Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SKP 1 SKP 2 DAN SKP 3

DISUSUN OLEH :
ANNISA SEKAR PATRICIA 2010201047
TEGAR NUR BUDIMAN 2010201049
SISKA TRIWIDIASTUSI 2010201050
NURUL ARIF FAUZIAH W 2010201052
FIDIA APRILIANA 2010201054
ROSMAIDA ULI H S 2010201055

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ’AISYIYAH YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan karunia-Nya maka makalah ini dapat di selesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sesungguhnya di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kelancaran makalah yang berikutnya. Dan tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih atas semua
pihak yang meluangkan waktunya dan memberikan sumbangan pikiran dalam penyusunan
makalah ini.
Akhir kata penulis tidak lupa mengucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
menuntun, melindungi dan menuntun kita semua, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.dan semoga pemikiran yang bersifat positif, baik selalu datang dari segala arah.

Wssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta,3 April 2022

Penyusun

I
DFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................I
DAFTAR ISI.........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................2
C. Definisi .......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. SKP 1 .........................................................................................................................3
B. SKP 2 .........................................................................................................................5
C. SKP 3 .........................................................................................................................6
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................10

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh
rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan
pasien. Tujuan dari pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit adalah untuk
melindungi pasien dari kejadian yang tidak diharapkan. Risiko kejadian ini berasal dari
proses pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang
telah ditetapkan oleh rumah sakit (Depkes RI, 2008). Keselamatan pasien merupakan
penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau
mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan (Triwibowo, 2013).
Pemberi pelayanan keperawatan khususnya perawat berkontribusi terhadap
terjadinya kesalahan yang mengancam keselamatan pasien. Perawat merupakan tenaga
kesehatan dengan jumlah terbanyak dirumah sakit, pelayanan terlama (24 jam secara terus
menerus) dan tersering berinteraksi pada pasien dengan berbagai prosedur dan berbagai
tindakan perawat. Satu perawat mungkin harus bertanggung jawab terhadap enam atau
lebih pasien (Cahyono, 2012). Setiap kesalahan dalam prosedur yang dijalani beresiko
terjadinya kejadian yang tidak diharapkan. Kesalahan faktor manusia dapat terjadi karena
masalah komunikasi, tekanan pekerjaan, kesibukan dan kelelahan (Cahyono, 2012).
Meskipun manusia adalah penyebab utama terjadinya kesalahan namun unsur
menyalahkan bukanlah cara yang efektif untuk meningkatkan keselamatan pasien
(IOM,2000). Dalam upaya meminimalkan terjadinya medical error atau KTD yang terkait
dengan aspek keselamatan pasien, manajemen RS perlu menciptakan budaya keselamatan
pasien. Hal tersebut dikarenakan banyak rumah sakit yang mengaplikasikan sistem
keselamatan yang baik, tetapi pada kenyataannya insiden keselamatan pasien tetap terjadi.
Meskipun pada umumnya jika sistem dapat dijalankan dengan sebagaimana mestinya maka
insiden keselamatan dapat ditekan sekecilkecilnya, namun fakta menunjukkan bahwa tidak
dapat berjalan secara optimal jika kompetensi dan nilai-nilai atau budaya yang ada tidak
mendukung (Budihardjo, 2008).
Berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh akreditas
rumah sakit edisi 1 Kemenkes 2011 (dalam Nursalam, 2016) ditujukan pada sasaran yang

1
meliputi 6 elemen tentang keselamatan pasien yang dikenal dengan Internasional Pasien
Safety Goals (IPSG), yang terdiri dari: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai, kepastian
tepat-lokasi tepat-prosedur tepat-pasien operasi, pengurangan resiko infeksi, dan
pengurangan resiko pasien jatuh.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian SKP?
b. Apa isi SKP 1,2 dan 3?
c. Apa Tujuan SKP 1,2 dan 3?
C. Definisi
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) adalah mendorong peningkatan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti area yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menguraikan tentang solusi atas konsensus berbasis bukti dan
keahlian terhadap permasalahan ini. Dengan pengakuan bahwa desain/rancangan sistem
yang baik itu intrinsik/menyatu dalam pemberian asuhan yang aman dan bermutu tinggi,
tujuan sasaran umumnya difokuskan pada solusi secara sistem, bila memungkinkan. SKP
meliputi : ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan
keamanan obat yang perlu di waspadai, kepastian tepat-lokasi tepat-prosedur tepat-pasien
operasi, pengurangan resiko infeksi, dan pengurangan resiko pasien jatuh.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. SKP 1 MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR


a. Definisi

Identifikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk


membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya sehingga
memperlancar atau mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien.

