Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO JATUH PADA RUANG RAWAT INAP

CEMPAKA DENGAN MENGGUNAKKAN METODE RCA

Disusun Oleh :

Nama : Latifah Maulina, AMK


NIP : 198201162007012007
Jabatan : Perawat Terampil

RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS


JAKARTA BARAT
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat. Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta adalah UPT yang melaksanakan tugas di
bidang pelayanan kesehatan perorangan dengan kekhususan di bidang penyakit Kanker.
Komite Mutu Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Komite Mutu adalah unsur
organisasi non struktural yang membantu Direktur Rumah Sakit dalam mengelola dan memandu
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien, serta mempertahankan standar pelayanan
Rumah Sakit. Setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan tata kelola mutu. Tata kelola mutu
dilakukan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit dan mempertahankan
standar pelayanan Rumah Sakit.
Setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan tata kelola mutu. Tata kelola mutu
dilakukan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit dan mempertahankan
standar pelayanan Rumah Sakit. Penyelenggaraan tata telola mutu dilakukan oleh Komite Mutu.
Tujuan penyelenggaraan tata kelola mutu adalah peningkatan mutu dan keselamatan pasien di
Rumah Sakit secara menyeluruh melalui perbaikan mutu berkesinambungan.
Penyelenggaraan tata kelola mutu selanjutnya akan dievaluasi dan dilaporkan secara
berkala oleh Komite Mutu kepada Direktur Utama dan dilaporkan kepada Dewan Pengawas RS.
Laporan berkala yang disusun terdiri atas Laporan Semester dan Laporan Tahunan dimana
keduanya merupakan laporan pelaksanaan tugas dan fungsi yang memuat perkembangan dan
hasil pencapaian kinerja Komite Mutu Rumah Sakit dalam kurun waktu satu semester maupun
satu tahun.
Laporan berkala ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja Komite Mutu Rumah
Sakit yang dapat menjadi media informasi, umpan balik (feedback), dan menjadi bahan evaluasi
terhadap penyelenggaraan tata kelola mutu Rumah Sakit. Laporan ini dimaksudkan untuk
mengetahui dan menilai sejauh mana pencapaian kinerja dan progres program yang terlaksana di
setiap periodenya dengan mengacu pada Program Mutu Rumah Sakit tahun 2022.
Menurut (Kumar, 2011), Setiap rumah sakit dituntut untuk mengupayakan pemenuhan
sasaran keselamatan pasien. Salah satu standar keselamatan pasien yang telah ditetapkan oleh
JCI (Joint Comission International) adalah sasaran pelaksanaan keselamatan pasien di rumah
sakit atau disebut dengan National Patient Safety Goals for Hospital meliputi identifikasi pasien
dengan benar, meningkatkan komunikasi efektif, menggunakan obat secara aman, kepastian
tepat lokasi, prosedur dan tepat pasien, menurunkan risiko infeksi, dan mengidentifikasi risiko
jatuh pasien (Joint Comission International, 2014).
Menurut JCI dalam Sentinel Alert Event tahun 2015 di United States, pasien jatuh
dirumah sakit menyebabkan cedera 30-50%, peningkatan hari rawat rata-rata 6,3 hari. Dampak
lainnya yang dapat ditimbulkan dari insiden jatuh adalah dapat menyebabkan kejadian yang tidak
diharapkan dan menimbulkan trauma psikologis. Dampak bagi rumah sakit sendiri dapat
menimbulkan risiko tuntutan hukum karena dianggap lalai dalam perawatan pasien (Nursalam,
2014). Selain kerugian fisik, jatuh dapat meningkatkan biaya perawatan pasien.
Menurut (AHRQ Fall and injury prevention, 2008 dalam Nur dkk, 2017) menemukan
KTD dengan rentang 3,2-16,6 % pada rumah sakit diberbagai Negara, yaitu Amerika, Inggris,
Denmark dan Australia. Dilaporkan data sebanyak 700.000 sampai 1.000.000 orang mengalami
kejadian jatuh setiap tahun dirumah sakit Amerika Serikat. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Rumah Sakit serta Unit Kesehatan Mental di Inggris insiden pasien jatuh pada tahun 2011
tercatat sebanyak 282.000 pasien jatuh tiap tahun,pada 840 pasien tercatat mengalami patah
tulang pinggul, pasien yang mengalami fraktur sebanyak 550 pasien, dan pasien yang mengalami
cedera intrakranial dilaporkan sebanyak 30 pasien(National patient safety agency, 2007 dalam
Nur dkk, 2017.
Di Indonesia dilaporkan bahwa kejadian pasien jatuh di Indonesia memperlihatkan bahwa
kejadian pasien jatuh termasuk kedalam lima besar insiden rumah sakit setelah medicine error.
Data dari laporan tersebut memperlihatkan bahwa kejadian pasien jatuh tercatat sebanyak 34
kasus atau setara 14%(12 kejadian jatuhdari 86 insiden keselamatan pasien), insiden jatuh di
Rumah 3 Sakit di Indonesia. Hal ini masih jauh dari standar Joint commission international (JCI)
yang menyatakan bahwa untuk kejadian jatuh pasien diharapkan tidak terjadi dirumah sakit (Nur
& Santoso, 2017).
Menurut penelitian (Muchlis Purba, Novieastari, & Perawat, 2016),berdasarkan adanya
laporan kejadian jatuh yang terjadi di Indonesia berdasarkan jenis Rumah Sakit yaitu pada
Rumah sakit umum di Kota Jakarta didapatkan persentase sebanyak 96,67% dan pada Rumah
sakit khususdi Kota Jakarta didapatkan persentase sebesar 3,33%. Data yang didapatkan pada
laporan kejadian jatuh berdasarkan akibatnya adalah tidak ada cedera sebanyak 55,17%,
sebanyak 27,59% mengalami cedera reversible, pasien mengalami kematian didapatkan
persentase sebanyak 10,34%, dan sebanyak 6,9% pasien mengalami cedera ireversibel.
Sejak tahun 2009 pusat data The Commission Sentinel Event telah menerima 465 laporan
pasien jatuh dengan luka yang sebagian besar terjadi di rumah sakit, sedangkan pada tahun 2014
jumlah pasien jatuh pada golongan umur dewasatua mencapai 29 juta dengan 7 juta diantaranya
jatuh mengakibatkan luka. Perkiraan insiden jatuh pada tahun 2030 akan mencapai angka 74 juta
pasien dengan 12 juta diantaranya jatuh mengakibatkan luka (CDC, 2016).
Pelaksanaan pengkajian risiko jatuh pada pasien tidak bisa lepas dari peran perawat
bahkan memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaannya (Quiqley dan White,
2013). Perawat adalah anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya besar dirumah sakit (40-
60%) dan pelayaanan keperawatan yang diberikan 6 merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan dan memiliki peran yang besar untuk mewujudkan keselamatan pasien salah satunya
pencegahan resiko jatuh. Tugas perawat antara lain melakukan identifikasi pada pasien berkaitan
dengan peningkatan resiko cedera akibat jatuh, melakukan pengelolaan pengkajian resiko jatuh
pada pasien sesuai dengan diagnosa medis pasien, mengelola pengkajian menjadi suatu data, dan
perawat harus konsisten untuk menilai kembali perubahan kondisi pasien selama dirawat di
rumah sakit(Partinah & Rumah, 2017).
Mayoritas kasus jatuh di Unit Rawat Inap dapat dicegah dengan peran perawat yang
proaktif dalam mengenali faktor-faktor resiko jatuh dan menerapkan tindakan pencegahan jatuh
dengan tepat sehingga dapat menurunkan angka kejadian jatuh di Rumah Sakit (Mitchell, 2018).
Salah satu strategi yang diterapkan Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan melakukan sosialisasi
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan perawat. Rumah sakit ini juga melakukan
pelatihan internal mengenai pelaksanaan asesmen risiko jatuh, baik asesmen awal maupun
asesmen ulang risiko jatuh tiap shift pada electronic medical record (EMR).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian data tersebut, penulis dapat merumuskan masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Risiko Jatuh?
2. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi Risiko Jatuh?
3. Bagaimana Pengkajian terkait Risiko Jatuh ?
4. Bagaimana Indikator Mutu Manajemen Risiko Jatuh dengan Metode RCA?

