Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Patient Safety merupakan prioritas, isu penting dan global dalam

pelayanan kesehatan (Perry 2009). Ballard (2003) dalam Mustikawati (2011)

menyatakan bahwa Patient Safety merupakan komponen penting dan vital

dalam asuhan keperawatan yang berkualitas. Hal ini menjadi penting karena

Patient Safety merupakan suatu langkah untuk memperbaiki mutu pelayanan

dalam memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit (Cahyono, 2008).

Penilaian mutu rumah sakit di dapatkan melalui sistem akreditasi, salah satunya

adalah sasaran keselamatan pasien karena telah menjadi prioritas untuk layanan

kesehatan di seluruh dunia (Join Commission International, 2015; Cosway,

Stevens, & Panesar, 2012).

Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu yang jauh lebih

penting dari pada sekedar efisiensi pelayanan. Perilaku yang tidak aman, lupa,

kurangnya perhatian atau motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan

yang tidak memperdulikan dan menjaga keselamatan pasien beresiko untuk

terjadinya kesalahan dan akan mengakibatkan cedera pada pasien, berupa Near

Miss (Kejadian Nyaris Cedera/KNC) atau Adverse Event (Kejadian Tidak

Diharapkan/KTD) selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021
memodifikasi perilaku (Lombogia et al, 2016).

Di Indonesia, patient safety telah diatur dalam UU No. 44 tahun

2009 pasal 43 tentang rumah sakit yang berkewajiban menerapkan standar

keselamatan pasien. Kepedulian terhadap patient safety juga diwujudkan

dengan pembentukan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) oleh

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) pada tanggal 1 juni

2005. KKPRS telah menyusun Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan

Pasien bagi staf RS untuk mengimplementasikan Keselamatan Pasien di rumah

sakit. Disamping itu pula KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) Depkes

telah menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang akan

menjadi salah satu standar akreditasi. Upaya penerapan patient safety sangat

tergantung dari pengetahuan petugas kesehatan. Apabila perawat menerapkan

patient safety didasari oleh pengetahuan yang memadai, maka penerapan

patient safety oleh perawat tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Aspek hukum patient safety telah tertulis pada pasal 43 UU Kesehatan

No. 36 tahun 2009 dijelaskan bahwa proses dalam suatu rumah sakit yang

memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk didalamnya asesmen

resiko, identifikasi, dan manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden,

serta menerapkan solusi untuk mengurangi timbulnya resiko. Dimana insiden

keselamatan pasien adalah keselamatan medis (medical errors), kejadian yang

tidak diharapkan, dan terjadi nyaris (near miss).

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021
Selain itu juga terdapat dalam Permenkes RI No.11 Tahun 2017 Bab

III pasal 5 ayat 5 disebutkan bahwa setiap rumah sakit wajib menerapkan

sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya

hal-hal sebagai berikut : 1) Ketepatan identifikasi pasien, 2) Peningkatan

komunikasi yang efektif, 3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

(high alert), 4) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, 5)

Pengurangan risiko pasien jatuh, dan 6) Kepastian tepat-lokasi, tepat-

prosedur, tepat-pasien operasi. Maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah

mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien yang menyoroti

bidang-bidang bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti dan

solusi hasil konsesus yang berdasarkan nasihat para pakar.

Angka insiden keselamatan pasien di Indonesia sendiri masih tinggi.

Angka ini didapatkan data secara global yaitu untuk pelaporan insiden

keselamatan pasien di Indonesia oleh KKPRS. Laporan insiden keselamatan

pasien di Indonesia berdasarkan jenisnya sepanjang tahun 2017 terdapat 97

laporan IKP, dari 97 laporan ini terdapat 11,5% KPC, 10,31% KNC, 64,9%

KTC, 8,2% KTD, Tahun 2018 sampai pada bulan April, ada sebanyak 36 laporan

insiden yang terjadi. Insiden dengan jenis KTC memiliki tingkat kejadian

paling banyak terjadi diantara kejadian insiden yang lainnya yaitu sebanyak 84

kejadian, disusul KNC dengan 15 kejadian, KTD 15 kejadian, dan KPC

sebanyak 14 kejadian (Dyna Safitri et al, 2018).

Pelanggaran patient safety terjadi di banyak negara termasuk Indonesia.

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021
Ada beberapa contoh fenomena pelanggaran patient safety yang terjadi di

Indonesia antara lain : (1). Pemberian terapi oksigen dengan dosis yang tidak

dikontrol, sehingga sering terjadi intoksikasi oksigen; (2). Pada common cold,

selau diberikan antibiotik, sehingga terjadi drug resistant; (3). Tangga di rumah

sakit yang berbahaya untuk pasien atau staff; (4). Penempatan alat-alat

sterilisator didekat wastafel dan oksigen; (5). Kejadian yang paling sering

adalah kesalahan pemberian obat, bentuk pelanggaran yang sering terjadi

diantaranya kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat

yang diberikan kepada pasien tidak tepat, kesalahan mempersiapkan

konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut akan

menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian, (Kuntjoro,

2010).

