Anda di halaman 1dari 17

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

“GAMBARAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKUKAN ASSESMENT RISIKO

JATUH PASIEN DI RUMAH SAKIT”

DI SUSUN OLEH:

YULIARTI SYAFRUDIN

NIM: R011191102

PRODI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………… hal 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………… hal 3

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………………. hal 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….. hal 6

BAB III

KERANGKA KONSEP…………………………………………………. hal

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN……………………………………….. hal


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Keselamatan Pasien (patient safety) merupakan indikator berjalannya pelayanan Rumah

Sakit dengan baik, salah satu hak pasien yang dirawat di Rumah Sakit memiliki hak untuk

mendapatkan asuhan pasien yang aman dengan program keselamatan pasien (KEMENKES,

2015). Semakin tinggi angka insiden keselamatan pasien ang terjadi yaitu menurut WHO

(2004) melalui penelitian Rumah Sakit diberbagai negara: Amerika, Inggris, Denmark, dan

Australia terdapat Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)

dengan rentang 13,2%. Institute of Medicine (2000) melaui laporan “TO ERR IS HUMAN”,

Building a Safer Health System menyebutkan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado

ditemukan kejadian tidak diharapkan (KTD) atau Adverse Event sebesar 2,9 %, dimana 6,6 %

diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7 % dengan angka

kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika

yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 – 98.000 per tahun, sedangkan di

Indonesia menurut data Kemenkes (2015) terdapat Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sebanyak

197 kasus, KTD 330 kasus dan Kejadian Tidak Cedera (KTC) 205 kasus. Berdasarkan data

diatas, didapatkan bahwa kejadian KTD dan KNC di dunia semakin meningkat, oleh karena

itu tercapainya sasaran keselamatan pasien di Rumah sakit perlu mendapat perhatian khusus.

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu identifikasi pasien secara tepat,

meningkatkan komunikasi yang efektif, meningkatkan keamanan obat High-Alert, benar


lokasi, benar pasien, benar prosedur pembedahan, mengurangi risiko infeksi, mengurangi

risiko pasien cedera karena jatuh (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPPRS), 2015).

Salah satu Sasaran Keselamatan Pasien adalah pengurangan risiko jatuh bagi pasien yang di

rawat di RS, karena pasien jatuh atau nyaris jatuh sebagai pertanda buruknya mutu

pelayanan di Rumah sakit tersebut. Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) 2012

melaporkan bahwa kejadian pasien jatuh di Indonesia pada bulan Januari sampai September

2012 sebesar 14%, dengan persentasi pasien jatuh termasuk ke dalam lima besar insiden

medis selain medicine error (Dewi & Noprianty, 2018), Perawat merupakan salah satu

penentu terpenuhinya pengurangan risiko jatuh bagi pasien, karena perawat yang bersama

pasien selama 1x24 jam. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan ketrampilan perawat

dalam mengidentifikasi risiko jatuh pada pasien yang masuk Rs.

1.2 Rumusan Masalah

Kepatuhan perawat dalam melakukan identifikasi risiko jatuh pada pasien sebenarnya

sudah baik, karena hampir seluruh Rs diindonesia menggunakan Skale Fall Morse (SFM)

untuk dewasa dan Humpty Dumpty untuk anak-anak. Pada penelitian sebelumnya, ini

dibuktikan pada peneliitian sebelumnya tentang kepatuhan perawat dalam melakukan

identifikasi risiko pasien jatuh dengan menggunakan skala jatuh morse sudah baik yaitu

sekitar 66,48% (Setyarini, 2010), Namun demikian fakta masih didapatkan tingginya angka

KNC dan KTD di Indonesia dengan persentasi pasien jatuh besar. Oleh karena itu

pertanyaan penelitan adalah apakah perawat melakukan assessment risiko jatuh pasien

dengan benar?.
1.3 Tujuan Penelitian

A. Tujuan umum

Untuk menurunkan angka KTD dan KNC di Indonesia

B. Tujuan khusus

a. Memperoleh gambaran tingkat pengetahuan perawat dalam melakukan pengkajian

risiko Jatuh pasien rawat inap di RSUD …

b. Mengurangi angka pasien jatuh dan risiko jatuh yang di rawat inap di RSUD …

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Dapat memberikan ilmu yang akan bermanfaat ketika kembali ke Rumah sakit, serta

memberi dapat meningkatkan pelayanan yang akan di berikan pada pasien.

2. Bagi profesi keperawatan

Sebagai tambahan informasi bagi keperawatan untuk evaluasi pengetahuan perawat

dalam melakukan pengkajian keperawatan.

3. Bagi masyarakat

Dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang rasa aman, nyaman selama di

rawat di Rumah sakit


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.I Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Setiap manusia menginginkan mendapatkan keamanan dan keselamatan di manapun

berada, hal ini juga sejalan dengan teori Maslow yang menempatkan keamanan dan keselamatan

menjadi kebutuhan prioritas kedua setelah kebutuhan fisiologis. Patient Safety merupakan

program yang diterapkan oleh Rumah sakit dan menjadi standar mutu pelayanan. Menurut WHO

“Patient safety is the absence of preventable harm to a patient during the process of health care”.

Sedangkan menurut Intitute Of Medichine (IOM) definisi patient safety sebagai pencegahan

bahaya bagi pasien (Mitchell, 2008). “Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera fisik dan

psikologis yang menjamin keselamatan pasien, melalui penetapan system opersional,

meminimalisasi terjadinya kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam system

perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang optimal” (Canadian Nursing

Association,2004 dalam Hadi,2017).

Di Indonesia keamanan dan keselamatan pasien juga menjadi prioritas utama bagi rumah sakit

yang merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat secara paripurna dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, dalam

rangka memenuhi Patiet Safety pemerintah Indonesia membentuk Komite Keselamatan Pasien

Rumah Sakit (KPRS) yang bertujuan untuk meningkatkan budaya keselamatan pasein,

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

(Kemenkes RI, 2017). “Hospital Patient Safety Standars” adalah standar keselamatan pasien
yang dikeluarkan oleh Joint Commission Internasional (JCI) dan menjadi rujukan bagi Indonesia

dan menjadi syarat yang diterapkan di rumah sakit yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi

Rumah Sakit (KARS) terdiri enam Sasaran Keselamatan Pasien, yaitu:

a) Identifikasi pasien secara tepat,

b) Meningkatkan komunikasi yang efektif,

c) Meningkatkan keamanan obat High-Alert,

d) Meningkatkan benar lokasi, benar pasien, benar prosedur pembedahan,

e) Mengurangi risiko infeksi,

f) Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh.

2.2 Pengurangan risiko jatuh pasien

Salah satu sasaran keselamatan pasien yang menyita perhatian pemerintah, masyarakat,

dan pihak rumah sakit adalah pengurangan risiko jatuh. Jatuh pada pasien menyebabkan

kerugian besar, baik kerugian fisik berupa luka lecet, luka robek, luka memar, dan cedera

dan juga kerugian materi akibat dari lama perawatan,. Insiden jatuh ini tidak hanya

berdampak pada cedera, namun juga meningkatkan lama perawatan, serta biaya

perawatan pasien (Miake-Lye et al, 2013). Pasien cedera dapat mengakibatkan

penambahan lama rawatan di rumah sakit selama 6,3 hari rawatan. Rata-rata biaya yang

dikeluarkan dikarenakan cedera sekitar $14.000 (Joint Comission, 2015). Faktor-faktor

penyebab risiko jatuh

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko jatuh yaitu: faktor organisasi

dan manajemen, fakor lingkungan kerja, faktor tim, faktor petugas, faktor tugas, faktor

pasien dan faktor komunikasi (Kemenkes, 2015)


Upaya rumah sakit dalam pengurangan risiko jatuh adalah dengan proses pengkajian

pasien yang berisiko jatuh dengan menggunakan form penilaian risiko jatuh, proses

pencegahan, serta sistem pelaporan pasien jatuh.

2.1.1 Proses pengkajian

Ada 3 form penilaian yang digunakan dalam menilai pasien berisiko jatuh yaitu

Morse Fall Scale (MFS) untuk dewasa, Humpty Dumpty untuk anak, dan penilaian

risiko untuk pasien Geriatry (Nursalam, 2016)

a. Morse Fall Scale (MFS)


MFS adalah metode yang cepat dan sederhana untuk menilai kemungkinan
pasien jatuh pada pasien dewasa. MFS digunakan secara luas pada pasien perawatan
akut di rumah sakit dan rawat inap yang membutuhkan perawatan jangka panjang

No Risiko Skor
1. Mempunyai riwayat jatuh, baru atau
dalam 3 bulan terakhir
□ tidak 0
□ ya 25
2. Diagnosis sekunder >1
□ tidak 0
□ ya 15
3. Ambulasi berjalan
□ bedrest/ dibantu perawat 0
□ penyangga/ tongkat/ walker/ 15
threepot/ kursi roda
□ mencengkeram furniture 30
4. Terpasang IV line/ pemberian
antikoagulan
(heparin)/ obat lain yng digunakan
mempunyai side
effects jatuh
□ tidak 0
□ ya 20
5. Cara berjalan/ berpindah
□ normal/ bedrest/ imobilisasi 0
□ kelelahan dan lemah 10
□ keterbatasan/ terganggu 20
6. Status mental
□ normal/ sesuai kemampuan diri 0
□ lupa keterbatasan diri/ penurunan 15
kesadaran

b. Skala Humpty Dumpty


Tabel Penilaian Resiko Jatuh Pasien Anak Skala Humpty Dumpty

No Parameter Skor
1. Umur
□ < 3 tahun 4
□ 3-7 tahun 3
□ 7-13 tahun 2
□ 13-18tahun 1
2. Jenis kelamin
□ perempuan 2
□ laki-laki 1
3. Diagnosis
□ kelainan neurologi 4
□ gangguan oksigenasi 3
□ kelemahan fisik/ kelainan psikis 2
□ ada diagnosis tambahan 1
4. Gangguan kognitif
□ tidak memahami keterbatasan 3
□ lupa keterbatasan 3
□ orientasi terhadap kelemahan 1
5. Faktor lingkungan
□ riwayat jatuh dari tempat tidur 4
□ pasien menggunakan alat bantu 3
□ pasien berada di tempat tidur 2
□ pasien berada di luar area ruang 1
perawatan
6. Respon terhadap operasi/ obat
penenang/ efek anestesi
□ kurang dari 24 jam 3
□ kurang dari 48 jam 2
□ lebih dari 48 jam 1
7. Penggunaan obat
□ penggunaan obat sedative (kecuali
psien ICU yang
menggunakan sedasi dan paralisis).
Hipnotik, barbitural,
fenotiazin, antidepressant,
laksatif/diuretic, narkotik/metadon.
□ salah satu obat diatas 1
□ pengobatan lain 2
Total
(Nursalam,2016)

c. Penilaian Risiko Jatuh Pada Pasien Geriatri


Table penilaian risiko jatuh pada geriatri

No Risiko Skor
1. Gangguan gaya berjalan 4
(diseret, menghentak, berayun)
2. Pusing/pingsan pada posisi 3
tegak
3. Kebigungan setiap saat 3
4. Nokturia/ inkontinen 3
5. Kebingungan intermitten 2
6. Kelemahan umum 2
7. Obat-obat beresiko tinggi 2
(diuretik, narkotik, sedative,
antipsikotik, laksatif,
vasodilator, antiangina,
antihipertensi,
obat hipoglikemik,
antidepressant, neuroleptik,
NSAID) 2
8. Riwayat jatuh dalam waktu 12 2
bulan sebelumnya 2 2
9. Osteoporosis 1 1
10. Gangguan pendengaran 1
dan/atau penglihatan 1
11 Usia > 70 tahun 1 1
TOTAL SKOR
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep pada penelitian yang berjudul “gambaran kepatuhan perawat dalam

melakukan assessment risiko jatuh” dapat digambarkan sebagai berikut:

Kepatuhan perawat Assessment risiko jatuh

3.2 HIPOTESIS
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan instrument


penelitian berupa kuisioner dan lembar observasi.
Penelitian deskriptif peneliti hanya melakukan deskripsi mengenai fenomena yang
ditemukan. Hasil pengukuran disajikan apa adanya dan sering dikelompokkan tergantung
pada sifat topik yang diteliti, namun tidak dilakukan analisis mengapa fenomena tersebut
terjadi (Sastroasmoro sudigdo, 2014). Penelitian kuantitatif merupakan tehnik yang
digunakan untuk mengolah data dalam bentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran
maupun hasil konvensi (Notoatmojo, 2010).

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

a. Lokasi penelitian: RSUD…...


b.
c. Waktu penelitian: …- …..

4.3 Populasi penelitian dan sampel

4.3.1 Populasi penelitian


Populasi penelitian adalah semua objek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2016)
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas diruang rawat inap
RSUD…..sebanyak… perawat yang dilakukan pada…

4.3.2 Sampel
Sampel adalah seluruh bagian populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi sesuai
kriteria yang ditentukan oleh peneliti berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

1) Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:


1. Seluruh perawat di ruang rawat inap RSUD…
2. Pendidikan minimal D3
3. Masa kerja>3 tahun
2) Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Perawat yang sedang cuti
2. Perawat yang sedang melakukan tugas belajar

4.4 Sampling

Tehnik sampling adalah proses menyeleksi sampel dari populasi untuk dapat mewakili
populasi (Nursalam, 2016). Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah probability
sampling yaitu stratified random sampling yaitu digunakan pada populasi yang
mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

4.5 Besar sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSUD…
berjumlah… maka untuk menentukan besar sampel menggunakan rumus :

N
n=
(N . e ²)+1
ket :
n : besar sampel
N : besar populasi
e : persen kelonggaran ketidakelitian karena kesalahan pengambilan sampeldalam
penelitian e = 5%

4.6 Alur penelitian

Penjelasan dan penandatanganan informed consent

Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dan lembar


observasi

Pengolahan data dan hasil penelitian

Penyajian hasil dan pembahasan


4.7 Variabel Penelitian

1. Identifikasi variable penelitian


Variable yang diteliti dalam penelitian ini adalah gambaran kepatuhan perawat dalam
melakukan assessment risiko jatuh.

2. Defenisi operasional
Defenisi operasional yang digunakan dalam penelitian adalah :
a) Kepatuhan perawat dalam penelitian ini adalah perawat yang melakukan
pengkajian risiko jatuh pasien dengan tepat.
b) Assessment risiko jatuh dalam penelitian ini adalah pengkajian form risiko
jatuh di ruang rawat inap dengan menggunakan Morse Fall Scale (MFS)
untuk dewasa, Humpty Dumpty untuk anak, dan penilaian risiko jatuh untuk
pasien Geriatry.

