Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAGEMENT SAFETY PATIENT

KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

TUGAS MK MPS PROGRAM RPL


Disusun oleh :
YETI DWI RIRIS
17038

PROGRAM STUDI RPL


AKPER PANTI WALUYA
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien (patient safety)puskesmasadalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKesRI, 2006).
Tingkat pencapaian patient safety merupakan indikasi dari kejadian medication error,
khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman.Kriteria medication error
menurut Lisby et al (2005) terjadi pada tahap order/permintaan, transkripsi, dispensing,
administering, dan discharge summaries.
Dalam penelitian Dwiprahasto (2006), menyatakan bahwa 11 % medication error di
puskesmas berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis
atau obat yang keliru.Dalam penelitian Aiken dan Clarke (2002) menyatakan bahwa kesalahan
pengobatan dan efek samping obat terjadi pada rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke
puskesmas. Di antara kesalahan tersebut, 25 hingga 50% adalah berasal dari kesalahan
peresapan (eliminasi) dan dapat dicegah. Studi yang dilakukan Bagian Farmakologi
Universitas Gajah Mada antara 2001- 2003 menunjukkan bahwa medication error terjadi pada
97 % pasien Intensive Care. Berdasarkan Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien
(Kongres PERSI 2007) kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama
(24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan (Kemenkes, 2008) (Andi, 2013).
Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau
konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat - obatan yang aman.Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan.Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat
yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi
status kesehatan klien.Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat
yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti, Daftar Obat Indonesia ( DOI
), Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).
Dengan demikian pemberian obat merupakan bagian penting dalamkeselamatan
pasien.Upaya pencegahan kesalahan pemberian obat akanefektif jika dilakukan bersama
dengan tenaga kesehatan lain terkait penggunaan obat, terutama dokter dan apoteker dan
berdasarkan standar dan sasaran menurut Internasional Patient Safety Goals (IPSG).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keselamatan pasien ?
2. Bagaimana penjelasan keselamatan pasien menurut IPSG?
3. Bagaimana peran perawat dalam mewujudkan keselamatan pasien?
4. Bagaimana penjelasan tentang pemberian obat dan kesalahan obat?
5. Apa saja faktor kesalahan pemberian obat?
6. Bagaiman cara mencegah kesalahan pemberian obat?
7. Bagaimana cara penatalaksanaan pemberian obat?
8. Berikan contoh studi kasus serta analisis pada kesalahan pemberian obat!

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui indikator keselamatan pasien (patient safety) pada kesalahan
pemberian obat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian keselamatan pasien.
b. Menjelaskan tentang keselamatan pasien menurut IPSG.
c. Menjelaskan tentang pemberian obat dan kesalahan obat.
d. Mengetahui faktor kesalahan pemberian obat.
e. Mengetahui cara mencegah kesalahan pemberian obat.
f. Mengetahui cara penatalaksanaan pemberian obat.
g. Memberikan contoh studi kasus sera analisis kesalahan pemberian obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)


1. PENGERTIAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)
Keselamatan pasien (patient safety)puskesmasadalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yangberhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKesRI, 2006).
Keselamatan pasien (patient safety) mempunyai tujuan yaitu terciptanya budaya
keselamatan pasien di puskesmas, meningkatnya akutanbilitas puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan
(DepKesRI,2006).
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani
segera di puskesmasdi Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien puskesmas
yang merupakan acuan bagi puskesmas di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.Standar
keselamatan pasien puskesmas yang disusun ini mengacu pada ”Hospital Patient Safety
Standards”yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations,
Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi puskesmas di
Indonesia. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
programpeningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien(DepKesRI, 2006).
2. MENURUT INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS (IPSG) ATAU SASARAN
INTERNASIONAL KESELAMATAN PASIEN (SIKP)
International Patient Safety Goal (IPSG) merupakan syarat untuk implementasi di
semua puskesmas yang terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) di bawah
Standar Internasional IPSG digunakan untuk Puskesmas untuk menggiatkan perbaikan-
perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien (Soegiri, 2014).
Tujuan IPSG adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal
keselamatan pasien.Sasaran dalam SIKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam
perawatan kesehatan, memberikan bukti dan solusi hasil konsensus yang berdasarkan nasihat
para pakar.Dengan mempertimbangkan bahwa untuk menyediakan perawatan kesehatan yang
aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat
mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan system (Soegiri, 2014).
Penyusunan sasaran sama saja seperti standar-standar lainnya, ada standar (pernyataan
sasaran), maksud dan tujuan, dan elemen penilaian. Penilaiannya juga sama dengan penilaian
terhadap standar lain yaitu menggunakan kriteria “memenuhi,” “sebagian memenuhi,” atau
“tidak memenuhi”. Dalam Kaidah Keputusan Akreditasi tercakup juga syarat memenuhi
ketentuan SIKP sebagai kaidah keputusan yang terpisah. Daftar Sasaran, Persyaratan, Tujuan,
dan Elemen Penilaian :
 SIKP.1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
 SIKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
 SIKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
 SIKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar,
Pembedahan Pada PasienYang Benar.
 SIKP.5 Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
 SIKP.6 Mengurangi Resiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

