Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN PATIENT SAFETY

KONSEP DASAR PATIENT SAFETY

Dosen pengampu :
Ibu Dr. Tutiany, SKp., M.Kes

Di Susun Oleh Kelompok : 3


1. Alma Khairunnisa ( P17120122043 )
2. Baghngidzul Zulhulaifah ( P17120122049 )
3. Fathin Ahdes ( P17120122052 )
4. Hilma Haya Salsabila ( P17120122057 )
5. Muhammad Fikri Al Giffari ( P17120122062 )
6. Nurul Izzah Dinillah ( P17120122067 )
7. Saskhiyya Yufi Pramesti ( P17120122072 )

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATANDAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Berikut
ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Konsep Dasar Patient Safety”
yang menurut kami dapat memberikan manfaat besar untuk kita semua dalam mempelajari
mata kuliah manajemen patient safety. Melalui kata pengantar kami meminta maaf apabila isi
makalah ini terdapat kekurangan dalam penulisannya.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini ada berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, kami telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Maka dari itu, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran
dan kritik guna menyempurnakan makalah ini.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah “Konsep Dasar Patient Safety” dengan
penuh rasa terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 21 Januari 2023

Kelompok 3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimadsud dengan Patient Safety?
2. Apa yang dimadsud dengan prinsip Patient Safety?
3. Siapa saja sasaran Patient Safety?
4. Apa yang dimadsud dengan standar keselamatan pasien?
5. Bagaimana langkah pelaksanaan Patient Safety?
6. Apa yang dimadsud dengan kriteria monitoring dan evaluasi Patient Safety?
7. Apa yang dimadsud dengan komunikasi antar anggota team kesehatan?
8. Bagaimana kebijakan yang mendukung keselamatan pasien?
9. apa yang dimadsud dengan monitoring dan evaluasi Patient Safety?
C. Tujuan
1.1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai konsep Dasar
Patient Safety
1.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Patient Safety
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip Patient Safety
3. Mahasiswa mampu menjelaskan sasaran Patient Safety
4. Mahasiswa mampu menjelaskan standar keselamatan pasien
5. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah pelaksanaan Patient Safety
6. Mahasiswa mampu menjelaskan kriteria monitoring dan evaluasi Patient
Safety
7. Mahasiswa mampu menjelaskan komunikasi antar anggota team kesehatan
8. Mahasiswa mampu menjelaskan kebijakan yang mendukung keselamatan
pasien
9. Mahasiswa mampu menjelaskan monitoring dan evaluasi Patient Safety
D. Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini untuk memenuhi penugasan dalam mata kuliah
manajemen patient safety. Selain itu, untuk menambah wawasan kepada para
pembaca khususnya mahasiswa/i Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 untuk mampu
memahami konsep dasar patient safety.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Patient Safety


Keselamatan pasien (patient safety) adalah dasar dari pelayanan kesehatan
yang baik. Keselamatan pasien juga menjadi salah satu indikator dalam
menilai akreditas institusi pelayanan kesehatan, oleh karena itu keselamatan
pasien sangat penting. Namun, jika ditinjau dari insiden keselamatan pasien,
keselamatan pasien di berbagai tingkat pelayanan kesehatan masih buruk, baik
secara global maupun nasional ( dari jurnal )
Patient diartikan pasien atau orang sakit, sementara safety berasal dari kata
safe yang berarti aman atau juga memiliki arti keselamatan. Pasien merupakan
penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat
maupun sakit. UUD 1945 yang telah diamandemen secara jelas dalam pasal 28
H menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pelayanan
kesehatan yang layak. Hak pasien sudah diatur dalam UU No 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, UU Perlindungan Konsumen, UU No 29 Tahun 2004
tentang praktik Kedokteran dan UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan
UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (dari buku).
Patient safety berarti keselamatan pasien, di mana keselamatan pasien
merupakan acuan dan prinsip utama dalam proses pelayanan kesehatan di
sebuah lembaga penyedia kesehatan. Setiap rumah sakit diharuskan memiliki
manajemen patient safety demi menjamin keselamatan dan keamanan bagi
pasien yang mendapatkan layanan kesehatan. Artinya, rumah sakit atau
penyedia layanan kesehatan beserta tenaga kesehatan di dalamnya semestinya
memberikan pelayanan medis yang bermutu, prima, dan maksimal sehingga
tercipta keselamatan bagi pasien. ( dari buku )
http://repository.akperykyjogja.ac.id/330/1/Manajemen%20Patient
%20Safety_Konsep%20%26%20Aplikasi%20Patient%20Safety%20dalam
%20Kesehatan.pdf
B. Prinsip Patient Safety
Lima prinsip untuk merancang sistem keselamatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Provide Leadership meliputi:
 Keselamatan pasien menjadi tujuan utama.
 Keselamatan pasien menjadi tanggung jawab bersama.
 Menugaskan seseorang untuk bertanggung jawab atas program
keselamatan.
 Menyediakan sumber daya manusia dan dana untuk analisis error dan
redesign sistem.
 Mengembangkan mekanisme yang efektif untuk mengidentifikasi
unsafe dokter.
2. Memperhatikan keterbatasan manusia dalam perancangan proses, yaitu:
 Design job for safety.
 Menyederhanakan proses.
 Membuat standar proses.
3. Mengembangkan tim yang efektif.
4. Mengantisipasi kejadian tidak terduga.
 Pendekatan proaktif.
 Menyediakan antidotum.
 Training simulasi.
5. Menciptakan atmosfer “Learning”

C. Sasaran patient safety


Menurut Nur Fauziah Simamora, (2011) sasaran keselamatan pasien
merupakan pendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
Penyusunan sasaran ini mengacu pada Nine Life-Saving Patient Safety
Solution dari WHO patient safety 2007 yang digunakan juga oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KPPRS PERSI), dan Joint
Commision International (JCI). Sasaran keselamatan pasien tersebut diantara
lain:

Sasaran I: Ketepatan Identifikasi Pasien

Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan
terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar; bertukar tempat
tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori; atau akibat situasi
lain. Maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan:
pertama untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut.

