Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN FIELD STUDY DETEKSI DINI GANGGUAN TUMBUH KEMBANG ANAK DI CHILDREN HOUSE GRIYA LARE UTAMI YOGYAKARTA

KELOMPOK 3 ANGGOTA: Aprilia Wulandari Nuur Lailatun Chasanah Muji Lestari Ari Diah Astuti Lisna Fitri Andari A. A Mas Pramiati Shabrina R.C. Riska Isdiana Pranidhana C.N. Shinta Restu Wibawa Dwi Novita Wulandari Lilinggawati Rivany Bustan Siti Khotijah Arief Sulistyo Nugroho Yunita Dewi Nur Aining Samawati Novantry R. Padang Veronica Pieta Tyas. T. Anggi Wijayanti K. Eni Widiyawati PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013 14248 14251 14253 14374 14377 14383 14533 14535 14536 14630 14632 14641 14704 14742

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa tumbuh kembang pada anak meliputi seluruh proses kejadian sejak terjadi pembuahan sampai masa dewasa. Pertumbuhan (growth) adalah bertambahnya ukuran berbagai organ. Pertambahan besar ini dapat disebabkan oleh peningkatan ukuran masingmasing sel atau kesatuan sel yang membentuk organ tubuh atau pertambahan jumlah keseluruhan sel dan keduanya. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemapuan/keahlian dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dari lingkungannya.
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang berkelanjutan, teratur dan saling berkaitan. Berbagai masalah perkembangan anak seperti keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, autisme, hiperaktif, dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat, angka kejadian di Amerika serikat berkisar 1216%, Thailand 24%, dan Argentina 22%, 7 di Indonesia antara 13%-18%. Lima tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan masa kritis perkembangan karena pada masa ini sosial terbentuknya berpikir, dan dasar-dasar ketrampilan Untuk kepribadian berbahasa, mengurangi manusia, berbicara, masalah kemampuan bertingkah pengindraan, laku

sebagainya.

perkembangan, perlu dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin yaitu dengan melakukan deteksi dini. Salah satu cara deteksi dini perkembangan yang sistematik, komprehensif, efektif, dan efisien adalah metoda skrining yang dapat dilakukan secara informal maupun formal.

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak sangat penting untuk dilakukan agar kita mampu mengetahui lebih awal perkembangan anak dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga dapat diambil langkah awal untuk mencegah dan menanggulanginya. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dapat dilakukan dengan menggunakan instrument KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI. Instrument ini dapat membantu kita mengetahui apakah perkembangan anak normal atu ada penyimpangan. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang kami kaji pada field study kali ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah perkembangan anak-anak di Children House Griya Lare Utami tergolong normal ataukah mengalami penyimpangan?

2. Bagaimana cara untuk mencegah terjadinya penyimpangan tumbuh kembang pada anak-anak? 3. Apa saja implikasi keperawatan yang bisa diberikan dalam mencegah dan menanggulangi penyimpangan tumbuh kembang? C. Tujuan Kegiatan Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk men-skrining perkembangan anak-anak di Children House Griya Lare Utami di Bantul, Yogyakarta apakah tergolong normal ataukah ada penyimpangan. 2. Untuk mengetahui tindakan preventif yang dilakukan dalam mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan. 3. Untuk mengetahui implikasi keperawatan yang bisa dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi penyimpangan tumbuh kembang. D. Metode Kegiatan Adapun metode yang kami gunakan dalam field study ini adalah metode kuisioner dan wawancara. Responden diberi instruksi sesuai kuesioner. Selain itu, kami juga mewawancarai orang tua terkait hal-hal yang belum jelas. Kegiatan ini kami laksanakan pada Hari, tanggal Waktu Tempat E. : Rabu, 20 Februari 2013 : Pukul 16.00 17.30 WIB : Children House Griya Lare Utami, Bantul, Yogyakarta

