Anda di halaman 1dari 5

Menurut Sumarianto et al (2013)

keselamatan pasien merupakan sistem yang


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
dibentuk di rumah sakit untuk mencegah dan
MEMPENGARUHI PENERAPAN
mengurangi kesalahan dalam perawatan pada
SASARAN
pasien akibat dari kelalaian atau kesalahan
KESELAMATAN PASIEN PADA asuhan yang diberikan. Salah satu standar
PERAWAT DI RS keselamatan pasien yang telah ditetapkan oleh
JCI (Joint Commision International) adalah
ZILLA FATWANUR sasaran pelaksanaan keselamatan pasien di
rumah sakit atau disebut National Patient
161101133
Safety Goals for Hospital meliputi identifikasi
zillafatwanur@gmail.com pasien dengan benar,meningkatkan
komunikasi efektif,menggunakan obat secara
ABSTRAK aman,kepastian tepat lokasi,prosedur dan tepat
pasien,menurunkan risiko infeksi,dan
Keselamatan pasien merupakan sistem yang
mengidentifikasi risiko jatuh pasien (JCI,2011)
dibentuk rumah sakit untuk mencegah dan
mengurangi kesalahan dalam perawatan Menurut Lombagia (2016) perilaku
pasien. Keselamatan pasien merupakan sistem perawat dengan kemmapuan perawat sangat
untuk mencegah terjadinya cedera yang berperan pentingdalam pelaksanaan
disebabkan oleh kesalahan karena keselamatan pasien,perilaku yang tidak
melaksanakan suatu tindakan atau tidak aman,lupa,kurangnya
mengambil tindakan yang seharusnya perhatian/motivasi,kecerobohan,tidak teliti dan
dilakukan. Kemampuan perawat, tingkat kemampuan yang tidak memperdulikan dan
pengetahuan, dan sikap sangat berperan menjaga keselamatan pasien berisiko untuk
penting dalam pelaksanaan keselamatan terjadinya kesalahan dan akan mengakibatkan
pasien. Serta fasilitas rumah sakit akan sangat cedera pada pasien,berupa Near Miss
mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (Kejadian Nyris Cedera/KNC) atau Adverse
yang diberikan. Optimalisasi perkembangan Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD)
individu perawat memerlukan upaya selanjutnya pengurangan kesalahan dapat
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dicapai dengan memodifikasi perilaku.
dalam lingkup keselamatan pasien sehingga Perawat harus melibatkan kognitif,afektif dan
mampu menampilkan kinerja yang bermutu tindakan yang mengutamakan keselamatan
tinggi. Perawat berperan penting dalam pasien.
memastikan keselamatan pasien dengan
memantau kondisi pasien untuk mencegah Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien
terjadinya insiden, memberikan pendidikan adalah mendorong peningkatan spesifik dalam
kesehatan, mendeteksi kesalahan dan nyaris keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti area
cedera, serta melakukan tugas-tugas lain untuk yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan
memastikan pasien menerima perawatan yang dan menguraikan tentang solusi atas konsensus
berkualitas tinggi. berbasis bukti dan keahlian terhadap
permasalahan ini. Patient Safety adalah suatu
Kata kunci : Sasaran keselamatan sistem yang mencegah terjadinya Kejadian
pasien,tingkat pengetahuan,sikap,fasilitas Tidak Diharapkan (KTD) akibat tindakan yang
dilakukan atau bahkan tidak dilakukan oleh
tenaga medis maupun non medis. Sistem
tersebut meliputi: assessmen resiko,
Latar Belakang identifikasi dan pengelolaan hal yang
Keselamatan pasien di rumah sakit berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
kepada pasien di rumah sakitt yang aman dan insiden dan tindak lanjutnya serta
tidak merugikan pasien. Semua komponen implementasi solusi untuk meminimalkan
pelayanan kesehatan meliputi timbulnya resiko (Depkes, 2008).
dokter,perawat,dan tenaga kesehatan lainnya Berdasarkan Permenkes
(Setiowati, 2010) 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Menurut WHO (2011) pasien rawat inap Keselamatan Pasien Rumah Sakit bahwa setiap
beresiko mengalami (KTD) kejadian tidak rumah sakit diwajibkan melaksanakan
diharapkan oleh karena itu,perawat memiliki manajemen keselamatan pasien. Manajeman
peran penting dalam memberikan asuhan keselamatan pasien sudah terbentuk sejak
keperawatan kepada pasien,sehingga tahun 2014 dengan nama Tim Peningkatan
menjamin keselamatan pasien dan menurunkan Mutu Dan Keselamatan Pasien (PMKP). Dari
kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah hasil audit mutu internal yang dilakukan,
sakit (Cahyono,2008). laporan bulan November 2016 didapatkan
KTC: 36,84% yang meliputi salah rute (Chan, Huang, & You, 2012; Paul, Reddy, &
emberian obat, pasien jatuh, salah memberikan DeFlitch, 2010)
informasi harga kamar, dan infeksi daerah
operasi. KPC: 21,05% yang meliputi kesalahan Tujuan
pemberian identitas sampel oleh perawat dan
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
KTD: 15,79% yang meliputi kejadian plebitis.
penerapan sasaran keselamatan pasien pada
(Tim PMKP RSPW, 2016). Berdasarkan
perawat di rumah sakit
penelitian yang telah dilakukan oleh Ariyani
(2009), ada hubungan antara pengetahuan
Metode
perawat dengan sikap mendukung penerapan
program patient safety. Hal ini bertolak Penelitian ini merupakan analitik deskriptif
belakang dengan penelitian lain yang dengan pendekatan cross sectional dengan
dilakukan oleh Dewi (2010) yang menyatakan teknik startified random sampling.
bahwa pengetahuan tidak mempengaruhi menggunakan uji Chi Square (p<0,05). Alat
penerapan patient safety. ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dan checklist. dengan.
Berdasarkan UU No. 44 tahun 2009
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
tentang Rumah Sakit mewajibkan rumah sakit
dengan cara pembagian kuisioner kepada
menjalani akreditasi, Peraturan Menteri
responden dan cheklist kepada observer ke
Kesehatan No. 659 tahun 2009 tentang Rumah
setiap ruang rawat inap
Sakit Indonesia Kelas Dunia, SK Menteri
Kesehatan No. 1195 Tahun 2010 tentang
Hasil
Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Bertaraf
Internasional, dan Keputusan Direktur Jendral Sebagian besar responden 66 orang (53,2%)
Bina Upaya Kesehatan Nomor sudah menikah. Hampir seluruhnya 104 orang
HK.02.04/I/2790/11 Tentang Standart (83,9%) berjenis kelamin perempuan.
Akreditasi Rumah Sakit menunjukkan bahwa Sebagian besar responden 76 orang (61,3%)
pemerintah tengah melakukan penyempurnaan memiliki jumlah tanggungan keluarga ≥ 5
akreditasi rumah sakit menuju akreditasi orang. Hampir seluruhnya 112 orang (90,3%)
internasional yaitu JCI (Joint Commission memiliki masa kerja ≥ 5tahun. Sebagian besar
International). JCI adalah suatu organisasi responden 85 orang (68,5%) memiliki
yang independent, nonprofit, dan bukan pengetahuan baik. Sebagian besar responden
lembaga pemerintahan yang berpusat di 117 orang (94,4%) memiliki motivasi tinggi.
Amerika Serikat dan merupakan divisi dari Pelaksanaan supervisi keperawatan yaitu
Joint Commission Resources (JCR) cabang supervisi kurang baik sebanyak 62 orang
dari The Joint Commission. (50%) dan supervisi yang baik 62 orang
(50%), hal ini menunjukan bahwa supervisi
Hasil penelitian di rumah sakit di Utah dan
terjadi persamaan. Sebagian besar responden
Colorado serta New York menyatakan bahwa
sejumlah 79 orang (63,7%) mempunyai
di Utah dan Colorado ditemukan Kejadian
pengaruh organisasi yang rendah. Sebagian
Tidak Diharapkan (KTD) (Adverse Event)
besar Responden 114.
sebesar 2,9%, dimana 6,6% diantaranya
meninggal dunia. Sedangkan di New York
KTD adalah sebesar 3,7% dengan angka
kematian 13,6%. Publikasi WHO pada tahun
2004, di berbagai Negara Amerika, Inggris,
Denmark dan Australia, ditemukan KTD
dengan rentang 3,2 –16,6%. Laporan IOM
menyimpulkan 4 hal pokok: a) Masalah
accidental injury adalah suatu hal yang serius,
b) Penyebabnya bukan kecerobohan individu,
tetapi kesalahan sistem, c) Perlu redesign
sistem pelayanan, d) Patient Safety harus
menjadi prioritas nasional (Carstens, Patterson,
Laird, & Preston, 2009; Chuan-Jun & Tsung-
Ching, 2008). Emergency Departement (ED)
adalah tiga lokasi tertinggi di rumah sakit
untuk terjadinya error disamping unit
perawatan intensif (ICU) dan kamar operasi.
Kondisi kesalahan di ED dipengaruhi beberapa
faktor diantaranya ketidakpastian diagnostik,
tingkat pengetahuan perawat dan umpan balik
yang buruk, dan kurangnya kontinuitas
perawatan di Emergency Department (ED)
Pembahasan keputusan (Morag et al., 2012; Xie, Li,
Swartz, & DePriest, 2012).
 Pengaruh Pengetahuan terhadap
Kinerja Perawat dalam Meningkatkan pengetahuan perawat
Implementasi Patient Safety untuk memperbaiki kinerja dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu
Variabel Pengetahuan (X1) memiliki dengan sosialisasi, pelatihan berkelanjutan,
koefisien regresi sebesar 0.248. Dengan dan belajar ke jenjang pendidikan yang
menggunakan bantuan software SPSS, lebih tinggi. Melalui tindakan dan belajar,
didapatkan statistik uji t sebesar 4.066 seseorang akan bertambah kepercayaan
dengan p-value sebesar 0,001. Pvalue lebih dirinya dan berani mengambil sikap
kecil daripada α = 0,05 menunjukkan terhadap sesuatu yang akhirnya akan
bahwa H0 ditolak sehingga dapat mempengaruhi perilaku. Penelitian lain
disimpulkan bahwa Variabel Pengetahuan menunjukkan perawat yang dituntut
(X1) berpengaruh signifikan terhadap mempunyai jiwa caring dalam memberikan
Variabel Kinerja Implementasi Patient asuhan keperawatan, dimana tahap pertama
Safety (Y). Koefisien regresi yang positif pada caring adalah knowing yang artinya
mengindikasikan bahwa variabel berusaha memahami arti suatu kejadian
Pengetahuan (X1) memiliki pengaruh yang dalam kehidupan klien, berfokus pada
positif terhadap Kinerja Implementasi perawatan untuk klien, melakukan
pengkajian secara cermat dan melibatkan
Patient Safety (Y). Semakin tinggi
diri dengan klien. Proses ini merupakan
Pengetahuan, maka Kinerja Implementasi
proses awal saat perawat berinteraksi
Patient Safety semakin meningkat. Hal ini
dengan klien (Keenan, Yakel, Lopez,
sebagaimana dijelaskan bahwa semakin
Tschannen, & Ford, 2013; "Nursing the
tinggi tingkat pengetahuan seseorang,
Demands Of Quality, Patient Care," 2008).
maka akan lebih rasional dan kreatif serta
Pengetahuan yang cukup menimbulkan
terbuka dalam menerima adanya bermacam
kepercayaan diri seorang perawat sehingga
usaha pembaharuan dan dapat
mendorong perawat untuk berperan aktif
menyesuaikan diri terhadap berbagai
dalam diskusi dengan tim kesehatan lain.
