OLEH : KELOMPOK 7
ANDIKA FAJAR NUGROHO ( 1211221193 )
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan semesta alam, terima kasih kami ucapkan
atas bantuan Allah yang telah mempermudah dalam pembuatan makalah ini,hingga akhirnya
terselesaikan tepat waktu. Tanpa bantuan dari Nya, kami bukanlah siapa-siapa.
Banyak hal yang akan disampaikanepada pembaca mengenai “ Isu – Isu Kontemporer
Kerumahsakitan Tentang Keselamatan Pasien”. Dalam hal ini, kami ingin membahas
mengenai aspek tentang judul terkait. Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah
dalam pembuatan, seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan
pengetahuan pembaca lain. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau
kata-kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna.
Demikian atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................3
1.4 Kesimpulan.................................................................................................................8
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Patient safety merupakan suatu variabel untuk mengukur dan menilai kualitas
pelayanan suatu asuhan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Kejadian Tidak
Diharapkan atau KTD sering terjadi pada pasien saat mendapatkan perawatan di rumah sakit,
sehingga kejadian tersebut sangat merugikan bagi pasien tersebut juga bagi rumah sakit
sendiri. KTD bisa terjadi karena berbagai faktor diantaranya beban kerja perawat yang berat,
komunikasi yang kurang tepat, penggunaan alat dan sarana yang kurang tepat bisa memicu
terjadinya patient safety (Nursalam, 2011).
Rumah sakit dapat melakukan tujuh upaya khusus untuk menjaga keselamatan pasien,
seperti membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, memberi arahan dan dukungan
pada tenaga kesehatan, mengintegrasikan aktivitas resiko, mengembangkan sistem pelaporan,
selalu melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, belajar dan berbagi pengalaman tenaga
kesehatan pasien, mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Mutu
pelayanan di rumah sakit juga dipengaruhi oleh mutu pelayanan keperawatan karena
pelayanan keperwatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan (DepKes, 2006).
3
Jaminan mutu suatu pelayanan kesehatan salah satunya dengan meningkatkan keselamatan
pasien, mengurangi kejadian infeksi nosokomial, resiko jatuh, dan resiko cidera karena
kelalaian dari petugas kesehatan itu sendiri. Aspek yang termasuk kedalam mutu pelayanan
kesehatan adalah keselamatan pasien atau patient safety. Mengingat pentingnya patient safety
dan menjadi suatu tuntutan masyarakat dalam melaksanakan program keselamatan pasien di
rumah sakit, maka diperlukan sebuah acuan yang jelas untuk melaksanakan patient safety
tersebut (DepKes, 2006). Tenaga kesehatan secara umum merupakan satu kesatuan yang
saling terikat terdiri dari tenaga medis, tenaga perawat, tenaga paramedis non perawatan dan
tenaga non medis. Dari semua kategori tenaga kesehatan tersebut, tenaga perawat merupakan
tenaga kesehatan yang kontak langsung atau berinteraksi langsung dengan pasien, sehingga
mereka memiliki peranan penting dalam menentukan baik buruknya suatu pelayanan
kesehatan (Sitorus, 2004). Faktor yang mempengaruhi insiden patient safety adalah kinerja
dari individu tenaga kesehatan itu sendiri (Nursalam, 2011).
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan
di rumah sakit untuk membuat asuhan kepada pasien lebih aman. Sistem tersebut diharapkan
mampu melindungi pasien dan mencegah terjadinya cedera akibat dari melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang semestinya dilakukan. Rumah sakit
harus menjamin prosedur yang dilakukan kepada pasien dilaksanakan secara aman. Sistem
pelayanan dan keselamatan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi kejadian
tidak diharapkan (KTD). Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh
Amerika yang berjumlah 33.6 juta per tahun berkisar 44.000 – 98.000 per tahun. Publikasi
WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka rumah sakit di berbagai Negara: Amerika,
Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6 %. Berbagai
negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien
berdasarkan angka kejadian KTD yang masih tinggi. (Kemenkes RI, 2015). Pelaksanaan
patient safety di Indonesia telah diatur dalam UU No. 44 tahun 2009 pasal 4, dimana rumah
sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang berkaitan dengan
pemberi pelayanan kesehatan. Stakeholder mempunyai tanggung jawab memastikan tidak ada
tindakan yang membahayakan pasien. Masyarakat, pasien, dokter, tenaga perawat, farmasis,
peneliti, tenaga kesehatan lain, kalangan professional, lembaga akreditasi rumah sakit, dan
pemerintah memiliki tanggung jawab bersama dalam upaya keselamatan pasien. Patient safety
menjadi prioritas utama dalam layanan kesehatan dan merupakan langkah kritis pertama
4
untuk memperbaiki kualitas pelayanan serta berkaitan dengan mutu dan citra rumah sakit
(Alifiah, 2016).