Manfaat Kegiatan Kegiatan ini mempunyai manfaat sebagai berikut. 1. Melatih mahasiswa dalam men-skrining perkembangan anak di Children House Griya Lare Utami, Bantul, Yogyakarta menggunakan instrument KPSP. 2. Melatih mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang telah didapat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Toddler Anak usia toddler adalah anak usia 12 36 bulan ( 1 3 tahun ) pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana menngontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal ( Perry, 1998 ). Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan belajar. (Wongs, 2000 ). Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang menarik antara lain berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam keinginan dan sikap atau perasaan si kecil apabila disuruh melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, ini akan menyatakan sikap dan nalurinya mengatakan tidak baik dengan kata kat maupun perbuatan, meskipun sebetulnya hal itu disukai ( psikolog menyebutnya negatifisme ). Kenyataan ini berbeda pada saat usia di bawah satu tahun, si kecil akan menjadi seseorang penyidik yang sangat menjengkelkan, mereka akan menyelinap masuk setiap sudut rumah, menyentuh semua benda yang ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi, menjatuhkan benda apapun yang bisa dijatuhkan, memanjat apa yang bisa di oanjat, memasukkan benda kecil ke dalam benda yang lebih besar dan sebagainya. ( Hurlock, 2002 ) Pada usia 2 tahun anak cenderung mengikuti orang tuanya kesana kemari, ikut ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah mulai belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain, perasaan tauk dan cemas sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan anak sendiri. Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan untuk kembali. Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena anak sudah dalam perkembangan emosi, sehingga mereka mengenggap ayah dan ibunya sebagai orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan kebandelan yang muncul pada usia antara 2,5 sampai 3 tahun tampaknya makin berkurang, sikap pada orang tua bukan saja bersahabat tapi sangat ramah dan hangat. Anak menjadi sangat patuh pada orang tuanya, sehingga mereka akan bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika keinginan mereka bertentangan dengan kehendak orang tuanya, karena mereka tetap mahluk hidup yang mempunyai pendapat sendiri. Pada usia 3 tahun, anak cenderung meniru siapapun yang dilakukan orang tuanya sehari hari, disebut proses identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak dibentuk jauh lebih banyak dibentuk dari petunjuk yang diterima dari orang tuanya, seperti membentuk

model diri mereka, membina kepribadian, membentuk sikap dasar bai terhadap pekerjaan, orang tua dan dirinya sendiri. ( Hurlock, 2002 ). Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak senakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial, maupun spiritual. ( Supartini, 2000 ). Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan biologis. Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badab berjalan cukup stabil atau lambat. Rata rata bertambah sekitar 2,3 kg/ tahun, sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6 7 cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant untuk bertambah dibanding anggota tubuh lainnya ). Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress, sehingga saat inisudah bisa diajarkan toilet training. Motorik Kasar Perkembangan kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang berhubungan dengan gerak gerak kasar yang melibatkan sebagian besar organ tubuh seperti berlari, dan melompat. Perkembangan motorik kasar ini sangat dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa berbeda. Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. Motorik kasar anak umur 15 bulan antara lain sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Anak usia 18 bulan sudah mulai berlari tapi masih sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan. Pada anak usia 24 bulan berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap. Sedangkan pada anak usia 36 bulan sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga. Motorik Halus Kemampuan motorik adalah kemampuan yang berhubungan ketrampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangakan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain puzzle, menyusuun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas, dan sebagainya. Motorik halus pada anak usia 15 bulan antara lain sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka kotak, melempar benda. Pada anak usia 18 bulan sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa membuka halaman buku, belajar menyususun balok-balok. Anak usia 24 bulan sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan sendok dengan baik.

Sedangkan pada anak usia 36 tahun sudah bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan nya sendiri, menggosok gigi. Anak pada usia 2 3 tahun memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 3 tahun antara lain: anak sangat aktif mengeksplorasi benda benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan. Bahasa Perkembangan bahasa anak usia toddler secara umum pemerolehan bahasa anak usia 1 3 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan psikis. Secara fisik kemampuan anak dalam memproduksi kata kata ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa ( kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat dan mengartikan symbol simbolbunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara psikis, kemampuan memproduksi kata kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata kata. Pada usia ini anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran. Pada anak usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata kata sederhana seperti mama atau papa. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata gantidiri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan pesan seperti, Adik mau susu. . Pada anak usia 18 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata kata. Perbendaharaan kata anak anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata kata baru lebih cepat. B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Anak Usia Pra-Sekolah Masa pra-sekolah berada pada usia 3 - 5 tahun. Perkembangan fisik pada usia ini terjadi lebih lambat dibandingkan perkembangan kognitif dan psikososial. Perubahan Fisik Beberapa aspek perkembangan fisik masih terus berjalan pada masa pra-sekolah. Anak bertambah berat badan sekitar 2,5 kg per tahun, dan tumbuh sebanyak 2,4 sampai 3 inci per tahun. Sebagian besar anak telah dapat buang air besar sendiri pada usia pra-sekolah. (Hockenberry dan Wilson,2007).

