Dosen Pengampu :
Melviana (233110445)
Shiva Patmela Rahim (233110457)
LOKAL 1C
JURUSAN KEPERAWATAN
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Manajemen Patient Safety
yang berjudul “Penerapan 6 sasaran keselamatan pasien”. Selanjutnya Sholawat serta salam
saya haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW dan semoga kita mendapatkan
syafa’at beliau di Yaumil Qiyamah nanti. Amiin.
Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ns.Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep
yang telah memberikan tugas makalah ini dengan tujuan agar dapat menambah wawasan
maupun pengetahuan mengenai Peran perawat dalam kegiatan keselamatan pasien,saya
mengakui bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan karena pengetahuan saya yang
terbatas. Oleh karenanya saya mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua demi
kesempurnaan makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan pemahaman bagi kita
semua di masa mendatang.
(Penulis)
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, menurut Depkes RI (2006), data tentang KTD dan KNC masih
langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan mal-praktik yang belum tentu
sesuai dengan pembuktian akhir. Insidensi pelanggaran keselamatan pasien 28,3%
dilakukan oleh perawat. Oleh karena itu, perawat sebagai salah satu pelaksana berpotensi
besar dalam melakukan suatu kesalahan jika tidak mempunyai pengetahuan dan kesadaran
yang tinggi bahwa tindakan yang dilakukan akan memberikan efek pada pasien. Hasil
survey pendahuluan menurut Ketua Komite Keselamatan Pasien di tempat penelitian pada
4 Maret 2013, sudah dilakukan program keselamatan pasien namun masih ada keluhan
terkait komunikasi perawat, masih ada perawat yang belum mengidentifikasi pasien
menggunakan dua identitas pasien, masih didapatkan pasien meminta obat oral untuk
diletakkan dimeja sehingga ada kemungkinan obat terlambat diminum dari waktu yang
ditentukan.
Terkait dengan jumlah insiden keselamatan pasien peneliti tidak mendapat ijin
menampilkan data tersebut.Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada
pasien selama dirawat dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : Lingkungan
kerja, hal-hal yang berhubungan dengan kondisi pasien, alur komunikasi yangkurang
tepat, penggunaan sarana kurang tepat, kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat. Semua
faktor tersebut menimbulkan terjadinya insiden keselamatan pasien yang beragam, mulai
dari yang ringan dan sifatnya reversible hingga yang berat berupa kecacatan atau bahkan
kematian (KKP–RS 2008).
1
Berbagai upaya telah diusahakan untuk mengurangi dampak insiden
keselamatan pasien. Salah satu cara dengan menerapkan sistem keselamatan pasien di
rumah sakit dan pelatihan/sosialisasi terkait keselamatan pasien. Di ruang rawat inap,
perawat harus menerapkan enam sasaran keselamatan diantaranya memastikan identifikasi
pasien; mengkomunikasikan secara benar saat serah terima pasien; memperhatikan nama
obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alikemedication names); memastikan
tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar; meningkatkan kebersihan tangan untuk
pencegahan infeksi; dan menurunkan risiko cidera.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Obat merupakan salah satu terapi yang diberikan kepada pasien yang bertujuan
untuk membantu pasien untuk pulih kekeadaan semula atau membantu pasien mengurangi
rasa sakit yang dialaminya, maka dari itu perawat harus mengawasi dan mewaspadai
pemberian obat kepada pasien untuk mencapai tujuan dari pemberian obat itu. Salah satu
cara untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah dengan memperhatikan proses
pemberian obat. Ada 30 prinsip pemberian obat yang harus diperhatikan perawat dalam
memberikan obat kepada pasien, prinsip ini sudah sangat berkembang yang awalnya hanya
7 prinsip benar pemberian obat berkembang menjadi 30 prinsip benar pemberian obat,
perkembangan ini bukan untuk menambah beban kerja perawat namun merupakan salah
satu cara untuk mengurangi kecelakaan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan pemberian
obat.
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka penerapan
manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-
obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang persentasinya
tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel
3
event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa
dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/ LASA). Daftar obat-obatan
yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering disebut-sebut dalam isu
keamanan obat adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya,
kalium/potasium klorida [sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)],
kalium/potasium fosfat [(sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)], natrium/sodium
klorida [lebih pekat dari 0.9%], dan magnesium sulfat [sama dengan 50% atau lebih pekat].