Elemen Penilaian Sasaran I

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh


menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
4. pemeriksaan klinis.
5. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
6. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.

Sasaran II: Peningkatan Komunikasi yang Efektif

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Rumah sakit secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan prosedur untuk perintah lisan dan
telepon termasuk: mencatat (memasukkan ke komputer) perintah secara
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima
perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan;
dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah
akurat. Kebijakan dan prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau
ICU.

Elemen Penilaian Sasaran II

1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten

Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High-


Alert)

Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat


yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius (sentinel event), obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
(Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound
Alike/LASA). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam issue keselamatan
pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya,
kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida
lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat=50% atau lebih pekat-).

Elemen Penilaian Sasaran III

1. Kebijakan dan prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,


menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).

Sasaran IV: Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien


Operasi

Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi adalah sesuatu


yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini
adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara
anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi
(site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.

Rumah sakit perlu berkolaboratif untuk mengembangkan suatu kebijakan


dan prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang
digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety 2009, dan
di The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site,
Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.

Elemen Penilaian Sasaran IV

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses
penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur/tindakanpembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar
operasi.

Sasaran V: Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa di baca di kepustakaan
WHO, dan berbagai organisasi nasional dan intemasional. Rumah sakit
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur
yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang sudah
diterima secara umum untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran V

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru


yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum dari WHO Patient Safety.
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan

Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien


rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
diberikan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi
alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang
digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran VI

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.
D. Standar keselamatan pasien
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan
penilaiannya dilakukan dengan menggunakan instrumen akreditasi rumah
sakit. Standar keselamatan pasien rumah sakit disusun mengacu pada
“Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Commision on
Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA tahun 2002 yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia
(Kemenkes RI, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2015), standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh
standar, yaitu :
a. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
kejadian tidak diharapkan.
b. Mendidik pasien dan keluarga
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien Rumah sakit harus mendesain
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif kejadian tidak diharapkan, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terinterasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
kejadian tidak diharapkan.
3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektivitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
1) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
2) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
1) Rumah sakit merencanakan dan mendesaian proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan infromasi
internal dan eksternal.
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

E. Langkah Pelaksanaan Patient Safety


Pelaksanaan “Patient safety” meliputi
1) Perhatikan nama obat, rupa dan juga ucapan mirip
2) Pastikan identifikasi pasien
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien tersebut
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar juga
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat
6) Pastikan akurasi pemberian obat pasien pada pengalihan pelayanan
ataupun operan
7) Hindari terjadinya salah sambung kateter dan salah sambung selang
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai atau barang habis pakai
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk mencegah terjadinya infeksi
nosokomial
Langkah langkah kegiatan pelaksanaan Patient safety di rumah sakit seperti,
1) Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
dengan susunan organisasi sebagai berikut: Ketua (dokter), Anggota
( dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
yang lainnya ).
2) Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan
pelaporan internal tentang insiden yang terjadi di rumah sakit.
3) Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia ataupun tertutup.
4) Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkannya tujuh langkah menuju keselamatan pasien di rumah sakit
tersebut.
5) Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis
berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan
standar-standar yang baru dikembangkan.

F. Kriteria Monitoring dan Evaluasi Patient Safety

G. Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan

H. Kebijakan yang Mendukung Keselamatan Pasien


Adventus et al, (2019) berpendapat mengenai aspek hukum terhadap “patient
safety” atau keselamatan pasienadalah sebagai berikut

UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit

1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum


a) Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan
nyawa pasien.”

b) Pasal 32n UUNo.44/2009

“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya


selama dalam perawatan di Rumah Sakit.

c) Pasal 58 UUNo.36/2009
1. “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes
yangditerimanya.”
2. “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan
seseorang dalam keadaan darurat.”

2. Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit


a) Pasal 29b UUNo.44/2009
”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah Sakit.”

b) Pasal 46 UUNo.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan di RS.”

c) Pasal 45 (2) UU No.44/2009


“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam
rangka menyelamatkan nyawa manusia.”

3. Bukan Tanggung Jawab Rumah Sakit


Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit

“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien


dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat
berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
kompresehensif. “

4. Hak Pasien
a) Pasal 32d UUNo.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan
yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional”

b) Pasal 32e UUNo.44/2009


“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif
dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”

c) Pasal 32j UUNo.44/2009


“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”

d) Pasal 32q UUNo.44/2009


“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut
Rumah Sakit apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana”

5. Kebijakan yang Mendukung Keselamatan Pasien


Pasal 43 UU No.44/2009

a) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien


b) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka
menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
c) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri

I. Monitoring dan Evaluasi Patient Safety

Anda mungkin juga menyukai