Koordinasi otot besar dan halus akan meningkat. Anak usia pra-sekolah dapat berdiri, menaiki dan menuruni tangga dengan mudah, serta belajar melompat. Keterampilan motorik halus berperan pada kegiatan sekolah. Anak akan belajar meniru gambar garis dan kotak. Pada anak yang menderita penyakit akut, mereka tetap membutuhkan kesempatan berkembang. Para orangtua dan perawat memberikan kesempatan ini ke dalam kegiatan harian anak sesuai kemampuan, kebutuhan, dan tenaga anak. Perubahan Kognitif Anak usia pra-sekolah dapat berpikir secara lebih kompleks dengan mengategorikan objek berdasarkan ukuran, warna, atau dengan pertanyaan. Mereka mengalami peningkatan interaksi sosial, dan menjadi sadar terhadap adanya hubungan kausa-dan-efek. Mereka juga dapat berpikir dalam konteks waktu dan tempat. Pada usia 5 tahun, anak belajar menggunakan aturan tertentu untuk memahami penyebab, dan proses ini akan membentuk dasar pemikiran logis. Anak usia pra-sekolah memiliki pengetahuan yang berkaitan erat dengan pengalamannya yang konkret, dan juga fantasi yang dimilikinya. Gabungan fantasi dan pengetahuan tersebut dapat menimbulkan rasa takut yang kadang dianggap orang dewasa sebagai kebohongan. Rasa takut terbesar terletak pada bahaya terhadap tubuh yang dapat dilihat dari ketakutan anak terhadap kegelapan, hewan, guntur, dan staf medis. Ketakutan ini akan mengganggu kesediaan mereka untuk menerima intervensi keperawatan. Oleh karena itu, mereka perlu dilibatkan dalam melakukan intervensi keperawatan, misalnya dengan diizinkan untuk membantu perawat mengukur tekanan darah orangtuanya. Perkembangan Moral Perkembangan moral pada anak usia pra-sekolah bertambah dengan pengetahuan tingkah laku yang dianggap benar atau salah menurut masayarakat. Bahasa Pada usai 6 tahun anak akan memiliki perbendaharaan kata sebanyak 8000-14000 kata. Kata yang dikuasai mencakup kata benda, warna, dan kata-kata untuk mengekspresikan keinginan dan kemarahannya (Santrock,2007). Bahasa yang digunakan menjadi lebih sosial dan pertanyaan lebih berarah pada "mengapa?" untuk menambah informasi. Perubahan Psikososial Dunia pra-sekolah akan mengenalkan mereka kepada lingkungan di luar keluarga, yaitu anak lainnya dan orang dewasa. Rsa ingin tahu menyebabkan mereka menjelajahi lingkungan dengan aktif, membangun keterampilan baru, dan menjalin persahabatan baru. Anak pra-sekolah memiliki banyak energi yang memungkinkan mereka melakukan banyak aktivitas. Rasa bersalah akan timbul jika mereka merasa telah bertingkah laku salah. Erikson (1963) menyarankan agar orangtua membantu anak mencapai keseimbangan antara

