Anda di halaman 1dari 15

Analisis Holistic Nursing Care Penerapan Pijat Tui Na untuk Mengatasi

Kesulitan Makan Pada Balita

Dosen Pengampu:
Dr. Suryani Manurung S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat
Anggota Kelompok :
Adhya Kinaryo A.T.S.S (P17120122040)
Alma Khairunnisa (P17120122052)
Amanda Putriyana (P17120122043)
Fanny NurArofah (P17120122051)
Nova Andriyanti (P17120122065)
Saskhiyya Yufi Pramesti (P17120122072)
Vella Aulia Wibowo (P17120122077)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KERAWATAN DAN


PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 1
TAHUN AJARAN
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesulitan makan merupakan masalah dalam pemberian makanan maupun
pemenuhan kebutuhan gizi yang pada umumnya dijumpai pada anak dan menjadi
masalah kesehatan di seluruh dunia (Chung, 2006). Sebuah penelitian The Gateshead
Millenium Baby Study pada tahun 2014 di Inggris menyebutkan 20% orang tua
melaporkan anaknya mengalami masalah makan. Prevalensi tertinggi jatuh pada anak
yang hanya mau makan makanan tertentu. Studi di Italia mengungkapkan 6% bayi
mengalami kesulitan makan, kemudian meningkat 25-40% pada saat fase akhir
pertumbuhan (Vita et al., 2018)

Kementrian Kesehatan RI (2014), menyebutkan terdapat 19,6% balita kekurangan


gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang.
Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan
4,9% berstatus gizi buruk. 19 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi balita
kekurangan gizi di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 19,7% sampai
dengan 33,1%. Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi
kekurangan gizi pada balita antara 20-29%, dan dianggap prevalensi sangat tinggi jika
≥30 % (Ryan et al., 2013).

Diperkirakan 25% anak normal dan 80% anak dengan gangguan perkembangan
mengalami kesulitan makan. Prevalensi kesulitan makan di Indonesia terjadi pada
anak sekitar 20%. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa prevalensi kesulitan
makan pada anak usia 1-5 tahun adalah sebesar 30%. Presentasi anak dengan
kesulitan makan sebesar 44,5% mengalami malnutrisi ringan sampai sedang.
Sebanyak 79,2% dari subjek penelitian telah mengalami kesulitan makan
lebih dari 3 bulan (Ryan et al., 2013).

Upaya untuk mengatasi kesulitan makan dapat dilakukan dengan cara


farmakologi maupun non farmakologi. Upaya dengan farmakologi antara lain dengan
pemberian multivitamin dan mikronutrisi lainnya. Sedangkan non farmakologi antara
lain melalui minuman herbal atau jamu, pijat, akupresur, dan akupunktur. Saat ini
kebanyakan orang tua mengatasi kesulitan makan anak dengan pemberian
multivitamin tanpa memperhatikan penyebab. Hal tersebut akan berdampak negatif
jika diberikan dalam jangka waktu yang lama (Asih & Mugiati, 2018).

Saat ini telah dikembangkan dari tehnik pijat bayi, yakni pijat Tui Na. Pijat ini
dilakukan dengan tehnik pemijatan meluncur untuk mengatasi kesulitan makan pada
balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa dan pencernaan, melalui
modifikasi dari akupunktur tanpa jarum, teknik ini menggunakan penekanan pada titik
meridian tubuh atau garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan
dibandingkan akupuntur (Munjidah, 2018).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (sitasi jurnal manda) (nama penulis pada
tahun jurnal) menyebutkan bahwa pijat Tui Na berpengaruh positif terhadap
perkembangan syaraf dan peredaran darah pada bayi. Penelitian yang dilakukan di
wulandari klinik purba, pada tahun 2022 tersebut mempunyai hasil bahwa dari 25
responden (100%) pasca dilakukannya akupresur pijat Tui Na, mayoritas memiliki
nafsu makan yang menjadi lebih baik, yaitu sebanyak 18 responden (72%) (Rangkuti,
2022)

