ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG dibentuk di rumah sakit untuk mencegah dan MEMPENGARUHI PENERAPAN mengurangi kesalahan dalam perawatan pada SASARAN pasien akibat dari kelalaian atau kesalahan KESELAMATAN PASIEN PADA asuhan yang diberikan. Salah satu standar PERAWAT DI RS keselamatan pasien yang telah ditetapkan oleh JCI (Joint Commision International) adalah ZILLA FATWANUR sasaran pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit atau disebut National Patient 161101133 Safety Goals for Hospital meliputi identifikasi zillafatwanur@gmail.com pasien dengan benar,meningkatkan komunikasi efektif,menggunakan obat secara ABSTRAK aman,kepastian tepat lokasi,prosedur dan tepat pasien,menurunkan risiko infeksi,dan Keselamatan pasien merupakan sistem yang mengidentifikasi risiko jatuh pasien (JCI,2011) dibentuk rumah sakit untuk mencegah dan mengurangi kesalahan dalam perawatan Menurut Lombagia (2016) perilaku pasien. Keselamatan pasien merupakan sistem perawat dengan kemmapuan perawat sangat untuk mencegah terjadinya cedera yang berperan pentingdalam pelaksanaan disebabkan oleh kesalahan karena keselamatan pasien,perilaku yang tidak melaksanakan suatu tindakan atau tidak aman,lupa,kurangnya mengambil tindakan yang seharusnya perhatian/motivasi,kecerobohan,tidak teliti dan dilakukan. Kemampuan perawat, tingkat kemampuan yang tidak memperdulikan dan pengetahuan, dan sikap sangat berperan menjaga keselamatan pasien berisiko untuk penting dalam pelaksanaan keselamatan terjadinya kesalahan dan akan mengakibatkan pasien. Serta fasilitas rumah sakit akan sangat cedera pada pasien,berupa Near Miss mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (Kejadian Nyris Cedera/KNC) atau Adverse yang diberikan. Optimalisasi perkembangan Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD) individu perawat memerlukan upaya selanjutnya pengurangan kesalahan dapat peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dicapai dengan memodifikasi perilaku. dalam lingkup keselamatan pasien sehingga Perawat harus melibatkan kognitif,afektif dan mampu menampilkan kinerja yang bermutu tindakan yang mengutamakan keselamatan tinggi. Perawat berperan penting dalam pasien. memastikan keselamatan pasien dengan memantau kondisi pasien untuk mencegah Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien terjadinya insiden, memberikan pendidikan adalah mendorong peningkatan spesifik dalam kesehatan, mendeteksi kesalahan dan nyaris keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti area cedera, serta melakukan tugas-tugas lain untuk yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan memastikan pasien menerima perawatan yang dan menguraikan tentang solusi atas konsensus berkualitas tinggi. berbasis bukti dan keahlian terhadap permasalahan ini. Patient Safety adalah suatu Kata kunci : Sasaran keselamatan sistem yang mencegah terjadinya Kejadian pasien,tingkat pengetahuan,sikap,fasilitas Tidak Diharapkan (KTD) akibat tindakan yang dilakukan atau bahkan tidak dilakukan oleh tenaga medis maupun non medis. Sistem tersebut meliputi: assessmen resiko, Latar Belakang identifikasi dan pengelolaan hal yang Keselamatan pasien di rumah sakit berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari kepada pasien di rumah sakitt yang aman dan insiden dan tindak lanjutnya serta tidak merugikan pasien. Semua komponen implementasi solusi untuk meminimalkan pelayanan kesehatan meliputi timbulnya resiko (Depkes, 2008). dokter,perawat,dan tenaga kesehatan lainnya Berdasarkan Permenkes (Setiowati, 2010) 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Menurut WHO (2011) pasien rawat inap Keselamatan Pasien Rumah Sakit bahwa setiap beresiko mengalami (KTD) kejadian tidak rumah sakit diwajibkan melaksanakan diharapkan oleh karena itu,perawat memiliki manajemen keselamatan pasien. Manajeman peran penting dalam memberikan asuhan keselamatan pasien sudah terbentuk sejak keperawatan kepada pasien,sehingga tahun 2014 dengan nama Tim Peningkatan menjamin keselamatan pasien dan menurunkan Mutu Dan Keselamatan Pasien (PMKP). Dari kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah hasil audit mutu internal yang dilakukan, sakit (Cahyono,2008). laporan bulan November 2016 didapatkan KTC: 36,84% yang meliputi salah rute (Chan, Huang, & You, 2012; Paul, Reddy, & emberian