1. Standar SIKP.3
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-
obatan yang harus diwaspadai.
2. Maksud dan Tujuan SIKP.3
Bilamana dalam rencana perawatan pasien terdapat juga pemberian obat-obatan,
maka untuk memastikan keselamatan pasien pengelolaan obat yang tepat menjadi sangat
penting. Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah: obat-obatan yang termasuk dalam
sejumlah besar kesalahan obat-obatan yang bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan
risikonya lebih tinggi, begitu pula obat-obatan yang mirip bentuk/bunyi dan namanya.
Daftar obat berisiko tinggi dapat diperoleh dari organisasi seperti misalnya WHO atau
Institute for Safe Medication Practices. Masalah kekeliruan obat yang kerap dikutip adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak disengaja (misalnya, kalium klorida [sama atau
lebih besar daripada 2mEq /ml], kalium fosfat [sama atau lebih besar dari 3mmol /ml],
natrium klorida [lebih besar dari 0,9%], dan magnesium sulfat [sama atau lebih besar dari
50%]). Kesalahan dapat terjadi jika staf belum sungguh-sungguh mengenal unit perawatan
pasien, yang dipekerjakan adalah perawat kontrakan yang tidak diberi pengenalan secara
memadai, atau dalam keadaan darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
menghilangkan kejadian ini adalah menyusun proses pengelolaan obat yang patut
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit perawatan pasien ke
farmasi.
Puskesmas bersama-sama menyusun kebijakan dan prosedur untuk
mengidentifikasi obat-obatan yang patut diwaspadai apa saja yang dimiliki puskesmas
berdasarkan data yang ada. Kebijakan dan prosedur juga menetapkan bagian mana saja
secara klinis memang memerlukan elektrolit konsentrat sesuai bukti dan praktik
profesional yang ada, seperti misalnya bagian gawat darurat atau kamar operasi, dan
menetapkan cara pelabelannya yang jelas dan cara penyimpanannya sedemikian rupa
sehingga aksesnya terbatas agar terhindar dan pemakaian tak sengaja.
3. Elemen Penilaian SIKP.3
a) Kebijakan dan/atau prosedur disusun untuk mengatasi masalah identifikasi,
lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat yang patut diwaspadai.
b) Kebijakan dan/atau prosedur ini diterapkan.
c) Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali jika secara
klinis diperlukan dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian tidak sengaja
di wilayah yang diizinkan oleh aturan kebijakannya.Elektrolit konsentrat yang
disimpan di unit perawatan pasien diberi label jelas dan disimpan sedemikian rupa
hingga tidak mudah diakses.

3. PERAN PERAWAT DALAM MEWUJUDKAN KESELAMATAN PASIEN


TERUTAMA PADA PEMBERIAN OBAT
Berdasarkan hasil penelitian Selleya tahun 2013 tentanghubungan pengetahuan dan
sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap
Puskesmas Benculuk dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada hubungan pengetahuan
perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap
Puskesmas Benculuk, dimana 95% perawat pelaksana mempunyai pengetahuan baik tentang
pelaksanaan keselamatan pasien, dan ada hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan
keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap Puskesmas Benculuk, dimana 95%
perawatpelaksana mempunyai sikap yang baik dalam melaksanakan keselamatan pasien.
Mempunyai kemampuan untuk mengelola, mengontrol dan memberikan obat secara
aman (safety).Sebelum memberikan obat ke pasien, perawat harus mengetahui secara pasti
tentang:
a) Nama obat
b) Golongan obat / kelas farmakoterapi
c) Efek yang diinginkan & mekanisme aksi
d) Efek samping
e) Efek yang merugikan
f) Efek toksik
g) Interaksi
h) Kontraindikasi & tindakan pencegahannya
i) Regimen dosis & rute pemberian
j) Data farmakokinetika
Bagaimana jika perawat salah memberikan obat ?
- Segera mengakui kesalahan
- Hubungi dokter / laporkan kepada institusi terkait
- Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan &tindakan
pencegahan guna mencegah terulangnya kesalahanyg sama / kesalahan lainnya.
- Dokumentasikan dg benar pd MR / form khusus kekeliruan :penjelasan kesalahan
& langkah yg sudah diambil untukmengatasinya

B. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


1. DEFINISI OBAT
Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi(PerMenKes
917/Menkes/Per/x/1993).
Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat adalah suatu bahan atau
paduan bahan – bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah
badan atau bagian badan manusia.

2. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau
konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain
yang sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah atau
memberi obat yang benar pada rute yang salah, jika terjadi kesalahan pemberian obat,
perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau
perawat senior setelah kesalahan itu diketahuinya.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan.Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat
yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi
status kesehatan klien.Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat
yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia
(DOI), Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi,
harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang
diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang
merugikan dari pengobatan (Kee and Hayes, 1996).

3. FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


a. Kurang menginterpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan.
Perawat juga sering tidak bertanggung jawab untuk melakukan interpretasi yang
tepat terhadap orde obat yang diberikan. Saat orde obat yang dituliskan tidak dapat
dibaca,maka dapat terjadi kesalahan interpretasi terhadap order obat yang akan diberikan.
b. Kurang tepat dalam menghitung dosis obat yang akan diberikan.
Dosis merupakan faktor penting, baik kekurangan atau kelebihan obat dapat
menyebabkan dan bisa membehayakan,sehingga perhitungan dosis yang kurang tepat
dapat membayakan klien.
c. Kurang tepat mengetahui dan memahami prinsip enam benar.
Dalam memberikan pengobatan,kita sebagai perawat sering melakukan
kesalahan yang fatal,hal tersebut bisa terjadi apabila kita kurang mengetahui dan
memahami prinsip enam benar yang tepat.
a. Tepat Obat :
mengecek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya
alergi obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat,
mengecek label obat, mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping
obat,hanya memberikan obat yang di siapkan diri sendiri.
b. Tepat dosis :
mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil hitungan dosis
dengan dengan perawat lain, mencampur/mengoplos obat.
c. Tepat waktu :
mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal kadaluarsa
obat, memberikan obat dalam rentang 30 menit.
d. Tepat pasien :
mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien yang
akan diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papan/kardeks ditempat tidur
pasien
e. Tepat cara pemberian :
mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek cara pemberian pada
label/kemasan obat.
f. Tepat dokumentasi :
mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mencatat nama pasien, nama
obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat (Kozier,2000).

4. CARA MENCEGAH KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


a. Baca label obat dengan teliti. Banyak produk tersedia dalam kotak,warna dan bentuk
yang sama.
b. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal. Kebanyakan dosis
terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Interprestasi
yang salah terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi yang
berlebihan.
c. Waspada obat-obatan bernama sama. Banyak nama obat yang terdengar
sama(misalnya digoxin dan digitoxin).
d. Cermati angka belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan
perkalian satu sama lain(contoh:tablet cumadin dalam tablet 2,5 dan 25mg).
e. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakan dosis di
programkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek teraupetik dan
responnya.
f. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di programkan,konsultasikan kepada
sumbernya. Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka resiko pemberian dosis
yang tidak akurat menjadi lebih besar.
g. Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak
resmi.Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk
obat yang sering di programkan.Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal
singkatan tersebut obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
h. Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat di
baca.Apabila ragu tanya ke dokter kesempatan terjadinya interprestasi kecuali,perawat
mempertanyakan program obat yang sulit di baca.
i. Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien,menyebutkan nama
lengkapnya,cermati nama yang tertera pada tanda pengenalan.
j. Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip label khusus
pada buku,obat dapat memberi peringatan tentang peringatan masalah yang potensial.
k. Cermati ekuivalen.Saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah terjadi.Contoh:di
baca milligram padahal mililiter.

5. PENATALAKSANAAN OBAT
Dalam membahas tentang penatalaksaan obat dibagi menjadi 2 yaitu pemberian
obatlangsung ke pasien dan pengelolaan atau penyimpanan obat di ruangan.
1. Pemberian obat ke pasien
a. Prinsip-prinsip peberian obat
Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3 yaitu
persiaan peberian dan evaluasi.
1) Persiapan
Pertama perawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian
mengkaji obat (tujuan pemberian, cara kerja, efek samping, dosis dan lainnya).
Setelah itu melakukan persiapan yang berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji
riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan kondisi sebelum
pengobatan.
2) Pemberian
Ada 6 benaryang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat.
3) Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien terhadap
pengobatan. Untuk obat-obatan yang sering digunakan di puskesmas jiwa efek
samping biasanya terlihat sampai 1 jam setelah pemberian.
b. Metode pendekatan khusus dalam pemberian obat
Pemberian obat untuk pasien gangguan jiwa memerlukan pendekatan khusus
sesuai dengan kasusnya seperti pada kasus pasien curiga pasien bunuh diri dan pasien
yang ketergantungan obat.
1) Pendekatan khusus kepada pasien curiga
Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau
pemberian yang diberikan padanya.Perawat harus meyakinkan bahwa tindakan
treatment yang dilakukan ke pasien tidaklah berbahaya dan bermanfaat bagi
pasien. Secara verbal dan non verbal, perawat harus dapat mengontrol
perilakunya agar tidak menimbulkan keraguan pada diri pasien karena tindakan
ragu-ragu dari perawat akan menimbulkan kecurigaan pasien.
Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat agar
pasien tidak bingung, cemas dan curiga. Jika ada perubahan dosis diskusikan
terlebih dahulu keadaan pasien sebelum meminta pasien untuk meminumnya.
Yakinkan obat benar-benar diminum dan ditelan dengan cara meminta pasien
membuka mulut dan gunakan spatel untuk melihat apakah obat disebunyikan.
Hal ini terutama pada pasien yang mempunyai riwayat menyembunyikan obat di
bawah lidah dan membuangnya.Untuk pasien yang benar-benar menolak minum
obat walaupun sudah dilakukan pendekatan pemberian obat dilakukan melalui
injeksi sesuai dengan instruktur dokter dengan memperhatikan aspek legal dan
hak pasien untuk menolak pengobatan dalam keadaan darurat.
2) Pendekatan khusus kepada pasien yang potensial bunuh diri.
Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan
pasien untuk minum obat dengan maksud pasien untuk merusak dirinya.Perawat
harus bersikap tegas dalam pengawasan pasien untuk minum obat karena pasien
pada tahap ini berada dalam fase ambivalen antara keinginan hidup dan
mati.Perawat menggunakan kesempatan treatment pada saat pasien memunyai
keinginan hidup, agar keraguan pasien untuk mengakhiri hidupnya berkurang
karena pasien merasa diperhatikan.
Perhatian Perawat merupakan stimulus penting bagi pasien untuk
meningkatkan motivasi hidup.Dalam hal ini peran perawat dalam memberikan
obat diintegrasikan dengan pendekatan keperawatan diantaranya untuk
meningkatkan harga diri pasien.
3) Pendekatan khusus pada pasien ketergantungan obat
Pada pasien yang mengalami ketergantungan obat biasanya menganggap
bahwa obat adalah segala-galanya dalam menyelesaikan masalah. Sehingga
perawat perlu memberikan penjelasan kepada pasien tentang manfaat obat dan
obat bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah. Terapi obat
harus disesuaikan dengan terapi modalitas lainnya seperti penjelasan cara-cara
melewati proses kehilangan.
c. Pendidikan Kesehatan
Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
pada pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup
informasi tentang penyakit kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan
kesehatan yang berkaitan dengan pemberian obat yaitu informasi tentang obat efek
samping cara minum obat waktu dan dosis.

6. CONTOH KASUS
a. Kasus
Kasus An. Z. di Puskesmas Benculuk umur 3 tahun pada tanggal 5 Oktober 2017,
pasien di rawat di ruangan melati Puskesmas Benculukdengan diagnosa Demam kejang .
Sesuai order dokter infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun perawat
yang tidak mengikuti operan jaga langsung mengganti infuse pasien tanpa melihat bahwa
terapi pasien tersebut infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa menit kemudian pasien
mengalami kejang-kejang, untung keluarga pasien cepat melaporkan kejadian ini sehingga
tidak menjadi tambah parah dan infusnya langsung diganti dan ditambah penitoin.
b. Analisis
Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa kelalaian perawat dapat membahayakan
keselamatan pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat memiliki tanggung
jawab untuk mengikuti operan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien dan tindakan
yang akan dilakukan maupun dihentikan. Supaya tidak terjadi kesalahan pemberian tindakan
sesuai dengan kondisi pasien.
Pada kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai order, namun
dalam hal ini perawat tidak menjalankan prinsip benar obat.
Disamping itu juga, terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan konsep
patient safety dengan benar, terbukti dari kesalahan akibat tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan yang menyebabkan ancaman keselamatan pasien.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting. Perawat
adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat bertanggung
jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar.Obat yang diberikan
kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan.
Tugas seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.Setelah obat
diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis, cara/rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan.Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu tidak dapat dapat
diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan kepada
dokter untuk tindakan selanjutnya.

B. Saran
Sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya tanpa
menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.Perawat
harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya dalam pemberian obat kepada
pasien, agar tidak terjadi kesalahan.Meningkatkan motivasi dan kinerja perawat dengan
pengawasan, karena sebenarnya perawat sudah mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana
prinsip pemberian obat pada pasien yang benar.
Dan Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus
segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah
kesalahan itu diketahuinya, agar segera di atasi.

Anda mungkin juga menyukai