Ketepatan identifikasi pasien menjadi hal yang penting, bahkan


berhubungan langsung dengan keselamatan pasien; mengidentifikasi pasien dengan
benar merupakan Sasaran yang pertama dari 6 (enam) Sasaran Keselamatan Pasien.

b. Maksud dan Tujuan

Tujuan dilakukan identifikasi pasien adalah untuk memastikan ketepatan


pasien yang akan menerima layanan atau tindakan, serta untuk menyelaraskan
layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien.

Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya pernah terjadi di semua aspek


diagnosis dan pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya
error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam keadaan
terbius / tersedasi, mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya; mungkin
bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan;
mungkin mengalami disabilitas sensori; atau akibat situasi lain.

Tujuan ganda dari sasaran ini adalah : pertama, untuk dengan cara yang
dapat dipercaya/reliable mengidentifikasi pasien sebagai individu yang
dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut

3
c. Kebijakan dan Prosedur

Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif harus dikembangkan


untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang digunakan untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau memberikan
pengobatan atau tindakan lain.

Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk


mengidentifikasi seorang pasien, seperti hal berikut :

 nama pasien, dengan dua nama pasien.


 nomor identifikasi menggunakan nomor rekam medis.
 tanggal lahir.
 gelang (identitas pasien) dengan bar-code, atau cara lain.
Catatan : Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan
untuk identifikasi.

Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua


pengidentifikasi/penanda yang berbeda pada lokasi yang berbeda di fasilitas
pelayanan kesehatan, seperti di pelayanan ambulatori atau pelayanan rawat jalan
yang lain, unit gawat darurat, atau kamar operasi.

Identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa identitas, juga termasuk.


Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur untuk memastikan telah mengatur semua situasi yang memungkinkan
untuk diidentifikasi.

d. Gelang Pasien

Pasangkan gelang identifikasi pada pergelangan tangan pasien yang


dominan (sesuai dengan kondisi). Petugas akan memastikan gelang terpasang
dengan baik dan nyaman untuk pasien. Jika gelang tidak bisa dipasang di
pergelangan tangan pasien, dapat kenakan pada pergelangan kaki.

4
e. Warna Gelang

Gelang warna merah muda untuk pasien dengan jenis kelamin perempuan,
biru untuk pasien dengan jenis kelamin laki-laki, merah untuk pasien dengan alergi
obat, kuning untuk pasien dengan risiko jatuh, dan ungu untuk pasien yang menolak
tindakan resusitasi (Do Not Rescucitation).

Kegiatan Identikasi Pasien :

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh


menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis Pasien diidentifikasi sebelum pemberian
pengobatan dan tindakan / prosedur.
4. Diberlakukan kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.

Beberapa hal penting identifikasi pasien (dapat berakibat fatal); pada saat :
memberikan obat, darah, atau produk darah, mengambil darah dan spesimen lain
untuk pengujian klinis, sebelum memberikan perawatan dan prosedur, bagi bayi;
identifikasi juga dilakukan sebelum mentransfer dari kamar bayi ke kamar ibu.

B. SKP 2 MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

a. Definisi

Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang tepat sasaran dan mencapai


tujuan. Komunikasi dikatakan efektif jika, informasi, ide atau pesan yang
disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik sehingga terbentuk
kesamaan persepsi, perubahan perilaku atau saling mendapatkan informasi atau
menjadi paham.

5
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi.
Proses komunikasi efektif artinya proses dimana komunikator dan komunikan
saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang
atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. Meningkatkan Komunikasi
Yang Efektif merupakan Sasaran yang kedua dari 6 (enam) Sasaran Keselamatan
Pasien.disampaikan.

b. Strategi Penerapan

Komunikasi Efektif yang adalah dengan menggunakan Strategi SBAR yang


terdiri dari :

S : Situation; Yakni penjelasan situasi terkini yang terjadi pada pasien.


