Oleh:
Desi Friska Dela Zalukhu (01503210265)
Dhea Anggilia Fransiska S (01503210141)
Elvin Fanny Sari Zebua (01503210125)
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat dilakukannya Evidance Based Clinical Practice (EBCP).
Menurut Padila (2013), lanjut usia tidak hanya ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi
dapat juga berpengaruh terhadap kondisi mental dan psikis. Kemunduran fisik pada lansia
meliputi perubahan pada semua sistem tubuh, sedangkan kemunduran psikis pada lansia
meliputi perasaan rendah diri, dimensia, merasa tidak berguna, kesepian dan depresi
(Mubarak, Chayatin & Santoso, 2019). Kesehatan mental juga merupakan aspek yang
penting dari kesehatan lansia. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dapat
menimbulkan berbagai macam keluhan, salah satunya adalah gangguan pola tidur
(insomnia). Dengan bertambahnya usia, kualitas tidur pada lansia cenderung berubah.
Insomnia merupakan gejala awal dalam masalah tidur yang berkaitan dengan masalah fisik,
mental serta emosional. Menurut Padila (2013) insomnia merupakan suatu keadaan
dimana seseorang mengalami susah tidur pada malam hari dan sering terbangun lebih
awal dan tidak dapat tidur dengan nyenyak. Istirahat dan tidur merupakan hal yang sangat
penting karena dapat memulihkan fungsi tubuh secara maksimal, baik secara fisiologis
maupun psikologis. Secara fisiologis, tidur akan mengistirahatkan organ tubuh,
menyimpan energi, menjaga irama biologis, serta memperbaiki kesadaran mental serta
efisiensi neurologis. Sedangkan secara psikologis, tidur dapat mengurangi ketegangan
serta meningkatkan perasaan sejahtera. Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh perubahan
terkait dengan usia, konsumsi banyak obat, gangguan mental, dan lain-lain. Dibandingkan
orang yang lebih muda, orang tua menunjukkan perubahan tidur terkait dengan usia.
Lansia yang waktu tidurnya berkurang menjadi sering lupa, disorientasi atau konvulsi,
orang yang mengalami kerusakan kognitif menunjukkan peningkatan kegelisahan.
Dibutuhkan peran perawat dalam menangani kasus ini. Salah satu upaya untuk mengatasi
insomnia adalah dengan terapi healing touch. Terapi healing touch merupakan intervensi
keperawatan non farmakologis yang dapat membantu lansia untuk rileks dan memiliki
perasaan yang baik dalam pikirannya (Dwiastuti, 2016).
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengimplementasikan EBCP (Evidence Based Clinical Practice) pada pasien lansia
diruangan rawat inap lantai 3 Rumah Sakit Siloam Sentosa Bekasi.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui pengaruh terapi healing touch terhadap penurunan ganguan tidur pada
lansia diruangan rawat inap lantai 3 Rumah Sakit Siloam Sentosa Bekasi.
1.4 Manfaat dari EBCP
Evidence Based Practice ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Perawat
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan intervensi tentang
penanganan insomnia pada pasien lanjut usia.
2. Penulis
Hasil laporan ini diharapkan menjadi referensi dalam pembelajaran untuk penanganan
insomnia pada pasien lanjut usia
3. Institusi pendidikan
Menjadi bahan kajian pengembangan penelitian dan menambah wawasan dan sarana
penerapan teori perkuliahan
BAB II
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode, strategi pengumpulan data dan
pelaksanaan Evidance Based Clinical Practice (EBCP) analisa berdasarkan artikel serta
etika dalam penelitian.
2.3 Etika
Etika dalam penelitian yang dilakukan oleh Setyawan dan Zaidah (2017) yaitu
dengan memperhatikan persetujuan dari responden, keamanan responden dan bertindak
adil pada setiap responden. Sedangkan etika EBCP yang digunakan menurut F.
Harliansyah (2017) adalah plagiarism, diambil dalam “Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No.17 tahun 2010 dalam pasal 1 ayat 1”, menjelaskan bahwa plagiat adalah
perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh
kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip seluruh atau sebagian karya
dan/atau karya orang lain tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.
2.4 Pelaksanaan EBCP dan Artikel Penelitian
Bab ini akan membahas mengenai hasil dan analisa berdasarkan artikel atau literature
3.1 Hasil
Penelitian Dwiastuti & Yulisetianingrum (2016) dengan judul “Pengaruh Terapi Healing
Touch Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Desa Tulakan Donorojo
Jepara” dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan menggunakan desain penelitian
Pretes-Posttest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 62 orang
dengan sampel 38 responden dalam rentang usia >50 tahun sebanyak 26 orang dan <50 tahun
sebanyak 12 orang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross-
sectional, dimana data dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu bersamaan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Pemberian intervensi
healing touch therapy ini dilaksanakan dalam satu kali pertemuan saja dan kemudian
dilakukan observasi sekaligus pada waktu yang bersamaan. Kesimpulan dalam penelitian ini
yaitu ada pengaruh signifikan antara pengaruh terapi sentuh terhadap tekanan darah (sistolik
dan diastolik) pasien hipertensi di Desa Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara.
Penelitian Fei-Fei Cai & Hong Zhang (2015) dengan judul “Effect of therapeutic touch
on agitated behavior in elderly patients with dementia: A review” dengan desain penelitian
studi kepustakaan atau literatur review. Data yang digunakan dalam penelitian berasal dari
hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan dan diterbitkan. Proses pengumpulan data
dilakukan dengan penyaringan berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh penulis dari setiap
jurnal yang diambil. Therapeutic touch dalam penelitian ini dilakukan dua kali sehari selama
tiga hari pada waktu yang sama setiap hari (antara pukul 10:00 dan 11:30 siang dan 15:00 dan
16:30). Intervensi berlangsung selama 5 sampai 7 menit dan selama penelitian, perilaku
diamati dan dicatat setiap 20 menit selama 10 jam per hari dari jam 08:00 pagi sampai 18:00
sore. Kesimpulan yang diperoleh adalah terapi touch memiliki dampak positif seperti
menunrunkan kecemasan pada pasien demensia, terlebih ini merupakan intervensi non-
invasif dan non-farmakologis yang mudah dipelajari, mudah dilaksanakan dan mudah
dipahami oleh perawat dan anggota keluarga pasien dan oleh karena itu dapat secara luas
digunakan dalam praktek klinis.
Penelitian Sheila Decker, at all (2015) dengan judul “Using a Healing Touch
Intervention in Older Adults With Persistent Pain” menggunakan desain penelitian kuasi
eksperimental dengan jenis penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 12
orang lansia yang mengalami nyeri, berusia 60 tahun ke atas, mampu berbahasa Inggris dan
mampu mengisi data diri. Intervensi dalam penelitian dilakukan 3 kali seminggu selama dua
minggu selama 30 menit. Sebelum memulai terapi healing touch, terapis menanyakan
terlebih dahulu tentang pemberian obat analgesic. Selama pemberian intervensi, terapis
mengumpulkan umpan balik dari partisipan tentang fisik, emosional, mental, masalah
spiritual dan evaluasi terhadap terapi yang diberikan. Kesimpulan yang didapat adalah adanya
penurunan rasa sakit/nyeri, healing touch merupakan intervensi yang cocok untuk lansia
dengan keluhan nyeri dan secara keseluruhan temuan ini menyoroti sifat kompleks rasa sakit
pada lansia.
Penelitian Maksum (2019) dengan judul penelitian “Effects of Therapeutic Touch to
Reduce Anxiety As a Complementary Therapy: A Systematic Review” menggunakan desain
penelitian literatur review. Tinjauan Sistematis dalam penelitian ini menggunakan database
elektronik (EBSCO, PubMed/ Medline, Elsevier, Science Direct, Google Scholar and
Cochrane Library, Web of knowledge) dari 2001 hingga 2018 dengan kata kunci:
'Therapeutic Touch' OR 'Anxiety', 'Healing Therapy' OR 'Terapi Pelengkap' OR 'Terapi Non-
Farmakologi' dan 'Keperawatan Terapi'. Artikel dievaluasi berdasarkan daftar periksa standar
yang disajikan oleh database Cochran, artikel juga disajikan berdasarkan format PRISMA.
Penelitian ini menjelaskan intervensi diberikan berkisar antara 10-40 menit namun rata-rata
waktu biasanya 10-15 menit. Sentuhan terapeutik dengan gerakan lembut ini berpusat pada
tubuh, pikiran dan emosi yang bergabung bersama untuk membentuk medan energi yang
kompleks. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penggunaan Therapeutic Touch sebagai
intervensi non-invasif dan terapi komplementer dapat meningkatkan status kesehatan pasien
yang mengalami kecemasan dalam berbagai penyakit seperti kanker, penyakit jantung, stroke,
hipertensi, kecemasan dan depresi.
Suhendro, at all (2020), pada penelitian yang berjudul “Quantum Touch Therapy to
Treat Insomnia Patients Undergoing Homedialysis” menggunakan metode true experiment
dengan desain pre dan post test pada kelompok perlakuan dan kelompok control.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling dan
mendapatkan kesimpulan bahwa terapi ini bisa menurunkan insomnia dari tingkat insomnia
berat ke tingkat insomnia sedang dan ringan. Meskipun penurunan insomnia tidak merata ke
kategori insomnia ringan, namun penurunan insomnia menujukkan hasil yang signifikan.
Agar TSQ bisa menghasilkan efek yang optimal keluhan fisik yang sangat menganggu juga
harus diberikan terapi, seperti adanya gatal-gatal seluruh tubuh (pruritus uremik), anoreksia,
gastritis, anemia dan nyeri sendi.
3.2 Analisa
Dari artikel yang telah dibahas maka didapatkan hasil tentang penerapan terapi healing
touch pada pasien lanjut usia dengan gangguan pola tidur. Hasil yang didapatkan adalah
terapi healing touch dapat menurunkan dan membantu pasien dalam masalah kecemasan
ataupun nyeri yang dirasakan yang mengakibatkan terganggunya pola tidur pada pasien
lansia, terapi ini efektif dilakukan kepada pasien lansia tanpa menimbulkan efek samping.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan atau tindakan yang dilakukan oleh
kelompok kepada pasien dan pemaparan hasil yang didapatkan dari tindakan tersebut.
Kelompok mulai melakukan terapi dengan memberikan sedikit tekanan pada area
kening pasien, lalu area bahu tangan pasien, pungggung dan yang terakhir adalah kaki.
Tekanan dilakukan dengan cara alternatif two hand atau menggunakan dua ibu jari
dan telunjuk dengan mendorong (rolling) dan effluarage atau teknik pegang-tekan-
dorong-lepas (Setiawan, 2016). Tindakan dilakukan selama 10-15 menit setiap
pertemuan. Di hari selanjutnya kelompok melakukan evaluasi menggunakan kuesioner
insomnia rating scale kepada kedua pasien sebelum memberikan terapi healing touch
untuk hari kedua. Hal ini terus berlangsung hingga hari perawatan ketiga. Tahap
terakhir yaitu kelompok mengolah data setelah melakukan evaluasi lengkap untuk tiga
hari tindakan terapi healing touch kepada kedua pasien.
Keterangan:
11-19 : Tidak ada keluhan insomnia
20-27 : Insomnia ringan
28-36 : Insomnia berat
37-44 : Insomnia sangat berat
Kesimpulan tabel:
V : Ny. K dengan total skor 28 yang menandakan insomnia berat
V : Tn. S dengan total skor 29 yang menandakan insomnia berat
Kuesioner KSPBJ insomnia rating scale harian setelah tindakan terapi healing touch hari
pertama (25/04/2022)
Kuesioner KSPBJ insomnia rating scale harian setelah tindakan terapi healing touch hari
kedua (26/04/2022)
Kuesioner KSPBJ insomnia rating scale harian setelah tindakan terapi healing touch hari
ketiga (27/04/2022)
Berdasarkan rincian tabel diatas menunjukkan bahwa setelah dilakukan pengkajian pada
tanggal 25 April 2022 menggunakan kuesioner insomnia rating scale didapatkan dua lansia
memiliki insomnia berat. Ny. K memiliki insomnia dengan skor 28 dan Tn. S memiliki
insomnia dengan skor 29 sebelum dilakukan terapi healing touch. Setelah dilakukan
tindakan terapi healing touch pada hari pertama tanggal 25 April 2022 dan dilakukan
evaluasi setiap harinya hingga tanggal 27 April 2022, diperoleh hasil pasien mengalami
proses tidur yang lebih baik dari hari sebelumnya yang dibuktikan denganhasil pengkajian
terakhir menggunakan kuesioner insomnia rating scale didapatkan kedua lansia tidak lagi
memiliki keluhan insomnia berat. Ny. K memiliki skor 21 dan Tn. S memiliki skor 20. Hal
ini menunjukkan bahwa tindakan non farmakologi pemberian terapi healing touch pada
lansia dapat menurunkan keluhan gangguan tidur atau insomnia.
BAB V
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai ringkasan laporan dan rekomendasi kelompok
untuk evidence based clinical practice selanjutnya.
5.1 KESIMPULAN
Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering dialami
pada usia tua. Gangguan tidur menyebabkan ketegangan pada otak dan otot sehingga dengan
mengaktifkan saraf parasimpatis melalui teknik relaksasi maka secara otomatis ketegangan
berkurang sehingga seseorang akan mudah untuk masuk kedalam kondisi rileks. Gangguan
tidur selain menggunakan farmakologi dapat juga diatasi dengan teknik non farmakologi,
yaitu salah satunya adalah terapi healing touch. Pemberian intervensi terapi healing touch ini
dapat mengatasi masalah pola tidur pada lansia melalui sentuhan dan tekanan, yang
merupakan ekspresi kepedulian secara sederhana dan pengalaman terapeutik yang kuat.
mengaktivasi sifat tubuh dalam penyembuhan diri. Manfaat dari penggunaan teknik ini yaitu
agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai dan merasa berada
Berdasarkan hasil implementasi yang telah dilakukan pada lansia di IPD lantai 3 Rumah
Sakit Siloam Sentosa Bekasi, yaitu sebelum diberikan terapi healing touch pasien lansia
mengalami insomnia berat, akan tetapi setelah diberikan terapi healing touch pasien lansia
mengalami penurunan dari insomnia berat menjadi ringan, maka dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh terapi healing touch terhadap peningkatan kualitas tidur pada pasien lansia.
5.2 REKOMENDASI
Kelompok berharap untuk evidence based clinical practice selanjutnya lebih banyak lagi
mencari referensi, artikel ataupun jurnal terpercaya mengenai penerapan terapi healing touch
pada pasien lansia untuk mengatasi masalah tidur. Evidence based clinical practice (EBCP)
ini juga kelompok rekomendasikan untuk dapat dilakukan karena beberapa penelitian
mendapatkan hasil bahwa terapi healing touch cukup berpengaruh dan efektif untuk
Anonymous. (2013). Panduan Penulisan Tugas Akhir Proposal & Skripsi. PSIK FK
Older Adults With Persistent Pain. Journal of Holistic Nursing, 30(3), 205–213.
Diastuti. (2016). Pengaruh Terapi Healing Touch terhadap Perubahan TD Pasien
Evidence-Based Practice pada Mahasiswa Profesi Ners UMKT Tahun 2019. Borneo
Student Research (BSR), 2(1), 71-77.
Iwan. (2009). Skala Insomnia (KSPBJ Insomnia Rating Scale). Diakses pada 28 April 2022
http://sleepnet.com
Maksum, Sujianto, U., & Johan, A. (2019). Effects of Therapeutic Touch to Reduce Anxiety
As a Complementary Therapy: A Systematic Review. KnE Life Sciences, 2019, 162-
175. https://doi.org/10.18502/kls.v4i13.5237
Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Santoso, B. A. (2019). Ilmu Keperawaan Komunitas
https://wellysetiawanblog.wordpress.com/2016/03/10/teknik-teknik-
massagefisioterapi/
Suhendro, Anton et al. (2020). Quantum Touch Therapy to Treat Insomnia Patients
Undergoing Homedialysis. The Shine Cahaya Dunia Ners, (5)20. DOI:
https://doi.org/10.35720/tscners.v5i2.251
Sumber:
Diastuti. (2016). Pengaruh Terapi
TERAPI
Healing Touch terhadap Perubahan TD
Pasien Hipertensi, 7(2), 01-79.
Youtube:
https://youtu.be/xbMyv3p5A2A
HEALING
TOUCH
Manfaat Healing Touch:
Meningkatkan relaksasi
Mengubah persepsi
nyeri
Healing touch adalah Menurunkan
terapi yang berguna kecemasan
untuk memperbaiki Mempercepat
ketidakseimbangan penyembuhan
energi yang dirasakan Meningkatkan
oleh klien, terapi ini kenyamanan
dilakukan dengan
meletakkan dan
menekan dengan pelan
tangan diatas kening
klien dan juga diatas
tubuh klien yang terasa
sakit.