Anda di halaman 1dari 17

EVALUASI FAKTOR DAN KINERJA PETUGAS DALAM

MENGIMPLEMENTASIKAN PATIENT SAFETY GOALS


DI RSIA BAHAGIA DAN MASYITA MAKASSAR

Andi Mappanganro

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,


Universitas Muslim Indonesia

e-mail: andi_ns20@yahoo.com

ABSTRAK

Keselamatan pasien merupakan isu yang sangat penting secara global


dalam pelayanan kesehatan yang berarti membantu pasien agar terhindar dari
terjadinya kejadian yang tidak diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi faktor dan kinerja petugas dalam menerapkan patient safety goals
di Rumah Sakit RSIA Bahagia dan Masyita Makassar.
Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif. Sampel dipilih
dengan tehnik total sampling sebanyak 88 perawat dan bidan pelaksana yang
bekerja di ruang IGD, perawatan, ANC, INC, PNC, poliklinik, kamar operasi dan
bayi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan kuesioner. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi faktor dan kinerja petugas dalam hal ini
perawat dan bidan dalam mengimplementasikan patient safety goals di RSIA
Bahagia dan Masyita Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan hasil evaluasi faktor dan kinerja petugas
dalam mengimplementasikan patient safety goals di RSIA Masyita dan Bahagia.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah evaluasi pervariabel berturut-
turut yang paling kurang dalam penerapan patient safety goals adalah faktor sikap
petugas sebanyak 34 orang (38,6%), diikuti pengetahuan sebanyak 30 orang
(34,1%), motivasi sebanyak 29 orang (32,9%), kecerdasan emosional sebanyak 28
orang (31,8 %), kinerja sebanyak 25 orang (28,4%) dan faktor supervisi kepala
ruangan sebanyak 15 orang (17,1 %).
Disarankan untuk mencapai keselamatan pasien di rumah sakit maka hal –
hal yang mempengaruhi kinerja perawat bidan terutama pengetahuan, sikap,
kecerdasan emosional, motivasi perawat dan supervisi kepala ruangan hendaknya
diperhatiakan serta didukung oleh manajemen rumah sakit.

Kata Kunci : Evaluasi, Perawat dan Bidan, Patient Safety Goals.

1
PENDAHULUAN yang diwujudkan dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan tanpa
Gerakan keselamatan pasien memperdulikan penghasilan
telah menjadi garda terdepan dalam maupun status sosial yang ada pada
pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap masyarakat. Selain itu, UU
yang berada diseluruh penjuru No. 44 Tahun 2009 menyatakan
dunia secara global, hal ini bahwa keselamatan pasien adalah
dilakukan demi membantu pasien prioritas utama dalam pelayanan
agar terhindari dari terjadinya kesehatan dan pasien berhak
kejadian yang tidak diharapkan. mendapatkan pelayanan standar
Menurut Panduan Nasional rumah sakit yang mencakup
Keselamatan Pasien Rumah Sakit pelaporan insiden, menganalisa dan
yang dikeluarkan oleh Departemen memberikan pemecahan masalah
Kesehatan RI (2010), dikemukakan dalam meminimalkan resiko KTD.
bahwa Keselamatan Pasien (patient Hal ini mengindikasikan bahwa
safety) rumah sakit adalah suatu patient safety harus mendapat
sistem dimana rumah sakit perhatian khusus dari pihak rumah
membuat asuhan pasien lebih aman sakit karena memegang peranan
yang meliputi assesment resiko, yang sangat penting dalam
identifikasi dan pengelolaan hal peningkatan mutu pelayanan
yang berhubungan dengan risiko kesehatan, selain itu patient safety
pasien pelaporan dan analisis tersebut meliputi tercapainya hal-
insiden. Dalam sebuah catatan hal sebagai berikut: ketepatan
dokumen yang telah diterbitkan identifikasi pasien; peningkatan
beberapa tahun terakhir komunikasi yang efektif;
mengatakan keselamatan pasien peningkatan keamanan obat yang
menjadi topik terhangat, bahwa perlu diwaspadai; kepastia tepat-
sekitar 98.000 jiwa dalam pertahun lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
terjadi kematian akibat kecelakaan operasi; pengurangan risiko infeksi
di Rumah sakit (Kemenkes 2011). terkait pelayanan kesehatan; daan
Salah satu yang menjadi dasar pengurangan risiko pasien jatuh
aturan hukum di Indonesia tentang (Depkes RI, 2010).
hak dan kewajiban warga negara Dalam Depkes RI 2002
mendapatkan pelayanan kesehatan (dikutip dalam Sudarma, 2008)
diantaranya terdapat undang – dikatakan bahwa perawat
undang dasar 1945 yang berbunyi profesional adalah perawat yang
“setiap orang berhak hidup memberikan asuhan keperawatan
sejahtera lahir dan batin, bertempat secara mandiri dan bertanggung
tinggal dan mendapatkan jawab serta berkolaborasi dengan
lingkungan hidup yang baik dan tenaga kesehatan lain dalam
sehat serta berhak memperoleh memberikan pelayanan kesehatan.
pelayanan kesehatan”. Menganalisa dari defenisi tersebut
Negara menjamin semua maka jelas perawat memiliki resiko
masyarakat Indonesia akan untuk melakukan kesalahan jauh
memperoleh hak yang sama dalam lebih besar, dalam dunia kedokteran
mendapatkan pelayanan kesehatan.