B. Tujuan

1) Tujuan umum
Mengidentifikasi tindakan Pendekatan Model Asuhan Keperawatan Holistic Care
dalam penerapan pijat Tui Na untuk Mengatasi Kesulitan Makan pada Balita yang
nantinya akan dilakukan oleh seorang perawat dan mahasiswa keperawatan.
2) Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi konsep holistic care
2. Mengidentifikasi nilai utama holistic care
3. Mengidentifikasi penerapan keperawatan holistik dalam proses keperawatan
4. Mengidentifikasi macam-macam cabang penyembuhan holistic care
5. Mengidentifikasi konsep akupresur Tui Na serta prosedur pelaksanaannya
6. Mengidentifikasi definisi balita
7. Mengidentifikasi definisi kesulitan makan pada balita
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Holistic Nursing Care
Holistic memiliki arti ’menyeluruh’ yang terdiri dari kata holy dan healthy.
Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat, serta
seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran seperti spiritual, moral,
imajinasi, intelektual, budaya, estetika, emosi, dan fisik (Lestari, 2018). Holistic Care
adalah konsep yang berfokus pada perlindungan, promosi dan pengoptimalisasian
kesehatan dan status kesehatan untuk pencegahan kesakitan dan trauma. Holistic Care
juga berfokus pada upaya mengurangi penderitaan dan mendukung individu dalam
menemukan kedamaian, kenyamanan serta keseimbangan dalam hidupnya (Mundakir
& Barbara, 2018). Holistik dalam keperawatan memerlukan perubahan cara berpikir
dan jenis pelayanan kesehatan berupa konsep keperawatan holistik yang meyakini
bahwa penyakit yang dialami oleh seseorang bukan hanya masalah mencakup fisik
tetapi juga mencakup kehidupan jasmani, mental, sosial dan spiritual yang saling
mempengaruhi (Manurung et al., 2023).

B. Nilai Utama Holistic Care

Pendekatan holistic care pada nyatanya merupakan pendekatan yang menyeluruh,


di mana semua pihak dilibatkan. Nilai utama perawatan holistic care sebagai berikut
(Melva Epy Mardiana Manurung et al., 2023):

