DISUSUN OLEH :
ANNISA SEKAR PATRICIA 2010201047
TEGAR NUR BUDIMAN 2010201049
SISKA TRIWIDIASTUSI 2010201050
NURUL ARIF FAUZIAH W 2010201052
FIDIA APRILIANA 2010201054
ROSMAIDA ULI H S 2010201055
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan karunia-Nya maka makalah ini dapat di selesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sesungguhnya di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kelancaran makalah yang berikutnya. Dan tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih atas semua
pihak yang meluangkan waktunya dan memberikan sumbangan pikiran dalam penyusunan
makalah ini.
Akhir kata penulis tidak lupa mengucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
menuntun, melindungi dan menuntun kita semua, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.dan semoga pemikiran yang bersifat positif, baik selalu datang dari segala arah.
Penyusun
I
DFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................I
DAFTAR ISI.........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................2
C. Definisi .......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. SKP 1 .........................................................................................................................3
B. SKP 2 .........................................................................................................................5
C. SKP 3 .........................................................................................................................6
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................10
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh
rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan
pasien. Tujuan dari pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit adalah untuk
melindungi pasien dari kejadian yang tidak diharapkan. Risiko kejadian ini berasal dari
proses pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang
telah ditetapkan oleh rumah sakit (Depkes RI, 2008). Keselamatan pasien merupakan
penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau
mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan (Triwibowo, 2013).
Pemberi pelayanan keperawatan khususnya perawat berkontribusi terhadap
terjadinya kesalahan yang mengancam keselamatan pasien. Perawat merupakan tenaga
kesehatan dengan jumlah terbanyak dirumah sakit, pelayanan terlama (24 jam secara terus
menerus) dan tersering berinteraksi pada pasien dengan berbagai prosedur dan berbagai
tindakan perawat. Satu perawat mungkin harus bertanggung jawab terhadap enam atau
lebih pasien (Cahyono, 2012). Setiap kesalahan dalam prosedur yang dijalani beresiko
terjadinya kejadian yang tidak diharapkan. Kesalahan faktor manusia dapat terjadi karena
masalah komunikasi, tekanan pekerjaan, kesibukan dan kelelahan (Cahyono, 2012).
Meskipun manusia adalah penyebab utama terjadinya kesalahan namun unsur
menyalahkan bukanlah cara yang efektif untuk meningkatkan keselamatan pasien
(IOM,2000). Dalam upaya meminimalkan terjadinya medical error atau KTD yang terkait
dengan aspek keselamatan pasien, manajemen RS perlu menciptakan budaya keselamatan
pasien. Hal tersebut dikarenakan banyak rumah sakit yang mengaplikasikan sistem
keselamatan yang baik, tetapi pada kenyataannya insiden keselamatan pasien tetap terjadi.
Meskipun pada umumnya jika sistem dapat dijalankan dengan sebagaimana mestinya maka
insiden keselamatan dapat ditekan sekecilkecilnya, namun fakta menunjukkan bahwa tidak
dapat berjalan secara optimal jika kompetensi dan nilai-nilai atau budaya yang ada tidak
mendukung (Budihardjo, 2008).
Berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh akreditas
rumah sakit edisi 1 Kemenkes 2011 (dalam Nursalam, 2016) ditujukan pada sasaran yang
1
meliputi 6 elemen tentang keselamatan pasien yang dikenal dengan Internasional Pasien
Safety Goals (IPSG), yang terdiri dari: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai, kepastian
tepat-lokasi tepat-prosedur tepat-pasien operasi, pengurangan resiko infeksi, dan
pengurangan resiko pasien jatuh.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian SKP?
b. Apa isi SKP 1,2 dan 3?
c. Apa Tujuan SKP 1,2 dan 3?
C. Definisi
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) adalah mendorong peningkatan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti area yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menguraikan tentang solusi atas konsensus berbasis bukti dan
keahlian terhadap permasalahan ini. Dengan pengakuan bahwa desain/rancangan sistem
yang baik itu intrinsik/menyatu dalam pemberian asuhan yang aman dan bermutu tinggi,
tujuan sasaran umumnya difokuskan pada solusi secara sistem, bila memungkinkan. SKP
meliputi : ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan
keamanan obat yang perlu di waspadai, kepastian tepat-lokasi tepat-prosedur tepat-pasien
operasi, pengurangan resiko infeksi, dan pengurangan resiko pasien jatuh.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tujuan ganda dari sasaran ini adalah : pertama, untuk dengan cara yang
dapat dipercaya/reliable mengidentifikasi pasien sebagai individu yang
dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut
3
c. Kebijakan dan Prosedur
d. Gelang Pasien
4
e. Warna Gelang
Gelang warna merah muda untuk pasien dengan jenis kelamin perempuan,
biru untuk pasien dengan jenis kelamin laki-laki, merah untuk pasien dengan alergi
obat, kuning untuk pasien dengan risiko jatuh, dan ungu untuk pasien yang menolak
tindakan resusitasi (Do Not Rescucitation).