Kesalahan ini bisa terjadi bila staf tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan
pasien, bila perawat kontrak tidak diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap unit
asuhan pasien, atau pada keadaan gawat darurat/emergensi.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah
dengan mengembangkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Fasilitas
pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan datanya
sendiri. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana yang membutuhkan
elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk dan praktek
profesional, seperti di IGD atau kamar operasi, serta menetapkan cara pemberian label
yang jelas serta bagaimana penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga
membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati.
4
2.2 Sasaran 4 Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi
Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat operasi merupakan sasaran
keselamatan pasien ke empat, mengapa hal ini penting untuk diketahui? Agar tidak
terjadinya kesalahan yang tentunya akan meningkatkan angka kecelakaan dirumah sakit.
Kepastian lokasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan perawat pertama kali,
perawat harus mengetahui mana bagian yang harus dioperasi, jangan sampai terjadi
kesalahan yang seharusnya dioperasi bagian perut sebelah perut kanan karena kurangnya
perhatian perawat mengetahui lokasi yang akan dioperasi malah terjadi pembedahan
diperut sebelah kiri, selain itu memperhatikan lokasi operasi bukan hanya diperhatikan
oleh perawat namun semua tenaga medis yang akan membantu tindakan operasi termasuk
dokter.
Setelah mengetahui lokasi operasi selanjutnya yang harus diketahui adalah
prosedur yang akan dilakukan, ketepatan prosedur merupakan langkah kedua setelah
mengetahui lokasi, jangan sampai karena perawat lalai untuk memahami prosedur yang
akan dilakukan sehingga berakibat buruk pada pasien pacsa atau pra operasi, setelah lokasi
sudah benar, prosedur yang akan dilakukan sudah diketahui dan sudah tepat maka
selanjutnya adalah tepat operasi. Tepat operasi bisa terjadi seiring bersamaan dengan
sudah terjadinya ketepatan lokasi, ketepatan prosedur sehingga terciptalah ketepatan
operasi, untuk mencapai ketepatan operasi perawat harus mendata ulang ataupun
mengecek data ulang apakah benar pasien, tepat lokasi dan tepat prosedur yang
dilaksanakan.
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi.
5
singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Fasilitas
pelayanan kesehatan perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan
ini.
Kebijakan termasuk definisi dari operasi yang memasukkan sekurang-
kurangnya prosedur yang menginvestigasi dan/atau mengobati penyakit dan
kelainan/disorder pada tubuh manusia dengan cara menyayat, membuang, mengubah, atau
menyisipkan kesempatan diagnostik/terapeutik. Kebijakan berlaku atas setiaplokasi di
fasilitas pelayanan kesehatan dimana prosedur ini dijalankan. Praktek berbasis bukti,
seperti yang diuraikan dalam Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009),
juga di The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong
Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang
segera dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan; dan harus dibuat oleh orang yang akan melakukan tindakan; harus
dibuat saat pasien terjaga dan sadar; jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai pasien
disiapkan dan diselimuti. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), struktur multipel (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang
belakang).
Maksud dari proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
memastikan bahwa semua dokumen, foto (images), dan hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang;
Memverifikasi keberadaan peralatan khusus dan/atau implant-implant yang
dibutuhkan. Tahap “Sebelum insisi”/Time out memungkinkan setiap pertanyaan
yang belum terjawab atau kesimpang-siuran dibereskan. Time out dilakukan di
tempat tindakan akan dilakukan, tepat sebelum dilakukan tindakan.
6
1. Fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
2. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/time-
out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.
3. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur
medis dan tindakan pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
https://youtu.be/1kmfSdHHiHk?si=8iSiV6E3T66CJY3v
https://youtu.be/a-sKMNheNgU?si=rXWZqx2E_8R51lAT
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadinya kesalahan/ error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
termasuk obat-obat yang tampak mirip (nama obat, rupa dan "ucapan mirip, NORUM atau
Look-Alike Sound-Alike, LASA, termasuk pula elektrolit konsentrasi tinggi.
3.2 Saran
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari sasaran
keselamatan pasien agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktik keperawatan nantinya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Potter, A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Keperawatan Konsep, Proses, dan Teknik (edisi
4). Jakarta: EGC.
Potter, A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 2 Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter, A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Ramli, S. (2013). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001,
Jakarta: Dian Rakyat
http://repository.uki.ac.id/2730/1/BUKUMODULMANAJEMENPASIENSAFETY.pdf