1.1 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui dan menganalisis tentang Indikator mutu manajemen risiko jatuh psien di
Ruang Rawat Inap Cempaka 3 bulan terakhir. Laporan yang disajikan memberi gambaran
tentang kondisi yang dicapai saat ini, kendala dan permasalahan yang terjadi dalam upaya
pencapaian kinerja, upaya - upaya yang sudah dilakukan, dan rencana tindak lanjut sebagai
dasar contiuous quality improvement.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup laporan ini adalah laporan tentang penyelenggaraan tata kelola mutu
manajemen risiko jatuh di Ruang Rawat Inap Cempaka Rumah Sakit Kanker Dharmais dalam 3
bulan terakhir kurun waktu Juni - Agustus 2022.

1.5 Metode Penulisan


Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan tehnik studi kepustakaan yaitu
mempelajari buku-buku sumber utk memperoleh bahan-bahan ilmiah yang berhubungan dengan
penulisan makalah, mengambil bahan dari internet berupa jurnal keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1.1 Definisi Perawat


Keperawatan merupakan suatu unsur pertama dalam paradigma keperawatan, yang berisi
suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari alayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
Perawat adalah suatu profesi yang mandiri yang mempunyai hak untuk memberikan
pelayanan keperawatan secara mandiri menggunakkan asuhan keperawatan (Budiono & Pertami,
2015).
Menurut Wardah, Febrina, Dewi (2017) berpendapat bahwa perawat adalah tenaga yang
bekerja secara professional memiliki kemampuan, kewenangan dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.

2.2 Peran dan Fungsi Perawat


Menurut Budiono & Pertami (2015) menyatakan bahwa, peran perawat diartikan sebagai
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan
dalam sistem dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun
dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Menurut Gaffar dalam praptianingsih (2006)
dalam melaksanakan profesinya, perawat juga memiliki empat peran lain yaitu :
1. Peran sebagai pelaksana Perawat bertindak sebagai Comforter (mengupayakan
kenyamanan dan rasa aman pada pasien), Protector dan Advocad, (melindungi pasien dan
mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan),
Communicator (tampak ketika perawat bertindak sebagai penghubung antara pasien
dengan anggota tim kesehatan) serta Rehabilitator (perawat membantu pasien untuk
beradaptasi dengan perubahan tubuhnya).
2. Peran sebagai pendidik Perawat melakukan penyuluhan kepada klien (pasien)yang berada
dibawah tanggung jawabnya.
3. Peran sebagai pengelola Peran ini berkaitan dengan jabatan struktural di rumah sakit.
Perawat harus memantau dan menjamin kualitas asuhan keperawatan serta
mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.
4. Peran sebagai peneliti Perawat harus memiliki kemampuan ntuk melakukan penelitian di
bidangnya.

Fungsi Perawat
Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada, perawat dalam
menjalankan perannya memiliki beberapa fungsi, (Budiono & pertami, 2015) seperti berikut :
1. Fungsi Independen
Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dari dokter. Tindakan
perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan, dalam menjalankan tugas
perawat bertanggung jawab terhadap klien akibat dari tindakan yang dilakukan oleh
perawat tersebut. Contohnya, dalam melakukan sebuah pengkajian.
2. Fungsi Dependen
Dalam lingkup fungsi dependen, perawat membatu dokter dalam memberikan pelayanan
pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya
dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat dan melakukan tindakan
suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat
merupakan menjadi tanggung jawab dokter tersebut.
3. Fungsi Interdependen
Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan timperawatan atau tim kesehatan
lainnya. Contohnya untuk menangani ibu hamil yang menderita diabetes, perawat
bersama tenaga gizi berkolaborasi dalam membuat perencanaan untuk menentukan
kebutuhan makanan yang diperlukan bagi ibu dan perkembangan janin.

2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Perawat


Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini,
dapat dilaksanakan sesuai tahapan dalam proses keperawatan. Tugas perawat ini disepakati
dalam lokakarya tahun 1983 dalam Hasyim dkk (2014) yang berdasarkan tugas dan tanggung
jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai berikut :
(1) Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada pasien (sincere interest),
(2) Apabila perawat terpaksa menunda pelayanan maka perawat bersedia memberikan
penjelasan dengan ramah kepada kliennya(explanation about the delay),
(3) Menunjukkan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan
perilaku perawat. Misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dan
lain sebainya,
(4) Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subject the patient desires)
bukan pada kepentingan atau keinginan perawat,
(5) Tidak mendiskusikan klien di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory),
(6) Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien
(see the patient point of view).

Perawat yang profesional harus menempatkan kebutuhan pasien di atas kepentingannya