B : Background; Yakni informasi penting apa yang berhubungan dengan
kondisi dan latar belakang pasien terkini.
A : Assessment; Yakni hasil pengkajian kondisi pasien terkini/ terakhir.
R : Recommendation; Yakni rekomendasi apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah terhadap pasien .

Hal lain yang diterapkan dalam komunikasi efektif antara lain penyampaian
informasi tentang hal kritis. Jika diperoleh hasil atau data pemeriksaan yang bersifat
"kritis" (memenuhi kriteria kritis); setiap profesi terkait harus segera
menyampaikannya kepada yang berkepentingan dan berwenang dalam bidangnya.

Beberapa aktifitas yang membutuhkan Komunikasi Efektif antar profesi


antara lain adalah : komunikasi/ instruksi dalam bentuk lisan atau telepon,
penyampaian data/ hasil periksaan kritis, sistem rujukan, serta aktifitas serah terima
pasien.

6
C. SKP 3 MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBATAN YANG HARUS
DIWASPADAI

a. Definisi
Standar SKP III Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert). Rumah sakit
menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan keamanan terhadap
obat-obat yang perlu diwaspadai.
b. Maksud dan Tujuan
Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan pasien, bahkan
bahayanya dapat menyebabkan kematian atau kecacatan pasien, terutama obat-obat
yang perlu diwaspadai. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung
risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan
kerugian besar pada pasien.
c. Obat yang Perlu Diwaspadai
Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik;
Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama (look
alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine
dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM);
Elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih
dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari 3
mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium
sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.
Ada banyak obat yang termasuk dalam kelompok NORUM. Nama-nama yang
membingungkan ini umumnya menjadi sebab terjadi medication error di seluruh
dunia.

d. Elemen Penilaian Sasaran


Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
Implementasi kebijakan dan prosedur.

7
Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-
hati di area tersebut sesuai kebijakan.
Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event).
Terdiri dari obat High-Alert & LASA (Look Alike Sound Alike).
e. Perhatikan
Daftar obat high alert dan lasa di unit penyimpanan obat diruang dan farmasi
pembatasan penyimpanan obat high alert pelabelan obat.
Pengecekan obat dilakukan dengan 5 Benar :
1) kebenaran nama obat.
2) Kebenaran dosis.
3) Kebenaran rute.
4) Penandaan.
5) Perhitungan dosis sesuaian dengan instruksi pengobatan (nama lengkap pasien,
nomor rekam medik, tanggal lahir/umur).
Pengecekan ganda obat-obatan high alert medications :
1. Petugas pertama menyiapkan obat dan hal – hal dibawah ini untuk menjalani
pengecekan ganda oleh petugas kedua.
2. Petugas kedua akan memastikan :
Obat telah disiapkan sesuai instruksi.
Perawat memverifikasi bahwa obat yang hendak diberikan telah sesuai
dengan instruksi dokter.
Obat memenuhi persyaratan 5 benar.
Membaca label dengan suara lantang kepada perawat pertama untuk memverifikasi
persyaratan 5 benar.

8
BAB III

A. Kesimpulan

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Peraturan yang berlaku di Indonesia mewajibkan setiap
fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit maupun pelayanan primer lainnya harus
menyelenggarakan keselamatan pasien melalui menerapkan standar keselamatan pasien.

B. Saran

Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan rumah


sakit agar selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan procedure yang telah di
tentukan.

Adapun saran bagi fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit maupun pelayanan
primer lainnya menerapkan budaya keselamatan pasien dan segera menindaklanjuti dan
melaporkan jika terjadi insiden.

9
DFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/4818/2/bab%201.pdf

http://scholar.unand.ac.id/48550/2/BAB%201.pdf

http://eprints.ums.ac.id/52766/3/BAB%20I.pdf

https://www.krakataumedika.com/info-media/artikel/mengidentifikasi-pasien-dengan-
benar?tmpl=component&print=1&layout=default

Permenkes Nomor 11 Tahun 2017

https://krakataumedika.com/info-media/artikel/penerapan-komunikasi-efektif-di-rumah-sakit

https://rsud.dharmasrayakab.go.id/img_galeri/SKP.ppt
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4854/198508232015042001.pdf?sequenc
e=1&isAllowed=y

10

Anda mungkin juga menyukai