1. Filosofi dan Pendidikan


Poin ini menekankan bahwa asuhan holistik yang diberikan harus berdasarkan pada
suatu kerangka filosofi dan pengetahuannya.
2. Holistik Etik, Teori Keperawatan dan Riset
Poin ini menjabarkan bahwa asuhan keperawatan yang profesional harus
didasarkan pada teori, prinsip etik sebagai petunjuk praktik yang kompeten dan
diinformasikan oleh peneliti.
3. Holistic Nurse Save Care
Menyatakan bahwa perawat harus terlibat dalam perawatan diri demi menjaga
kesehatan dan kesadaran pribadi sehingga perawat mampu melayani orang lain
(pasien) dengan baik hingga proses penyembuhan orang tersebut.
4. Holistic Communication, Therapeutic Environment and Cultural Competency
Poin ini menekankan bahwa perkembangan harus memanfaatkan pengkajian dan
asuhan terapeutik yang mengacu kepada pola, masalah dan kebutuhan pasien
dalam suatu lingkungan yang mendukung proses penyembuhan pasien.
5. Holistic Caring Process
Poin terakhir ini menjelaskan bahwa perkembangan dapat memberikan manfaat
dalam pengkajian dan asuhan terapeutik yang mengacu kepada pola, masalah dan
kebutuhan pasien dalam suatu lingkungan yang mendukung proses
penyembuhan pasien.
C. Penerapan Keperawatan Holistik dalam Proses Keperawatan
Praktik berbasis bukti atau yang dikenal dengan Evidence Based Practice
(EBP) merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan terbaik berdasarkan bukti-bukti yang terintegrasi dari hasil
penelitian. Keuntungan yang didapatkan oleh pasien ketika perawatan dilaksanakan
berbasis bukti, pasien akan mendapatkan perawatan dengan kualitas terbaik sehingga
mencapai hasil yang terbaik. Praktik berbasis bukti dapat meningkatkan rasa percaya
diri dalam mengambil keputusan klinis bagi perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan (Al-Maskari and Patterson, 2018).
Fokus utama pada keperawatan holistik adalah individu sebagai pengambil
keputusan terhadap segala hal yang terjadi pada dirinya. Pengambilan keputusan akan
lebih baik jika didasari dengan pengetahuan mengenai bukti- bukti yang terkait
dengan masalah yang dialami. Perawatan secara holistik bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, kultural
dan spiritual (Dewi and Puspawati, 2022).
Penerapan EBP dalam proses keperawatan Holistik menurut (Melva Epy Mardiana
Manurung et al., 2023) yaitu:
1. Tahap pengkajian
EBP yang dapat diterapkan pada tahap pengkajian keperawatan adalah segala bukti
yang terkait dengan cara terbaik untuk mengumpulkan informasi, tipe informasi
apa yang perlu diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh bagian data
pengkajian, dan bagaimana meningkatkan akurasi pengumpulan informasi. Hasil
penelitian juga dapat membantu perawat dalam memilih alternatif metode
pendekatan pada pasien, metode pengkajian atau bentuk pengkajian untuk tipe
pasien, situasi maupun pada tempat pelayanan tertentu.
2. Tahap perumusan diagnosis keperawatan
EBP dapat diterapkan dalam perumusan diagnosis keperawatan terkait dengan
temuan terbaru tentang batasan karakteristik yang menandai suatu masalah
keperawatan.
3. Tahap perencanaan
Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil penelitian yang
mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu yang efektif untuk diaplikasikan
pada suatu budaya tertentu, tipe dan masalah tertentu, dan pada pasien tertentu.
4. Tahap intervensi/implementasi
EBP pada area keperawatan holistik memberikan arah kepada perawat untuk
memilih alternatif tindakan keperawatan yang terbaik dalam mengatasi masalah
pasien. Perawat tidak hanya melaksanakan tindakan keperawatan yang bersifat
rutinitas saja namun dituntut untuk menguasai perkembangan informasi terkait
pilihan tindakan untuk mengatasi masalah. EBP akan memberikan semangat dan
kepercayaan diri perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan.
5. Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi yang dilakukan berdasarkan
perencanaan sudah berhasil dalam mengatasi masalah dan apakah efektif dari segi
biaya. Bukti ilmiah yang dapat digunakan pada tahap ini adalah hal yang terkait
keberhasilan maupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan keperawatan.

D. Macam-Macam Cabang Penyembuhan Holistic Care

Macam-Macam Cabang Penyembuhan Holistik dibagi menjadi tiga yaitu (Ulum, 2018):

1. Holistik Tradisional
Holistik tradisional suatu teknik penyembuhan yang memanfaatkan alam yang
biasa disebut sebagai pengobatan alternatif dengan prinsip holism sejak ribuan
tahun lalu. Holistik tradisional adalah akupuntur, akupresus, herbal, ayurveda,
uropathy, panic healing, apitherapy, dan lain-lain (Ulum, 2018).
2. Holistik Modern
Teknik modern adalah suatu teknik penyembuhan yang menggabungkan
penyembuhan tradisional dengan teknologi dan sains modern yang memanfaatkan
alam dengan prinsip holisme. Holistic modern berawal sekitar 200 tahun yang lalu
dengan adanya homeopathy. Bentuk holistik modern adalah homeopathy,
osteopathy, ananopathy, psikologi hipnotis, naturopathy modern, dan sebagainya
(Ulum, 2018).
3. Holistik Modrn Antophaty
Ananopathy adalah gabungan teknik pengobatan alternatif tradisional/kuno dengan
teknologi dan sains modern, dimana tujuannya adalah menyembuhkan, bukan
sekedar merawat. Pengobatan Ananopathy berfokus pada akar penyakit dan
merawat manusia secara keseluruhan, bukan pada apa yang tampak saja. Tehnik
yang digunakan adalah dengan menggunakan Hukum Alam, Hukum Sebab-Akibat,
perbaikan pola makan dan gaya hidup, serta penggunaan bahan-bahan alami, yang
diterapkan dengan basis alam dan sains modern (Ulum, 2018).
E. Definisi Akupresur Tui Na
Ikhsan (2019) mengemukakan bahwa akupresur adalah pengobatan dengan cara
menekan-nekan titik tertentu pada tubuh untuk memberi efek rangsang pada energi
vital guna mendapatkan kesembuhan dari suatu penyakit atau untuk meningkatkan
kualitas kesehatan. Akupresur Tui Na secara bahasa berarti Tui yaitu mendorong dan
Na yaitu mengambil atau menggenggam. Akupresur merupakan gerakan
mendorong, menekan, menggenggam, mengetuk, menekan dengan kuku, memilin,
menepuk, dan mengurut pada tubuh untuk merangsang sirkulasi darah, mengusir
pathogen dari luar (angin dan dingin) serta mengatur otot dan persendian (Widjaja,
2013). Balita dengan berat badan yang kurang dari 12 kg dapat melakukan pijat Tui
Na dengan tujuan memberikan manfaat melancarkan peredaran darah di limpa,
sistem pencernaan menjadi lebih lancar sehingga nafsu makan bertambah dan
penyerapan nutrisi atau gizi lebih optimal akibatnya dapat meningkatkan berat badan
pada balita (Sukanta, 2013).