Beberapa hal penting identifikasi pasien (dapat berakibat fatal); pada saat :
memberikan obat, darah, atau produk darah, mengambil darah dan spesimen lain
untuk pengujian klinis, sebelum memberikan perawatan dan prosedur, bagi bayi;
identifikasi juga dilakukan sebelum mentransfer dari kamar bayi ke kamar ibu.
a. Definisi
5
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi.
Proses komunikasi efektif artinya proses dimana komunikator dan komunikan
saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang
atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. Meningkatkan Komunikasi
Yang Efektif merupakan Sasaran yang kedua dari 6 (enam) Sasaran Keselamatan
Pasien.disampaikan.
b. Strategi Penerapan
Hal lain yang diterapkan dalam komunikasi efektif antara lain penyampaian
informasi tentang hal kritis. Jika diperoleh hasil atau data pemeriksaan yang bersifat
"kritis" (memenuhi kriteria kritis); setiap profesi terkait harus segera
menyampaikannya kepada yang berkepentingan dan berwenang dalam bidangnya.
6
C. SKP 3 MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBATAN YANG HARUS
DIWASPADAI
a. Definisi
Standar SKP III Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert). Rumah sakit
menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan keamanan terhadap
obat-obat yang perlu diwaspadai.
b. Maksud dan Tujuan
Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan pasien, bahkan
bahayanya dapat menyebabkan kematian atau kecacatan pasien, terutama obat-obat
yang perlu diwaspadai. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung
risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan
kerugian besar pada pasien.
c. Obat yang Perlu Diwaspadai
Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik;
Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama (look
alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine
dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM);
Elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih
dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari 3
mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium
sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.
Ada banyak obat yang termasuk dalam kelompok NORUM. Nama-nama yang
membingungkan ini umumnya menjadi sebab terjadi medication error di seluruh
dunia.
7
Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-
hati di area tersebut sesuai kebijakan.
Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event).
Terdiri dari obat High-Alert & LASA (Look Alike Sound Alike).
e. Perhatikan
Daftar obat high alert dan lasa di unit penyimpanan obat diruang dan farmasi
pembatasan penyimpanan obat high alert pelabelan obat.
Pengecekan obat dilakukan dengan 5 Benar :
1) kebenaran nama obat.
2) Kebenaran dosis.
3) Kebenaran rute.
4) Penandaan.
5) Perhitungan dosis sesuaian dengan instruksi pengobatan (nama lengkap pasien,
nomor rekam medik, tanggal lahir/umur).
Pengecekan ganda obat-obatan high alert medications :
1. Petugas pertama menyiapkan obat dan hal – hal dibawah ini untuk menjalani
pengecekan ganda oleh petugas kedua.
2. Petugas kedua akan memastikan :
Obat telah disiapkan sesuai instruksi.
Perawat memverifikasi bahwa obat yang hendak diberikan telah sesuai
dengan instruksi dokter.
Obat memenuhi persyaratan 5 benar.
Membaca label dengan suara lantang kepada perawat pertama untuk memverifikasi
persyaratan 5 benar.
8
BAB III
A. Kesimpulan
Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Peraturan yang berlaku di Indonesia mewajibkan setiap
fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit maupun pelayanan primer lainnya harus
menyelenggarakan keselamatan pasien melalui menerapkan standar keselamatan pasien.
B. Saran
Adapun saran bagi fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit maupun pelayanan
primer lainnya menerapkan budaya keselamatan pasien dan segera menindaklanjuti dan
melaporkan jika terjadi insiden.
9
DFTAR PUSTAKA
http://scholar.unand.ac.id/4818/2/bab%201.pdf
http://scholar.unand.ac.id/48550/2/BAB%201.pdf
http://eprints.ums.ac.id/52766/3/BAB%20I.pdf
https://www.krakataumedika.com/info-media/artikel/mengidentifikasi-pasien-dengan-
benar?tmpl=component&print=1&layout=default
https://krakataumedika.com/info-media/artikel/penerapan-komunikasi-efektif-di-rumah-sakit
https://rsud.dharmasrayakab.go.id/img_galeri/SKP.ppt
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4854/198508232015042001.pdf?sequenc
e=1&isAllowed=y
10