obat, pasien jatuh, salah memberikan DeFlitch, 2010) informasi harga kamar, dan infeksi daerah operasi. KPC: 21,05% yang meliputi kesalahan Tujuan pemberian identitas sampel oleh perawat dan Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi KTD: 15,79% yang meliputi kejadian plebitis. penerapan sasaran keselamatan pasien pada (Tim PMKP RSPW, 2016). Berdasarkan perawat di rumah sakit penelitian yang telah dilakukan oleh Ariyani (2009), ada hubungan antara pengetahuan Metode perawat dengan sikap mendukung penerapan program patient safety. Hal ini bertolak Penelitian ini merupakan analitik deskriptif belakang dengan penelitian lain yang dengan pendekatan cross sectional dengan dilakukan oleh Dewi (2010) yang menyatakan teknik startified random sampling. bahwa pengetahuan tidak mempengaruhi menggunakan uji Chi Square (p<0,05). Alat penerapan patient safety. ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan checklist. dengan. Berdasarkan UU No. 44 tahun 2009 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini tentang Rumah Sakit mewajibkan rumah sakit dengan cara pembagian kuisioner kepada menjalani akreditasi, Peraturan Menteri responden dan cheklist kepada observer ke Kesehatan No. 659 tahun 2009 tentang Rumah setiap ruang rawat inap Sakit Indonesia Kelas Dunia, SK Menteri Kesehatan No. 1195 Tahun 2010 tentang Hasil Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Bertaraf Internasional, dan Keputusan Direktur Jendral Sebagian besar responden 66 orang (53,2%) Bina Upaya Kesehatan Nomor sudah menikah. Hampir seluruhnya 104 orang HK.02.04/I/2790/11 Tentang Standart (83,9%) berjenis kelamin perempuan. Akreditasi Rumah Sakit menunjukkan bahwa Sebagian besar responden 76 orang (61,3%) pemerintah tengah melakukan penyempurnaan memiliki jumlah tanggungan keluarga ≥ 5 akreditasi rumah sakit menuju akreditasi orang. Hampir seluruhnya 112 orang (90,3%) internasional yaitu JCI (Joint Commission memiliki masa kerja ≥ 5tahun. Sebagian besar International). JCI adalah suatu organisasi responden 85 orang (68,5%) memiliki yang independent, nonprofit, dan bukan pengetahuan baik. Sebagian besar responden lembaga pemerintahan yang berpusat di 117 orang (94,4%) memiliki motivasi tinggi. Amerika Serikat dan merupakan divisi dari Pelaksanaan supervisi keperawatan yaitu Joint Commission Resources (JCR) cabang supervisi kurang baik sebanyak 62 orang dari The Joint Commission. (50%) dan supervisi yang baik 62 orang (50%), hal ini menunjukan bahwa supervisi Hasil penelitian di rumah sakit di Utah dan terjadi persamaan. Sebagian besar responden Colorado serta New York menyatakan bahwa sejumlah 79 orang (63,7%) mempunyai di Utah dan Colorado ditemukan Kejadian pengaruh organisasi yang rendah. Sebagian Tidak Diharapkan (KTD) (Adverse Event) besar Responden 114. sebesar 2,9%, dimana 6,6% diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6%. Publikasi WHO pada tahun 2004, di berbagai Negara Amerika, Inggris, Denmark dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 –16,6%. Laporan IOM menyimpulkan 4 hal pokok: a) Masalah accidental injury adalah suatu hal yang serius, b) Penyebabnya bukan kecerobohan individu, tetapi kesalahan sistem, c) Perlu redesign sistem pelayanan, d) Patient Safety harus menjadi prioritas nasional (Carstens, Patterson, Laird, & Preston, 2009; Chuan-Jun & Tsung- Ching, 2008). Emergency Departement (ED) adalah tiga lokasi tertinggi di rumah sakit untuk terjadinya error disamping unit perawatan intensif (ICU) dan kamar operasi. Kondisi kesalahan di ED dipengaruhi beberapa faktor diantaranya ketidakpastian diagnostik, tingkat pengetahuan perawat dan umpan balik yang buruk, dan kurangnya kontinuitas perawatan di Emergency Department (ED) Pembahasan keputusan (Morag et al., 2012; Xie, Li, Swartz, & DePriest, 2012). Pengaruh Pengetahuan terhadap Kinerja Perawat dalam Meningkatkan pengetahuan perawat Implementasi Patient Safety untuk memperbaiki kinerja dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu Variabel Pengetahuan (X1) memiliki dengan sosialisasi, pelatihan berkelanjutan, koefisien regresi sebesar 0.248. Dengan dan belajar ke jenjang pendidikan yang menggunakan bantuan software SPSS, lebih tinggi. Melalui tindakan dan belajar, didapatkan statistik uji t sebesar 4.066 seseorang akan bertambah kepercayaan dengan p-value sebesar 0,001. Pvalue lebih dirinya dan berani mengambil sikap kecil daripada α = 0,05 menunjukkan terhadap sesuatu yang akhirnya akan bahwa H0 ditolak sehingga dapat mempengaruhi perilaku. Penelitian lain disimpulkan bahwa Variabel Pengetahuan menunjukkan perawat yang dituntut (X1) berpengaruh signifikan terhadap mempunyai jiwa caring dalam memberikan Variabel Kinerja Implementasi Patient asuhan keperawatan, dimana tahap pertama Safety (Y). Koefisien regresi yang positif pada caring adalah knowing yang artinya mengindikasikan bahwa variabel berusaha memahami arti suatu kejadian Pengetahuan (X1) memiliki pengaruh yang dalam kehidupan klien, berfokus pada positif terhadap Kinerja Implementasi perawatan untuk klien, melakukan pengkajian secara cermat dan melibatkan Patient Safety (Y). Semakin tinggi diri dengan klien. Proses ini merupakan Pengetahuan, maka Kinerja Implementasi proses awal saat perawat berinteraksi Patient Safety semakin meningkat. Hal ini dengan klien (Keenan, Yakel, Lopez, sebagaimana dijelaskan bahwa semakin Tschannen, & Ford, 2013; "Nursing the tinggi tingkat pengetahuan seseorang, Demands Of Quality, Patient Care," 2008). maka akan lebih rasional dan kreatif serta Pengetahuan yang cukup menimbulkan terbuka dalam menerima adanya bermacam kepercayaan diri seorang perawat sehingga usaha pembaharuan dan dapat mendorong perawat untuk berperan aktif menyesuaikan diri terhadap berbagai dalam diskusi dengan tim kesehatan lain. pembaharuan terhadap sesuatu yang datang Seringkali ide-ide muncul dalam perawatan dari luar (Aktharsha & Anisa, 2011; Ghosh klien karena dengan pengetahuannya dapat & Scott, 2009) Pengetahuan perawat memberikan motivasi mampu berfikir tentang keselamatan pasien mendorong kritis dan cepat mengambil keputusan, perawat untuk melaksanakan tindakan dalam mengatasi permasalahan pasien dan sesuai SOP keselamatan pasien sehingga meminimalkan kesalahan. berdampak pada kinerja implementasi keselamatan pasien. Pengaruh Komitmen Terhadap Kinerja Implementasi Patient Safety Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan organisasi untuk Variabel Komitmen (X2) memiliki meningkatkan mutu melalui aspek koefisien regresi sebesar 0.101. Dengan keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor menggunakan statistik uji t sebesar 2.166 individu. Optimalisasi perkembangan dengan p-value sebesar 0,043. P-value individu perawat memerlukan upaya lebih kecil daripada α = 0,05 menunjukkan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bahwa H0 ditolak sehingga dapat khusus dalam lingkup keselamatan pasien disimpulkan bahwa Variabel Komitmen (Ghosh & Scott, 2007; Randell, Mitchell, (X2) berpengaruh signifikan terhadap Thompson, McCaughan, & Dowding, Variabel Kinerja Implementasi Patient 2009). Penelitian menyebutkan Safety (Y). Koefisien regresi yang positif pengetahuan dan keterampilan yang handal mengindikasikan bahwa variabel dan baik dibutuhkan seorang perawat agar Komitmen (X2) memiliki pengaruh yang mampu berinteraksi dan berkomunikasi positif terhadap Kinerja Implementasi dengan baik antara perawat dan klien Patient Safety (Y). Semakin tinggi sehingga dapat melaksanakan tanggung Komitmen, maka Kinerja Implementasi jawab yang diembannya dengan baik. Patient Safety semakin meningkat. Fokus pelayanan saat ini adalah patient Komitmen organisasi yang dimiliki oleh center care yang menuntut perawat yang seorang perawat berdasarkan hasil berperan sebagai pemberi pelayanan penelitian ini nilai tinggi didapatkan pada langsung sebagai ujung tombak pelayanan perawat dengan masa kerja yang lebih sehingga perawat dituntut harus memiliki lama karena keterikatannya dan pengetahuan yang cukup dalam loyalitasnya kepada atasan dan organisasi. memberikan penilaian respon klien, menyatakan bahwa baik penelitian masa mengatasi masalah dan pengambilan lalu maupun penelitian terakhir mendukung pengaruh komitmen organisasi Faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil yang diinginkan, seperti dengan kinerja perawat dalam kinerja serta berpengaruh negatif terhadap implementasi patient safety keinginan untuk pindah serta mangkir kerja. Sementara penelitian yang lain Upaya membangun keselamatan pasien menunjukkan bahwa meningkatkan memerlukan komitmen yang di pengaruhi komitmen organisasi perusahaan harus oleh pengetahuan perawat. Pengetahuan mengembangkan kualitas kehidupan kerja perawat tentang keselamatan pasien dengan memberikan kesempatan kepada menjamin mereka memiliki tanggung karyawan untuk mengembangkan diri jawab untuk perbaikan proses. Perawat dan melalui program pelatihan dan staf garis depan secara aktif terlibat dalam berpartisipasi dalam setiap pengambilan upaya untuk bersama-sama meningkatkan keputusan yang berhubungan dengan efisiensi dan meningkatkan kualitas pekerjaan mereka. Seorang perawat yang pelayanan di rumah sakit (Needleman& mempunyai komitmen baik maka atasan Hassmiller, 2009). Proses pembelajaran akan memberikan kompensasi dengan dapat dilakukan dari laporan insiden yang memberikan kesempatan untuk disampaikan secara rutin baik oleh tim mengembangkan diri dan diberikan maupun pihak manajemen RS pada setiap kewenangan pengambilan keputusan akan pertemuan Informasi insiden yang telah berdampak pada kinerjanya (Ursoniu, dikemas dengan solusi dari hasil analisis Vernic, Muntean, & Timar, 2012). akar masalah, dapat menjadi informasi berharga bagi setiap individu untuk Menurut Absah (2008) bahwa meningkatkan pengetahuan akan karakteristik kunci dari pembelajaran keselamatan pasien. organisasi adalah organisasi harus memiliki komitmen untuk terus menerus PENUTUP mengupayakan memperoleh pengetahuan. Kemampuan organisasi untuk Penelitian ini tidak sejalan dengan meningkatkan mutu melalui aspek pendapat Adolfina (2012) bahwa apabila keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor karyawan memiliki komitmen continuance individu. Pengetahuan perawat tentang tinggi maka individu tersebut cenderung keselamatan pasien merupakan kunci akan menghindari kerugian finansial utama dalam memastikan perawatan yang maupun kerugian lain dan kemungkinan aman. Faktor pengetahuan perawat dan tidak melakukan usaha maksimal. komitmen organisasi memberikan Penelitian Noyumala et all (2012) pengaruh yang signifikan positif terhadap berdasarkan hasil uji statistik kinerja perawat dalam implementasi menggunakan Chi-Square Test didapatkan patient safety di IGD. Faktor supervisi ada hubungan bermakna secara signifikan dalam penelitian ini tidak memberikan antara komitmen afektif dan continuance hasil yang baik karena pengaruh lokal di dengan perilaku caring profesional. Hal ini IGD RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi. bisa terjadi karena mereka memiliki Pengetahuan perawat tentang keselamatan kemauan, panggilan hati atau ikatan batin pasien dapat ditingkatkan dengan (affektif) dan tidak terpaksa untuk memberikan pendidikan dan pelatihan melakukan hal tersebut, sehingga secara berkelanjutan. Supervisi efektif berkelanjutan (continuance) untuk tetap sebagai fungsi controlling dalam mempertahankan perilaku caring manajemen keperawatan perlu profesional perawat karena atas dasar ditingkatkan untuk mengembangkan keinginan mereka. Komitmen mempunyai perawat sehingga berdampak perbaikan urgensi yang penting dalam menggerakkan kualitas pelayanan. orang untuk bekerja. Sistem penguatan komitmen merupakan sistem yang DAFTAR PUSTAKA mendorong kinerja SDM dari dalam Abraham, C., Watson, R. T., & Bcudreau, dirinya agar motivasi, keinginan dan M.-C. (2008). Ubiquitous Access: On The keterlibatan terhadap organisasi selalu Front Lines Of Patient Care. And Safety. hadir. Mekanisme kerja yang didorong dari [Article]. Communications of the ACM, dalam dirinya akan menimbulkan kepuasan 51(6), 95-99. kerja sehingga menimbulkan komitmen Absah, Y. 2008. Pembelajaran Organisasi: dalam dirinya (Sudarmanto, 2009). Hal ini Strategi Membangun Kekuatan Perguruan sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa Tinggi. Jurnal Manajemen Bisnis, vol 01, komitmen organisasi berdampak pada pp. 33-41 kinerja perawat dalam implementasi keselamatan pasien yang baik pula. Departemen Kesehatan R.I. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). KKPRS. Edisi 2. Jakarta: Bhakti Husada Departemen Kesehatan RI KKP RS.2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) Edisi 2. Departemen Kesehatan RI Sekertariat Jenderal. 2007. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Jakarta. Aryati, Tini. 2016. Hubungan Karakteristik Perawat Dengan KepatuhanPenerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. http://perpusnwu.web.id/karyailmiah /documents/4808.pdf. Diakses tanggal 23 Januari 2017 pukul 12.40 WIB