sendiri, perawat juga harus melindungi hak pasien untuk memeproleh keamanan dan pelayanan
yang berkualitas. Selain itu perawat harus selalu meningkatkan pengetahuan, keahlian serta
menjaga perilaku dalam melakukan tugasnya. Tanggung 16 jawab (responsibility) perawat dalam
menjalankan tugas dan fungsinya dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(1) Tanggung jawab utama terhadap tuhannya (responsibility to god),
(2) Tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat (responsibility to client and society),
(3) Tanggung jawab kepada teman sejawat dan atasan (responsibility to colleague and
supervisor ),
(4) Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya,
(5) menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, prosedur atau obat-obat terentu
dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokter,
(6) menghargai setiap hak pasien dan keluaranya dalam hal kerahasian informasi,
(7) mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting kepada orang
yang tepat. Pertolongan yang diberikan kepada orang yang sedang sakit dan orang yang
membutuhkan pertolongan harus, kalau hal itu memang dibutuhkan oleh orang tersebut secara
berkesenimbungan. Dengan perkataan lain pertolongan yang kita berikan itu harus bersifat terus
menerus, perawat ini harus melayani klien dengan masalah yang kompleks danmelakukan
pendekatan yang lebih holistic daripada dokter dimana ia mengawasi gejala non patologis,
kenyamanan, pelayanan yang komprehensif, dan keselamatan pasien (Potter & Perry, 2018).
2.4 Definisi Jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian sehingga penderita mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran (Darmojo, 2013).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada
pada permukaan tanah tanpa disengaja dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan
kesadaran atau kejang (Stanley, dalam syahailatua, 2013).

2.5 Faktor Risiko Jatuh


a) Faktor intrinsik
1. Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah : Penurunan sirkulasi darah ke otak secara
tiba-tiba, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba, masalah pada jantung yang
menyebabkan sesak nafas sehingga tidak dapat mentoleransi
2. Gangguan sistem susunan saraf : SSP akan memberikan respons motorik untuk
mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson, hodrosealus
tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP
sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik. Nyeri kepala dan atau vertigo,
pusing
3. Gangguan sistem anggota gerak dan gangguan gaya berjalan seperti nyeri persendian,
kelumpuhan, ketidaklengkapan anggota gerak, bentuk kaki yang tidak normal,
penurunan kekuatan otot, kekakuan jaringan penyambung , berkurangnya massa otot,
edema pada kaki
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran
5. Gangguan psikologis : stress, kurang konsentrasi, lupa dengan keterbatasan

b) Faktor ektrinsik
1. Pencahayaan yang buruk
2. Penggunaan alas kaki yang tidak tepat
3. Lantai yang licin
4. Tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil
5. Tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok
6. Obat-obatan yang diminum, diuretik, ACE inhibitor, antidepressan, obat tidur
7. Alat-alat bantu berjalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya

2.6 Pengkajian Risiko Jatuh


Upaya mengantisipasi dan mencegah terjadinya pasien jatuh dengan atau tanpa cidera
perlu dilakukan pengkajian di awal maupun kemudian pengkajian ulang secara berkala mengenai
pasien resiko jatuh, termasuk resiko potensial yang berhubungan dengan jadwal pemberian obat
serta mengambil tindakan untuk mengurangi semua resiko yang telah diidentifikasi tersebut.
Pengkajian resiko jatuh ini telah dapat dilaksanakan sejak pasien mulai mendaftar yaitu
dengan menggunakan skala jatuh. Tim pasient safety yang dibentuk oleh Rumah Sakit Kanker
Dharmais telah menetapkan Morse Fall Scale (MFS) sebagai instrumen yang diguankan untuk
mengidentifikasi pasien yang beresiko jatuh, MFS merupakan cara untuk menentukan resiko jath
dari pasien dan manajemen pencegahan jatuh yang perlu dilakukan sesuai dengan standar
prosedur pencegahan jatuh yang telah ada dan berlaku diseuruh unit dirumah sakit, khususnya di
ruang rawat inap (Budiono, 2014)
2.7 Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Penilaian Risiko Jatuh
Lakukan pengkajian risiko jatuh pada saat pasien masuk, terdapat perubahan kondisi
pasien/terapi, pasien dipindahkan ke ruangan/departemen lain, pasien setiap 24 jam atau sesaat
setelah terjadi kasus jatuh.
1. Tidak Ada Resiko (skor 0 – 24)
2. Resiko Rendah (skor 25 – 44)
a. Memastikan tempat tidur / brankad dalam posisi rendah dan roda terkunci
b. Menutup pagar tempat tidur/brankad
c. Orientasikan pasien/penunggu tentang lingkungan/ruangan sekitar
3. Resiko Tinggi (skor ≥ 45)
a. Memastikan tempat tidur/brankad dalam posisi rendah dan roda terkunci
b. Menutup pagar tempat tidur/brankad
c. Orientasikan pasien/penunggu tentang lingkungan/ruangan
d. Beri tanda segitiga kuning pada tempat tidur pasien
e. Pastikan pasien memiliki pin warna kuning penanda resiko tinggi jatuh pada gelang
identifikasi
f. Lakukan pemasangan fiksasi fisik apabila diperlukan dengan persetujuan keluarga

