Perubahan kenyamanan adalah
keadaan dimana individu
mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan
dan berespon terhadap suatu
rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, 2006)
2. Fisiologi sistem/fungsi normal
sistem rasa aman dan nyaman
Pada saat impuls
ketidaknyamanan naik ke
medula spinalis menuju
kebatang otak dan thalamus,
sistem saraf otonom menjadi
terstimulasi
sebagai bagian dari respon stress.
Stimulasi pada cabang simpatis
pada
sistem saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan
a. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah
akan mudah terjadi dan
mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan
A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman
dan Nyaman
1. Definisi/deskripsi kebutuhan
aman dan nyaman
Potter & Perry, 2006
mengungkapkan kenyamanan/rasa
nyaman adalah
suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang
meningkatkan
penampilan sehari-hari).
Ketidaknyamanan adalah keadaan
ketika individu
mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespon
terhadap
suatu ransangan.
Aman adalah keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis.
Pemenuhan
kebutuhan keamanan dilakukan
untuk menjaga tubuh bebas
dari
kecelakaan baik pasien, perawat
atau petugas lainnya yang bekerja
untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut
(Asmadi, 2008).
Perubahan kenyamanan adalah
keadaan dimana individu
mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan
dan berespon terhadap suatu
rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, 2006)
2. Fisiologi sistem/fungsi normal
sistem rasa aman dan nyaman
Pada saat impuls
ketidaknyamanan naik ke
medula spinalis menuju
kebatang otak dan thalamus,
sistem saraf otonom menjadi
terstimulasi
sebagai bagian dari respon stress.
Stimulasi pada cabang simpatis
pada
sistem saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan
a. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah
akan mudah terjadi dan
mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA AMAN DAN
NYAMAN
A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman
dan Nyaman
1. Definisi/deskripsi kebutuhan
aman dan nyaman
Potter & Perry, 2006
mengungkapkan kenyamanan/rasa
nyaman adalah
suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang
meningkatkan
penampilan sehari-hari).
Ketidaknyamanan adalah keadaan
ketika individu
mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespon
terhadap
suatu ransangan.
Aman adalah keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis.
Pemenuhan
kebutuhan keamanan dilakukan
untuk menjaga tubuh bebas
dari
kecelakaan baik pasien, perawat
atau petugas lainnya yang bekerja
untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut
(Asmadi, 2008).
Perubahan kenyamanan adalah
keadaan dimana individu
mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan
dan berespon terhadap suatu
rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, 2006
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA AMAN DAN
NYAMAN
A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman
dan Nyaman
1. Definisi/deskripsi kebutuhan
aman dan nyaman
Potter & Perry, 2006
mengungkapkan kenyamanan/rasa
nyaman adalah
suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang
meningkatkan
penampilan sehari-hari).
Ketidaknyamanan adalah keadaan
ketika individu
mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespon
terhadap
suatu ransangan.
Aman adalah keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis.
Pemenuhan
kebutuhan keamanan dilakukan
untuk menjaga tubuh bebas
dari
kecelakaan baik pasien, perawat
atau petugas lainnya yang bekerja
untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut
(Asmadi, 2008).
Perubahan kenyamanan adalah
keadaan dimana individu
mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan
dan berespon terhadap suatu
rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, 2006

A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman


dan Nyaman
1. Definisi/deskripsi kebutuhan
aman dan nyaman
Potter & Perry, 2006
mengungkapkan kenyamanan/rasa
nyaman adalah
suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang
meningkatkan
penampilan sehari-hari).
Ketidaknyamanan adalah keadaan
ketika individu
mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespon
terhadap
suatu ransangan.
Aman adalah keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis.
Pemenuhan
kebutuhan keamanan dilakukan
untuk menjaga tubuh bebas
dari
kecelakaan baik pasien, perawat
atau petugas lainnya yang bekerja
untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut
(Asmadi, 2008).
Perubahan kenyamanan adalah
keadaan dimana individu
mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan
dan berespon terhadap suatu
rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, 2006)
2. Fisiologi sistem/fungsi normal
sistem rasa aman dan nyaman
Pada saat impuls
ketidaknyamanan naik ke
medula spinalis menuju
kebatang otak dan thalamus,
sistem saraf otonom menjadi
terstimulasi
sebagai bagian dari respon stress.
Stimulasi pada cabang simpatis
pada
sistem saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan
a. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah
akan mudah terjadi dan
mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan
A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman
dan Nyaman
1. Definisi/deskripsi kebutuhan
aman dan nyaman
Potter & Perry, 2006
mengungkapkan kenyamanan/rasa
nyaman adalah
suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang
meningkatkan
penampilan sehari-hari).
Ketidaknyamanan adalah keadaan
ketika individu
mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespon
terhadap
suatu ransangan.
Aman adalah keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis.
Pemenuhan
kebutuhan keamanan dilakukan
untuk menjaga tubuh bebas
dari
kecelakaan baik pasien, perawat
atau petugas lainnya yang bekerja
untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut
(Asmadi, 2008).
Perubahan kenyamanan adalah
keadaan dimana individu
mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan
dan berespon terhadap suatu
rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, 2006)
2. Fisiologi sistem/fungsi normal
sistem rasa aman dan nyaman
Pada saat impuls
ketidaknyamanan naik ke
medula spinalis menuju
kebatang otak dan thalamus,
sistem saraf otonom menjadi
terstimulasi
sebagai bagian dari respon stress.
Stimulasi pada cabang simpatis
pada
sistem saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan
a. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah
akan mudah terjadi dan
mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan

Anda mungkin juga menyukai