F. Prosedur Pelaksanaan Akupresur Tui Na


Menurut (Gunawan, 2016) teknik akupresur Tui Na dengan melakukan penekanan
pada titik yang konstan sebagai berikut:

1. Tekuk sedikit ibu jari anak, dan gosok garis dipinggir ibu jari sisi telapaknya, dari
ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari antara 10-50 kali atau sebanyak yang
mampu dilakukan. Ini membantu memperkuat fungsi pencernaan dan limpa.
2. Pijat tekan melingkar bagian pangkal ibu jari yang paling tebal berdaging 10-30
kali atau sebanyak yang mampu dilakukan. Tindakan ini bertujuan untuk
menguraikan akumulasi makanan yang belum dicerna serta menstimulasi
lancarnya sistem cerna.
3. Gosok melingkar tengah telapak tangan 10-30 kali atau sebanyak yang mampu
dilakukan, dengan radius lingkaran kurang lebih 2/3 dari tengah telapak ke
pangkal jari kelingking. Stimulasi ini memperlancar sirkulasi daya hidup
4. Tusuk dengan ujung jari serta tekan melingkar titik yang berada di tengah lekuk
buku jari yang terdekat dengan telapak, untuk jari telunjuk, tengah manis, dan
kelingking. Tusuk dengan ujung jari 3-5 kali dan pijat tekan 30-50 kali per titik.
Ini memecah stagnasi di meridian dan menghilangkan akumulasi makanan.
5. Tekan melingkar dengan bagian tengah telapak tangan anda tepat di atas pusarnya,
searah jarum jam 10-30 kali. Ini Menstimulasi makanan agar lebih lancar.
6. Dengan kedua ibu jari, tekan dan pisahkan garis dibawah rusuk menuju perut
samping 10-30 kali. Ini memperkuat fungsi limpa dan lambung yang juga
memperbaiki pencernaan.
7. Tekan melingkar titik di bawah lutut bagian luar (titik st 36), sekitar 4 lebar
jari anak dibawah tempurung lututnya, 5-10 kali. Ini akan mengharmoniskan
lambung, usus, dan pencernaan.
8. Pijat secara umum punggung anak. Lalu tekan dengan ringan tulang punggungnya
dari atas ke bawah 3 kali. Lalu cubit kulit di kiri-kanan tulang ekor dan merambat
keatas hingga lebar, 3-5 kali. Di bagian punggung terdapat dua titik yang dapat
menpengaruhi sistem pencernaan yaitu BL 20 (titik Limpa) dan (titik Lambung).
Ini memperkuat daya tahan tubuh anak, mendukung aliran chi (daya hidup) sehat
dan memperbaiki nafsu makan anak.
9. Lakukan cara ini 1 kali sehari selama 6 hari. Umumnya satu seri cukup, bila perlu
ditambah maka berikan jeda 1-2 hari sebelum seri baru. Jangan paksa anak untuk
makan di saat ia tidak mau. Hal ini hanya akan memicu trauma psikologis anak
terhadap makanan dan jangan biasakan anak untuk makan sambil membaca atau
bermain.
G. Definisi Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Gilang, 2013). Pada masa ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat disertai
dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi dengan jumlah banyak dan
berkualitas tinggi. Balita juga termasuk ke dalam kelompok yang rawan terkena gizi
buruk serta mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang
dibutuhkan (Febrianti, 2020).

H. Definisi Kesulitan Makan

Kesulitan makan ialah suatu keadaan dimana anak tidak mau atau menolak
untuk makan, atau bahkan mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi makanan
dengan jenis dan jumlah yang sesuai usia secara fisiologis (Asih & Mugiati, 2018).
Kesulitan makan pada anak yang sering dialami di rentang usia 1-5 tahun disebut
juga usia food jag, yaitu anak hanya makan pada makanan yang disukai atau bahkan
sulit makan, seringkali hal ini dianggap wajar namun keadaan sulit makan yang
berkepanjangan akan menimbulkan malnutrisi, dehidrasi, berat badan kurang,
ketidakseimbangan elektrolit, gangguan perkembangan kognitif, dan pada keadaan
yang lebih parah dapat menjadi kondisi yang mengancam hidup anak tersebut (Gilang,
2013).
BAB III

Hasil Penelitian Penerapan Holistic Nursing Care Pada Pijat Tui Na untuk
Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita

A. Penerapan Pijat Tui Na Untuk Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita (Affanin
et al., 2023).
1. Alasan Penelitian

Alasan peneliti melakukan studi kasus ini yaitu sebagai descriptive study dalam
mengaplikasikan evidencebased nursing practice dengan pendekatan proses
keperawatan penelitian penerapan pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan
pada balita.

2. Karakteristik Responden
a) Jumlah responden: 3 orang balita.
b) Usia responden: rentang 1-5 tahun.
c) Kriteria responden: balita mengalami kesulitan makan, balita yang tidak sakit
dan tidak dirawat, dan balita yang orang tuanya bersedia menjadi responden
3. Bagaimana Pelaksanaan Holistic Care pijat Tui Na pada balita kesulitan makan

Peneliti mendapatkan bahwa studi kasus suka memuntahkan makanan yang sudah
masuk ke mulut, suka menolak suapan, mengemut makanan, suka memainkan dan
mengacak makanan, menghabiskan porsi makanan dengan lambat, tidak menyukai
banyak variasi makanan, tidak menghabiskan porsi makan, cepat bosan dengan
makanan. Peneliti merumuskan diagnosis studi kasus yaitu Resiko Defisit Nutrisi.
Peneliti memfokuskan untuk mengontrol kesulitan makan dengan memberikan
tindakan non farmakologi yaitu pijat Tui Na untuk mengatasi kesulitan makan pada
balita. Peneliti memberikan penerapan tindakan pijat Tui Na untuk mengatasi
kesulitan makan pada balita. Hari pertama peneliti melakukan identifikasi perilaku
kesulitan makan, menimbang berat badan, mengkaji pola makan, memberikan
informasi tujuan dan prosedur penerapan pijat Tui Na. Peneliti melakukan tindakan
pijat Tui Na selama 6 hari secara rutin kepada balita yang mengalami kesulitan
makan.

4. Hasil yang diperoleh peneliti saat menerapkan Holistic Care pijat Tui Na pada
balita kesulitan makan

Hasil yang diperoleh peneliti yaitu:

a) Hari pertama studi kasus 1 menangis dan menolak untuk dipijat karena takut
sakit, lalu pada hari berikutnya studi kasus 1 sudah mau dipijat karena dibujuk.
b) Hari pertama studi kasus 2 juga menolak untuk dipijat, lalu pada hari
berikutnya studi kasus 2 sudah mau dipijat karena melihat balita lain yang mau
dipijat.
c) Hari pertama studi kasus 3 mau dan bersemangat untuk di pijat Tui Na.

Hasil yang diperoleh setelah 6 hari, ibu responden mengatakan anak mengalami
peningkatan nafsu makan, frekuensi makan anak meningkat yang sebelumnya
hanya makan 1 kali sekarang anak makan 3 kali dan 2 kali makan selingan. Anak
juga mengalami penurunan kesulitan makan, anak sudah tidak memuntahkan
makanan lagi, perilaku pilih-pilih makanan pada anak berkurang, anak tidak lagi
menumpahkan makannya, anak sudah tidak lagi mengemut makanannya dalam
mulut dengan waktu yang lama. Setelah dilakukan tindakan pijat Tui Na suara
bising usus anak menurun. Hasil ini membuktikan bahwa penerapan pijat Tui Na
efektif dalam mengatasi nafsu makan pada anak.

B. Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita Di Rw


02 Kelurahan Wonokromo Surabaya (Munjidah, 2018).
1. Alasan Penelitian

Alasan penelitian ini yaitu untuk meneliti efektifitas pijat Tui Na dalam mengatasi
kesulitan makan anak dengan menggunakan desain analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional pada balita RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya.
2. Karakteristik Responden
a) Jumlah responden: 23 orang balita.
b) Usia responden: rentang 7-59 bulan
c) Kriteria responden: Balita di wilayah RW 02 Kelurahan Wonokromo yang
mengalami kesulitan makan.

3. Bagaimana Pelaksanaan Holistic Care pijat Tui Na pada balita kesulitan makan

Peneliti meberikan ketentuan tindakan pijat Tui Na yaitu dilakukan secara rutin
oleh orang tua dengan memberikan 1 kali protokol pijat yaitu 1 kali per hari yang
terdiri dari 8 gerakan. Untuk variabel kesulitan makan pada anak, peneliti
melakukan pengumpulan data secara langsung, yaitu peneliti menyebarkan
kuisioner berupa 8 indikator kesulitan makan pada balita yang diisi oleh orang tua
balita.

4. Hasil yang diperoleh peneliti saat menerapkan Holistic Care pijat Tui Na pada
balita kesulitan makan

Hasil yang didapatkan peneliti yaitu sebagian besar responden (65,2%) tidak
melakukan pijat Tui Na secara rutin. Dari dua puluh tiga responden hanya 8 orang
yang melakukan pijat secara rutin pada anak. Sebagian besar responden yaitu
sebanyak 74% responden masih mengalami kesulitan makan. Responden yang
tidak mengalami kesulitan makan setelah melakukan pijat Tui Na secara rutin
yaitu sebanyak 6 responden (26 %). Peneliti menggunakan uji axact fisher untuk
mengetahui efektifitas pijat Tui Na, dan didapatkan hasil bahwa pijat Tui Na
efektif dalam mengatasi kesulitan makan pada balita.

C. The Effect of Tui Na Acupressure on Appetite in Children (Toddlers) Aged 1-3


Years at the Wulandari Purba Clinic, Batang Quiz in 2022 (Rangkuti, 2022)
1. Alasan Penelitian

Penelitian dilakukan untuk melakukan pengukuran frekuensi makan sebelum dan


sesudah pijat Tui Na pada balita. Pijat Tui Na untuk balita dilakukan sekali sehari
selama 6 hari berturut-turut. Nafsu makan balita diukur berdasarkan frekuensi
makan pada hari sebelum diberikan pijat Tui Na dan pada hari ke 7 setelah
diberikan pijat Tui Na.
2. Karakteristik Responden Penelitian
a) Jumlah balita: 25 orang balita.
b) Usia balita: rentang 1-3 Tahun
c) Kriteria responden: Ibu yang memiliki balita usia 1-3 tahun yang ingin
memeriksakan kesehatan anaknya di Klinik Wulandari Purba, Batang.
d) Usia responden (ibu): > 25 tahun
3. Bagaimana Pelaksanaan Penelitian The Effect of Tui Na Acupressure on Appetite
in Children (Toddlers) Aged 1-3 Years at the Wulandari Purba Clinic, Batang
Quiz in 2022

Pijat Tui Na untuk balita dilakukan sekali sehari selama 6 hari berturut-turut.
Nafsu makan balita diukur berdasarkan frekuensi makan pada hari sebelum
diberikan pijat Tui Na dan pada hari ke 7 setelah diberikan pijat Tui Na.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur frekuensi makan balita adalah
dengan menggunakan kuesioner.

4. Hasil yang diperoleh dari penelitian The Effect of Tui Na Acupressure on


Appetite in Children (Toddlers) Aged 1-3 Years at the Wulandari Purba Clinic,
Batang Quiz in 2022

Hasil penelitian diperoleh bahwa pasca dilakukan akupresur untuk meningkatkan


nafsu makan pada anak usia 1-3 tahun di Klinik Wulandari Purba tahun 2022,
dari 25 responden (100%), yaitu mayoritas memiliki nafsu makan yang baik,
sebanyak 18 (72%) responden. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh Tui Na akupresur terhadap peningkatan nafsu makan pada anak usia 1-3
tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Affanin, A., Sulistyawati, E., & Mariyam, M. (2023). Penerapan Pijat Tui Na Untuk Mengatasi
Kesulitan Makan Pada Balita. Holistic Nursing Care Approach, 3(1), 22.
https://doi.org/10.26714/hnca.v3i1.11142
Asih, Y., & Mugiati, M. (2018). Pijat Tuna Efektif dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak
Balita. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 14(1), 98.
https://doi.org/10.26630/jkep.v14i1.1015
Febrianti, Y. (2020). Gambaran Status Ekonomi Keluarga terhadap Status Gizi Balita (BB/U) di
Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Skripsi, 2(1), 5–7.
Gilang, P. (2013). Balita yang kesulitan makan dirungan anyer RS Harapan Jaya. 4–18.
Lestari, L. R. (2018). FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN.
https://repo.stikmuhptk.ac.id/jspui/bitstream/123456789/125/1/Buku%20Falsafah%20dan
%20Teori%20Keperawatan.pdf
Manurug, M. E. M., Siregar, H. K., Umara, A. F., & Irawati, P. (2023). KEPERAWATAN
HOLISTIK. file:///C:/Users/auaoe/Downloads/FullBookKeperawatanHolistik%20(1).pdf
Melva Epy Mardiana Manurung, Siregar, H. K., Sinaga, R. R., & Dewi, S. U. (2023). Buku
Keperawatan Holistik (R. Watrianthos, Ed.; Issue January). Yayasan Kita Menulis.
Mundakir, & Barbara, L. (2018). Pendekatan Model Asuhan Keperawatan Holistik Sebagai
Upaya Peningkatan Kepuasan Dan Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit. 1–53.
http://repository.um-surabaya.ac.id/5858/1/MUNDAKIR_(57)_pdf.pdf
Munjidah, A. (2018). Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita Di
Rw 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Journal of Health Sciences, 8(2), 193–199.
https://doi.org/10.33086/jhs.v8i2.204
Rangkuti, S. (2022). The Effect of Tui Na Acupressure on Appetite in Children (Toddlers) Aged
1-3 Years at the Wulandari Purba Clinic, Batang Quiz in 2022. Science Midwifery, 10(5),
3603–3611. https://doi.org/10.35335/midwifery.v10i5.902
Ryan, Cooper, & Tauer. (2013). Pemenuhan Asupan Makan Balita. Paper Knowledge . Toward a
Media History of Documents, 12–26.
Ulum, T. H. M. (2018). Pengaruh Motivasi Belajar Dan Lingkungan Kampus Terhadap Prestasi
Belajar Pendidikan Kesehatan Holistik Mahasiswa Keperawatan Stikes. 93.
Vita, L., Relina, D., STIKES Suaka Insan Banjarmasin, M., & STIKES Suaka Insan Banjarmasin,
D. (2018). HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN PERILAKU SULIT
MAKAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN). Perilaku Sulit Makan Pada
Balita.
 

Anda mungkin juga menyukai