2.8 Pencegahan Jatuh


1. Mengevaluasi faktor risiko
2. Pencegahan standar:
a. Mengenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya
b. Menempatkan tombol panggilan di tempat yang mudah dijangkau pasien dan
mengajari pasien bagaimana cara menggunakannya
c. Meletakkan benda-benda penting yang dibutuhkan pasien di tempat yang mudah
dijangkau pasien
d. Tempat tidur pasien disiapkan dalam posisi rendah dan dalam keadaan terkunci
e. Memastikan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin dan ukurannya sesuai
f.Menyediakan pencahayaan yang cukup, terutama pada malam hari
g. Pastikan lantai dalam keadaan bersih dan kering
h. Sediakan pengaman (handrails) di kamar mandi dan kamar pasien, serta di lorong
rumah sakit
3. Pencegahan khusus:
a. Gunakan tanda visual untuk memberitahukan risiko jatuh (seperti: tanda yang
dipasang di pintu kamar pasien/di dalam kamar pasien, gelang penanda, kaos
kaki/selimut berwarna, tanda di berkas rekam medis pasien)
b. Dampingi pasien saat pasien ke kamar mandi
c. Tanyakan apakah pasien ingin ke kamar mandi setiap 2 jam sekali (apabila pasien
dalam keadaan sadar)
d. Gunakan tempat tidur yang rendah
e. Bila diperlukan, observasi pasien secara berkala
4. Hourly Rounding
a. Meliputi 4P: Position, Pain assessment, Personal needs (BAK/BAB), Placement
5. Tempat tidur yang rendah
6. Pemasangan alarm bila ada pasien yang jatuh
7. Observasi secara berkala
8. Komunikasi
a. Komunikasi visual (pada rekam medis pasien, gelang pasien diberi tanda “fall risk”;
pemberian kaos kaki atau selimut berwarna)
b. Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien
 Jelaskan bahwa pasien memiliki risiko untuk jatuh
 Jelaskan program pencegahan pasien jatuh yang dimiliki rumah sakit
 Libatkan pasien dan keluarganya dalam program pencegahan dan beri kesempatan pada
pasien dan keluarganya untuk memberi masukan.

2.9 Akibat Jatuh dan Penatalaksanaan


a. Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit
berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau
fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas.
b. Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan
fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan
pembatasan gerak.
c. Dampak psikologis
Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan
rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas,
hilangnya rasa percaya diri, penbatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia
jatuh.
d. Kematian

Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan menerapi
komplikasi yang terjadi, mengembalikan kepercayaan diri penderita.
1. Penatalaksanaan bersifat individual
2. Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan fungsional
terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
3. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi penyebabnya/faktor mendasarinya
4. Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit kardiovaskuler yang
mendasari
BAB II
TINJAUAN KASUS

3.1 LANGKAH-LANGKAH ANALISIS AKAR MASALAH (RCA)


1. Identifikasi insiden yang akan di investigasi
2. Tentukan Tim Invertigator
3. Kumpulkan data & informasi :
 Observasi
 Dokumentasi
 Interview
4. Petakan kronologi kejadian :
 Narrative kronologi
 Timeline
 Tabular timeline
 Time person gird
5. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
( Brainstorming, Brainwriting )
6. Analisis informasi :
 5 Why’s
 Analisis perubahan
 Analisis penghalang
 Fish bone / Analisis tulang ikan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement

3.2 Identifikasi Insiden


Insiden Jatuh 3 bulan Terakhir Juni – Agustus 2022
INSIDEN 1: Pasien dengan Ca paru, hemiparase dekstra jatuh di Tempat tidur
INSIDEN 2: Pasien dengan LNH, terpasang restrain jatuh di Tempat tidur
INSIDEN 3: Pasien dengan Ca paru jatuh di Kamar Mandi
TIM :
Ketua : Latifah Maulina,AMK
Anggota : 1. Ikin Serupi, S.Kep, Ns.
2. Febriana Rindi K., S.Kep, Ns.
3. Alita Mei, S.Kep, Ns.

Apakah semua area yang terkait sudah terwakili ? YA TIDAK


Apakah macam – macam & tingkat pengetahuan yang berbeda,
Sudah diwakili di dalam Tim tersebut ? YA TIDAK
Siapa yang menjadi notulen ? Lita Agustin W., S.Kep, Ns.
Tanggal dimulai 03 Oktober 2022 Tanggal dilengkapi 05 Oktober 2022

3.3 Pengumpulan Data


 Observasi langsung : tidak dilakukan

 Dokumentasi : 1. Rekam Medis Pasien


2 Laporan Insiden
3. SPO Perawatan Pasien
4. Jadwal Jaga dinas
 Interview ( Dokter / Staf yang terlibat ) :
1. Perawat
2. Keluarga pasien
 Jumlah Data pasien jatuh 3 bulan terakhir ( juni – Agustus 2022) : 3 pasien
 Jumlah Total Pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Cempaka 3 bulan terakhir ( juni –
Agustus 2022) : 5130 pasien
 Persentase Insiden Jatuh 3 bulan terakhir: 3 x 100 % = 0,058 %
5130
3.4 Identifikasi Faktor Penyebab

PETAKAN KRONOLOGI KEJADIAN

FORM TABULAR TIMELINE


TANGGAL INSIDEN KRONOLOGIS INFORMASI PENATALA- MASALAH PEMBUAT
DAN INSIDEN TAMBAHAN KSANAAN PELAYANAN LAPORAN
WAKTU
INSIDEN
Jatuh - Pasien masuk Kondisi pasien : -Observasi - Pasien tidak Achmad
05/06/2022 Jenis dengan kondisi KU : sedang, Hemodinamik memberi tahu Abdul Lubis
Jam : 19.00 Insiden: hemiparase Kes : compos dan perawat bila (Perawat)
KTC dextra mentis, TD : pemeriksaan ingin ke kamar
(Kejadian - Pasien telah 120/60 mmhg, head to toe mandi
Tidak dilakukan S: 36,4, Nadi : -memfasilitasi - Keluarga tidak
Cedera) orientasi 109x/menit, RR kebutuhan bak ada yang
No Harm pasien baru : 20 x/mnit, pasien dengan menunggu dan
saat masuk SpO2 96% memberikan pot tidak
termasuk tanpa oksigen urinal memastikan
fasilitas mual (-) muntah - memberi keselamatan
ruangan, (-) edukasi kepada penyanggah bed
manajemen Tidak terdapat keluarga untuk - Perawat tidak
keselamatan lebam, luka atau segera Kembali bisa selalu
pasien benjolan pada dan mengawasi
terpasang klip bagian tubuh menyampaikan pasien setiap
kuning, Tidak ada agar bila saat
segitiga kuning cedera meninggalkan
pencegahan pasien
risiko jatuh, menitipkan
edukasi ttd kepada perawat
- Pasien dan memastikan
ditempatkan di kondisi
bed tidut lingkungan
didampingi aman sehingga
keluarga tidak terjadi
- Perawat kejadian
sedang berulang
melakukan
program pada
pasien lain
- Keluarga
pasien lain
menginfokan
pasien
berusaha turun
dari tempat
tidur, saat
keluarganya
sedang
mengantarkan
kursi roda
tanpa
memastikan
penyanggah
bed terpasang
- Keluarga tidak
kunjung datang
pasien
berusaha ke
kamar mandi
- Pasien jatuh
dengan
menurunkan
kaki telebih
dahulu tidak
ada benuan di
kepala
05/07/2022 Jatuh - Kondisi pasien Kondisi pasien : -Observasi - Pasien gelisah Gesit
gelisah KU : lemah, Hemodinamik - Keluarga Agustin
Jam : 04.30 Jenis
terpasang Kes : Confuse, dan tertidur Angrugo
Insiden: restrain dan TD : 152/69 pemeriksaan sehingga tidak (Perawat)
hand rail mmhg, S: 36,2, head to toe memastikan
KTD
terpasag Nadi : -lapor ke dr. jaga keselamatan
(Kejadian segitiga kuning 102x/menit, RR pasien gelisah, penyanggah bed
dan klip : 20 x/mnit, instruksi : - Perawat tidak
Tidak
kuning SpO2 100% O2 Injeksi bisa selalu
Diharapkan) terpasang, nasal 3 lpm Haloperidol 1 mengawasi
perawat mual (-) muntah amp (IM) pasien setiap
Adverse
keliling pk (-) - memberi saat
Event 03.00 Tidak terdapat edukasi kepada
- Pasien telah lebam atau keluarga untuk
dilakukan perdarahan, tidak lalai
orientasi luka atau setelah melepas
pasien baru benjolan pada restrain dan hand
saat masuk bagian tubuh rail untuk
termasuk Tidak ada pastikan
fasilitas cedera terpasang
ruangan, Pasien gelisah kembali
manajemen
keselamatan
pasien
terpasang klip
kuning,
segitiga kuning
pencegahan
risiko jatuh,
edukasi ttd
- Pk 04.00
pasien
meminta
duduk sama
keluarga
restrain dan
hand rail
dibuka dan
pasien berada
pada posisi
duduk, lalu
keluarga
tinggal tidur
- Pk 04.40
pasien jatuh
dalam posisi
duduk infusan
terlilit dibadan
dan leher
pasien selang
DC terlilit di
kaki pasien

22/08/2022 Jatuh - Pasien masuk Kondisi pasien : -Observasi - Pasien tidak Dwi Nur
rencana BC KU : sedang, Hemodinamik memberi tahu Setyawan
Jam : 16.45 Jenis
dan MSCT Kes : compos dan perawat bila (Perawat)
Insiden: Thorax mentis, TD : pemeriksaan ingin ke kamar
- Pasien telah 132/678 mmhg, head to toe mandi
KTD
dilakukan S: 36,2, Nadi : -memfasilitasi - Keluarga tidak
(Kejadian orientasi 107x/menit, RR kebutuhan bab ada yang
pasien baru : 20 x/mnit, pasien dengan menunggu dan
Tidak
saat masuk SpO2 96% memberikan tidak
Diharapkan) termasuk tanpa oksigen komot di memastikan
fasilitas mual (-) muntah samping tempat keselamatan
Adverse
ruangan, (-) pusing (-) tidur penyanggah bed
Event manajemen Tidak terdapat - memberi - Perawat tidak
keselamatan lebam, luka atau edukasi kepada bisa selalu
pasien benjolan pada pasien untuk mengawasi
terpasang klip bagian tubuh melakukan bab pasien setiap
kuning, dan bak di saat
segitiga kuning komot sehingga
pencegahan tidak terjadi
risiko jatuh, kejadian
edukasi ttd berulang,
- Pasien tidak memberi tahu
ada keluarga perawat apabila
yang isi sudah penuh
menunggu
karena
menunggu
hasil PCR
- Paien ingin
BAB dan pergi
ke kamar
mandi sendiri
dan pintu tidak
dikunci
- Pasien lain
memencet bel
dan
menginfokan
ada pasien
yang terjatuh
di kamar
mandi
- Perawat segera
menghampiri
bel dan
membantu
pasien ke
tempat tidur
LANGKAH 5

FORM TIMEPERSON GRID

Waktu / Staf Perawat AN Perawat PN


yang terlibat
05/06/2022 Achmad Abdul Lubis Miki Sutrisno
Jam : 19.00

05/07/2022 Aulia Bayawashi Gesit Agustin Angrugo


Jam : 04.30

22/08/2022 Arif Munandar Dwi Nur Setyawan


Jam : 16.45

3.5 Identifikasi Analisis Masalah


IDENTIFIKASI CMP
FORM MASALAH / CARE MANAGEMENT PROBLEM (CMP)

Instrumen / Tools

Masalah Fish Bone (Analisis Tulang Ikan)

1. Pasein tidak memiliki keluaga yang menunggu Cari informasi keluarga yang bisa dihubungi untuk mau
datang menemani pasien, memastikan keluarga tidak
lalai bila pasien gelisah, memastikan keluarga tidak
meninggalkan pasien terlalu lama, dan pasikan keluarga
sudah PCR saat,akan masuk rawat inap
2. Perawat tidak bisa selalu mengawasi pasien setiap Edukasi dan yakinkan pasien agar mau memencet bell
saat nurse call jika memerlukan bantuan untuk beraktifitas

3. Orientasi bell pada pasien di Kamar mandi kurang Edukasi bell nurse call pada kamar mandi pada pasien
saat orientasi pasien baru
LANGKAH 7 ANALISIS INFORMASI
FORM TEHNIK (5) MENGAPA

MASALAH Pasien jatuh

Mengapa Mengapa pasien jatuh?

Mengapa Mengapa pasien melakukan aktifitas sendiri?

Mengapa Mengapa pasien tidak memencet nurse call?

Mengapa Mengapa tidak ada keluarga yang menunggui pasien?

Mengapa Mengapa keluarga pulang tidak menitipkan pasien ke parawat?


Fish Bone / Analisis Tulang Ikan
1. Faktor Pasien
- Kondisi pasien belum sembuh total
- Pasien masih sediki pusing
2. Faktor Staf
- Perawat tidak tahu kalau pasien mau ke kamar mandi
3. Faktor Komunikasi
- Kurangnya komunikasi antara pasien dengan petugas (perawat)
- Kurangnya komunikasi antara keluarga dengan petugas (perawat)
4. Faktor lingkungan Kerja
- Ruang kamar mandi tidak ada nurse call
5. Faktor Organisasi dan Manajemen
- SPO penilaian pasien resiko jatuh perlu diedukasi lagi /ditingkatkan
FORM ANALISIS PERUBAHAN

Prosedur Normal Prosedur yang dilakukan Apakah Terdapat bukti


saat Insiden perubahan dalam proses
Assesment pasien Pasien di assesment ulang
resiko jatuh setelah pasien jatuh

Setelah assesment Pasien sudah diberi gelang


diberi gelang kuning dan di edukasi
kuning dan di
edukasi
Pencet nurse Pasien sudah diajarkan untuk
call,jika butuh memencet nurse call untuk
bantuan perawat memerlukan bantuan perawat
Edukasi keluarga Menghubungi keluarga untuk
yang mendampingi datang mendampingi pasien
pasien dengan
resiko jatuh
Ada kursi roda Kursi roda berada di luar
untuk pasien yang kamar bangsal, 1 bangsal 1
resiko jatuh,untuk kursi roda
membantu
mobilisasi

FORM ANALISIS PENGHALANG


Apa penghalang Apakah penghalang Mengapa penghalang gagal?
pada masalah ini? dilakukan? Apa Dampaknya?
Assesment ulang Sudah dilakukan Kurang teliti dalam
pasien resiko jatuh menganalisa pasien resiko
jatuh
Setelah assesment Dilakukan Pasein bisa melepas sendiri
diberi gelang restrain bed
kuning dan di
edukasi serta
dipasang resrain
bed pasien
Pencet nurse Belum dilakukan Kurangnya pengetahuan pasien
call,jika butuh akan pentingnya memencet
bantuan perawat nurse call bila memerlukan
bantuan perawat
Edukasi keluarga Tidak dilakukan Keluarga tidak tahu kalau
yang mendampingi pasien tidak boleh ditinggal
pasien dengan pulang sendirian di RS
resiko jatuh

kursi roda untuk Tidak ada Kursi roda hanya 1-2 buah dan
pasien yang resiko berada diluar kamar bangsal
jatuh,untuk pasien
membantu
mobilisasi
3.6 Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement

FORM REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAKAN

Akar Masalah Tindakan Tingkat Penanggung jawab Sumber daya Bukti


rekomendasi yang penyelesaian Waktu Paraf
(individu,tim,dere dibutuhkan
ktorat RS)
Assesment Assesment Tim Unit rawat inap Dana, Alat
pasien resiko pasien resiko
jatuh jatuh lebih
diperhatikan lagi

Pemasangan Penyedian gelang RS Unit rawat inap dan Dana,Alat

gelang kuning kuning dan logistik

dan restrain bed monitoring


pasien restrain bed yang
rusak

Tim Unit rawat inap Sistem/ SPO


Edukasi pasien Memberikan
tertulis, SDM
tentang bahaya penjelasan
jatuh kepada pasien
bahaya jatuh
RS Logistik
Kursi roda Menyiapkan
ditiap ruangan mengadakan
kursi roda yang
standby untuk
tiap
kamar,terutama
jika ada pasien
resiko jatuh
RS Logistik
Kamar mandi
Mengadakan
ada nurse bell
nurse bell di tiap
kamar mandi
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Acreditation, J. (2017). JCI Acreditation, 6Th edition. JCI Acreditation


Dewi, S. R. (2019). Status Nutrisi Lansia dan Risiko Jatuh pada Lansia. The Indonesian Journal
Of Health Science, 11(1), 22-29.
Elizabeth (2013). Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional: Identifikasi Resiko Pasien Jatuh
Dengan Menggunakan Skala Morse Di Rumah Sakit “A” Bandung. Diunduh dari
file:///c:/users/mama/downloads/pelaksanaan% 20standar%20prosed ur%20(5).pdf tanggal 08
Oktober 2022.
Gardner, L.A. & Fell, M. (2013). Risk Assessment, Prevention and Measurement, Pennsylvania :
National Patient Safety Foundation.
Herdman, T., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Kuntoro, A. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. In Yogyakarta: Nuha Medika.
Maha, N. 2019. Pelaksanaan peningkatan keselamatan pasien resiko jatuh. Jakarta : Medicine
and Health Sciences, Medical Administration.
Minannisa, C. 2020. Hubungan Pengetahuan Keluarga untuk Menjaga Keselamatan Pasien di
Ruang Rawat Inap. https://osf.io/preprints/hmn4j/. Diakses Pada tanggal 08 Oktober 2022.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Keperawatan Professional. Edisi
5. Jakarta: Salemba Medika.
Watson, B. J. (2017, May ). Fall Prevention in an Acute Care Hospital The Challenge
Encountered by Patient, Staff and Administrators. Western Ontario.

Anda mungkin juga menyukai