pembaharuan terhadap sesuatu yang datang
Seringkali ide-ide muncul dalam perawatan
dari luar (Aktharsha & Anisa, 2011; Ghosh
klien karena dengan pengetahuannya dapat
& Scott, 2009) Pengetahuan perawat
memberikan motivasi mampu berfikir
tentang keselamatan pasien mendorong
kritis dan cepat mengambil keputusan,
perawat untuk melaksanakan tindakan
dalam mengatasi permasalahan pasien dan
sesuai SOP keselamatan pasien sehingga
meminimalkan kesalahan.
berdampak pada kinerja implementasi
keselamatan pasien.  Pengaruh Komitmen Terhadap
Kinerja Implementasi Patient Safety
Hal ini berpengaruh terhadap
kemampuan organisasi untuk Variabel Komitmen (X2) memiliki
meningkatkan mutu melalui aspek koefisien regresi sebesar 0.101. Dengan
keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor menggunakan statistik uji t sebesar 2.166
individu. Optimalisasi perkembangan dengan p-value sebesar 0,043. P-value
individu perawat memerlukan upaya lebih kecil daripada α = 0,05 menunjukkan
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bahwa H0 ditolak sehingga dapat
khusus dalam lingkup keselamatan pasien disimpulkan bahwa Variabel Komitmen
(Ghosh & Scott, 2007; Randell, Mitchell, (X2) berpengaruh signifikan terhadap
Thompson, McCaughan, & Dowding, Variabel Kinerja Implementasi Patient
2009). Penelitian menyebutkan Safety (Y). Koefisien regresi yang positif
pengetahuan dan keterampilan yang handal mengindikasikan bahwa variabel
dan baik dibutuhkan seorang perawat agar Komitmen (X2) memiliki pengaruh yang
mampu berinteraksi dan berkomunikasi positif terhadap Kinerja Implementasi
dengan baik antara perawat dan klien Patient Safety (Y). Semakin tinggi
sehingga dapat melaksanakan tanggung Komitmen, maka Kinerja Implementasi
jawab yang diembannya dengan baik. Patient Safety semakin meningkat.
Fokus pelayanan saat ini adalah patient Komitmen organisasi yang dimiliki oleh
center care yang menuntut perawat yang seorang perawat berdasarkan hasil
berperan sebagai pemberi pelayanan penelitian ini nilai tinggi didapatkan pada
langsung sebagai ujung tombak pelayanan perawat dengan masa kerja yang lebih
sehingga perawat dituntut harus memiliki lama karena keterikatannya dan
pengetahuan yang cukup dalam loyalitasnya kepada atasan dan organisasi.
memberikan penilaian respon klien, menyatakan bahwa baik penelitian masa
mengatasi masalah dan pengambilan lalu maupun penelitian terakhir
mendukung pengaruh komitmen organisasi  Faktor yang paling berpengaruh
terhadap hasil yang diinginkan, seperti dengan kinerja perawat dalam
kinerja serta berpengaruh negatif terhadap implementasi patient safety
keinginan untuk pindah serta mangkir
kerja. Sementara penelitian yang lain Upaya membangun keselamatan pasien
menunjukkan bahwa meningkatkan memerlukan komitmen yang di pengaruhi
komitmen organisasi perusahaan harus oleh pengetahuan perawat. Pengetahuan
mengembangkan kualitas kehidupan kerja perawat tentang keselamatan pasien
dengan memberikan kesempatan kepada menjamin mereka memiliki tanggung
karyawan untuk mengembangkan diri jawab untuk perbaikan proses. Perawat dan
melalui program pelatihan dan staf garis depan secara aktif terlibat dalam
berpartisipasi dalam setiap pengambilan upaya untuk bersama-sama meningkatkan
keputusan yang berhubungan dengan efisiensi dan meningkatkan kualitas
pekerjaan mereka. Seorang perawat yang pelayanan di rumah sakit (Needleman&
mempunyai komitmen baik maka atasan Hassmiller, 2009). Proses pembelajaran
akan memberikan kompensasi dengan dapat dilakukan dari laporan insiden yang
memberikan kesempatan untuk disampaikan secara rutin baik oleh tim
mengembangkan diri dan diberikan maupun pihak manajemen RS pada setiap
kewenangan pengambilan keputusan akan pertemuan Informasi insiden yang telah
berdampak pada kinerjanya (Ursoniu, dikemas dengan solusi dari hasil analisis
Vernic, Muntean, & Timar, 2012). akar masalah, dapat menjadi informasi
berharga bagi setiap individu untuk
Menurut Absah (2008) bahwa meningkatkan pengetahuan akan
karakteristik kunci dari pembelajaran keselamatan pasien.