2
disebut “medical error dan medical Angka kematian akibat KTD pada
negligence” (Triwibowo, 2013). pasien rawat inap di seluruh
Sasaran keselamatan pasien Amerika yang berjumlah 33,6 juta
merupakan indikator penilaian per tahun berkisar 44.000 – 98.000
kualitas pelayanan kesehatan di per tahun. Dalam buku “Preventing
rumah sakit yang mendorong Falls in Hospital. A Toolkit for
perbaikan secara spesifik. Enam Improving Quality of care” (2013)
sasaran keselamatan pasien menyebutkan di Inggris dan Wales,
meliputi: (1) ketepatan identifikasi sekitar 152.000 jatuh dilaporkan di
pasien (2) meningkatkan rumah sakit akut setiap tahun,
komunikasi yang efektif, (3) dengan lebih dari 26.000 dilaporkan
meningkatkan keamanan obat- dari unit kesehatan mental dan
obatan yang harus diwaspadai, (4) 28.000 dari rumah sakit masyarakat
memastikan lokasi pembedahan (Suparna, 2015). Dalam Kongres
yang benar, prosedur yang benar, Persi XXI di Jakarta pada tanggal 8
dan pembedahan pada pasien yang November 2012 melaporkan bahwa
benar, (5) dilakukannya kampanye kejadian pasien jatuh di Indonesia
hand hygiene, (6) reduksi resiko pada bulan Januari sampai
pasien cedera dari jatuh. September 2012 sebesar 14%. Hal
Hasil penelitian yang ini membuat persentasi pasien jatuh
dilakukan oleh Joint Commision termasuk ke dalam lima besar
International (JCI) pada tahun 2010 insiden medis selain medicine error
di Amerika Serikat menemukan (Komariah, 2014).
adanya kesalahan dalam Selain itu, Bawelle,
mengidentifikasi pasien mencapai Sinolungan, & Hamel (2013) juga
13% dari kasus bedah dan 67% menemukan bahwa ada hubungan
kesalahan identifikasi pasien dalam antara pengetahuan dan sikap
memberikan tranfusi, bahkan ada dengan pelaksanaan program
sekitar 44.000-98.000 pertahunnya patient safety. Meskipun ini
angka kematian yang terjadi akibat bertolak belakang dengan penelitian
KTD pada pasien rawat inap di lain yang dilakukan oleh Dewi
seluruh Amerika (Depkes, 2006). (2010) yang menyatakan bahwa
Di Amerika Serikat pengetahuan tidak mempengaruhi
menerbitkan laporan yang penerapan patient safety.
mengagetkan banyak pihak “To Beberapa hasil penelitian
Error Is Human, Building a Safer tersebut akan mengarah pada
Health Sistem. Laporan itu indikasi rendahnya akan kinerja
mengemukakan penelitian di rumah perawat dalam menerapkan patient
sakit di Utah dan Colorado serta safety. Berbicara tentang kinerja,
New York. Di Utah dan Colorado terdapat faktor lain yang
ditemukan Kejadian tidak di mendukung yaitu kecerdasan
inginkan (Adverse Event) sebesar emosional. Beberapa hasil
2,9 %, di mana 6,6% di antaranya penelitian terkait kinerja,
meninggal. Sedangkan di New diantaranya : Penelitian Ngermanto
York KTD adalah sebesar 3,7 % (dalam Rivai, 2013) didapatkan
dengan angka kematian 13,6 %. bahwa persentase kemampuan

3
intelektual yang membuat unggul pemberian obat pada pasien di
orang-orang dengan kinerja terbaik ruangan, 31,52% perawat kriteria
hanya mencapai 27 %, sementara kurang dalam hand hygiene di
keunggulan kecerdasan emosional ruangan, 72,15 % perawat dalam
53 %, sisanya 20 % diisi oleh kriteria kurang dalam pengkajian
spiritual. Kaswan (2012) juga resiko jatuh (Mappanganro, 2015).
mendapatkan bahwa terdapat Saat ini, rumah sakit RSIA
hubungan yang kuat antara Bahagia dan Masyita Makassar
kecerdasan emosional dengan sedang berbenah untuk
kinerja dan ternyata hasil penelitian meningkatkan mutu pelayanan.
tersebut juga sesuai dengan yang Data yang kami peroleh saat ini
dikemukakan oleh Goleman 2000 terdapat beberapa perubahan
(dikutip dalam Mangkunegara, diantaranya meningkatkan fasilitas
2005), bahwa pencapaian kinerja dan sumber daya manusia termasuk
ditentukan hanya 20 % dari IQ, petugas dalam hal ini perawat dan
sedangkan 80 % ditentukan oleh bidan yang tentunya terlibat
kecerdasan emosi (EQ). langsung dalam pemberian
Faktor lain terkait dengan pelayanan pada pasien.
kinerja perawat menerapkan patient Penting bagi peneliti, setelah
safety adalah motivasi dan mempertimbangkan hal tersebut,
supervisi. Hal ini sesuai dengan beberapa konsep serta hasil
penelitian Nur (2013) yang penelitian di atas, sangat menarik
menyatakan bahwa terdapat untuk meneliti “evaluasi faktor
hubungan signifikan antara yang berhubungan dengan kinerja
motivasi dan supervisi terhadap perawat dalam menerapkan patient
kinerja perawat pelaksana dalam safety goals di rumah sakit RSIA
menerapkan patient safety di RS RSIA Bahagia dan Masyita
Universitas Hasanuddin. Makassar”.
Sama halnya dengan rumah
sakit lainnya termasuk Rumah Sakit METODE PENELITIAN
Ibnu Sina sebelum mendapat status
akreditasi paripurna di tahun 2017 Penelitian ini merupakan
tentunya telah melakukan penelitian survey deskriptif dengan
pembenahan sebelumnya. Padahal desain penelitian yang digunakan
data sebelum akreditasi hasil adalah cross sectional study dengan
evaluasi kinerja perawat dalam mengevaluasi faktor pengetahuan,
menerapkan patient safety goals sikap, kecerdasan emosional,
(Oktober – Januari 2015) masih motivasi, supervisi kepala ruangan
didapatkan pelaksanaan patient dan kinerja petugas. Pengukuran
safety goals terdapat 36,71% terhadap variabel tersebut dilakukan
perawat dalam kriteria kurang hanya sekali dalam waktu bersamaan
dalam Identifikasi pasien, 55,69 % (Sugiyono, 2013).
perawat dalam kriteria kurang Populasi dalam penelitian ini
dalam komunikasi efektif, 36, 33% adalah semua perawat dan bidan
perawat dalam kriteria kurang pelaksana yang bertugas di ruang
dalam meningkatkan keselamatan perawatan, IGD, OK, INC, ANC dan

