Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No.

2, September 2017

Penelitian
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI
PANTI JOMPO YAYASAN GUNA BUDI BAKTI
MEDAN TAHUN 2017

Rostinah Manurung, Tri Utami Adriani


Dosen Prodi S1Keperawatan, STIKes Imelda, Jalan Bilal Nomor 52 Medan; Alumni STIKes Imelda

E-mail: rostinahmanurung@gmail.com

ABSTRAK

Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh lansia. Kondisi ini
membutuhkan perhatian yang serius. Peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur dapat dilakukan dengan
mengajarkan cara-cara yang dapat menstimulus dan memotivasi tidur. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah relaksasi otot progresif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti
Tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment pendekatan pre test-post test
one group only design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami gangguan
tidur yang tinggal di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Hasil penelitian dengan uji statistic
Mc. Nemar, didapatkan dari hasil uji statistik p value = 0,003 (P<0,05), menunjukkan bahwa ada
pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti Jompo Yayasan
Guna Budi Bakti Tahun 2017. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan agar lansia aktif dalam
melakukan kegiatan relaksasi otot progresif dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci: Terapi Relaksasi Otot Progresif; Kualitas Tidur; Lansia.

PENDAHULUAN pada tahun 2010 jumlah lansia sebesar 23,9


juta jiwa atau 9,77% dan diperkirakan pada
Lanjut usia merupakan suatu keadaan tahun 2020 mencapai 28,8 juta jiwa atau
yang terjadi dalam kehidupan manusia. sekitar 11,34%. Pertambahan usia lansia di
Proses lanjut usia merupakan proses Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990
sepanjang hidup, tidak hanya di mulai dari sampai 2025 mempunyai kenaikan jumlah
suatu waktu tertentu, tetapi sejak permulaan lanjut usia sebesar 414% (Kinesella
kehidupan. Lansia adalah masa dimana &Tacuber, 1993 dalam Sudoyo dkk, 2006).
proses produktivitas berfikir, meningat, Menurut data dari dinas kesehatan provinsi
menangkap, dan merespon sesuatu sudah sumatera utara tahun 2010, jumlah lansia
mengalami penurunan secara berkala yang memperoleh pelayanan kesehatan
(Muhammad, 2010). sebanyak 380.730 orang (49,68%) dari
Lanjut usia diseluruh dunia pada tahun seluruh populasi lansia sebanyak 766.422
2005, diperkirakan berjumlah 1,2 milyar orang (Profil Kesehatan Sumatera Utara,
(WHO, 2011). Penduduk lanjut usia (lansia) 2010).
Indonesia menepati urutan nomor empat Lansia merupakan kelompak umur yang
terbesar di dunia, seperti halnya jumlah berisiko tinggi mengalami gangguan tidur
penduduk secara keseluruhan setelah cina, akibat beberapa factor, proses patologis
india, dan amerika serikat. Menurut terkait usia dapat menyebabkan perubahan
departemen kesejahteraan nsosial (2008) pola tidur. National Sleep Foundation
294
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Amerika (2009) menyebutkan bahwa lansia Teknik untuk melakukan relaksasi otot
yang berumur 65 ± 84 tahun di laporkan 80% progresif ini sederhana, yaitu dengan
nya mengalami masalah tidur. Lansia menegangkan satu kelompok otot selama 5 ±
cenderung melaporkan bahwa kualitas 7 detik dan melepaskan kembali
tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang keteganggannya selama 10-20 detik,
bila dibandingkan ketika masa muda kemudian di ulang kembali pada kelompok
(Carpenito, 2000). Keluhan tentang kesulitan otot tersebut (Davis, 2012). Sesuatu yang
istirahat dan tidur waktu malam hari diharapkan dari relaksasi otot progresif ini
seringkali terjadi pada lansia. adalah klien mampu untuk belajar
Kecendrungan untuk tidur siang merelaksasikan otot ±otot sesuai dengan
meningkat secara progresif dengan keinginannya melalui suatu cara yang
bertambahnya usia. Hasil penelitian dari 40 sistematis dan berusaha untuk mengurangi
responden menunjukkan bahwa responden atau menghilangkan ketegangan otot tersebut
yang paling banyak memiliki kebutuhan (Alim, 2009).
istirahat tidur baik hanya 10 responden Berdasarkan penelitian Austaryani
(25%). Pemenuhan istirahat tidur yang cukup (2012) hasil penelitian diperoleh terdapat
sebanyak 28 responden (70%). Padahal lansia perbedaan tingkat insomnia pada lansia
sudah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan sebelum dan sesudah dilakukan terapi
tidur dengan baik (Marli, 2011). Untuk relaksasi otot progresif. Penelitian ini juga
menunjang kualitas tidur pada lansia dapat di didukung oleh Safitri, Rusiana dan Idris
tingkatkan dengan mengajarkan cara ± cara (2013) diperoleh terdapat perbedaan kualitas
yang dapat menstimulus untuk memotivasi tidur pada lansia sebelum dan sesudah
tidur. Salah satu cara yang bisa dilakukan dilakukan terapi relaksasi otot progresif.
yaitu terapi relaksasi otot progresif. Menurut Berdasarkan hasil survei pendahuluan
Herodes (2010), terapi relaksasi otot yang saya lakukan jumlah lansia seluruhnya
progresif adalah teknik relaksasi otot dalam di panti jompo yayasan guna budi bakti
yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan medan 62 orang. Dengan wawancara kepada
atau sugesti. 62 orang lansia yang dilakukan peneliti di
Relaksasi ini diperkenalkan oleh Panti jompo yayasan guna budi bakti medan
Edmund jacobson pada tahun 1938 (Conrad Tahun 2017, 35 orang diantaranya
Dan Roth, 2010). Selain untuk memfasilitasi mengatakan sering terbangun pada tengah
tidur, relaksasi otot progresif juga bermanfaat malam dan susah untuk tidur kembali. Selain
untuk ansietas, mengurangi kelelahan, kram itu, didapatkan juga informasi bahwa
otot serta nyeri leher dan punggung (Berstein, kesulitan tidur disebabkan karena mereka
Borkovec, Dan Steven, 2011). selalu merasakan nyeri pada punggung bawah
Progressive muscle relaxation adalah (terkadang tidur pukul 23:00 wib dan
terapi relaksasi dengan gerakan terbangun pada pukul 03.00 wib) pernyataan
mengencangkan dan melemaskan otot ± otot kondisi seperti ini di benarkan oleh beberapa
pada satu bagian tubuh pada satu bagian pengasuh yang bekerja dipanti jompo
tubuh pada satu waktuuntuk memberikan yayasan guna budi bakti medan. Hal ini, jika
perasaaan relaksasi secara fisik.Gerakan tidak segera ditangani akan berdampak buruk
mengencangkan dan melemaskan secara bagi kesehatan lansia seperti timbulnya
progresif kelompok otot ini dilakukan secara penyakit diabetes melitus, jantung, stroke,
berturut ± turut (Synder & Lindquist, 2002.). depresi, dan menurunnya kekebalan tubuh
Relaksasi otot progresif menurut (stuart, yang berada di tempat tersebut. Berdasarkan
2005) merupakan suatu terapi relaksasi yang fenomena tersebut, maka peneliti tertarik
diberikan kepada lansia dengan menegangkan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
otot ± otot tertentu.Relaksasi progresif adalah terapi relaksasi otot progresif terhadap
salah satu cara dari teknik relaksasi kualitas tidur pada lansia dipanti jompo guna
mengombinasikan latihan napas dalam dan budi bakti medan Tahun 2017.
serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot
tertentu (Kustanti dan Widodo, 2008).
295
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Rumusan Masalah memberikan asuhan keperawatan pada