4.8 Instrumen Penelitian

Instumen dalm penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar kuisioner dan
lembar observasi
DAFTAR PUSTAKA

Apriliyani, E. (2015). Sistem Penentuan Risiko Penyakit Jantung Koroner Dan Kardiovaskuler
Menggunakan Metode Framingham Score. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Jogjakarta.
Ardhany, S. D. (2016). Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi JKN di Poli Penyakit
Dalam RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Jurnal Surya Medika, 1(2), 10–17.
https://doi.org/10.33084/jsm.v1i2.394
Azhari, M. H. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Barat Ii Palembang.
Ilmu Kesehatan, 2(1), 23–30.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. In A. Suslia, F. Ganoajri, P.
P. Lestari, & R. W. A. S. Sari (Eds.), 3 (8th ed., pp. 1–1124). Elsevier Ptc Ltd.
Burnier, M., & Egan, B. M. (2019). Adherence in Hypertension: A Review of Prevalence, Risk
Factors, Impact, and Management. Circulation Research, 124(7), 1124–1140.
https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.118.313220
Cramer, J. A., & Spilker, B. (1991). Patient Compliance in Medical Practice and Clinical Trials.
Crowin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi (3rd ed.; E. K. Yudha, E. Wahyuningsih, D.
Yulianti, & P. E. Karyuni, Eds.). Jakarta: EGC Jakarta.
Evadewi, P. K. R., & Suarya, L. M. K. S. (2013). Kepatuhan Mengonsumsi Obat Pasien
Hipertensi Di Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A Dan Tipe B. Jurnal Psikologi
Udayana, 1(1), 32–42. https://doi.org/10.24843/jpu.2013.v01.i01.p04
Fitri, T., Sihombing, H., & Artini, I. G. A. (2017). Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi
dan Pola Kepatuhan Pengobatan pada Penderita Hipertensi yang Berkunjung ke Tenda
Tensi Tim Bantuan Medis Janar Dūta Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Gallo, B. M., & Hudak, C. M. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC
Jakarta.
James, P. A., Oparil, S., Carter, B. L., Cusman, W. C., Dennison-himmelfarb, C., Handler, J., …
Ortiz, E. (2014). 2014 Evidence-based guideline for the management of high blood pressure
in adults report from the panel members appointed to the eighth joint national Committee
(JNC 8). The Journal of the American Medical Association, 1097(5), 507–520.
https://doi.org/10.1001/jama.2013.284427
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.
Krousel-Wood, M., Islam, T., Webber, L. S., Re, R. N., Morisky, D. E., & Muntner, P. (2009).
New medication adherence scale versus pharmacy fill rates in seniors with hypertension.
American Journal of Managed Care, 15(1), 59–66.
Kumar, V., Kumari, B., Rahat, E., & Fareed, S. (2019). Frequency of Medication Non-
compliance in Hypertensive Patients Presenting with Stroke: A Case-control Study. Cureus,
11(5). https://doi.org/10.7759/cureus.4605
Maryanti, R. (2017). HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENS (Vol. 1).
Mathavan, J., & Pinatih, G. N. I. (2017). Gambaran tingkat pengetahuan terhadap hipertensi dan
kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kintamani 1,
Bangli Bali. Intisari Sains Medis, 8(3), 176–180. https://doi.org/10.1556/ism.v8i3.121
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2017). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. In Jakarta
Pusat Bahasa.
Puskesmas Masohi. (2019). Laporan Tahunan Puskesmas Masohi. Masohi.
sartika, W. (2013). Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita Hipertensi Berdasarkan Pola Diet
Dan Kebiasaan Olah Raga Dipadang Tahun 2011. 8(1), 8–14.
Smeltzer, S., & Bare, B. (2010). Hand Book for Brunner & Suddarth’s textbook of medical-
surgical nursing.
Soenarta, A. A., Erwinanto, Mumpuni, A. S. S., Barack, R., Lukito, A. A., Hersunarti, N., &
Pratikto, R. soerarso. (2015). Pedoman Tata Laksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskuler. In Perhimpunan Doter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (Vol. 42).
https://doi.org/10.1103/PhysRevD.42.2413
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Udjianti, W. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
WHO. (2020). Top 10 Cause Of Death. Retrieved February 26, 2020, from WHO website:
www.who.int/gho/mortality_burden_disease/causes_death/top_10/en/

Anda mungkin juga menyukai