KEPERAWATAN
OLEH
NIM : 211112002
2021
A. Konsep Dasar Filsafat dan Falsafah Keperawatan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu mendengar ilmu namun banyak orang yang
belum memahami dengan sesungguhnya bagaimana filsafat ilmu tersebut. Banyak orang
yang beranggapan bahwa filsafat adalah merenung, namun jika ditelaah apakah semua orang
yang merenung berarti berfilsafat. Padahal berfilsafat merupakan kegiatan berfikir secara
lebih luas, mendalam dan objektif. Arti kata falsafah adalah anggapan, gagasan, pendidikan,
dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki oleh orang atau masyarakat (KBBI).
Falsafah keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat sebagai
kerangka dalam berfikir. Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi
dan sistem pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang-undangan keperawatan
(Nursing Act), dimanapun perawat bekerja (PPNI, 2000).
Filsafat merupakan sebuah proses, bukan sebuah produk yakni berpikir kritis, aktif,
sistematis, dan mengikuti prinsip-prinsp logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu
informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak (Nunu
Burhanuddin, 2018).
Filsafat ilmu adalah telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai
hakikat ilmu, baik ditinjau dari sudut ontologi, epistemologi, maupun aksiologi yang
dilakukan melalui proses dialektika secara mendalam yang sistematis dan bersifat spekulatif
(Mukhtar Latif, 2016).
Pertama, memandang bahwa pasien sebagai manusia holistik yang harus dipenuhi segala
kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spritual yang diberikan
secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan hanya secara sepihak atau sebagian dari
kebutuhannya;
Kedua, bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan harus secara langsung dengan tetap
memperhatikan aspek kemanusian;
Ketiga, setiap orang berhak memperoleh perawatan tanpa memandang perbedaan atas
suku, kepercayaan, status sosial, agama, dan ekonomi;
Keempat, pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan
mengingat bahwa perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan, bukan sendiri sendiri;
Kelima, pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan sebagai
seorang penerima jasa yang pasif (Hidayat, 2009).
Dalam filsafat dibahas seluruh yang ada, bukan yang tiada, atau mungkin tidak ada,
baik itu yang bersifat tidak nyata atau nyata meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta.
Untuk memahami secara keseluruhan filsafat dengan baik, sangat sulit dengan tidak adanya
pemilahan dan mungkin kita hanya menguasai sebagian saja dari ruang lingkup filsafat.
Secara garis besar, terdapat tiga bahasan pokok sistematika filsafat yaitu;
epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita mendapatkan
pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang bahasannya tentang hakikat segala sesuatu
yang menghasilkan pengetahuan, dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang
pentingnya pengetahuan dan fungsi dari pengetahuan. Sangat penting mempelajari ketiga
cabang tersebut dalam upaya memahami filsafat yang sangat luas ruang lingkup dan
pembahasannya. Cabang pengetahuan pada ilmu keperawatan dapat juga kita bedakan
menurut hal-hal yang diketahuinya (ontologi), cara diperoleh dan disusunnya pengetahuan
(epistemologi), serta nilai yang terhubung dengan nilai tersebut (aksiologi) (Asmadi, 2009).
1. Ontologi
a. Pengertian Ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani, kajian tersebut membahas sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersifat ontologi adalah Thales, Plato dan Aristoteles.
Adapun pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat
yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan
dikaji secara tersendiri menurut lingkup cabang-cabang keilmuan tersendiri. Sebuah
ontologi juga menjelaskan domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk
sebuah “knowledge base”. Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang
makna dari suatu objek, properti dari suatu objek serta relasi objek tersebut yang
mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan (Nunu Burhanuddin, 2018).
Istilah ontologi berasal dari kata ontos, yang berarti sesuatu yang berwujud.
Ontologi juga bisa disebut sebagai sebagai ilmu yang mempelajari wujud tentang
hakikat yang ada. Bagian ilmu filsafat yang paling umum ialah ontologi, atau bagian
dari metafisika yang merupakan salah satu bab atau bagian dari filsafat yang
keberadaannya tidak terikat pada suatu perwujudan tertentu. Objek telaah ontologi
yang ada secara universal atau secara umum adalah bahasan dalam ontologi, yaitu
berusaha mencari inti yang dimuat pada setiap kenyataan yang mencakup segala
macam kenyataan dalam semua bentuk perwujudannya (Bahrun, 2013).
1. Objek material (obiectum materiale, material object) adalah semua lapangan atau
bahan yang dapat dijadikan sebagai objek penyelidikan dari sebuah ilmu.
2. Objek formal (obiectum formale, formal object) adalah penentuan titik pandang
pada objek material.
Ilmu dapat membuat beberapa asumsi atau pengandaian tentang objek untuk
melakukan kajian yang lebih mendalam tentang hakikat objek empiris. Asumsi yang
telah dianggap benar dan tidak menimbulkan keraguan lagi ialah asumsi yang
merupakan sebuah dasar dan titik tolak dari segala pandang kegiatan. Asumsi itu
diperlukan, sebab pernyataan asumtif itulah yang nantinya akan memberikan arah
serta landasan bagi berbagai kegiatan penelaahan.
Terdapat beberapa pendapat tentang objek empiris yang telah dibuat oleh para
ilmuan, yakni:
1. Anggapan bahwa pada objek-objek tertentu memiliki kesamaan antara yang satu
dengan yang lainnya, misalnya dalam hal struktur, bentuk, sifat dan yang lainnya.
2. Anggapan bahwa dalam jangka waktu tertentu suatu benda tidak mengalami
perubahan.
Berdasarkan pemahaman di atas, terdapat beberapa hal penting yang dapat kita
cermati tentang epistemologi: Pertama, epistemologi berkenaan dengan sifat
pengetahuan, kemungkinan, cakupan, dan dasardasar pengetahuan. Kedua, epistemologi
membahas tentang rehabilitas pengetahuan, dan Ketiga, epistemologi melakukan
investigasi tentang sumber, struktur, metode, dan validitas pengetahuan.
3. Aksiologi (Etchis)
a Pengertian
Menurut Bahasa Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Axios dan Logos. Axios
artinya nilai dan logos artinya ilmu, penalaran dan teori. Aksiologi secara bahasa
dipahami sebagai teori tentang nilai atau rasionalitas nilai. Secara istilah, aksiologi
dipahami sebagai cabang filsafat yang membahas tentang nilai. Aksiologi tidak lain
adalah the teory of values.
Investigasi atau pertimbangan moralitas dari tindakan kita dan pengetahuan atau cara
berpikir yang mendasari adanya istilah benar versus salah, baik versus buruk, kebaikan
versus keburukan, atau dapat juga diartikan dengan “untuk apa pengetahuan tersebut
dipergunakan,dan kaitannya dengan penggunaanya dengan kaidah-kaidah moral (Nur
Aini, 2018).
Asas dalam keilmuan tersebut dipergunakan untuk kebaikan seluruh umat manusia.
Meningkatkan taraf hidup manusia tanpa mengabaikan martabat manusia, kodrat
manusia dan kelestarian alam melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan ilmiah secara
komunal dan universal, asas moral yang terkandung di dalam pengetahuan ilmiah
diperuntukkan.
Secara aksiologi maka keperawatan yang merupakan bagian integral dari layanan
kesehatan memiliki andil yang besar terhadap seluruh masyarakat. Orientasi keperawatan
tidak hanya berfokus pada individu yang dalam kondisi sakit, tapi juga kepada individu
yang dalam kondisi sehat. Melakukan pengembangan diri ke arah yang lebih
profesionalisme menjadi upaya yang selalu dilakukan dalam Keperawatan. Aplikasi
moral dari ilmu keperawatan ialah tanggung jawab secara profesional kepada pasien,
masyarakat serta Tuhan Yang Maha Esa.
Ilmu Keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki body of knowledge
yang sangat khas hingga akan selalu mengalami perkembangan. Perkembangan ilmu
keperawatan menjadi tanggung jawab seluruh stakeholder keperawatan, diantaranya ialah
para profesional, pendidik dan mahasiswa keperawatan. Salah satu bagian terpenting di
proses perkembangan ilmu keperawatan ialah adanya riset dalam bidang keperawatan
(Nursalam, Efendy Ferry, 2009).
Keperawatan sebagai sebuah ilmu mempunyai objek formal dan objek material. Objek
formalnya, sebagai dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar manusia maka keperawatan
memiliki cara pandang terhadap respon manusia pada masalah kesehatan, bantuan pada
manusia diberikan kepada individu, kelompok atau masyarakat yang mengalami
ketidakmampuan untuk berfungsi secara sempurna dalam berbagai masalah kesehatan dan
proses penyembuhan serta Ilmu keperawatan sangat memperhatikan dan berfokus pada
masalah-masalah keperawatan yang dilaksanakan dengan cara mencari secara ilmiah
(Asmadi, 2009).
Sebagai objek materi, maka keperawatan mempunyai sebuah bahasan yang telah
disusun secara sistematis dengan mempergunakan metode ilmiah. Asuhan keperawatan
yang ditujukan pada manusia diperuntukkan kepada bagian yang tidak mampu berfungsi
secara sempurna yang mempunyai kaitan dengan kondisi kesehatan dan sebagai manusia
sebagai makhluk yang utuh dan unik (Asmadi, 2009).
Untuk mempertahankan argumentasi maka Ilmu sebagai pembuktian dari fakta pada
kenyataan dan apa yang telah dipelajari itulah yang harus dinyatakan. Jika perawat
profesional sudah dibekali oleh ilmu yang cukup pada masa proses pendidikan, maka akan
mudah dalam mempraktikan ilmunya. Suatu ilmu tidak akan dapat membuat orang merasa
ragu apabila orang tersebut telah mencapai jenjang pendidikan yang tinggi (Asmadi,
2009).
Ilmu yang nantinya akan menjelaskan kepada kita hingga mampu mengambil sebuah
kesimpulan dari sebuah penelitian dan menentukan profesionalisasi melalui proses
pengembangan ilmu pengetahuan. Pengembangan ini telah ditentukan oleh paradigma
keperawatan yang dikembangkan dan telah disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang lain yang mampu mendukung dan mengontrol keperawatan (Asmadi,
2009).
Daftar Pustaka
Risnah & Irwan, Muhammad. 2021. “FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN DALAM
INTEGRASI KEILMUAN”. Makassar: Alauddin University Press.