Berdasarkan latar belakang diatas, lansia khususnya dalam pemenuhan
maka peneliti merumuskan rumusan kualitas tidur dalam rangka
masalah yaitu apakah ada pengaruh terapi meningkatkan kualitas hidup lansia
relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur 3. Lansia
pada lansia di Panti jompo guna budi bakti Mendapatkan informasi tentang
medan Tahun 2017? pemenuhan kualitas tidur dengan
melakukan relaksasi otot progresif dan
Hipotesis penelitian bisa menerapkannya dalam kehidupan
Adapun hipotesis penelitian yang sehari-hari.
diharapkan pada penelitian ini adalah 4. Bagi Perawat
hipotesis alternative (Ha) yaitu ada pengaruh Sebagai sumber refrensi untuk
terapi relaksasi otot progresif terhadap pengembangan penelitian lebih lanjut,
kualitas tidur pada lansia dipanti jompo khususnya bagi peneliti keperawatan
yayasan guna budi bakti medan. yang ingin melakukan pengembangan
penelitian tentang relaksasi otot
Tujuan Penelitian progresif dengan masalah-masalah lain
1. Tujuan Umum yang terjadi pada lansia seperti nyeri.
Untuk mengetahui pengaruh terapi 5. Bagi Peneliti Selanjutnya
relaksasi otot progresif terhadap kualitas Sebagai bahan dasar maupun referensi
tidur pada lansia di Panti jompo yayasan bagi penelitian berikutnya terutama
guna budi bakti medan Tahun 2017. pengaruh terapi relaksasi otot progresif
2. Tujuan Khusus untuk meningkatkan kualitas tidur pada
1. Untuk mengetahui kualitas tidur pada lansia
lansia sebelum dilakukan terapi
relaksasi otot progresif di Panti METODE
jompo yayasan guna budi bakti
medan Tahun 2017. Desain Penelitian
2. Untuk mengetahui kualitas tidur pada Jenis penelitian ini adalah jenis
lansia sesudah dilakukan terapi penelitian quasi-experimental dengan
relaksasi otot progresif di Panti rancangan pre test-post test one group only
jompo yayasan guna budi bakti design yang bertujuan untuk mengetahui
medan Tahun 2017. pengaruh terapi relaksasi otot progresif
3. Untuk mengetahui perbedaan kualitas terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti
tidur pada lansia sebelum dan Jompo Yayasan Guna Budi Bakti medan
sesudah dilakukan terapi relaksasi Tahun 2017.
otot progresif.
Skema 1. Rancangan Penelitian
Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan A1 X A2
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan oleh perawat pendidik dalam Keterangan:
meningkatkan kemampuan mahasiswa A1 = Kualitas tidur sebelum dilakukan
dalam memahami pengaruh relaksasi terapi relaksasi otot progresif
otot progresif dan menerapkannya dalam A2 = Kualitas tidur setelah dilakukan terapi
pemberian asuhan keperawatan gerontik, relaksasi otot progresif
khususnya pemenuhan kualitas tidur X = Intervensi (terapi relaksasi otot
lansia. progresif)
2. Pengelola Panti Jumpo Guna Budi Bakti
Sebagai salah satu intervensi bagi Populasi
perawat untuk meningkatkan mutu Populasi dalam penelitian ini adalah
pelayanan keperawatan dalam seluruh lansia yang tinggal di yayasan guna
296
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

budi bakti medan Tahun 2017 sebanyak 62 3) Tinggal di Panti Jompo yayasan
orang. Guna budi bakti Medan dan
bersedia menjadi responden.
Sampel b. Kriteria Eksklusi
Pengambilan sampel dalam penelitian 1) Lansia yang tidak kooperatif
ini ditentukan dengan menggunakan 2) Lansia yang mengkonsumsi obat
accidental sampling yaitu pengambilan tidur dalam 1 minggu terakhir
sempel dengan mengambil seluruh responden 3) Lansia yang memiliki
yang ada saat penelitian dilakukan dengan keterbatasan/kelumpuhan.
berdasarkan sesuai keriteria inklusi dan
eksklusi. Tempat Penelitian
a. Kriteria Inklusi Penelitian ini dilaksanakan di Panti
1) Subyek yang mengalami gangguan jompo yayasan guna budi bakti medan Tahun
tidur. 2017.
Lansia dengan usia 60 ± 85 tahun.
2) Dapat mendengar dan melihat Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
april 2017.
Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian


Variabel Skala
Definisi Penelitian Cara Ukur Hasil Ukur
Penelitian Ukur
Terapi Salah satu teknik untuk mengurangi SOP - -
Relaksasi ketegangan otot pada lansia di Panti Video
Otot jompo yayasan guna budi bakti yang
Progresif dipraktekkan dengan duduk di kursi
dengan kepala ditopang dengan
bantal. Terapi ini dilaksanakan
selama 4 minggu, setiap minggu
dilaksanakan sebanyak 3 kali dan
dilakukan selama 15 menit setiap
intervensi.
Kualitas Kepuasan lansia di Panti jompo Kuesioner 1. Kualitas tidur Ordinal
Tidur yayasan guna budi bakti terhadap EDLN ”
tidur, dimana lansia dapat tertidur 2. Kualitas tidur
kurang dari 30 menit, tidak bangun buruk : > 5
tengah malam atau bangun terlalu
pagi, tidak merasa kedinginan, tidak
mengalami nyeri, tidak mengalami
mimpi buruk dan dapat bernafas
dengan nyaman.

Aspek Pengukuran Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality


Index (PSQI) Kuesioner PSQI digunakan
Kualitas Tidur untuk mengukur kualitas tidur yang terdiri
Untuk mengukur variabel kualitas tidur dari 7 komponen yang menggambarkan
ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner tentang kualitas tidur secara subyektif, latensi
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan
(Pittsburgh, 2012). Kuesioner ini telah tidur, kebiasaan penggunaan obat-obatan dan
dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh aktivitas yang dapat mengganggu tidur serta
Agustin (2012) yang memiliki reliabilitas disfungsi aktivitas sehari-hari terkait dengan
0.766. tidur. Nomor pertanyaan masing-masing
komponen dapat dilihat dalam table berikut.
297
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Nomor Komponen dari kualitas tidur ini


No Komponen
Pertanyaan merujuk pada pertanyaan nomor 4 dalam
1 Kualitas tidur subyektif 9 364, \DQJ EHUEXQ\L ³6HODPD VHEXODQ
2 Latensi tidur 2, 5a terakhir, berapa jam anda benar-benar
3 Durasitidur 4 WLGXU GL PDODP KDUL"´ -DZDEDQ
4 Efisiensi tidur 1, 3, 4 responden dikelompokkan dalam 4
5 Gangguan tidur 5b-5j kategori dengan kriteria penilaian
Penggunaan obat untuk 6
6 sebagai berikut.
membantu tidur
Disfungsi aktivitas 7,8
Durasi tidur >7 jam : 0
7 Durasi tidur 6-7 jam : 1
sehari-hari
Keterangan: Durasi tidur 5-6 jam : 2
a. Kualitas Tidur Subyektif 7 Durasi tidur <5 jam : 3
Komponen dari kualitas tidur ini d. Efisiensi Tidur Sehari-hari
merujuk pada pertanyaan nomor 9 dalam Komponen dari kualitas tidur ini
364, \DQJ EHUEXQ\L ³6HODPD VHEXODQ merujuk pada pertanyaan nomor 1, 3,
terakhir, bagaimana rata-rata kualitas dan 4 dalam PSQI mengenai jam tidur
WLGXU DQGD"´ NULWHULD SHQLODLDQ malam dan bangun pagi serta durasi
disesuaikan dengan pilihan jawaban tidur. Jawaban responden kemudian
responden sebagai berikut. dihitung dengan rumus:
&QN=OE 6E@QN #4
Sangat baik :0 ,=I >=JCQJ L=CE #3F,=I PE@QN I=H=I #1
T 100%
Baik :1
Buruk :2 Hasil perhitungan dikelompokkan
Sangat buruk : 3 menjadi 4 (empat) kategori dengan
b. Latensi Tidur kriteria penilaian sebagai berikut.
Komponen dari kualitas tidur ini 1. Efisiensi tidur >85% :0
merujuk pada pertanyaan nomor 2 dalam 2. Efisiensi tidur 75-84% : 1
364, \DQJ EHUEXQ\L ³6HODPD VHEXODQ 3. Efisiensi tidur 65-74% : 2
terakhir, berapa lama (dalam menit) 4. Efisiensi tidur <65% :3
biasanya waktu yang anda perlukan e. Gangguan Tidur
untuk dapat jatuh tertidur setiap Komponen dari kualitas tidur ini
PDODP"´ GLPDQD MLND UHVSRQGHQ merujuk pada pertanyaan nomor 5b ± 5j
PHQMDZDE ” PHQLW GLEHUL VNRU MLND dalam PSQI, yang terdiri dari hal-hal
responden menjawab 16-30 menit diberi yang dapat menyebabkan gangguan
skor 1, jika responden menjawab 31-60 tidur. Tiap item memiliki skor 0-3,
menit diberi skor 2, jika responden dengan 0 berarti tidak pernah sama
menjawab >60 menit diberi skor 3. Dan sekali dan 3 berarti sangat sering dalam
pertanyaan nomor 5a, yang berbunyi: sebulan. Skor kemudian dijumlahkan
³6HODPD VHEXODQ WHUDNKLU VHEHUDSD sehingga dapat diperoleh skor gangguan
sering Anda mengalami kesulitan tidur tidur. Jumlah skor tersebut
karena Anda tidak dapat tertidur dalam dikelompokkan sesuai kriteria penilaian
waktu 30 menit setelah pergi ke tempat sebagai berikut.
WLGXU"´ 0DVLQJ-masing pertanyaan 1. Skor gangguan tidur 0 :0
tersebut memiliki skor 0-3, yang 2. Skor gangguan tidur 1-9 :1
kemudian dijumlahkan sehingga 3. Skor gangguan tidur 10-18 : 2
diperoleh skor latensi tidur. Jumlah skor 4. Skor gangguan tidur 19-27 : 3
tersebut disesuaikan dengan kriteria f. Penggunaan Obat Tidur
penilaian sebagai berikut. Komponen dari kualitas tidur ini
Skor latensi tidur 0 :0 merujuk pada pertanyaan nomor 6 dalam
Skor latensi tidur 1-2 : 1 364, \DQJ EHUEXQ\L ³6HODPD VHEXODQ
Skor latensi tidur 3-4 : 2 terakhir, seberapa sering Anda
Skor latensi tidur 5-6 : 3 mengkonsumsi obat-obatan (dengan atau
c. Durasi Tidur tanpa resep dokter) untuk membantu
298
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

$QGD WLGXU"´ .ULWHULD SHQLODLDQ sebagai panduan dalam melakukan terapi


disesuaikan dengan pilihan jawaban relaksasi otot progresif.
responden sebagai berikut.
1. Tidak pernah sama sekali : 0 Alat dan Prosedur Pengumpulan Data
2. Kurang dari sekali dalam seminggu: 1. Alat Pengumpulan Data
1 Data dalam penelitian ini diperoleh
3. Satu atau dua kali seminggu: 2 langsung menggunakan kuesioner yaitu
4. Tiga kali atau lebih seminggu: 3 menggunakan kuesioner Pittsburgh
g. Disfungsi Aktivitas Siang Hari Sleep Quality Index (PSQI) untuk
Komponen dari kualitas tidur ini mengukur kualitas tidur lansia. Kualitas
merujuk pada pertanyaan nomor 7 dalam tidur lansia akan diukur sebelum dan
364, \DQJ EHUEXQ\L ³6HODPD VHEXODQ sesudah dilakukan terapi relaksasi otot
terakhir, seberapa sering muncul progresif.
masalah-masalah yang dapat 2. Alat Mengimplementasikan Data
mengganggu anda saat mengendarai Dalam mengimplementasikan terapi
kendaraan, makan, atau beraktivitas relaksasi otot progresif, adapun alat yang
VRVLDO"´ GDQ SHUWDnyaan nomor 8, yang digunakan adalah:
EHUEXQ\L ³6HODPD VHEXODQ WHUDNKLU a. SOP(Standart Operasional Prosedur)
seberapa besar menjadi masalah bagi SOP (Standart Operasional Prosedur)
anda untuk menjaga antusiasme yang adalah Sebuah petunjuk buku yang
FXNXS GDODP PHQ\HOHVDLNDQ VHVXDWX"´ sifatnya tertulis. SOP menurut
Setiap pertanyaan memiliki skor 0-3, pandangan tambuanan (2008) adalah
yang kemudian dijumlah kansehingga pedoman yang berisi prosedur ±
diperoleh skor disfungsi aktivitas siang prosedur operasional yang ada dalam
hari. Jumlah skor tersebut disesuaikan suatu organisasi yang digunakan
dengan kriteria penilaian sebagai untuk memastikan , bahwa semua
berikut. keputusan dan tindakan serta
1. Skor disfungsi aktivitas siang hari 0 :0 penggunaan fasilitas ± fasilitas proses
2. Skor disfungsi aktivitas siang hari yang dilakukan oleh orang ±orang di
1-2 :1 dalam organisasi berjalan secara
3. Skor disfungsi aktivitas siang hari efektif, konsisten, standart, dan
3-4 :2 sistematis.
4. Skor disfungsi aktivitas siang hari Sedangkan menurut adrenal dan
5-6 :bambang
3 subagjo(2012) terdapat juga
Kuesioner PSQI terdiri dari 9 item beberapa pengertian umum tentang SOP,
pertanyaan dengan masing-masing yaitu:
pertanyaan memiliki skor 0-3, dimana 0 a. Instruksi tertulis sederhana , untuk
menunjukkan tidak adanya kesulitan menyelesaikan tugas rutin dengan
tidur dan 3 menunjukkan kesulitan tidur cara yang paling efektif dalam rangka
yang berat. Skor dari ketujuh komponen memenuhi persyaratan operasionanl.
tersebut dijumlahkan menjadi 1 (satu) b. Serangkain instruksi tertulis yang
skor global dengan kisaran nilai 0 ± 21. didokumentasikan dari aktivitas rutin
Jumlah skor tersebut disesuaikan dengan danberulang yang dilakukan oleh
kriteria penilaian yang dikelompokkan suatu organisasi
sebagai berikut: c. Penetapan tertulis mengenai apa yang
Kualitas tidur baik ” harus dilakukan , kapan, dimana, oleh
Kualitas tidur buruk : > 5 siapa.
(Buysse, 1989). b. Video

Terapi Relaksasi Otot Progresif


Dalam melakukan terapi relaksasi otot
progresif ini disediakan SOP, dan video
299
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Prosedur Pengumpulan Data Etika Penelitian


Proposal penelitian disetujui oleh Selama penelitian, responden dilindungi
pembimbing untuk dapat melakukan daengan memperhatikan aspek-aspek self
penelitian: determination, privacy and anonmymity,
a. Setelah itu peneliti mendatangi Panti benefience maleficience, justice (Polit &
jompo yayasan guna budi bakti medan Beck, 2013). Penelitian ini dilakukan setelah
untuk membuat kontrak waktu mendapatkan persetujuan dengan
penelitian. menekankan masalah etika sebagai berikut:
b. Setelah dapat persetujuan dari pihak 1. Tekad Individu (Self determination)
Panti jompo yayasan budi guna bakti Prinsip self determination dijelaskan
medan, maka peneliti datang kembali ke bahwa responden (respondendan
Panti jompo yayasan guna budi bakti keluarga) diberi kebebasan oleh peneliti
medan sesuai kontrak waktu yang telah untuk menentukan keputusan sendiri,
ditentukan. Peneliti menanyakan kesediaan
c. Peneliti menjelaskan kepada calon responden, setelah setuju respon di
responden mengenai tujuan, manfaat, minta untuk menandatangani lembar
prosedur penelitian serta hak-hak persetujuan menjadi subjek penelitian
responden. atau informed consent yang disediakan.
d. Peneliti melakukan pendekatan kepada 2. Kerahasiaan (Privacy and anonmymity)
calon responden untuk meminta Prinsip etik privacy anonmymity dalam
kesediaan menjadi responden penelitian. peneitian ini yaitu menjaga kerahasiaan
Kemudian peneliti membagikan lembar informasi responden dengan tidak
persetujuan kepada responden. mencantumkan nama, tetapi hanya
e. Peneliti kemudian membagikan menuliskan kode inisial dan hanya
kuesioner kualitas tidur kepada digunakan untuk kepentingan peneliti.
responden sebelum melakukan terapi 3. Kebaikan (Benefience)
relaksasi otot progresif. Prinsip ini memberikan keuntungan
f. Setelah itu, peneliti mengukur kualitas dengan cara mencegah dan menjauhkan
tidur dari masing-masing responden. bahaya, membebaskan responden dari
g. Peneliti kemudian melakukan terapi eksploitasi serta menyeimbangkan antara
relaksasi otot progresif pada responden keuntungan dan resiko.
dengan posisi duduk di kursi dengan 4. Tidak Merugikan (Malefience)
kepala ditopang dengan bantal dimana Prinsip ini menekankan peneliti untuk
setiap kelompok otot ditegangkan tidak melakukan tindakan yang
selama 4-10 detik dan direlaksasikan menimbulkan bahaya bagi responden
selama 10±20 detik dan terapi ini yaitu tidak memaksakan lansia untuk
dilaksanakan selama 4 minggu setiap melakukan hal-hal yang terlalu berat
minggu dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam melaksanakan terapi relaksasi otot
dan dilakukan selama 15 menit setiap progresif, tidak memandang
intervensi, dalam melaksanakan terapi respondensebagai objek, tidak
ini dibantu oleh asisten sebanyak 2 menghina/mencaci maki, dan
orang yang bertujuan untuk membantu memanfaatkan respondendan tidak
peneliti dalam melaksanakan terapi membahayakan responden karena
relaksasi otot. kelalaian.
h. Setelah itu, peneliti akan membagikan 5. Keadilan (Justice)
kuesioner kualitas tidur kembali kepada Prinsip keadilan dalam penelitian ini
responden setelah melakukan terapi yaitu dengan memberikan keadilan bagi
relaksasi otot progresif. responden dan memberikan perlakuan
i. Hasil kuesioner dari masing-masing sama kepada semua responden tanpa
responden akan dikumpulkan dan di membeda-bedakan responden.
analisa kemudian dilakukan pengolahan 6. Persetujuan (Informend Consent)
data.
300
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Peneliti menemui lansia yang gambaran distribusi responden serta


mengalami gangguan tidur untuk menggambarkan variabel bebas dan
diminta persetujuan untuk menjadi variabel terikat. Analisa univariat
sampel dalam penelitian. Peneliti akan dalam penelitian ini dilakukan untuk
menjelaskan tujuan dan sifat penelitian, mengetahui distribusi yang meliputi :
jika responden bersedia maka akan umur dan tingkat pendidikan dalam
dimintai untuk menandatangani lembar bentuk frekuensi dan persen dan rata-
persetujuan tetapi jika rata frekuensi kualitas tidur sebelum
respondenmenolak untuk menjadi dan sesudah dilakukan intervensi
sampel maka peneliti tidak akan dalam bentuk mean dan standar
memaksa dan tetap menghormati deviasi.
haknya. b. Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk
Pengolahan Data Dan Analisa Data mengetahui pengaruh terapi relaksasi
1. Pengolahan Data otot progresif terhadap kualitas tidur
Setelah semua data terkumpul maka pada lansia di Panti jompo yayasan
dilakukan pengolahan data melalui tahap: Guna budi bakti medan Tahun 2017.
a. Editing Dari hasil uji statistik menggunakan
Yaitu pengecekan dan pengoreksian Uji Mc. Nemar (P<0,05).
data kuesioner yang diisi oleh
responden termasuk kelengkapan dan HASIL
mengelompokkan kuesioner tersebut
dengan menggunakan aspek Gambaran Umum Tempat Penelitian
pengukuran data. Penelitian ini dilaksanakan di Panti
b. Coding Jompo Yayasan Guna Budi Bakti yang
Hasil jawaban kuesioner dari setiap terletak di Jl. Jend. Sudirman No. 14 Desa
pertanyaan diberi kode sesuai Martubung Kecamatan Labuhan Deli Kota
petunjuk. Adapun kode yang Medan . Penelitian ini dilaksanakan pada
digunakan dalam penelitian ini bulan April ± Mei 2017 pada lansia yang
adalah untuk variabel umur tinggal di Panti Jompo Yayasan Guna Budi
digunakan kode 1 untuk umur 60-66 Bakti dengan usia 60-85 tahun. Jumlah lansia
tahun, kode 2 untuk umur 67-73 yang menempati panti ini sebanyak 62 Orang,
tahun, dan kode 3 untuk variabel 74- sebagian besar lansia yang tinggal di panti ini
80 tahun. Untuk variabel jenis berasal dari sekitar Medan, dan sebagian
kelamin digunakan kode 1 untuk laki- lainnya berasal dari luar kota Medan. Di panti
laki dan kode 2 untuk perempuan. ini para lansia di ijinkan untuk melakukan
Untuk variabel kualitas tidur sebelum kegiatan seperti olahraga/senam setiap hari
dan sesudah intervensi diberikan jumat dan juga diadakan jadwal ibadah
kode 1 untuk kualitas tidur baik dan dengan mayoritas beragama hindu.
kode 2 untuk kualitas tidur buruk. Setelah dilakukan peneltian terhadap 30
c. Entry responden dengan judul pengaruh terapi
Entry adalah memasukan data ke relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur
komputer dalam bentuk angka-angka. pada lansia di Panti Jompo Yayasan Guna
d. Tabulating Budi Bakti Medan Tahun 2017, maka dapat
Untuk memperoleh analisa data dan disajikan data sebagai berikut:
pengolahan data dimasukkan ke
dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisis univariat dalam penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan
301
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Analisa Univariat dan selebihnya adalah perempuan sebanyak


10 orang (33,3%).
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Karakteristik Umur Responden Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kualitas
Tidur Sebelum Dilakukan Intervensi
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase
Karakteristik Umur Responden di Panti Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Kualitas Tidur Sebelum Dilakukan Intervensi
Tahun 2017 (n=30) kepada Responden di Panti Jompo Yayasan
Variabel N % Guna Budi Bakti Medan Tahun 2017 (n=30)
Umur Kualitas Tidur
N %
60-65 Tahun 6 20,0 Sebelum Intervensi
66-70 Tahun 8 26,7 Kualitas Tidur Baik 10 33,3
> 70 Tahun 16 53,3 Kualitas Tidur Buruk 20 66,7
Jumlah 30 100 Total 30 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat Berdasarkan tabel di atas didapatkan
bahwa umur responden yang berada pada mayoritas responden memiliki kualitas tidur
rentang umur 60-65 tahun sebanyak 6 orang buruk sebanyak 20 orang (66,7%) sedangkan
(20,0%), rentang umur 66-70 tahun sebanyak responden dengan kulitas tidur baik sebanyak
8 orang (26,7%) sedangkan pada rentang 10 orang (33,3%).
umur > 70 tahun sebanyak 16 orang (53,3%).
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kualitas
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tidur Sesudah Dilakukan Intervensi
Karakteristik Jenis Kelamin Responden
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kualitas Tidur Sesudah Dilakukan Intervensi
Karakteristik Jenis Kelamin Responden di kepada Responden Di Panti Jompo Yayasan
Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Guna Budi Bakti Medan Tahun 2017 (n=30)
Medan Tahun 2017 (n=30) Kualitas Tidur
N %
Variabel N % Sebelum Intervensi
Kualitas Tidur Baik 21 70,0
Jenis Kelamin
Kualitas Tidur Buruk 9 30,0
Laki-laki 20 66,7
Total 30 100
Perempuan 10 33,3
Berdasarkan tabel di atas didapatkan
Jumlah 30 100
mayoritas responden memiliki kualitas tidur
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat baik sebanyak 21 orang (70,0%) sedangkan
bahwa mayoritas responden yaitu berjenis responden dengan kulitas tidur buruk
kelamin laki-laki sebanyak 20 orang (66,7%) sebanyak 9 orang (30,0%).

Analisa Bivariat

Tabulasi Silang Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Kualitas Tidur pada
Lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Tahun 2017

Tabel 6. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Panti
Jompo Yayasan Guna Bakti Medan Tahun 2017 (n=30)
Kualitas Tidur Lansia Kualitas Tidur Lansia Setelah Intervensi
Total P Value
Sebelum Intervensi Kualitas Tidur Baik Kualitas Tidur Buruk
Kualitas Tidur Baik 9 1 10 0,003
Kualitas Tidur Buruk 12 8 20
Total 21 9 30

302
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Berdasarkan tabel 6 didapat bahwa pada lansia antara lain proses penuaan,
sebelum diberikan terapi relaksasi otot gangguan psikologis, gangguan medis umum,
progresif terdapat 10 responden yang gaya hidup, faktor lingkungan fisik, dan
memiliki kualitas tidur baik, setelah diberikan faktor lingkungan sosial (Ernawati dan Agus,
terapi relaksasi otot progresif didapatkan 9 2012). Dari hasil wawancara reponden juga
responden yang memiliki kualitas tidur baik mengatakan bahwa mereka sulit memulai
dan 1 responden yang memiliki kualitas tidur tidur dan sering terbangun dimalam hari dan
buruk. Dan dari 20 responden yang memiliki sulit untuk tidur kembali, meskipun tertidur
kualitas tidur buruk sebelum diberikan terapi kembali harus menunggu beberapa menit atau
relaksasi otot progresif, didapatkan 12 beberapa jam.
responden yang memiliki kualitas tidur baik Menurut peneliti bahwa mayoritas
setelah diberikan terapi relaksasi otot responden memiliki kualitas tidur yang buruk
progresif dan 8 responden yang memiliki hal ini dikarenakan proses penuaan yang
kualitas tidur buruk setelah diberikan terapi dialami oleh responden dimana di usia tua
relaksasi otot progresif. responden rentan terkena penyakit
Dari hasil uji statistik menggunakan Uji degeneratif termasuk penyakit nyeri
Mc. Nemar didapatkan p value = 0,003 punggung bawah dan juga
(P<0,05), menunjukkan bahwa ada pengaruh persendiansehingga ini akan menggangu
terapi relaksasi otot progresif terhadap jadwal tidur responden akibat nyeri yang
kualitas tidur pada lansia di Panti Jompo mereka alami.
Yayasan Budi Guna Bakti Medan Tahun
2017. Kualitas Tidur Sesudah Intervensi
Berdasarkan hasil penelitian di Panti
PEMBAHASAN Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan
Tahun 2017, mayoritas responden memiliki
Interprestasi Dan Diskusi Hasil kualitas tidur baik sesudah dilakukan
intervensi sebanyak 70,0%. Hal ini
Kualitas Tidur Sebelum Intervensi disebabkan efek dari terapi relaksasi
Berdasarkan hasil penelitian di di Panti membuat semua otot-otot lansia menjadi
Jompo Yayasan Budi Guna Bakti Medan rileks sehingga keadaan ini membuat lansia
Tahun 2017, mayoritas responden memiliki semakin nyaman dan mudah tertidur.
kualitas tidur buruk sebelum dilakukan Hasil Peneitian ini sejalan dengan
intervensi sebanyak 66,7%. Hal ini penelitian Rasyid dan Nisma (2014) tentang
disebabkan responden masih belum pengaruh terapi relaksasi napas dalam
mendapatkan terapi relaksasi dari peneliti terhadap kualitas tidur lansia, dari hasil
sebelumnya dimana gangguan tidur ini dapat penelitian didapatkan mayoritas responden
disebabkan oleh proses penuaan yang terjadi. sebanyak 36 orang (65,1%) memiliki kualitas
Hasil Peneitian ini sejalan dengan tidur yang baik setelah dilakukan intervensi.
penelitian Andi (2011) tentang pengaruh Dan demikian juga dengan penelitian Rendra
terapi tertawa terhadap kualitas tidur pada dan Asni (2012) tentang pengaruh relaksasi
lansia, dari hasil penelitian didapatkan Benson terhadap peningkatan kualitas tidur
mayoritas responden sebanyak 21 orang pada lansia, dari hasil penelitian didapatkan
(40,5%) memiliki kualitas tidur yang buruk mayoritas responden sebanyak 48 orang
sebelum dilakukan intervensi. Dan demikian (64,8%) memiliki kualitas tidur yang baik
juga dengan penelitian Khalil (2013) tentang setelah dilakukan intervensi.
pengaruh senam lansia dalam peningkatan Hasil penelitian tingkat kualitas tidur
kualitas tidur pada lansia, dari hasil penelitian responden sesudah terapi relaksasi otot
didapatkan mayoritas responden sebanyak 37 progresif menunjukkan bahwa tingkat
orang (56,3%) memiliki kualitas tidur yang kualitas tidur sesudah terapi relaksasi otot
buruk sebelum dilakukan intervensi. progresif mengalami penurunan. Penurunan
Menurut Rafknowledge bahwa faktor- tingkat kualitas tidur ini dikarenakan adanya
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur efek dari terapi relaksasi otot progresif. Hal
303
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

tersebut sesuai dengan teori Ramdhani (2000, diperoleh ada pengaruh latihan relaksasi otot
dalam Triyant, 2014) bahwa teknik relaksasi progresif terhadap pemenuhan kualitas tidur
semakin sering dilakukan terbukti efektif lansia (p=0, . ,05).
mengurangi ketegangan dan kecemasan, Relaksasi progressive efektif untuk
mengatasi kualitas tidur dan asma. meningkatkan kualitas tidur pada lansia,
Menurut peneliti bahwa mayoritas selain itu memberefek secara fisik dengan
responden memiliki kualitas tidur yang baik stabilnya tekanan darah lansia setelah
setelah dilakukan intervensi hal ini diberikan relaksasi progressive. Masalah
dikarenakan saat dilakukan terapi relaksasi yang dialami oleh responden yaitu kualitas
otot progresif responden akan mengalami tidur mereka menurun karena ada perubahan
relaksasi sehingga ini memungkinkan setiap aktifitas (tidak bekerja), kondisi tubuh dan
otot responden mengalami relaksasi dimana panca indra yang menurun, ada penyakit
keadaan ini akan membuat responden dalam bawaan, dan pola makan yang kurang teratur.
keadaan nyaman sehingga responden mudah Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya
untuk mendapatkan tidur fungsi gerak otot lansia sehingga berpengaruh
pada kondisi fisik, tekanan darah maupun
Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif pola tidurnya yang menyebabkan mereka
terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di sering mengalami kualitas tidur.
Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Hal tersebut di atas sesuai dengan teori
Medan Tahun 2017 yang dikemukakan oleh Edmund (dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang Erliana, 2011) bahwa latihan relaksasi otot
dilakukan di Panti Jompo Yayasan Guna progresif yang dilaksanakan 20-30 menit,
Budi Bakti Medan Tahun 2017, dari hasil uji satu kali sehari secara teratur selama satu
statistik menggunakan uji Mc. Nemar minggu cukup efektif dalam menurunkan
didapatkan p value = 0,003 (P<0,05), kesulitan tidur pada lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi Jacobson ini dilanjutkan oleh para
relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pengikutnya diantaranya Benson (dalam
pada lansia yang tingga di Panti Jompo Hidayat, 2013). Dalam penelitian Austaryani
Yayasan Guna Budi Bakti. dan widodo (2012) mengemukakan relaksasi
Dalam penelitian ini didapatkan data otot progresif dapat menurunkan denyut nadi
sebelum dilakukan intervensi terdapat 10 dan tekanan darah, juga mengurangi keringat
responden memiliki kualitas tidur baik tetapi dan frekuensi pernafasan. Relaksasi otot yang
setelah dilakukan intervensi didapatkan dalam, jika dikuasai dengan baik mempunyai
responden yang memiliki kualitas tidur baik efek seperti obat antiansietas.
sebanyak 9 orang dan buruk 1 orang. Latihan-latihan terapi relaksasi otot
Keadaan ini menunjukkan bahwa terjadi progresif yang dikombinasikan dengan teknik
penurunan kualitas tidur responden meskipun pernapasan yang dilakukan secara sadar dan
telah dilakukan intervensi, hal ini terjadi menggunakan diafragma, memungkinkan
akibat adanya responden yang tidak abdomen terangkat perlahan dan dada
melakukan terapi dengan benar serta mengembang penuh. Teknik pernapasan
timbulnya kekambuhan pada penyakit yang tersebut, mampu memberikan pijatan pada
dialami responden seperti nyeri punggung jantung yang menguntungkan akibat naik
bawah yang sering menyerang lansia. turunnya diafragma, membuka sumbatan-
Sehingga keadaan ini mengakibat responden sumbatan dan memperlancar aliran darah ke
menjadi susah tertidur dan mudah bangun jantung serta meningkatkan aliran darah ke
pada malam hari akibat nyeri yang dialami. seluruh tubuh. Aliran darah yang meningkat
Hasil penelitian ini sejalan dengan juga dapat meningkatkan nutrien dan
penelitian yang dilakukan oleh Ana (2012) oksigen. Peningkatan oksigen di dalam otak
tentang pengaruh latihan relaksasi otot akan merangsang peningkatan sekresi
progresif terhadap pemenuhan kualitas tidur serotonin sehingga membuat tubuh menjadi
lansia, dari hasil yang didapatkan setelah tenang dan mudah untuk tertidur (Erliana,
melakukan terapi relaksasi otot progresif, 2012).
304
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Menurut peneliti bahwa ada pengaruh kualitas hidup lansia dan mutu
terapi relaksasi otot progresif terhadap pelayanan keperawatan.
kualitas tidur pada lansia, hal ini disebabkan 3. Bagi Lansia
terapi relakasasi yang dilakukan akan Diharapkan agar dapat aktif dalam
mempengaruhi jantung untuk memompakan melakukan kegiatan relaksasi otot
darah ke seluruh tubuh sehingga dalam progresif dan bisa menerapkannya dalam
keadaan ini pasokan darah yang mengalir ke kehidupan sehari-hari, sehingga kualitas
otak akan semakin meningkat, peningkatan tidur lansia dapat terpenuhi.
aliran darah ini akan membuat nutrien dan 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
oksigen meningkat dan tentu kondisi ini akan Di harapkan agar penelitian ini dapat
merangsang otak untuk mengeluarkan dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya
serotonin ke seluruh tubuh sehingga pasien dengan menambahkan jumlah sampel
akan mudah mengalami relaksasi. dan meneliti faktor-faktor yang dapat
mempengaruh kualitas tidur pada lansia
KESIMPULAN selain relaksasi otot progresif, selain itu
diharapkan agar peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian mengenai dapat mengembangkan penelitian ini
pengaruh terapi relaksasi otot progresif dengan menggunakan 2 kelompok
terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti intervensi yaitu kelompok kontrol dan
Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan kelompok intervensi.
Tahun 2017, dapat disimpulkan bahwa:
1. Mayoritas responden memiliki kualitas DAFTAR PUSTAKA
tidur buruk sebelum dilakukan intervensi
sebanyak 66,7%. Alim. (2011). Langkah-langkah Relaksasi
2. Mayoritas responden memiliki kualitas Otot Progresif.
tidur baik sesudah dilakukan intervensi http://www.psikologizone.com/langka-
sebanyak 21 orang 70,0%. langkah-relaksasi-otot-progresif.
3. Ada pengaruh terapi relaksasi otot Austaryani. (2012). Pengaruh Terapi
progresif terhadap kualitas tidur pada Relaksasi Otot Progresif terhadap
lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Perubahan Tingkat Insomnia pada
Budi Bakti Medan Tahun 2017 dengan p Lansia di Posyandu Lansia Desa
value = 0,003 (P<0,05). Gonilan, Kartasura
Berstein, Borkovec, Stevens, et al. (2011).
SARAN The Journal: New Direction in
Progressive Relaxation Training a
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Guidebook for Helping. USA: Praeger
Diharapkan agar institusi pendidikan Publisher.USA
dapat meningkatkan kemampuan Bukit. (2013). Keperawatan Lanjut Usia.
mahasiswa dengan memberikan materi Yogyakarta: Graha Ilmu.
tentang manfaat relaksasi otot progresif Buku Kedokteran EGC Conrad, A. & Roth,
sehingga mahasiswa dapat W.T. (2010). Muscle Relaxation for
menerapkannya dalam pemberian Anxiety Disorder: It Works But How?.
asuhan keperawatan gerontik, khususnya The Journal of Anxiety Disorder, 243-
pemenuhan kualitas tidur lansia. 264. http://www.laboratoriosilesia.com.
2. Bagi Panti Jompo Yayasan Guna Budi Buysse. (2011). The Pittsburgh Sleep Quality
Bakti Index: A New Instrument for Psychiatric
Diharapkan agar pengurus Panti Jompo Practice and Research. Journal of
Yayasan Guna Budi Bakti dapat Psychiatric Research 2011, 28(2), 193-
melaksanakan dan membuatnya dalam 213
jadwal aktivitas sehari-hari pada lansia Davis. (2010). Panduan Relaksasi dan
khususnya untuk pemenuhan kualitas Reduksi Stres Edisi III. Jakarta.
tidur dalam rangka meningkatkan
305
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Depkes RI. (2010). Pedoman Pelatihan Lubis. (2010). Pemenuhan Kebutuhan


Kader Kelompok Usia Lanjut bagi Istirahat Tidur pada Lansia di UPT
Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Lansia dan Anak
Kesehatan Keluarga. Balita Wilayah Binjai. Universitas
Dewi, dkk. (2012). Angka Kejadian Serta Sumatera Utara.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Miltenberger. (2011). Relaksasi. Available
Gangguan Tidur (Insomnia) pada online at http//www.eworld-
Lansia di Pstw Wana Seraya Denpasar indonesia.com (diakses 14 April 2016).
Bali Tahun 2012. Mutiara. (2011). Mengenal Usia Lanjut dan
Erliana, E, Haroen, H, Susanti, R. D. (2008). Perawatannya. Jakarta: Salemba
Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Medika.
Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi Potter & Perry (2009). Fundamental
Otot Progresif (Progressive Muscle Keperawatan. Buku satu. Edisi ketujuh,
Relaxation) di BPSTW Ciparay Jakarta: Salemba Medika.
Bandung. Prasadja, A. (2009). Ayo Bangun dengan
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/upl Bugar Karena Tidur yang Benar.
oads/2009/07/perbedaan_tingkat_insom Jakarta: Hikmah.
nia_lansia.pdf. Diakses pada tanggal 30 Safitri, Rusiana dan Idris. (2013). Pengaruh
April 2016 21.00. Relaksasi Progresif dengan Peningkatan
Guigan dan Lehrer. (2011). Progressive Kualitas Tidur pada Lansia di
Relaxation: Origin, Principles, and Puskesmas Cakranegara.
Clinical Application. Diambil tanggal 10 Stanley, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan
maret 2017 dari Gerontik. Jakarta: EGC.
www.bodypsychyoga.com Stanley, M., dan Beare, P. G. (2012). Buku
Hayden, M. (2008). Stress Management: Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.
Doing Progressive Muscle Relaxation. Jakarta: EGC.
http://www.webmd.com/balance/stress- Stockslager. (2011). Asuhan Keperawatan
management/stress-management-doing- Geriatrik, Edisi 2. Jakarta: EGC.
progresive-muscle-relaxation, diperoleh Suyono S. (2007). Diabetes Melitus di
tanggal 18 Januari 2010. Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Hidayat, (2011). Pengantar Kebutuhan Dalam. IV ed. Jakarta: Pusat penerbitan
Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Ilmu Penyakit dalam FK UI.
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba World Health Organization (WHO). (2012).
Merdeka Ageing and Life Course.
Khasanah. (2012). Kualitas Tidur Lansia http://www.who.int/ageing/about/facts/e
%DODL 5HKDELOLWDVL 6RVLDO ³0$1',5,´ n/. Diakses Tanggal maret 2017 jam
Semarang. Journal Nursing Studies. 22.00.
1,189-196.

306

Anda mungkin juga menyukai