4
PNC dan Poli. Teknik pengambilan 3-4 Tahun 35 39,8
sampel dalam penelitian ini adalah 5-7 Tahun 31 35,2
total sampling yang memenuh Pendidikan
D3 74 84,1
kriteria, diantaranya; perawat dan Ners 14 15,9
bidan yang bersedia menjadi Pelatihan
responden, bersedia diwawancara Pernah 66 75,0
dan lama kerja minimal 1 tahun, Tidak pernah 22 25,0
hadir saat penelitian dan tidak Sumber : Data Primer
sementara dalam tugas belajar.
Berdasarkan tabel 4.1
HASIL PENELITIAN diketahui bahwa sebagian besar
responden di ruangan INC, PNC
a. Karakteristik Responden dan Poli (17.0%), Rumah sakit
RSIA Bahagia 62 (70.5%), Bidan
Pada bagian ini akan 49 (55.7%), berumur 26-35 tahun
diuraikan tentang karakteristik 70 (79.5%), riwayat pendidikan
demografi responden meliputi responden yang bekerja dengan
ruangan, profesi, umur, pendidikan ijasah D.III Keperawatan
terakhir, masa kerja, dan pelatihan. sebanyak 74 responden (84.1%)
Hal ini dapat dilihat pada tabel dan ners sebanyak 14 responden
sebagai berikut: (15.9%). Selanjutnya, masa kerja
Tabel 4.1 terbanyak adalah 3-4 tahun
Distribusi Responden Berdasarkan sebanyak 35 responden (39.8%).
Karakteristik di RSIABahagia dan
Masyita Tahun 2018 (n = 88) b. Evaluasi Faktor Dan Kinerja
Petugas Dalam Menerapkan
Distribusi
Patient Safety Goals di RSIA
Variabel Frekuensi
n % Bahagia dan Masyita
Ruangan Makassar.
IGD 14 15,9 Tabel 4.1
ANC 8 9,1 Distribusi Responden
INC 15 17,0 Berdasarkan Karakteristik di
PNC dan Poli 15 17,0 RSIA Bahagia dan Masyita
Bayi 14 15,9 Tahun 2018 (n = 88)
Perawatan 14 15,9
OK 8 9,1 Variabel Independen n %
Rumah Sakit Pengetahuan
Masyita Makassar 26 29,5 Baik 58 65.9
Bahagia Makassar 62 70,5 Kurang 30 34.1
Profesi Sikap
Perawat 39 44,3 Baik 54 61.4
Bidan 49 55,7
Kurang 34 38.6
Umur
Remaja Akhir (17 18 20,5 Kecerdasan Emosional
-25 tahun) B Baik 60 68.2
Dewasa Awal (26 - 70 79,5 Kurang 28 31.8
35 tahun) Motivasi
Masa Kerja Baik 59 67.1
1-2 Tahun 22 25,0

5
Kurang 29 32.9 terhadap suatu objek tertentu.
Supervisi Kepala Pengetahuan ini merupakan hal
Ruangan yang dominan yang sangat penting
Baik 73 82.9 untuk terbentuknya tindakan
Kurang 15 17.1 seseorang, dari pengalaman
Kinerja beberapa penelitian ternyata
Baik 63 71.6 tindakan yang tidak didasari
Kurang 25 28.4 pengetahuan yang baik, tidak akan
Sumber : Data Primer menghasilkan hasil yang baik
(Notoadmojo, 2007).
Tabel 4.2 menunjukkan hasil
Dalam penelitian ini juga
evaluasi faktor dan kinerja petugas
didapatkan hasil dari 6 Sasaran
dalam mengimplementasikan patient
Keselamatan Pasien didapatkan
safety goals di RSIA Masyita dan
Bahagia. Dari tabel tersebut dapat
belum perawat dan bidan belum
dilihat bahwa variabel yang paling mengetahui secara khusus
kurang dalam penerapan patient implementasi elemen dari
safety goals adalah faktor sikap komunikasi efektif Situation
petugas sebanyak 34 orang (38,6 %), Baground Assesment and
diikuti pengetahuan sebanyak 30 Recommendation (SBAR). Pada
orang (34,1%), motivasi sebanyak 29 goal ke 2 diaantara hal tersebut
orang (32,9%), kecerdasan emosional terdapat sebanyak 50 orang
sebanyak 28 orang (31,8%), kinerja (66,7%) belum mengetahui secara
sebanyak 25 orang (28,4%) dan khusus implementasi assessment,
supervisi kepala ruangan sebanyak 15 39 orang (52,0%) belum tepat
orang (17,1%). dalam menjawab element situation
dan 8 orang (10,6%) pada element
PEMBAHASAN recommendation.
Selain itu, pada goal ke 3
1. Evaluasi Pengetahuan Perawat peningkatan keamanan pemberian
dan Bidan dalam Menerapkan obat terdapat 38 orang (50,6%)
Patient Safety Goals. belum tepat menjawab jika dalam
penatalaksanaan pemberian obat
Penelitian ini menunjukkan sebaiknya mengenal waktu dalam
bahwa pengetahuan perawat hal ini hendaknya waktunya
pelaksana sebanyak 58 (65.9%) berjarak dari pemberian obat
dalam kriteria baik. Hal ini berarti sebelumnya.
perawat dominan telah mengetahui Selanjutnya, dalam goal
konsep dan penerapan patient pertama identifikasi pasien
safety goals. Walaupun demikian, sebanyak 36 orang (48,0%)
masih ada perawat pelaksana dalam perawat dan bidan belum
kriteria penegetahuan kurang dalam
mengetahui semua kegunaan
menerapkan pelaksanaan patient
gelang/tanda identitas. Perawat dan
safety goals yaitu sebanyak 30
bidan tidak mengetahui kegunaan
perawat dan bidan (34.1%).
gelang/tanda yang masih jarang
Pengetahuan merupakan
digunakan yaitu warna ungu.
hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
Mereka belum mengenal jika
seseorang melakukan penginderaan