inisiatif dan rasa bersalah dengan cara mengizinkan mereka melakukan kegiatan sendiri sambil memberi petunjuk dan menetapkan batasan yang tegas. Masa pra-sekolah dengan perubahan pola pengasuhan dan dimulainya sekolah dapat menimbulkan ketergantungan pada orangtua mereka. Kepastian perawat bahwa ini merupakan tingkah laku adaptasi yang normal akan membuat orangtua lebih lega. Permainan Sebagian besar anak berusia tiga tahun dapat bermain bersama secara kooperatif dimana mereka memainkan peran tertentu. Permainan pura-pura membantu anak untuk memahami sudut pandang orang lain, membangun keterampilan memecahkan masalah sosial, dan menjadi lebih kreatif. Televisi, video, permainan elektronik, dan program komputer juga membantu perkembangan keterampilan dasar. American Academy of Pediatrics menyarankan oranguta untuk menjadwalkan waktu terbatas untuk menonton televisi agar anak melakukan kegiatan lain seperti membaca, aktivitas fisik, dan bersosialisasi dengan orang lain. (Hockenberry dan Wilson, 2007). Risiko Kesehatan Pada usia pra-sekolah, risiko kecelakaan jatuh menjadi lebih kecil dengan semakin tingginya kemampuan motorik anak. Anak harus mempelajari keamanan di rumahnya dan orangtua harus memonitori kegiatan anak. Anak pada usia ini merupakan peniru yang baik sehingga dibutuhkan penyajian contoh yang baik oleh orangtua. Penggunaan helm saat bersepeda akan menjadi contoh yang baik bagi anak pra-sekolah. Nutrisi Nutrisi yang dibutuhkan anak usia pra-sekolah berkisar 1.800 kalori per hari. Orangtua sering mengkhawatirkan jumlah makanan yang dikonsumsi anak, padahal kualitas makanan lebih berperan dibandingkan dengan kuantitas. Anak usia pra-sekolah mengonsumsi sekitar setengah kuantitas konsumsi individu dewasa. Tidur Anak usia pra-sekolah tidur sekitar 12 jam pada malam hari dan jarang melakukan tidur siang. Pada masa ini sering terjadi gangguan tidur. Membiasakan mereka untuk lebih tenang sebelum tidur akan menghasilkan kebiasaan tidur yang lebih baik. Penglihatan Skrinning penglihatan biasanya dimulai pada usia pra-sekolah dan harus dilakukan dengan interval yang teratur. Pemeriksaan yang terpenting adalah mendeteksi adanya penglihatan yang tidak binokular atau strabisnus.

Perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun menurut Piaget (Jamaris: 2011: 37-38) Anak usia 4 6 tahun masuk dalam tahap berpikir praoperasional konkrit. Pada usia ini anak masuk dalam tahap berpikir intuitif yaitu fase dimana anak memiliki banyak pengetahuan namun tidak tahu bagaimana anak mengetahui hal tersebut. Tahap ini mencirikan rasa ingin tahu anak sangat besar terhadap sesuatu, banyak mengajukan pertanyaan, mampu untuk mengetahui alasan-alasan logis yang primitif, belum dapat memahami prinsip konservasi, dan anak belajar melalui contoh-contoh yang dilihat ketika bermain. Perkembangan sosial anak usia taman kanak-kanak dalam Sujiono (2005: 81) yaitu kemampuan anak untuk bebas bicara pada diri sendiri, orang lain dan mainannya; berbicara lancar; bermain dalam kelompok; mulai menyenangi kisah seseorang/tokoh dalam film atau cerita. Penanaman nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat pada anak dilalui dalam proses sebagai berikut yaitu; 1) tahap imitasi, tahap peniruan anak terhadap tingkah laku atau sikap dan cara pandang orang dewasa (model); 2) tahap identifikasi, tahap menyamakan tingkah laku sosial orang yang berada di sekitarnya sesuai perannya kelak di masyarakat; 3) tahap internalisasi, tahap penanaman dan penyerapan nilai-nilai yang relatif menetap sehingga menjadi nilai yang tertanam dan menjadi milik orang tersebut. Perkembangan bahasa anak meliputi empat aspek pengembangan yaitu aspek mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek ini berkembang berkelanjutan dengan pengertian bahwa aspek membaca dan menulis terbentuk dari kemampuan aspek menyimak dan berbicara lebih dahulu (bahasa oral). Adapun beberapa kriteria buku bacaan yang dapat menarik minat anak dalam membaca menurut Jalongo (2007: 162, 187) yaitu dibagi atas tiga tahap yaitu tahap membaca pemula, tahap berkembang, dan tahap mandiri. Bacaan tahap pemula atau awal memiliki ciri yaitu pendek dan dapat diperkirakan, berulang-ulang, menggunakan bahasa yang sederhana, menggunakan irama, teksnya sederhana, mudah diingat, gambar dan teks sesuai, gambar sangat dominan. Karakteristik bacaan untuk tahap berkembang memiliki ciri yaitu lebih panjang, lebih kompleks, kosa kata lebih banyak, banyak tulisan dan gambar seimbang. Karakteristik bacaan untuk tahap mandiri yaitu ilustrasi gambar sedikit, kosakata lebih banyak dan menantang, lebih banyak karakter yang dikenalkan pada anak, unsur cerita lebih berkembang . Perkembangan minat pada anak berkembang dapat dilihat dari pengamatan pada saat melakukan kegiatan, pertanyaan anak yang diberikan terus menerus, pokok pembicaraan yang mengarah pada minat anak, pilihan buku bacaan, hasil menggambar spontan, jawaban atas pertanyaan spontan yang diutarakan orang dewasa kepada anak, dan segala bentuk hasil karya anak. Berdasarkan hasil penelitiannya, Hurlock (1979: 116-143) mengidentifikasi beberapa minat yang umum pada anak-anak yaitu minat terhadap tubuh manusia, penampilan, pakaian, nama, lambang status, agama, jenis kelamin, dan pekerjaan dimasa mendatang. Perkembangan moral anak oleh Kohlberg (Crain: 2007: 231-239) dibagi atas tiga tingkatan yaitu moralitas prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional. Moralitas prakonvensional terbagi atas 2 tahap yaitu tahap pertama, anak berorientasi pada kepatuhan

dan hukuman. Moralitas dari suatu tindakan dinilai atas dasar akibat fisik. Tahap kedua, anak menyesuaikan terhadap harapan sosial untuk memperoleh penghargaan. Moralitas konvensional dibangun atas dasar persesuaian dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan orang lain. Tahap ini dibagi atas dua tahap yaitu tahap penyesuaian dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka. Tahap kedua, anak harus berbuat sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam masyarakat agar dapat diterima dan terhindar dri ketidaksetujuan sosial. Moralitas terakhir pascakonvensional yaitu moralitas yang sesungguhnya, tidak perlu disuruh merupakan kesadaran dari diri orang tersebut. Tahap ini pula terbagi atas dua tahap yaitu tahap dimana seseorang perlu keluwesan dan adanya modifikasi dan perubahan standar moral jika dapat menguntungkan kelompok secara keseluruhan. Tahap selanjutnya adalah tahap seseorang menyesuaikan diri dengan standar sosial dan cita-cita internal terutama untuk menghindarkan rasa tidak puas dengan diri sendiri. C. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang diklasifikasikan dalam 4 kelompok utama : 1. Faktor genetik, merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, termasuk dalam faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal atau patologik, jenis kelamin, suku bangsa. 2. Faktor lingkungan, berbagai keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak lazim digolongkan menjadi lingkungan biopsikososial, yang didalamnya mencakup komponen biologis (fisis) contohnya kesehatan tubuh atau organ, keadaan gizi, perumahan, kebersihan lingkungan, fasilitas kesehatan dan pendidikan; komponen lingkungan psikologis erat kaitannya dengan komponen sosial mencakup aspek kesehatan jiwa, pengaruh keluarga/sekolah/masyarakat, nilai sosial/budaya, tradisi, adat dan agama; ekonomi; sosial; politik dan budaya. 3. Faktor perilaku, keadaan perilaku akan mempengaruhi pola tumbuh kembang anak, perilaku yang sudah tertanam pada masa anak akan terbawa dalam kehidupan selanjutnya. 4. Faktor hubungan interpersonal, keberhasilan seorang anak dalam melakukan hubungan interpersonal sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan psikologis, terutama bagi perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian. Hal-hal yang berhubungan dengan faktor hubungan interpersonal meliputi : Interaksi anak dengan orang-orang yang berarti/ singnificant others, dalam keadaan normal anak akan berinteraksi dengan orang tua, keluarga, guru dan temantemannya untuk kenyamanan, perlindungan, pendidikan dan penerimaan kebutuhan materi. Umumnya orangtua adalah yang berpengaruh dalam identifikasi sex role pada anak-anaknya, sementara sibling adalah cara pertama anak-anak untuk mempelajari bagaimana berhubungan dengan orang lain yang akan mempengaruhi

interaksi lebih lanjut dengan teman sebaya di luar keluarganya. Dan keberhasilan dalam melakukan interaksi ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak. Kasih sayang dan perhatian, ketika anak mendapatkan perasaan aman, disayang, meraeka dapat tumbuh optimal dan dapat melewati saat-saat kritis, dalam hal ini anak tidak boleh terlalu dimanja. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kasih sayang/cinta harus dikomunikasikan melalui kata-kata dan aktivitas yang menandakan bahwa anak disayangi. Keberhasilan hubungan kasih sayang pada awal kehidupan sorang anak akan berpengaruh pada hubungan interpersonal anal dimasa yang akan datang. Keamanan dan rasa aman, karena anak-anak hidup di lingkungan yang kompleks dan banyak menemui ancaman, maka anak sangat memerlukan perasaan aman. Dukungan dari orangtua/keluarga diperlukan anak untuk mendapatkan rasa aman, dalam hal ini anak-anak memerlukan lingkungan yang hangat (penerimaan orangtua), keluarga yang harmonis dan bantuan dalam menghadapi stress baik karena lingkungan atau perasaan dirinya yang tidak menentu, sebab tingkat kemampuan anak dalam menghadapi stress akan sanag berpengaruh terhadap perkembangannya di masa mendatang. Disiplin dan autoritas, batasan-batasan dalam bertingkah laku diperlukan oleh seorang anak, sebab anak-anak hidup dalam lingkungan sosial, dimana mereka harus siap untuk menerima peraturan yang berlaku. Disiplin bukan berarti menghukum, tetapi mengajarkan tingkah laku yang diharapkan. Anak-anak peru mempelajari aturan tingkah laku di rumah, bertetangga dan dalam komunitas yang lebih besar. Menagajarkan disiplin akan menjadikan anak berpendirian tetap, percaya diri dan lebih dapat mengontrol dirinya sendiri. Tergantung dan mandiri, sejalan dengan pertumbuhan dan maturitas anak, meningkat pula kemampuannya untuk lebih mandiri. Anak-anak akan memiliki kemandirian berpikir dan membuat keputusan bila mereka diberi kesempatan. D. Upaya Optimalisasi Tumbuh Kembang Agar pertumbuhan dan perkembangan optimal : 1. Lingkungan Lingkungan harus mendukung kesehatan anak, sehat dan terhindar dari faktor predisposisi yang menyebabkan anak sakit. 2. Gizi Gizi harus cukup dan seimbang, pemberian makanan perkembangan dan pertumbuhannya. 3. Keteraturan ke pelayanan kesehatan Diagnosa dini, imunisasi lengkap, pemberian program makanan tambahan. 4. Istirahat dan tidur Terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur anak, aktivitas anak dibatasi dari kelelahan. 5. Keberhasilan hubungan interpersonal disesuaikan dengan tahap

Hubungan interpersonal yang kokoh sangat diperlukan anak untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya, terutama untuk perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian.

DAFTAR PUSTAKA Ackley Betty, J., Ladning Gail. B. 2008. Nursing diagnosis Handbook : An Evidence Based Guide to Planing Care. 8th ed, Mosby Elseiver, St. Louwis, Misouri. Behrman, R.E., et al, (1996). Texbook of Pediatric. Philadephia: W.B. Saunders Company. Catherine E B, nancy B, at al (1996). Pediatric Primary care: A hand Book for Nurse Practitioners. Philadelphia: W.B Saunders Company. Craven R. F. Himle C. J., 2009, fundamemtal of Nursing: Human Health and Function , 6th ed., Lipincott William & Willkins, Philadelphia. Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC Potter P.A & Perry A.G. (2009). Fundamental of Nursing, edisi 7, buku 1, Terj. oleh Fenderika A. Jakarta :Salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai