Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808-6171

Volume 2, Nomor 1, Januari 2022

Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur


Lansia Di Desa Fajar Kecamatan Sorkam Kabupaten
Tapanuli Tengah Tahun 2021
Vivi Florensia1, Anggriani2, Liza Agustin3
1S1 Fisioterapi, Stikes Siti Hajar, Medan, Indonesia
2Fisioterapi, Stikes Siti Hajar, Medan, Indonesia
3Fisioterapi, Stikes Siti Hajar, Medan, Indonesia

Email: 1*vivi19stikessitihajar@gmail.com

Abstrak−Lanjut usia (lansia) merupakan periode akhir pada kehidupan manusia ditandai dengan perubahan psikologis-sosial
dan perubahan fisik sehingga terjadi penurunan kelemahan, meningkatnya rentan terhadap penyakit, serta perubahan fisiologi
yaitu dengan adanya gangguan terhadap kualitas tidur lanjut usia. buruknya kualitas tidur lansia disebabkan oleh meningkatnya
latensi tidur, berkurang nya efisiensi tidur dan terbangun lebih awal karena proses penuaan. Penanganan gangguan tidur dapat
menggunakan terapi komplementer, salah satunya terapi relaksasi otot progresif. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi apakah terdapat pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 19-26 agustus 2021, penelitin ini menggunakan rancangan penelitian one group pre-post test design
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Desa
Fajar Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah yang berjumlah 30 orang yang berumur 60-74 tahun, berjenis kelamin
perempuan, lansia yang tidak lagi aktif bekerja, dapat melihat dan mendengar dan memiliki kualitas tidur yang
ringan/sedang/buruk. Penelitian ini menggunakan SOP terapi relaksasi otot progresif dan kuesioner pittsburgh sleep quality
index (PSQI). DenganMenggunakan Metode uji Wilcoson Sign Rank Test diperoleh nilai p value 0,000(p<0,05). Berdasarkan
hasil penelitiian Maka terdapat pengaruh terapi relaksasi otot progresif pada lansia di Desa Fajar Kecamatan Sorkam Kabupaten
Tapanuli Tengah dengan nilai pre-post, dengan p<0,05 (0,000). Dengan demikian, dapat diharapkan penderita gangguan
kualitas tidur seharusnya menerapkan terapi relaksasi otot progresif untuk menurunkan kualitas tidur khususnya di Desa Fajar
Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kata Kunci: Relaksasi otot progresif, Kualitas tidur, Lansia

Abstract− Elderly age (elderly) is the final period in human life marked by psychological-social changes and physical changes
resulting in decreased weakness, increased susceptibility to disease, and physiological changes, namely with disturbances to
the sleep quality of the elderly. Poor sleep quality in the elderly is caused by increased sleep latency, reduced sleep efficiency,
and early awakening due to the aging process. Treatment of sleep disorders can use complementary therapies, one of which is
progressive muscle relaxation therapy. The purpose of this study was to identify whether there is an effect of progressive muscle
relaxation therapy on sleep quality in the elderly. This research was conducted on 19-26 August 2021, this study used a research
one group pre-post test design with a sampling technique using purposive sampling. The population in this study were the
elderly in Fajar Village, Sorkam District, Central Tapanuli Regency, totaling 30 people aged 60-74 years, female, elderly who
are no longer actively working, can see and hear and have light/moderate/poor sleep quality. . This study used the SOP for
progressive muscle relaxation therapy and the Pittsburgh sleep quality index (PSQI) questionnaire. By using the method
Wilcoson Sign Rank Test, the p-value is 0.000 (p<0.05). Based on the results of the study, there was an effect of progressive
muscle relaxation therapy in the elderly in Fajar Village, Sorkam District, Central Tapanuli Regency with a pre-post value,
with p<0.05 (0.000). Thus, it can be expected that people with sleep quality disorders should apply progressive muscle
relaxation therapy to reduce sleep quality, especially in Fajar Village, Sorkam District, Central Tapanuli Regency.
.
Keywords: Progressive muscle relaxation, sleep quality, the elderly

1. PENDAHULUAN
Populasi lansia meningkat sangat cepat. Tahun 2020, jumlah lansia diprediksi sudah menyamai jumlah
balita. Sebelas persen dari 6,9 milyar penduduk dunia adalah lansia (WHO, 2013). Populasi penduduk Indonesia
merupakan populasi terbanyak keempat sesudah China, India dan Amerika Serikat. Menurut data World Health
Statistic 2013, penduduk China berjumlah 1,35 milyar, India 1,24 milyar, Amerika Serikat 313 juta dan
Indonesia berada di urutan keempat dengan 242 juta penduduk (WHO, 2013). Menurut proyeksi Badan Pusat
Statistik (2013) pada 2018 proporsi penduduk usia 60 tahun ke atas sebesar 24.754.500 jiwa (9,34%) dari total
populasi.
Menurut Badan Pusat Statistik (2019) proporsi lansia di Sumatera Utara telah mencapai 7,58 persen dari
keseluruhan penduduk pada tahun 2018. Kondisi ini menunjukkan bahwa selama setahun terakhir ini di Sumatera
Utara proporsi lansia bertambah secara nyata yaitu meningkat dari 7,25 persen pada tahun 2017 menjadi 7,58
persen pada tahun 2018 atau meningkat 0,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Sumatera Utara termasuk daerah
dengan struktur penduduk menuju tua (ageing population). Sedangkan proyeksi Badan Pusat Statistik (2014)
proporsi lansia umur 60 tahun keatas di tapanuli tengah mencapai 20.661 jiwa. Lanjut usia (lansia) merupakan

7
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808-6171
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
periode akhir pada kehidupan manusia ditandai dengan perubahan psikologis-sosial dan perubahan fisik sehingga
terjadi penurunan kelemahan, meningkatnya rentan terhadap penyakit, serta perubahan fisiologi (Putri, 2011).
Masalah tidur yang sering dialami oleh lansia adalah sering terjaga pada malam hari, sering kali terbangun
pada dini hari, sulit untuk tertidur, dan rasa lelah yang amat sangat pada siang hari (Dewi, 2012). gangguan tidur
atau insomnia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh lansia. kondisi ini membutuhkan
perhatian yang serius. buruknya kualitas tidur lansia disebabkan oleh meningkatnya latensi tidur, berkurang nya
efisiensi tidur dan terbangun lebih awal karena proses penuaan. proses penuaan tersebut menyebabkan penurunan
fungsi neurotransmitter yang ditandai dengan menurunnya distribusi norepinefrin. hal itu menyebabkan perubahan
irama sirkardian, dimana terjadi perubahan tidur lansia pada fase NREM 3 dan 4. sehingga lansia hampir tidak
memiliki fase 4 atau tidur dalam (Stanley, 2009 dalam Khasanah dan Hidayati, 2012).
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik untuk mengurangi ketegangan otot. Kemudian
merileksasikannya kembali yang dimulai dengan otot wajah dan berakhir pada otot kaki. Tindakan ini biasanya
memerlukan waktu 15 - 30 menit dan dapat disertai dengan instruksi yang direkam yang mengarahkan individu
untuk memperhatikan urutan otot yang direlakskan. Kurangnya aktivitas otot tersebut menyebabkan otot menjadi
kaku. Otot yang kaku akan menyebabkan tubuh tidak rileks sehingga memungkinkan lansia mengalami ganguan
tidur (Prasetya, 2016) Desa fajar terbagi menjadi 2 dusun, Dusun I jumlah lansia adalah 26 orang dan dusun II
jumlah lansia adalah 57 orang.Berdasarkan batasan usia lanjut menurut WHO, di desa fajar terdapat usia
pertengahan (middle age) disebut juga sebagai pra lansia umur 45-59 tahun adalah 158 0rang, usia lanjut (elderly)
umur 60-74 tahun adalah 80 orang,usia tua (old) umur 75-90 tahun adalah 3 orang dan usia sangat tua (very old)
umur >90 adalah tidak ada.( Kepala Desa, 2021)
RELAKSASI OTOT POGRESIF
Relaksasi dapat di artikan sebagai teknik yang dilakukan untuk mengatasi stress dimana akan terjadi
peningkatan aliran darah sehingga perasaan cemas dan khawatirakan berkurang (Abbasi et al,. 2018). Macam –
Macam Teknik Relaksasi yaitu Napas Dalam, Relaksasi Otot Progresif,Biofeedback dan Relaksasi Benson. Terapi
latihan adalah gerakan tubuh, postur, atau aktivitas fisik yang di lakukan secarasistematis dan terencana guna
memberikan manfaat bagi pasien atau klien. Berguna untukmeningkatkan fungsi tubuh, mengurangi faktor resiko
terkait kesehatan, dan mengoptimalkankondisi kesehatan dan kebugaran secara keseluruhan. Latihan relaksasi juga
membantu pasienuntuk belajar mengurangi nyeri, ketegangan otot, kecemasan atau stres. Relaksasi
progresif,dipelopori oleh Jacobson menggunakan peningkatan kontraksi dan relaksasi otot volunter daridistal ke
proksimal secara sistematis (Kisner &amp; Kolby, 2016).
Teknik relaksasi otot progresif menempatkan pasien di area yang tenang dalam posisiyang nyaman, dan
pastikan untuk melonggarkan pakaian bila menghalangi, minta pasienbernapas dengan relaks dan dalam.
Kemudian minta pasien mengkontraksikan otot distal tanganatau kaki secara sadar selama beberapa detik (5- 7)
kemudian merelaksasi otot tersebut secarasadar selama 20-30 detik sambil meminta pasien merasakan sensasi
berat di tangan atau di kakidan sensasi hangat di otot yang baru saja di relaksasi (Kisner &amp; Kolby, 2016).
Relaksasi Otot Pogresif. Relaksasi dapat di artikan sebagai teknik yang dilakukan untuk mengatasi stress dimana
akan terjadi peningkatan aliran darah sehingga perasaan cemas dan khawatirakan berkurang (Abbasi et al,. 2018).
Macam – Macam Teknik Relaksasi yaitu Napas Dalam, Relaksasi Otot Progresif,Biofeedback dan Relaksasi
Benson.
Terapi latihan adalah gerakan tubuh, postur, atau aktivitas fisik yang di lakukan secarasistematis dan
terencana guna memberikan manfaat bagi pasien atau klien. Berguna untukmeningkatkan fungsi tubuh,
mengurangi faktor resiko terkait kesehatan, dan mengoptimalkankondisi kesehatan dan kebugaran secara
keseluruhan. Latihan relaksasi juga membantu pasienuntuk belajar mengurangi nyeri, ketegangan otot, kecemasan
atau stres. Relaksasi progresif,dipelopori oleh Jacobson menggunakan peningkatan kontraksi dan relaksasi otot
volunter daridistal ke proksimal secara sistematis (Kisner &amp; Kolby, 2016). Teknik relaksasi otot progresif
menempatkan pasien di area yang tenang dalam posisi yang nyaman, dan pastikan untuk melonggarkan pakaian
bila menghalangi, minta pasienbernapas dengan relaks dan dalam. Kemudian minta pasien mengkontraksikan otot
distal tanganatau kaki secara sadar selama beberapa detik (5- 7) kemudian merelaksasi otot tersebut secarasadar
selama 20-30 detik sambil meminta pasien merasakan sensasi berat di tangan atau di kakidan sensasi hangat di
otot yang baru saja di relaksasi (Kisner &amp; Kolby, 2016).