Tenaga Kesehatan secara umum merupakan satu kesatuan tenaga yang

terdiri dari tenaga medis, tenaga perawatan, tenaga paramedis non perawatan

dan tenaga non medis. Tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan yang

paling mendominasi rumah sakit dan mempunyai waktu kontak dengan pasien

lebih sering dibandingkan tenaga kesehatan lainnya, sehingga mereka

mempunyai peranan penting dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Perawat sebagai salah satu komponen utama pemberi

layanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting sebagai ujung

tombak pelayanan kesehatan yang ada dilapangan sangat menentukan dalam

upaya pencegahan dan memutuskan rantai transmisi infeksi dalam rangka

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021
memenuhi kebutuhan patient safety, (Nursalam, 2011).

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dalam pengukuran terhadap

pelaporan Patient Safety pada beberapa rumah sakit di dunia yang telah

terakreditasi dari Joint Commission International (JCI). Penelitian Pham. JC et

al. (2016) dilakukan di 11 rumah sakit dari 5 negara terdapat 52 insiden patient

safety yaitu Hongkong 31%, Australia 25%, India 23%, Amerika 12% dan

Kanada 10%. Sementara di Brazil kejadian adverse event di rumah sakit

diperkirakan 7,6% (Duarte,Euzebia, & Santos,2017). Dari beberapa hasil

penelitian ini bahwa insiden keselamatan pasien masih banyak di temukan di

berbagai negara termasuk di Indonesia.

Penelitian Nining Sriningsih (2020) tentang Pengetahuan Penerapan

Keselamatan Pasien (Patient Safety) pada Petugas Kesehatan di Puskesmas

Kedaung Wetan Kota Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan ada

Hubungan pengetahuan dengan Penerapan Keselamatan Pasien (Patient

Safety) pada Petugas Kesehatan dengan P value 0,013 dengan hasil yang

memiliki pengetahuan baik tentang patient safety dengan penerapan patient

safety yaitu sebanyak 25 orang (80,6%), dan responden yang memiliki

pengetahuan baik tentang patient safety kurang baik sebanyak 6 orang (19,4%)

sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang patient

safety dengan penerapan patient safety sebanyak 8 orang (42,1%).

Berdasarkan penelitian Elisa Sulistia, dkk (2020) tentang Pengetahuan

Dan Sikap Perawat Berhubungan dengan Pelaksanaan Patient Safety di

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021
Puskesmas Bayan. Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan sikap

perawat dengan pelaksanaan patient safety dengan nilai p = 0,0007. Dari hasil

penelitian menunjukkan hamper seluruh responden memiliki pengetahuan dan

sikap dalam kategori baik 60 % dan kategori cukup 40%. Dari hasil penelitian

disimpulkan bahwa pelaksanaan patient safety berhubungan dengan

pengetahuan dan sikap perawat, semakin baik pengetahuan dan sikap perawat,

akan semakin baik pelaksanaan patient safety.

Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian Hubungan

Pengetahuan Perawat tentang Keselamatan Pasien (patient safety) dengan sikap

perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus yang

dilakukan oleh Rahma Listianawati (2018), masuk dalam kategori baik

sebanyak 51 orang (87,9%), dan pengetahuan kurang baik hanya sebanyak 7

orang (12,1%). Sedangkan sikap perawat dalam memberikan obat dalam

kategori baik sebanyak 55 orang (94,8%), pada kategori sikap kurang baik

sebanyak 3 orang (5,2%). Hasil penelitian menunjukanbahwa ada korelasi

yang rendah antara pengetahuan perawat dalam penerapan prinsip enam benar

pemberian obat dan kejadian tidak diharapkan (p value = 0,019 dan r=0,299).

Di Indonesia mulai memperhatikan aspek keselamatan pasien di tingkat

pelayanan primer atau puskesmas. Aspek keselamatan pasien di Indonesia

diatur dalam Permenkes Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamata Pasien

Rumah Sakit, sedangkan keselamatan pasien di Puskesmas sudah mulai

muncul pada Permenkes 75/2014 tentang Puskesmas yang kemudian

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021
dimasukkan dalam Standar Akreditasi Fasilitas Kesehatan tingkat Pertama.

Pelaksanaan menuju keselamatan pasien di puskesmas tidak jauh beda dengan

pelaksanaan menuju keselamatan pasien di rumah sakit. Adapun langkah-

langkah menuju keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017 yaitu membangun kesadaran akan

nilai keselamatan pasien, mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko,

mengembangkan sistem pelaporan, melibatkan dan berkomunikasi dengan

pasien, belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, mencegah

cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Puskesmas Kemranjen Banyumas adalah salah satu unit Puskesmas

yang berada diwilayah Kabupaten Banyumas yang terdiri dari Puskesmas I

Kemranjen dan Puskesmas II Kemranjen. Puskesmas Kemranjen I

merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Kemranjen Kabupaten

Banyumas Provinsi Jawa Tengah yang terletak di Desa Karangjati Kecamatan

Kemranjen Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah total ± 3.571,283 Ha

dengan jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Kemranjen I

sebanyak 38.528 jiwa, terdiri dari 19.344 jiwa laki-laki (50,21%) dan 19.184

jiwa perempuan (49,79%) sedangkan Puskesmas Kemranjen II terletak di

Desa Sidamulya, Jalan Raya Buntu, Kecamatan Kemranjen Kabupaten

Banyumas, dengan cakupan pelayanan Puskesmas Kemranjen II meliputi 7

desa dengan luas total wilayah 249,8 km². dengan total jumlah penduduk di

wilayah pelayanan Puskesmas Kemranjen II sebanyak 38.388 jiwa dengan

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 19.520 jiwa dan jumlah penduduk

perempuan sebanyak 18.520 jiwa. Puskesmas Kemranjen I dan Puskesmas

Kemranjen II merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan sebagian wilayah di kecamatan. Sebagai unit pelaksana teknis,

Puskesmas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas. Puskesmas berdasarkan kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat

(Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004) mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam sistem kesehatan nasional dan sistem kesehatan

kabupaten.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kemranjen

pada bulan Oktober 2020 didapatkan data keselamatan pasien safety sepanjang

tahun 2019 terdapat 22 laporan insiden keselamatan pasien berupa 9 KNC, 7

KTC, 6 KTD. Kasus yang terjadi adalah pasien jatuh dikamar mandi, salah

resep obat, kesalahan pendistribusian RM, dan kesalahan pemasangan gelang

serta kurang lengkapnya pengisian identitas pasien pada gelang identitas pasien

rawat inap. Masalah tersebut masih ditambah dengan minimmnya kesadaran

perawat untuk melaporkan masalah mengenai KTD atau KNC, hal ini

dibuktikan dengan minimnya laporan yang terkumpul.

Dari hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan yang pada tanggal 28

November 2020 didapatkan jumlah tenaga perawat di Puskesmas Kemranjen

berjumlah 30 orang dengan status pegawai negri sipil (PNS) 14 orang perawat

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021
dan Non PNS 16 orang perawat. Hasil survey di Puskesmas Kemranjen I

memiliki jumlah tempat tidur 10 dan di Puskesmas Kemranjen II memiliki 13

tempat tidur.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 perawat di puskesmas

kemranjen 1 dan Puskesmas Kemranjen II yang dilakukan pada bulan April,

perawat mengatakan bahwa kurang memahami tentang penerapan patient safety

dengan benar seperti pengertian, standar keselamatan pasien dan unsur-unsur

patient safety dan sebelumnya perawat pernah mengikuti sosialisasi dan

pelatihan mengenai patient safety dan telah dilaksanakan tetapi masih ada

kesalahan atau insiden yang terjadi terkait patient safety dan tidak dapat

dihindari, sehingga keselamatan pasien sangat di khawatirkan dan menjadi

kurang maksimal. Perawat puskesmas menjelaskan insiden pasien jatuh di

kamar maupun dikamar mandi merupakan salah satu insiden sering terjadi

walaupun manajemen pasien jatuh sudah diterapkan oleh perawat. Hal ini

dikarenakan lantai licin dan pasien mempunyai lebih dari satu penyakit , dan

juga tidak adanya keluarga pasien yang menjaga pasien dan tidak adanya

inisiatif dari pasien untuk meminta bantuan saat ke kamar mandi kepada

perawat yang sedang berjaga diruangan.

Berdasarkan fenomena yang terlihat di Puskesmas Kemranjen

menunjukan penerapan patient safety yang belum optimal. Berdasarkan latar

belakang, fenomena penelitian perlu untuk dilaksanakan sesuai dengan

beberapa substansi permasalahan yang diuraikan diatas. Penelitian tentang

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021
Hubungan Tingkat Pengetahuan Patient Safety dengan Penerapan Pelaksanaan

Patient Safety oleh Perawat di Puskesmas Kemranjen perlu dilaksanakan dalam

upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan tingkat

pengetahuan patient safety dengan penerapan pelaksanaan patient safety oleh

perawat di Puskesmas Kemranjen.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan patient safety dengan

penerapan pelaksanaan patient safety oleh perawat di Puskesmas

Kemranjen

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden perawat di Puskesmas

Kemranjen

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan patient safety di Puskesmas

Kemranjen

c. Mengidentifikasi penerapan patient safety di Puskesmas Kemranjen

d. Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan patient safety dengan

penerapan pelaksanaan patient safety oleh perawat di Puskesmas

Kemranjen

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mata kuliah

keselamatan pasien.Bagi Institusi pendidikan. Hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan

khususnya tentang keselamatan pasien dan untuk menambah literatur

terkait patient safety (keselamatan pasien) di perpustakaan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto

2. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada seluruh

staf dan karyawan di puskesmas mengenai insiden keselamatan pasien

berupa data dan analisis sehingga dapat meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan yang mengedepankan aspek keselamatan pasien

3. Bagi Perawat

Diharapkan dari penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman

tentang patient safety (keselamatan pasien) secara lebih baik dan sebagai

masukan untuk tenaga kesehatan dalam meningkatkan upaya mutu

pelayanan rumah sakit dan keselamatan pasien.

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Widiya Nita Ambarsari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2021

Anda mungkin juga menyukai