6
warna ungu untuk Do Not hubungannya dengan tindakan
Resuscitate (DNR). Dalam seseorang dalam memenuhi
penelitian ini perawat dan bidan kewajibannya, sehingga pendidikan
sudah mengenal kegunaan gelang lanjut sangat penting dalam usaha
identitas warna merah muda (pink), meningkatkan perawat dalam
biru muda, kuning, dan merah. memperoleh pengetahuan.
Hasil penelitian ini juga Keselamatan pasien bagi perawat
didukung denganpenelitian tidak hanya merupakan pedoman
Saptorini (2010) bahwa faktor tentang apa yang seharusnya
pengetahuan perawat tentang dilakukan, namun keselamatan
patient safety terbukti mampu pasien merupakan komitmen yang
memberikan kontribusi yangpositif tertuangdalam kode etik perawat
dan signifikan dalam dalam memberikan pelayanan yang
mempengaruhi pelaksanaan aman, sesuai kompetensi.
program patient safety dengan Zuhriana Nurhayani dan
nilaiuji t sebesar 2,688 > ttabel Balqis (2012) menyatakan hal yang
1,679. Penelitian lainnya oleh selaras bahwa pengetahuan yang
Bawelle, Sinolungan, & Hamel dimiliki seorang perawat sangat
(2013) juga memperoleh menentukan keberhasilan tugas
kesimpulan yang samabahwa yang dibebankan kepadanya.
terdapat hubungan antara Dengan pengetahuan yang baik,
pengetahuanperawat dengan perawat akan mampu
pelaksanaan keselamatan pasien melaksanakan semua tugasnya
(patient safety) dengan nilai secara efektif dan efisien,
p=0,014. sehingga kinerja pun semakin
Hasil penelitian Aprilia membaik
(2011) juga mendukung hasil Perawat harus mengetahui
penelitian ini bahwa faktor manfaat dari konsep patient
pengetahuan mempengaruhi safety sehingga akan muncul
perawat dalam penerapan IPSG pemahaman bahwa dalam patient
(International Patient Safety safety, pasien bukan hanya aman
Goals) pada akreditasi JCI (Joint dan selamat, tetapi juga terbebas
CommissionInternational). Maka, dari injuri aksidental dimana
perawat yang memahamitentang perawatan di rumah saki menjadi
konsep patient safety akan penyebabnya
menerapkan dalam asuhan pengetahuan responden tentang
keperawatan kepada pasien. patient safety tertinggi adalah
Hal ini juga sesuai dengan prinsip menggunakan obat secara
teori Health Belief Model (HBM) aman. Perawat sebagai mata
oleh Becker (1974, dalam Burke, rantai terakhir pemberian obat
2013) yang menyatakan bahwa kepada pasien harus memiliki
perilaku yang terbentuk pada pengetahuan dan tanggung jawab
individu dipengaruhi oleh persepsi yang baik untuk memastikan obat
individu berupa pengetahuan dan diberikan dan diminum dengan
keyakinan terhadap suatu objek. benar serta didokumentasikan
Pengetahuan seseorang erat sesuai order pengobatan dari

7
dokter untuk melindungi hak (Mar’at, 2006). Sikap yang baik
pasien dari resiko medication dapat terwujud jika didasarkan
error. pada tanggung jawab atas segala
Dalam upaya membangun sesuatu yang telah dipilihnya
keselamatan pasien memerlukan dengan segala resiko yang
komitmen yang dipengaruhi oleh merupakan sikap yang paling
pengetahuan perawat. Perawat tinggi (Rumbewas, 2009). Suatu
yang memiliki pengetahuan yang sikap belum tentu otomatis
baik akan keselamatan pasien terwujud dalam suatu tindakan
pastinya memiliki sikap yang baik (overt behavior). Untuk
dalam meningkatkan mutu dalam mewujudkan sikap menjadi suatu
pelayanan kesehatan. Dan perbuatan nyata diperlukan faktor
pengetahuan merupakan pangkal pendukung atau suatu kondisi yang
dari sikap, sedangkan sikap akan memungkinkan antara lain adalah
mengarah pada tindakan seseorang. fasilitas (Notoatmojo, 2003).
Pengetahuan perawat dan Hasil penelitian yang
bidan sangat mempengaruhi dilakukan oleh Bawelle (2013)
pelaksanaan keselamatan kerja hasil peneitiannya terdapat
(Patient Safety) di rumah sakit. hubungan antara sikap perawat
Tanpa pengetahuan yang baik dengan pelaksanaan keselamatan
keselamatan kerja tidak akan pasien safety di ruang rawat inap
dilaksanakan sesuai prosedur. RSUD Liun Kendage Tahuna yaitu
Perawat dan bidan harus menyadari p=0,000 (α<0,05). Artinya sikap
perannya sehingga harus perawat sangat berpengaruh
berpartisipasi aktif dalam terhadap tingkat keselamatan
mewujudkan keselamatan pasien pasien, karena sikap yang baik
rumah sakit. akan membuat pasien nyaman
selama menjalani proses perawatan
2. Evaluasi Sikap Perawat dan selama di rumah sakit.
Bidan dalam Menerapkan Dalam penelitian ini juga
Patient Safety Goals. masih didapatkan jawaban
Penelitian ini juga sebanyak 34 orang (38,6%)
didapatkan sikap perawat yang lebih perawat dan bidan yang
didominasi oleh sikap perawat baik mengatakan bahwa pasien baru dan
sebanyak 54 (61.4%) perawat. Hal diketahui dulu sudah pernah
ini berarti adanya tanggapan memakai obat yang sama tidak
perawat dalam bekerja untuk perlu melakukan skin test.
mengedepankan keselamatan Selain itu, juga didapatkan
pasien. perawat dan bidan kurang
Sikap dikatakan sebagai memperhatikan operan saat
fungsi dari manusia seperti pergantian shift. Termasuk di
persepsi, motivasi dan berpikir dalamnya terdapat sebanyak 30
yang seperti itu menunjukan orang (34,1%) perawat dan bidan
hubungan-hubungan, bahwa kurang memperhatikan ataupun
sampai batas-batas tertentu mengingatkan patient safety saat
perilakunya dapat diramalkan operan shift. Perawat dan bidan

8
pun mengatkan tekadang lupa penularan penyakit (Cahyono,
memasang slide drill dan 2008).
memasang pengaman tempat tidur
ataupun mengingatkan pasien dan 3. Evaluasi Kecerdasan Emosional
keluarganya sebelum Perawat dan Bidan dalam
meninggalkan pasien. Menerapkan Patient Safety
Melihat hasil penelitian Goals.
tersebut menandakan bahwa sikap
perawat harus lebih ditingkatkan, Penelitian ini juga
mengingat kebutuhan dan hak menunjukkan bahwa terdapat lebih
pasien yaitu memperoleh banyak perawat yaitu sebanyak 60
kenyamanan selama menjalani orang (68.2%) dalam kriteria
perawatan di rumah sakit kecerdasan emosional baik
khususnya ruang perawatan yang sedangkan dalam kategori buruk
mereka tempati. semakin baik sebanyak 28 perawat (31.8%).
sikap perawat maka penerapan Shapiro, Cooper (2000) dan Davis
Patient Safety Goal : seharusnya (2006) juga mengungkapkan
berjalan sesuai dengan aturan bahwa kecerdasan emosional
sehingga akan mengurangi risiko adalah kemampuan untuk
terjadinya cedera pada pasien. memahami, mengatur dan
Penerapan Patient Safety dapat mengontrol emosi agar menjadi
memberi rasa aman dan nyaman bahan energi dalam berperilaku
kepada pasien sehingga perawat (dikutip dalam Saam & Wahyuni,
dapat melakukan tindakan 2013).
keperawatan secara profesional. Secara teori faktor yang
Hal ini sesuai dengan teori bahwa mempengaruhi kecerdasan emosi
salah satu faktor yang salah satunya adalah faktor
mempengaruhi sikap seseorang lingkungan. Mayer (dalam
adalah faktor emosional Goleman, 2000) menyatakan
Sikap dapat dianggap suatu pendapat bahwa kecerdasan
predisposisi umum untuk berespon emoisonal berkembang sejalan
atau bertindak secara positif atau pengalaman dari kanak-kanak
negatif terhadap suatu objek atau hingga dewasa.Dalam hal ini
orang disertai emosi positif atau tingkat kecerdasan emosional juga
negatif. Dengan kata lain, sikap dipengaruhi oleh pengalaman
perlu penilaian, ada penilaian hidup, termasuk di dalamnya
positif, negatif dan netral tanpa adalah masa kerja. Dengan masa
reaksi efektif apapun (Maramis, kerja yang relatif lama akan
2013). menambah pengalaman hidup yang
Perawat harus lebih banyak untuk selanjutnya
menunjukkan sikap yang positif juga lebih banyak memberikan
dalam mendukung program Patient pengaruh pada peningkatan
Safety sehingga melaksanakan kecerdasan emosional seseorang
praktik keperawatan secara aman, dalam bekerja.
dan sikap mendukung pencegahan Hasil lainnya terkait
kecerdasan emosional perawat

9
dalam menerapkan patient safety Kecerdasan emosi
goals dalam penelitian ini bahwa merupakan sisi lain dari kecerdasan
dari 88 perawat dan bidan (100%) kognitif yang berperan dalam
didapatkan diantaranya sebanyak aktivitas manusia yang meliputi
29 orang (32,9%) perawat dan kesadaran diri dan kendali
bidan terkadang tidak dapat dorongan hati, ketekunan,
mengenali emosi dengan tidak semangat dan motivasi diri serta
menyadari dampak suasana hati empati dan kecakapan sosial.
terhadap rekan kerjanya. Kecerdasan emosional lebih
Selain itu juga masih ditujukan kepada upaya mengenali,
didapatkan sebanyak 18 orang memahami dan mewujudkan emosi
(20,5%) perawat dan bidan yang dalam porsi yang tepat dan upaya
mudah tersinggung atas perkataan untuk mengelola emosi agar
teman kerjanya. Dan menurut terkendali dan dapat memanfaatkan
mereka masih terkadang susah untuk memecahkan masalah
untuk membuat keputusan dari kehidupan terutama yang terkait
masalah yang rumit dengan dengan hubungan antar manusia.
mendengarkan pandangan rekan
kerja yang lainnya. 4. Evaluasi Motivasi Perawat dan
Secara khusus perawat dan Bidan dalam Menerapkan
bidan membutuhkan kecerdasan Patient Safety Goals.
emosi yang tinggi. Hal ini
dikarenakan perawat merupakan Penelitian ini juga
tenaga professional yang terbanyak menggambarkan bahwa motivasi
dan sering berkomunikasi dengan perawat pelaksana yang baik
pasien. dalam pemberian pelayanan sebanyak 59 (67.0%). Sedangkan
jasa terhadap pasien seharusnya motivasi perawat pelaksana yang
menyenangkan karena pelayanan kurang sebanyak 28 (31.8%). Hal
perawat sangat menentukan baik ini menjelaskan bahwa mayoritas
buruknya citra suatu rumah sakit. perawat di RSIA Bahagia dan
Pengetahuan, keterampilan dan Masyita termotivasi untuk bekerja
kecerdasan emosi sangat penting sesuai dengan aturan keselamatan
bagi perawat sebagai sumber daya pasien.
manusia di rumah sakit sehingga Dalam penelitian ini juga
meningkatkan kinerja perawat. didapatkan bahwa sebanyak 57
Oleh karena itu, pelayanan perawat dan bidan (64,5%) yang
keperawatan sangat memerlukan mengatakan bahwa insentif yang
sosok perawat yang memiliki diterima selama ini masih kurang
kecerdasan emosi yang tinggi. Hal dan dukungan pada perawat dan
tersebut sangat berguna bagi bidan yang melaksanakan patient
hubungannya dengan teman safety secara benar tidak ada
sejawat, pasien maupun keluarga reward yang diterimanya.
pasien. sikap tersebut menurut Motivasi memiliki definisi
Goleman (2010) disebut dengan yang bermacam-macam akan tetapi
kecerdasan emosi. dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah sesuatu yang membuat

10
seseorang terdorong atau Sedangkan motivasi ekstrinsik
bersemangat dalam melakukan adalah motivasi yang timbul karena
suatu kegiatan untuk mencapai ada bantuan atau dorongan dari
tujuan (dikutip dalam Zulfan & luar atau orang lain (Zulfan &
Wahyuni, 2013). Sedangkan Wahyuni, 2013).
motivasi kerja adalah suatu Motivasi kerja tinggi dapat
keadaan dimana seseorang memberikan dorongan yang kuat
terdorong untuk melakukan suatu dalam melakukan pekerjaan sebaik
kegiatan untuk mencapai suatu mungkin. Motivasi dapat terbentuk
target seseorang atau perusahaan dari perilaku seorang perawat
(Sunyoto, 2013). Dari pengertian dalam menghadapi berbagai
tersebut menjelaskan bahwa macam persoalan dan situasi kera.
perlunya seseorang atau kelompok Motivasi eksternal diperoleh dari
dalam suatu perusahan memiliki dorongan baik dari rumah sakit,
motivasi sehingga tergerak untuk atasan ataupun dari keluarga
melakukan sesuatu demi mencapai terdekat dan teman-teman.
tujuannya. Motivasi internal perawat dapat
Hal ini sesuai dengan hasil diperoleh karena adanya dorongan
penelitian yang dilakukan oleh atau panggilan dalam dirinya
Yanti dan Warsito (2013) tentang misalnya ada dorongan untuk
hubungan karakteristik perawat, sekolah atau meningkatkan
motivasi, dan supervisi dengan pendidikan dengan tujuan
kualitas dokumentasi proses asuhan menambah pengetahuan.
keperawatan yang menyimpulkan
bahwa adanya hubungan motivasi 5. Evaluasi Supervisi Kepala
dengan kualitas dokumentasi Ruangan dalam Menerapkan
proses asuhan keperawatan (Yanti Patient Safety Goals
& Warsito, 2013).
Penelitian lainnya yang Hasil penelitian ini
dilakukan oleh Murdyastuti tentang menunjukkan bahwa supervisi
pengaruh persepsi tentang kepala ruangan menurut perawat
profesionalitas, pengetahuan pelaksana sebanyak 72 orang
patient safety dan motivasi perawat (67.0%) dalam kriteria baik.
terhadap pelaksanaan program Walaupun demikian kepala
patient safety di ruang rawat inap ruangan perlu memperhatikan lebih
RSO Prof. Dr. R. Soeharso banyak lagi pelaksanaan supervisi
Surakarta didapatkan bahwa terutama terkait keselamatan
motivasi perawat secara individual pasien, hal ini terlihat masih
memberikan pengaruh yang banyak perawat dan bidan
signifikan terhadap pelaksanaan pelaksana yang merasa supervisi
program patient safety di RSO kepala ruangan masih kurang yaitu
Prof. Dr. R (Murdyastuti, 2010). sebanyak 15 orang (31,8%) perawat
Motivasi intrinsik adalah dan bidan.
motivasi yang sudah ada dalam diri Menurut Sujono (2007,
seseorang tanpa ada rangsangan dalam Andriani 2012) mengatakan
dari luar (Sumarna, 2014). bahwa Supervisi adalah proses

11
pemberian bimbingan, pengarahan, Hal ini juga seperti yang
dorongan, melakukan observasi, dikemukakan oleh Nainggolan
dan evaluasi terhadap tindakan (2010) dengan kesimpulan bahwa
keperawatan yang berhubungan supervise kepala ruangan terhadap
dengan keselamatan pasien. perawat mempunyai pengaruh yang
Supervisi merupakan upaya untuk signifikan terhadap penerapan
membantu pembinaan dan patient safety dirumah sakit.
peningkatan kemampuan pihak Hal ini sejalan dengan hasil
yang di supervisi agar mereka penelitian Sitorus & Panjaitan
dapat melaksanakan tugas kegiatan mengatakan bahwa supervisi
yang telah ditetapkan secara efisien mempunyai hubungan negatif
dan efektif. Pelaksanaan dengan kinerja perawat dalam
pengawasan pada dasarnya implementasi patient safety. Hal ini
merupakan tanggung jawab bisa disebabkan karena supervisi
manajemen rumah sakit. tidak dilaksanakan dengan efektif
Keberhasilan pengawasan sangat sehingga tidak berdampak terhadap
dipengaruhi oleh supervisor. kinerja perawat. Supervisi yang
Dalam hal ini bisa atasan langsung, efektif membantu perawat
pimpinan kantor, aparat fungsional, pelaksana dalam mengembangkan
maupun masyarakat. profesionalisme sehingga
Sejalan dengan penelitian penampilan dan kinerjanya dalam
Mulyono (2012) yang menyatakan pemberian asuhan keperawatan
bahwa mempunyai pengaruh yang meningkat (Sitorus & Panjaitan,
signifikan supervisi terhadap 2011).
penerapan patient safety karena Menurut Saydam (2011),
pelaksanaan supervisi oleh kepala jika supervisor ini dekat dengan
ruangan memiliki pengaruh yang karyawan dan menguasai liku-liku
kuat terhadap penerapan patient pekerjaan serta penuh dengan sifat-
safety. sifat kepemimpinan maka suasana
Dalam penelitian ini juga kerja akan bergairah dan
didapatkan bahwa sebanyak 45 bersemangat dan sebaliknya,
orang (51,1%) perawat dan bidan apabila supervisor tersebut angkuh,
yang mengatakan belum mau benar sendiri, tidak mau
maksimalnya supervisi yang mendengarkan, akan menciptakan
dilakukan oleh kepela ruangan dari situasi kerja yang tidak
segi normatif, restoratif dan mengenakkan, dan dapat
formatif. Menurut perawat dan menurunkan semangat kerja.
bidan pelaksana mereka melihat Pengawasan tetap dibutuhkan
kepala ruangannya dengan beban untuk mencegah ketidakpuasan
kerja yang relatif tinggi seperti pada kinerja. Dengan itu dapat
mengisi status medical record diketahui bahwa pelaksanaan
pasien. Menurut mereka supervisi juga memiliki andil
pelaksanaan supervisi selama ini terhadap kinerja perawat.
masih belum terjadwal dan Supervisi dalam ilmu
konsisten dalam pelaksanaannya. manajemen keperawatan
digunakan untuk menguji

12
kemungkinan apakah terjadi demikian, secara keseluruhan
deviasi antara pelaksanaan kegiatan terlihat masih ada perawat
dengan rencana awal yang telah pelaksana yang memiliki kinerja
ditetapkan. Pengawasan adalah kurang dalam menerapkan
fungsi organik manajer, sehingga pelaksanaan patient safety goals
tidak bisa dilepas dari kebutuhan yaitu sebanyak 25 perawat dan bidan
suatu organisasi. Bila tidak ada (28.4%).
maka kemungkinan kegagalan akan Kinerja adalah hasil yang
terjadi (Kurniadi, 2013). dicapai atau prestasi yang dicapai
Penelitian sebelumnya karyawan dalam melaksanakan suatu
tentang supervisi berhubungan pekerjaan dalam suatu organisasi
dengan kinerja perawat dalam (Wibowo, 2012). Di rumah sakit
keselamatan pasien. Supervisi sendiri pencapaian kinerja dapat
dilihat dari beberapa aspek
sebagai upaya controlling dalam
pelayanan. Salah satunya adalah
fungsi manajemen, harus dilakukan
kinerja pelaksanaan pasien safety
bertujuan agar prosedur kerja yang
(keselamatan pasien).
dilakukan tidak menyimpang dari Kinerja implementasi pasien
SPO dan sesuai dengan tugas safety merupakan hasil kerja
tanggung jawab dan wewenangnya. individu ataupun seseorang dalam
Seorang supervisor harus mampu melaksanakan keselamatan pasien
membimbing, mengarahkan, yang telah dicanangkan oleh rumah
memotivasi dan melakukan sakit dalam membuat asuhan pasien
evaluasi. Tindakan koreksi lebih aman yang meliputi asesmen
terhadap hasil kerja yang kurang risiko, identifikasi, dan pengelolaan
baik seharusnya langsung diberikan hal yang berhubungan dengan resiko
jalan keluar sehingga motivasi pasien, pelaporan, dan analisis
kerja terpelihara dan bukan insiden, kemampuan belajar dari
menyalahkan atau member insiden dan tindaklanjutnya serta
hukuman (Kurniadi, 2013). implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan
6. Evaluasi Kinerja Perawat dan mencegah terjadinya cedera yang
Bidan Menerapkan Patient Safety disebabkan oleh kesalahan akibat
Goals. melaksanakan Suatu tindakan atau
Penelitian ini juga tidak mengambil tindakan yang
memperoleh gambaran bahwa seharusnya diambil.
kinerja perawat pelaksana secara Keselamatan pasien (pasient
keseluruhan dalam menerapkan safety) rumah sakit adalah suatu
patient safety goals terdapat system dimana rumah sakit membuat
mayoritas sebanyak 63 orang asuhan pasien lebih aman
(71,6%) perawat dan bidan dalam (Permenkes, 2011). Sehingga pasient
kriteria tinggi. Hal ini safety termasuk dalam kinerja
mengindikasikan bahwa adanya asuhan keperawatan (Mulyati dan
wujud yang lebih nyata terhadap sufyan, 2012).
kinerja perawat pelaksana untuk Hasil lainnya dari penelitian
tersebut yang terkait dengan kinerja
bekerja dengan mengadepankan
perawat bahwa terdapat 33 perawat
keselamatan pasien. Walaupun
dan bidan (37,5%) yang mengatakan

13
bahwa perawat tidak memberikan orang (31,8 %), kinerja sebanyak 25
penjelasan kepada pasien dan orang (28, 4%) dan faktor supervisi
keluarganya saat pemasangan gelang kepala ruangan sebanyak 15 orang
identitas atau gelang resiko jatuh dan (17,1%).
alergi, terdapat 32 perawat dan bidan
(36.3%) yang mengatakan tidak SARAN
pernah mengeja nama obat dengan
kategori LASA saat memberi atau Adapun saran yang dapat saya
menerima instruksi, dan terdapat 29 berikan selaku peneliti adalah
perawat dan bidan (32,9%) yang sebagai berikut :
menganggap bahwa tidak perlu 1. Manfaat Teoritis
membacakan kembali instruksi atau a. Perawat dan bidan sebagai
laporan pasien yang diterima melalui ujung tombak pelayanan
telpon. kesehatan di rumah sakit
Penelitian yang dilakukan hendaknya senantiasa
oleh Satria dkk (2013) mendapatkan meningkatkan kemampuan diri
hasil penelitian yang menunjukkan dengan pengetahuan dan
bahwa semakin tinggi semakin baik keterampilan serta
kinerja perawat tersebut. Mengingat berkomitmen untuk
pelayanan kesehatan yang begitu memberikan kinerja tinggi
penting bagi setiap penduduk, dalam menerapkan patient
menjadikan sebuah rumah sakit safety.
mempunyai peranan yang penting b. Pentingnya pihak rumah sakit
dalam menjawab kebutuhan untuk memperhatikan faktor
masyarakat akan pelayanan secara konsep yang
kesehatan, namun untuk berhubungan dengan kinerja
memberikan mutu pelayanan perawat seperti: pengetahuan,
kesehatan yang optimal, rumah sakit
sikap, kecerdasan emosional
memerlukan tenaga -tenaga
dan motivasi perawat.
kesehatan yang produktif dalam
2. Manfaat Praktis
bekerja (Fatimah, 2012).
a. Pentingnya Prorietaskan patient
KESIMPULAN safety dan hendaknya kepada
ruangan dengan banyaknya tugas
Adapun kesimpulan dalam dan tanggungjawab yang dimiliki
penelitian ini adalah hasil evaluasi agar tetap melaksanakan supervisi
beberapa variabel yang terkait sebagai salah satu cara dalam
dengan implementasi patient safety memberikan bimbingan,
goals masih perlu upaya dukungan kepada perawat dalam
peningkatan. Hal yang mendasari menerapkan patient safety goals.
perlunya upaya tersebut adalah masih b. Manajemen rumah sakit agar
didapatkannya variabel masih kurang kiranya tetap meningkatkan
dalam penerapan patient safety goals perhatian terhadap fasilitas yang
yaitu sikap petugas sebanyak 34 orang menunjang penerapan patient
(38, 6 %), diikuti pengetahuan safety agar dapat meningkatkan
sebanyak 30 orang (34, 1%), motivasi kualitas pelayanan.
sebanyak 29 orang (32, 9%),
kecerdasan emosional sebanyak 28

14
DAFTAR PUSTAKA Rumah Sakit: Pasient Safety.
Jakarta: Depkes RI.
Andriani, Lembah. 2012. Kepuasan
Kerja Perawat pada Aplikasi Depkes RI. (2010). Panduan
Metode Tim Primer dalam Nasional Keselamatan Pasien
Pelaksanaan Tindakan Asuhan Rumah Sakit: Pasient Safety.
Keperawatan (Studi Jakarta: Depkes RI.
Kuantitatif di Rumah Sakit Dr.
Saiful Anwar Malang). Jurnal Fatimah, I. (2012). Hubungan
Aplikasi Manajemen, Vol.10 Pengetahuan, Motivasi, dan
No.2, Juni 2012 : 419 – 424. Supervisi dengan Kinerja
Perawat dalam Melaksanakan
Aprilia, S. (2011). Faktor – faktor Patient Safety di RSUD
yang Mempengaryhi Perawat Labuang Baji Makassar.
dalam Penerapan IPSG Universitas Hasanuddin.
(International Patient Safety
Goals) pada Akreditasi JCI Goleman, D. (1996). Emotional
(Joint Commision Intelligence. Jakarta: Gramedia
International) di Instalasi Pustaka Utama.
Rawat Inap RS Swasta X
Tahun 2011. Kaswan. (2012). Coaching dan
Mentoring Untuk
Bawelle, S. & Hamel. Pengembangan SDM Dan
(2013).Hubungan Pengetahuan Peningkatan Kinerja
Dan Sikap Perawat Dengan Organisasi. Bandung: CV.
Pelaksanaaan Keselamatan Alfabeta
Pasien (Patient Safety) Di
Ruang Rawat Inap Rsud Liun Kementerian Kesehatan RI, 2011.
KendageTahuna, Manado. Profil Kesehatan Indonesia
Ejournal keperawatan (e-Kp) 2010. http://www.depkes.go.id
Volume1. Nomor 1. Agustus
2013. Fakultas Kedokteran. Komariah, Nenden. 2014. Budaya
Universitas Sam Ratulangi, keselamatan dan kesehatan
Manado. kerja dalam implementasi
Dewi, G. K. (2010). Hubungan keselamatan pasien (studi
antara Pengetahuan dan Sikap kasus pada rumah sakit x di
Patient Safety Perawat kota batam). Jurnal
Instalasi Rawat Inap di RS Pascasarjana Fakultas
Bhayangkara Tingkat I Raden Kedokteran Universitas
Said Sukanto Tahun 2010. Gadjah Mada.
Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Kurniadi, A. (2013). Manajemen
Indonesia. Keperawatan dan
Prospektifnya: Teori, Konsep
Depkes RI. (2006). Panduan dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas
Nasional Keselamatan Pasien Kedokteran Universitas
Indonesia.

15
Kurniadi, A. (2013). Manajemen Rumah Sakit Universitas
Keperawatan dan Hasanuddin Tahun 2013.
Perspektifny: Teori, Konsep Skripsi. FKM, Unhas.
dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas Permenkes RI, 1691/ Menkes/
Kedoktereran Universitas Per/VIII/2011 tentang
Indonesia. Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
Mappanganro, A. (2015). Laporan
Hasil Praktek Residensi Wibowo (2012) Manajemen Kinerja.
Manajemen Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: PT Raja
(Manajemen Patient Safety) di Grafindo persada.
Rs Ibnu Sina YW-UMI
Makassar. Universitas Rivai, V., Bachtiar, Amar, R. B.
Hasanuddin. (Tidak di (2013). Pemimpin dan
Publikasikan). Kepemimpinan dalam
Organisasi. PT. Rajagrafindo
Mar’at, S. (2006). Desmita Psikologi Persada.
Perkembangan. Bandung,
Rosda. Rumbewas, A. (2009). Analisis
Murdyastuti, S. (2010). Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi
Persepsi Tentang Perawat yang Mempengaruhi
Profesionalitas, Pengetahuan Sikap Mendukung Penerapan
Patient Safety Dan Motivasi Program Pasien Safety di
Perawat Terhadap Instalasi Perawatan Intensif di
Pelaksanaan Program Patient RSUD Moewardi Surakarta.
Safety Di Ruang Rawat Inap Program Pasca Sarjana UNDIP.
RSO Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta. Surakarta: Saam, Z.& Wahyuni, S. (2013).
Universitas Sebelas Maret Psikologi Keperawatan.
Surakarta. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Mulyono, M. Hadi dkk. 2012, Faktor
Yang Berpengaruh Tehadap
Saptoriani, M. (2010). Pengaruh
Kinerja Perawat di RS Tingkat
persepsi tentang
III. 16.06.01 Ambon. Jurnal
Profesionalitas, Pengetahuan
AKK Vol 2 No. 1, Januari 2013
Pasien dan Motivasi Perawat
: 18-26.
Terhadap Pelaksanaan
Program Patient Safety di
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi
Ruang Rawat Inap RSO Prof.
kesehatan dan ilmu perilaku.
Dr. R. Soeharso Surakarta.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Universitas Sebelas Maret
Nur, Q. M. (2013). Hubungan Surakarta.
Motivasi dan Supervisi
Terhadap Kinerja Perawat Satria, W., Sidin, Indahwaty, Bahry,
Pelaksana dalam Menerapkan N., Noer (2013). Hubungan
Patient Safety di Rawat Inap Beban Kerja dengan Kinerja

16
Perawat dalam
Mengimplementasikan Patient
Safety di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Manajemen: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitati,
Kombinasi (Mixed Methods,
Penelitian Tindakan (Action
Research), Dan Penelitian
Evaluasi. Bandung: Alfabeta
Sunyoto, D. (2013). Perilaku
Organisasional: Teori,
Kuesioner dan Proses Analisis
Data. Jakarta: PT. Buku Seru.
Triwibowo, C. (2013). Manajemen
Pelayanan Keperawatan Di
Rumah Sakit. Jakarta: Trans
Info Media.
Wibowo. (2014). Perilaku Dalam
Organisasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Yanti, R. I., & Warsito, B. E. (2013).
Hubungan Karakteristik
Perawat, Motivasi, dan
Supervisi dengan Kualitas
Dokumentasi Proses Asuhan
Keperawatan. Jurnal
Managemen Keperawatan,
111.
Zulfan, M. (2012). Konsep Dasar
Pembentukan Keluarga
Sakinah menurut Majelis
Ta’lim Pondok Pesantren Ar-
Ramli Giriloyo Wukirsari
Imogiri Bantul. UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai