45 Votes
Oleh
Rhudy Marseno*
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat,
jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang
cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis
(medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error
didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended
(i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of
planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan
tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang
diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk
mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event
(Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis
lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum
obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai,
menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas
hasil pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada
prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan
keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap
preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow
up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan
berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees
mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety)
merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-capaian
peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun
2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam TO ERR IS HUMAN,
Building a Safer Health System melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien
rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO
mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program bersama dengan
berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
3. Menurunnya KTD di RS
1. Hak pasien
Standarnya adalah
Kriterianya adalah
Standarnya adalah
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah:
Standarnya adalah
Kriterianya adalah:
Standarnya adalah
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis
Standarnya adalah
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan 7
Langkah Menuju KP RS .
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
Kriterianya adalah
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan
Standarnya adalah
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
Kriterianya adalah
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
Standarnya adalah
Kriterianya adalah
Bagi Tim:
Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yg tepat
2. Pimpin dan dukung staf anda, bangunlah komitmen &focus yang kuat &
jelas tentang KP di RS anda
Bagi Tim:
Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
Bagi Tim:
Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkait
Penilaian risiko pd individu pasien
Bagi Tim:
Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting
Bagi Tim:
Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insiden
Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
Bagi Tim:
Umpan balik kpd staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden
Bagi Tim:
a. Di Rumah Sakit
4. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
b. Di Provinsi/Kabupaten/Kota
c. Di Pusat
Selain itu, menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan
untuk mengembangkan budaya Patient safety ini
Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik dan teraman
untuk pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua
staf merasa mendapatkan dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas
strategis dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS
yang terlibat dalam safer patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa
tanggung jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka
memegang peran kunci dalam membangun dan mempertahankan fokus patient
safety di dalam RS.
Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman
yang berharga. Koordinator patient safety dan manajer RS harus membuat budaya
yang mendorong pelaporan. Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan
pasien sama pentingnya dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan
pasien. Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi
pembelajaran bagi semua staf.
Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan
mengikuti perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya saja data
mortalitas. Dengan perubahan data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan
manajer bisa melihat bagaimana manfaat dari penerapan patient safety.
Aspek hukum terhadap patient safety atau keselamatan pasien adalah sebagai
berikut
c. Pasal 58 UU No.36/2009
1) Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam Pelkes yang diterimanya.
b. Pasal 46 UU No.44/2009
Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.
Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.
Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang kompresehensif.
4. Hak Pasien
Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
Pasal 43 UU No.44/2009
a. Assessment risiko
a. Di Rumah Sakit
1. Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan
Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
2. Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan
Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir
yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
b. Di Propinsi
a. Di Rumah sakit
Pimpinan Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit-unit kerja di
rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja
b. Di propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit di wilayah kerjanya
c. Di Pusat
REFERENSI
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting
yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu :
keselamatan pasien (patient safety),
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan peralatan di rumah sakit yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis
rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut
sangatlah penting untuk dilaksanakan di
setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit
dapat berjalan apabila ada pasien. Karena
itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan
dan hal tersebut terkait dengan isu mutu
dan citra perumahsakitan.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien sesuai dengan
yang diucapkan Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum,
non nocere (First, do no harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi
pelayanan kesehatan khususnya di rumah
sakit menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan - KTD (Adverse event)
apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan
teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam
terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik dapat terjadi
KTD.
Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan
laporan yang mengagetkan banyak pihak
: TO ERR IS HUMAN , Building a Safer Health System. Laporan itu
mengemukakan penelitian di rumah sakit
di Utah dan Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan
KTD (Adverse Event) sebesar 2,9 %,
dimana 6,6 % diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD
adalah sebesar 3,7 % dengan angka
kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di
seluruh Amerika yang berjumlah 33,6
juta per tahun berkisar 44.000 98.000 per tahun. Publikasi WHO pada
tahun 2004, mengumpulkan angkaangka
penelitian rumah sakit di berbagai Negara : Amerika, Inggris, Denmark,
dan Australia, ditemukan KTD
dengan rentang 3,2 16,6 %. Dengan data-data tersebut, berbagai
negara segera melakukan penelitian dan
mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (Near
miss) masih langka, namun dilain
pihak terjadi peningkatan tuduhan mal praktek, yang belum tentu sesuai
dengan pembuktian akhir. Dalam
rangka meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
telah mengambil inisiatif membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKP-RS). Komite tersebut telah
aktif melaksanakan langkah langkah persiapan pelaksanaan keselamatan
pasien rumah sakit dengan
mengembangkan laboratorium program keselamatan pasien rumah sakit.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan
pasien rumah sakit perlu dilakukan. Karena itu diperlukan acuan yang
jelas untuk melaksanakan keselamatan
pasien tersebut. Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit yang terutama berisi Standar
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit diharapkan
dapat membantu rumah sakit dalam melaksanakan kegiatannya. Buku
Panduan ini rencananya akan dilengkapi
dengan Instrumen Penilaian yang akan dimasukkan di dalam program
akreditasi rumah sakit.
1.2. Tujuan disusunnya Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien
XXXXXXXXXXX
Jl. Manila No. 37 PLN Sumberece Kota Kediri Telp. (0354) 7009713 Fax. (0354)
3.kej adian di RS ya ng dapat merugik an pas ien, antara lain kecuali
:a . b e b a n
e k o n o m i b . g a n g g u a n
n e u r o l o g i
p e r m a n e n c . k e m a t i a
n d . r e n d a h n y a p e n g e t a h u a n
p a s i e n
e . d i s a b i l i t y
4.cara yang dilakukan untuk dapat memperbaiki
safety
sebagai individu adalah :1 . k u r a n g i
s t r e s s 2.meminimalkan kelelahan3 . k e n d a l i k a n
e m o s i 4.berdiskusi dengan teman
sederajat5 . p e n y e b a b h u m a n e r r o r a d a l a h :
1 . t e r l a m b a t 2 . l e l a h 3 . m a r a h
4 . l a p a r 6.ter mas uk s tres s s ituas i dala m melakukan
pela yan an kes ehatan adalah : 1 . k u r a n g
t r a m p i l 2 . k o n f l i k a n t a r p r i b a d i 3.keraguan dalam
m e l a k u k a n t i n d a k a n 4 . p e n g a t u r a n w a k t u 7.faktor-
faktor ya ng me mp engaruhi terj adinya kes alahan di pela ya na n
kes ehatan adalah :1 . b a n y a k n y a j e n i s o b a t 2 . s t a f f R S
y a n g c u k u p b e s a r 3.jenis pemeriksaan dan
prosedur 4 . j u m l a h p a s i e n 8 . y a n g d i m a k s u d
dengan
Medical Error
adalah :1 . k e s a l a h a n y a n g t e r j a d i d a l a m p r o s e s
a s u h a n m e d i s y a n g m e n g a k i b a t k a n cedera pada
pasien2 . g a g a l m e l a k s a n a k a n s e p e n u h n y a
s u a t u r e n c a n a 3.pengguanaan rencana yang
salah untuk mencapai tujuannya4 . t i d a k
meng ambi l tindakan yan g seharus n ya
d i a m b i l 9.kemungkinan kes alahan bis a terj adi pada diagnos tik
adalah : 1 . k e t e r l a m b a t a n d i a g n o s a 2.mengguanak an cara
pemeriks aan ya ng s udah tidak dipakai 3 . t i d a k m e n e r a p k a n
p e m e r i k s a a n y a n g s e s u a i 4.tidak bertindak atas has il
pemeriks aan / obs ervas i