organisasi adalah organisasi harus
memiliki komitmen untuk terus menerus
PENUTUP
mengupayakan memperoleh pengetahuan. Kemampuan organisasi untuk
Penelitian ini tidak sejalan dengan meningkatkan mutu melalui aspek
pendapat Adolfina (2012) bahwa apabila keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor
karyawan memiliki komitmen continuance individu. Pengetahuan perawat tentang
tinggi maka individu tersebut cenderung keselamatan pasien merupakan kunci
akan menghindari kerugian finansial utama dalam memastikan perawatan yang
maupun kerugian lain dan kemungkinan aman. Faktor pengetahuan perawat dan
tidak melakukan usaha maksimal. komitmen organisasi memberikan
Penelitian Noyumala et all (2012) pengaruh yang signifikan positif terhadap
berdasarkan hasil uji statistik kinerja perawat dalam implementasi
menggunakan Chi-Square Test didapatkan patient safety di IGD. Faktor supervisi
ada hubungan bermakna secara signifikan dalam penelitian ini tidak memberikan
antara komitmen afektif dan continuance hasil yang baik karena pengaruh lokal di
dengan perilaku caring profesional. Hal ini IGD RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi.
bisa terjadi karena mereka memiliki Pengetahuan perawat tentang keselamatan
kemauan, panggilan hati atau ikatan batin pasien dapat ditingkatkan dengan
(affektif) dan tidak terpaksa untuk memberikan pendidikan dan pelatihan
melakukan hal tersebut, sehingga secara berkelanjutan. Supervisi efektif
berkelanjutan (continuance) untuk tetap sebagai fungsi controlling dalam
mempertahankan perilaku caring manajemen keperawatan perlu
profesional perawat karena atas dasar ditingkatkan untuk mengembangkan
keinginan mereka. Komitmen mempunyai perawat sehingga berdampak perbaikan
urgensi yang penting dalam menggerakkan kualitas pelayanan.
orang untuk bekerja. Sistem penguatan
komitmen merupakan sistem yang DAFTAR PUSTAKA
mendorong kinerja SDM dari dalam Abraham, C., Watson, R. T., & Bcudreau,
dirinya agar motivasi, keinginan dan M.-C. (2008). Ubiquitous Access: On The
keterlibatan terhadap organisasi selalu Front Lines Of Patient Care. And Safety.
hadir. Mekanisme kerja yang didorong dari [Article]. Communications of the ACM,
dalam dirinya akan menimbulkan kepuasan 51(6), 95-99.
kerja sehingga menimbulkan komitmen
Absah, Y. 2008. Pembelajaran Organisasi:
dalam dirinya (Sudarmanto, 2009). Hal ini
Strategi Membangun Kekuatan Perguruan
sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa
Tinggi. Jurnal Manajemen Bisnis, vol 01,
komitmen organisasi berdampak pada
pp. 33-41
kinerja perawat dalam implementasi
keselamatan pasien yang baik pula. Departemen Kesehatan R.I. 2008. Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety). KKPRS. Edisi 2. Jakarta:
Bhakti Husada
Departemen Kesehatan RI KKP RS.2008.
Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety) Edisi 2.
Departemen Kesehatan RI Sekertariat
Jenderal. 2007. Pedoman Teknis Sarana
dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C.
Jakarta.
Aryati, Tini. 2016. Hubungan Karakteristik
Perawat Dengan KepatuhanPenerapan
Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi
Rawat Inap RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang.
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah
/documents/4808.pdf. Diakses tanggal 23
Januari 2017 pukul 12.40 WIB

Anda mungkin juga menyukai