Tujuan dilakukan identifikasi pasien adalah untuk memastikan ketepatan pasien yang
akan menerima layanan atau tindakan, serta untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang
dibutuhkan oleh pasien. Selain itu untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan dan
mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Mudah membedakan
antara pasien satu dengan pasien yang lainnya, Mudah dalam proses administrasi untuk
pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien, Mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam
proses pemberian pelayanan, pengobatan tindakan atau prosedur kepada pasien.
Proses identifikasi pasien perlu dilakukan sejak dari awal pasien masuk ke rumah
sakit, yang kemudian identitas tersebut akan selalu dikonfirmasi dalam segala proses di rumah
sakit, seperti saat sebelum memberikan obat, darah atau produk darah, sebelum mengambil
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan, sebelum memberikan pengobatan dan
tindakan/prosedur. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan identifikasi pasien yang
nantinya bisa berakibat fatal jika pasien menerima prosedur medis yang tidak sesuai dengan
kondisi pasien seperti salah pemberian obat, salah pengambilan darah bahkan salah tindakan
medis.
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5
1.3. Analisis SWOT
1.3.4 Analisis Swot Tentang Identifikasi Pasien Belum Di Lakukan Secara Optimal
6
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
Sudah adanya gelang - Pada pelaksanaan - Adanya - Banyaknya petugas
pasien untuk asuhan masih ada motivasi dari di ruangan dengan
mengidentifikasi yang menggunakan atasan untuk segala kesibukan
pasien nomor kamar atau meningkatkan yang beresiko
lokasi untuk penerapan mengakibatkan
melakukan keselamatan kesalahan
identifikasi pasien - Adanya tuntutan
- Tidak semua - Berkoordinasi yang lebih tinggi
petugas dan dari masyarakat
menggunakan berkerjasama tentang pelayanan
minimal 2 identitas dengan tim yang harus
dalam melakukan komite mutu profesional
identifikasi
Dari hasil analis SWOT di atas Salah satu strategi yang harus dilakukan adalah
dengan memaksimalkan kinerja dan mendisplinkan seluruh tim medis yang ada,
memperbaiki kondisi. sehingga diharapkan masyarakat akan lebih nyaman untuk
berobat . Pada dasarnya pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui system, prosedur, dan
metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan oranglain sesuai dengan haknya,
dengan pengertian lain agar kebutuhan pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai
dengan harapan mereka. Seperti halnya pelayanan yang di berikan oleh sebuah Rumah
sakit adalah suatu aspek yang penting untuk diperhatikan. Kinerja pelayanan yang
diberikan oleh seluruh tim medis dalam suatu rumah sakit berhubungan erat dengan
kepuasan yang dirasakan oleh pasien selaku konsumen rumah sakit. Tim medis
dituntut untuk memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada pasien sehingga
pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh tim medis, sehingga pasien
akan merasa puas dengan pelayanan yg diberikan.
7
1.4. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Patient Safety atau keselamatan pasien merupakan isu global yang
mempengaruhi negara-negara di semua tingkat pembangunan. Meskipun perkiraan ukuran
permasalahan masih belum pasti, khususnya di negara berkembang dan negara transisi/konflik,
ada kemungkinan bahwa jutaan pasien seluruh dunia menderita cacat, cedera atau meninggal
setiap tahun karena pelayanan kesehatan yang tidak aman.
Koh, Y., Kutty, F.B. and Li, S.C., 2005. Drug-related problems in hospitalized patients on
polypharmacy: the influence of age and gender. Ther Clin Risk Manag, 1(1), 39-48.
Departemen Kesehatan R.I, 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety). Jakarta: Depkes RI.
Sumarni. (2017). Analisis Implementasi Patient Safety Terkait Peningkatan Mutu Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. 5(2), 91-99.
Yusuf, M. (2017). Penerapan Patient Safety Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoel Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan. 5(1), 84-89.
Kamil, H. ( 2010). Patient Safety. Idea Nursing Journal. 1(1), 1-8. Basabih, M. (2017). Perlukah
Keselamatan Pasien Menjadi Indikator Kinerja RS BLU?. Jurnal Administrasi Rumah Sakit
Indonesia. 3(2). 150-157