2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-experimental Dengan rancangan pre test-post
test one group only design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif
terhadap kualitas tidur pada lansia di Desa Fajar, Kecamatan Sorkam kabupaten Tapanuli Tengah Tahun
2021. Populasi penelitian adalah total dari seluruh seluruh lansia yang berjumlah 83 orang yang
mengalami gangguan tidur yangtinggal di Desa Fajar Kecamatan Sorkam kabupaten Tapanuli Tengah
dengan jumlah 83 orang lansia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan (purposive sampling) dalam
pengambilan sempel.Sempel pada penelitian ini 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
peneliti.

8
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808-6171
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai cirri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan
oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2012). Variabel dalam penelitian
ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Variabel Independent (Variabel bebas)
Variabel Independent adalah variable yang nilainya menentukan variable lain (Nursalam, 2013). Variabel
Independent (variable bebas) dalam penelitian ini adalah terapi relaksasi otot progresif.
2. Variabel Dependent ( Variabel terikat)
Variabel Dependent adalah variable yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan
atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013). Variabel dependent (variabel terikat) dalam penelitian ini
adalah kualitas tidur.
3. HASIL
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Di Desa Fajar kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah.
Usia Frekuensi Presentase
60-64 10 33.3%
65-69 13 43.3%
70-74 7 23.3%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel 1 diatas, menunjukkan bahwa kelompok responden usia 60-74 tahun (100%). diperoleh
10 orang responden yang berusia 60-64 tahun, 13 orang respondenyang berusia 65-69 tahun dan 7 orang responden
yang berusia 70-74 tahun.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Di Desa Fajar kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli
Tengah.
Pendidikan Frekuensi Presentase
Tidak Sekolah 11 36,7%
SD 15 50%
SMP 4 13,3%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel 2 diatas, menunjukkan bahwa kelompok responden yang tidak sekolah berjumlah
11 orang(36,7%), SD 15 orang (50%) dan SMP 4 orang (13,3%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Responden Di Desa Fajar kecamatan Sorkam Kabupaten
Tapanuli Tengah.
Pernikahan Frekuensi Presentase
Kawin 17 56,7%
Cerai Mati 13 43,3%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, menunjukkan bahwa kelompok responden yang memiliki status
pernikahan kawin berjumlah 17 orang (56.7%) dan cerai mati 13 orang (43,3%).

Tabel 4. Pre Terapi Relaksasi Otot Progresif (PSQI)


Pre (PSQI) N Presentase
Kualitas tidur sedang 6 20%
Kualitas tidur buruk 24 80%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, menunjukkan bahwa kelompok responden sebelum dilakukan terapi
relaksasi otot progresif yang memiliki kualitas tidur sedang berjumlah 6 orang (20%) dan kualitas tidur buruk
berjumlah 24 orang (80%). Total 30 responden (100%).

Tabel 5. Post Terapi Relaksasi Otot Progresif


Post (PSQI) N Presentase
Kualitas tidur ringan 3 10%
Kualitas tidur sedang 26 86,7%
Kualitas tidur buruk 1 3,3%
Total 30 100%

9
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808-6171
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, menunjukkan bahwa kelompok responden sesudah dilakukan terapi
relaksasi otot progresif yang memiliki nilai kualitas tidur ringan berjumlah 3 orang (10%), kualitas tidur sedang
26 orang (86,7%), dan nilai kualitas tidur buruk berjumlah 1 orang (3,3%). Total 30 responden (100%).
Tabel 6. Uji Normalitas

Nilai Kualitas Tidur Nilai p

Pre Post
Terapi Relaksasi Otot Progresif 0,000 0,000

Hasil Uji normalitas diketahui bahwa nilai signifikan pada perlakuan kelompok Terapi Relaksasi Otot Progresif
sebelum perlakuan adalah 0,000 setelah perlakuan adalah 0,000. Karena signifikan p<0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut hasilnya berdistribusi tidak normal.

4. PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan diuraikan secara one-group pre-post test sesuai dengan tujuan penelitian,
data-data hasil penelitian disajikan dalam Deskriptif data dan tabel dari pengumpulan data yang telah
diisi oleh responden. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Kualitas Tidur Lansia. Dari deskripsi hasil penelitian yang sudah diperoleh hasil bahwa adanya
perubahan atau menurunnya kualitas tidur lansia sebagai berikut: sebelum dilakukan Terapi relaksasi
otot Progresif yang memiliki nilai kualitas tidur sedang berjumlah 6 orang (20%) dan kualitas tidur buruk
berjumlah 24 orang (80%). Total 30 responden (100%).. Sementara sesudah diberikan Terapi Relaksasi
Otot Progresif yang memiliki nilai kualitas tidur ringan berjumlah 3 orang (10%), kualitas tidur sedang
26 orang (86,7%), dan nilai kualitas tidur buruk berjumlah 1 orang (3,3%). Total 30 responden (100%).
Sebelum perlakuan mean nilai kualitas tidur adalah 3,80 sedangkan setelah perlakuan mean nilai kualitas
tidur adalah 2,90.
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan tingkat kualitas tidur sebelum dan setelah terapi
relaksasi otot progresif, dilakukan dengan menggunakan uji statistic dengan Wilcoson Signed Rank
test karena data pre test dan post-test dengan nilai yang didapatkan p = 0,000 atau p < 0,05 maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan bermakna tingkat kualitas tidur pada pre test dengan post
test. Perbedaan bermakna yang dimaksud adalah lansia yang mengalami kualitas tidur ringan,sedang
ataupun buruk setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif mengalami penurunan kualitas tidur.
Secara keseluruhan hal ini menunjukkan perubahan pada masing-masing responden.
Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran
dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur,
latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk
mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas
(Khasanah, 2012). Indikator atau ciri-ciri untuk mengetahui tidur yang berkualitas adalah dengan
merasakan apakah badan merasa segar dan fresh setelah terbangun dan tidur merasa lelap (Hidayat,2015).
Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2011), kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana
tiduryang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun. Kualitas
tidur mencakup aspek kuantitas seperti durasi tidur, latensi tidur, serta aspek subjektif seperti tidur dalam
dan istirahat. Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor psikologis, fisiologis
dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Kualitas tidak bergantung pada kuantitasnya
namun dipengaruhi oleh faktor yang sama. Kualitas tersebut dapat memperoleh jumlah istirahat sesuai
dengan kebutuhannya. Relaksasi progressive efektif untukmeningkatkan kualitas tidur pada lansia, selain
itu memberi efek secara fisik dengan stabilnya tekanan darah lansia setelah diberikan relaksasi
progressive. Masalahyang dialami oleh responden yaitu kualitas tidur mereka menurun karena ada
perubahan aktifitas (tidak bekerja), kondisi tubuh dan panca indra yang menurun, ada penyakit bawaan,
dan pola makan yang kurang teratur. Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya fungsi gerak otot lansia
sehingga berpengaruh pada kondisi fisik, tekanan darah maupun pola tidurnya yang menyebabkan mereka
sering mengalami kualitas tidur.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Sebelum diberikan Terapi Telaksai Otot Progresif pada lansia di Desa Fajar Kecamatan Sorkam
Kabupaten Tapanuli Tengah nilai minimal (3), nilai maksimal (4), mean (3,80), median (4), standar
deviasi (0,407), N= 30

10
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808-6171
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
2. Setelah diberikan Terapi Telaksai Otot Progresif pada lansia di Desa Fajar Kecamatan Sorkam Kabupaten
Tapanuli Tengah nilai minimal (2), nilai maksimal (3), mean (2,90), median (3), standar deviasi (0,305),
N= 30
3. Didapatkan adanya pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresifterhadap kualitas tidur lansia dengan nilai
pre-post, dengan p<0,05(0,000)
.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat Musrifatul Uliyah (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi ke-2. Editor, Tri Utami. Jakarta
Selatan : Salemba Medika.
Ahmed, Sara. (2014). Cultural politics of emotion. Cambridge : Edinburgh University Press.
Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. (2014). Community dan public health nursing promoting the public’s health 8th Ed.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Anggarwati, E.S & Kuntarti . (2016). Peningkatan Kualitas Tidur Lansia Wanita Melalui Kerutinan Melakukan Senam Lansia.
Jurnal Keperawatan Indonesia,. 19(1).
Antoni Adi, Gumantri Rizky Rangkuti, Tohong Martua, (2016). Pengaruh relaksasi otot progresif Terhadap penurunan tingkat
Insomnia pada lansia. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 1, (3).
Arsite Sitanggang, Flora Sijabat, Julia Siahaan, Lis Herley Tinambunan, Rinco Siregar, (2020). Pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap Insomnia pada lansia. Jurnal Health Reproductive 26-35.
Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jilid I. Jakarta : TIM.
Austaryani. (2012). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Perubahan Tingkat Insomnia pada Lansia di Posyandu
Lansia Desa Gonilan. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia. 2(1).
Azizah. (2011). Keperawatan lanjut usia . Yogyakarta : Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2019). Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi Sumatera Utara 2019. Sumatera Utara : Badan
Statistik.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2018). Nursing Intervension Classification (NIC) 6th Ed.
Amerika : Elsevier.
Chasanah, Nur, & Supratman, S. K. M. (2017). Hubungan Kualitas Tidur dengan Kualitas Hidup pada Lansia di Kelurahan
Karangasem Kecamatan Laweyan Surakarta [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo.
Dariah, E. D & Okatiranti. (2015). Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Lansia Di Posyandu Anyelir Kecamatan
Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ilmu Keperawatan. 3(2)
Dewi, P. A., & Ardani, A. I. (2013). Angka Kejadian serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tidur (Isomnia) Pada
Lansia di Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya Denpasar Bali. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1-9.
Erliana, E, Haroen, H, Susanti, R. D. (2008). Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi
Otot Progresif (Progressive Muscle Relaxation) di BPSTW Ciparay Bandung.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdf. Diakses
pada tanggal 23 juli 2021.
Heavey, E. (2015). Statistic for Nursing: a pratical approch. 2nd Ed. Edited by A. Martin. New York : Library of Congress
Cataloging Publication Data.
Kementerian Kesehatan RI (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Khasanah. (2012). Kualitas tidur lansia balai rehabilitasi sosial “Mandiri” Semarang. Journal Nursing Studies, 1,189-196.
Kisner, C. & Colby, L. A., (2016). Terapi Latihan: Dasar dan Teknik. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.
Kozier, 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC.
Kumutha, V. (2014). Effectiveness of Progressive Muscle Relaxation Technique on Stress and Blood Pressure among Elderly
with Hypertension. IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSRJNHS), 3, 1-6.
Kushariyadi. (2012). Asuhan Keperawatan dan Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.
Lestiawati, Endang, & Liliana, Anita. (2019). Relaksasi Otot Progresif Dan Autogenik Untuk Menurunkan Stres Remaja Di
Smkn 1 Depok Sleman Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu, 1(2), 1-10.
Lumantow, I., Rompas, S. dan Onibala, F. (2016). Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Remaja di Desa
Tombasian Atas Kecamatan Kawangkoan Barat. e-journal Keperawatan (e-Kp), 4(1)
Maas, Meridean (2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC.
Maryaningsih, Sulaiman. (2020). Efek Terapi Punggung Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lanjut Usia. Prossiding Seminar
Hasil Penelitian 2019. Vol.3(1). https://www.e-prosiding.umnaw.ac.id/index.php/penelitian/article/view/592
Maryaningsih, Yeni Vera, Dewi Agustina, Sulaiman. (2020). Efektivitas Pemberian Massage Punggung terhadap Kualitas
Tidur Lanjut Usia di Panti Taman Bodhi Asri. Gorontalo Journal of Public Health. Vo.l3(2).
https://jurnal.unigo.ac.id/index.php/gjph/article/view/1161/627
Maheswari, S. K., Tak1, G. S., & Kau, Manpreet. (2016). Effectivenes Of Progresive Muscle Relaxation Technique On Anxiety
Among Elderly. International Journal of Therapeutic Applications. 32, 48-54.
Merta I W. (2018). Penuntun Pratikum Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar. Denpasar :
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

11
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808-6171
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
Putri, Febbri Kurniawati. (2011). Dukungan Sosial Dari Keluarga Dalam Pencegahan Relapse Pada Skizofrenia (Studi Pada
Individu yang Pernah Menderita Skizofrenia). [Skripsi] University of Muhammadiyah Malang.
Ratnawati, E. (2017). Asuhan keperawatan gerontik. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Rostinah Manurung, Tri Utami Adriani. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Kualitas Tidur pada Lansia
di Panti Jompo Yayasan Budi Bakti Medan Tahun 2017. Jurnal Keperawatan Ilmelda. Doi:
10.2411/jikeperawatan.v3i2.266 Diperoleh 23 Juli 2021.
Saeedi, Pardis, Yazdanparast, Maryam, Behzadi, Elham, Salmanian, Ali Hatef, Mousavi, Seyed Latif, Nazarian, Shahram, &
Amani, Jafar. (2017). A review on strategies for decreasing E. coli O157: H7 risk in animals. Microbial
Pathogenesis, 103, 186-195.
Setyoadi, & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Pasien Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika.
.Stanhope, Marcia and Lancaster, Jeanette. (2016). Public Health Nursing. 9th Ed. Elseveier. Amerika : elsevier
Suardiman, Siti Partrini. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Sugiyono (2019). Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Sulaiman, Anggriani. (2018). PkM Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Sukaraya Kecamatan Pancurbatu Tahun 2017.
Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2(1). https://jurnal-
lp2m.umnaw.ac.id/index.php/AJPKM/article/view/109
Sulaiman, Anggriani. (2018). Efek Postur Tubuh Terhadap Keseimbangan Lanjut Usia DI Desa Suka Raya Kecamatan Pancur
Batu. Jumantik (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan). Vol.3(2).
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/kesmas/article/view/2875/1714
Ulumuddin, B.A. (2011). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Diponegoro. Jurnal Keperawatan Indonesia
WHO. (2013). World health statistics 2013. Geneva : WHO press.

12

Anda mungkin juga menyukai