Dosen pengampu :
Ibu Dr. Tutiany, SKp., M.Kes
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Berikut
ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Konsep Dasar Patient Safety”
yang menurut kami dapat memberikan manfaat besar untuk kita semua dalam mempelajari
mata kuliah manajemen patient safety. Melalui kata pengantar kami meminta maaf apabila isi
makalah ini terdapat kekurangan dalam penulisannya.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini ada berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, kami telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Maka dari itu, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran
dan kritik guna menyempurnakan makalah ini.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah “Konsep Dasar Patient Safety” dengan
penuh rasa terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Kelompok 3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimadsud dengan Patient Safety?
2. Apa yang dimadsud dengan prinsip Patient Safety?
3. Siapa saja sasaran Patient Safety?
4. Apa yang dimadsud dengan standar keselamatan pasien?
5. Bagaimana langkah pelaksanaan Patient Safety?
6. Apa yang dimadsud dengan kriteria monitoring dan evaluasi Patient Safety?
7. Apa yang dimadsud dengan komunikasi antar anggota team kesehatan?
8. Bagaimana kebijakan yang mendukung keselamatan pasien?
9. apa yang dimadsud dengan monitoring dan evaluasi Patient Safety?
C. Tujuan
1.1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai konsep Dasar
Patient Safety
1.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Patient Safety
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip Patient Safety
3. Mahasiswa mampu menjelaskan sasaran Patient Safety
4. Mahasiswa mampu menjelaskan standar keselamatan pasien
5. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah pelaksanaan Patient Safety
6. Mahasiswa mampu menjelaskan kriteria monitoring dan evaluasi Patient
Safety
7. Mahasiswa mampu menjelaskan komunikasi antar anggota team kesehatan
8. Mahasiswa mampu menjelaskan kebijakan yang mendukung keselamatan
pasien
9. Mahasiswa mampu menjelaskan monitoring dan evaluasi Patient Safety
D. Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini untuk memenuhi penugasan dalam mata kuliah
manajemen patient safety. Selain itu, untuk menambah wawasan kepada para
pembaca khususnya mahasiswa/i Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 untuk mampu
memahami konsep dasar patient safety.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan
terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar; bertukar tempat
tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori; atau akibat situasi
lain. Maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan:
pertama untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Rumah sakit secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan prosedur untuk perintah lisan dan
telepon termasuk: mencatat (memasukkan ke komputer) perintah secara
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima
perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan;
dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah
akurat. Kebijakan dan prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau
ICU.
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses
penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur/tindakanpembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar
operasi.
Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa di baca di kepustakaan
WHO, dan berbagai organisasi nasional dan intemasional. Rumah sakit
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur
yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang sudah
diterima secara umum untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.
D. Standar keselamatan pasien
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan
penilaiannya dilakukan dengan menggunakan instrumen akreditasi rumah
sakit. Standar keselamatan pasien rumah sakit disusun mengacu pada
“Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Commision on
Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA tahun 2002 yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia
(Kemenkes RI, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2015), standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh
standar, yaitu :
a. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
kejadian tidak diharapkan.
b. Mendidik pasien dan keluarga
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien Rumah sakit harus mendesain
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif kejadian tidak diharapkan, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terinterasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
kejadian tidak diharapkan.
3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektivitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
1) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
2) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
1) Rumah sakit merencanakan dan mendesaian proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan infromasi
internal dan eksternal.
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
c) Pasal 58 UUNo.36/2009
1. “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes
yangditerimanya.”
2. “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan
seseorang dalam keadaan darurat.”
b) Pasal 46 UUNo.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan di RS.”
4. Hak Pasien
a) Pasal 32d UUNo.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan
yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional”