2, September 2017
Penelitian
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI
PANTI JOMPO YAYASAN GUNA BUDI BAKTI
MEDAN TAHUN 2017
E-mail: rostinahmanurung@gmail.com
ABSTRAK
Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh lansia. Kondisi ini
membutuhkan perhatian yang serius. Peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur dapat dilakukan dengan
mengajarkan cara-cara yang dapat menstimulus dan memotivasi tidur. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah relaksasi otot progresif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti
Tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment pendekatan pre test-post test
one group only design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami gangguan
tidur yang tinggal di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Hasil penelitian dengan uji statistic
Mc. Nemar, didapatkan dari hasil uji statistik p value = 0,003 (P<0,05), menunjukkan bahwa ada
pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti Jompo Yayasan
Guna Budi Bakti Tahun 2017. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan agar lansia aktif dalam
melakukan kegiatan relaksasi otot progresif dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Amerika (2009) menyebutkan bahwa lansia Teknik untuk melakukan relaksasi otot
yang berumur 65 ± 84 tahun di laporkan 80% progresif ini sederhana, yaitu dengan
nya mengalami masalah tidur. Lansia menegangkan satu kelompok otot selama 5 ±
cenderung melaporkan bahwa kualitas 7 detik dan melepaskan kembali
tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang keteganggannya selama 10-20 detik,
bila dibandingkan ketika masa muda kemudian di ulang kembali pada kelompok
(Carpenito, 2000). Keluhan tentang kesulitan otot tersebut (Davis, 2012). Sesuatu yang
istirahat dan tidur waktu malam hari diharapkan dari relaksasi otot progresif ini
seringkali terjadi pada lansia. adalah klien mampu untuk belajar
Kecendrungan untuk tidur siang merelaksasikan otot ±otot sesuai dengan
meningkat secara progresif dengan keinginannya melalui suatu cara yang
bertambahnya usia. Hasil penelitian dari 40 sistematis dan berusaha untuk mengurangi
responden menunjukkan bahwa responden atau menghilangkan ketegangan otot tersebut
yang paling banyak memiliki kebutuhan (Alim, 2009).
istirahat tidur baik hanya 10 responden Berdasarkan penelitian Austaryani
(25%). Pemenuhan istirahat tidur yang cukup (2012) hasil penelitian diperoleh terdapat
sebanyak 28 responden (70%). Padahal lansia perbedaan tingkat insomnia pada lansia
sudah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan sebelum dan sesudah dilakukan terapi
tidur dengan baik (Marli, 2011). Untuk relaksasi otot progresif. Penelitian ini juga
menunjang kualitas tidur pada lansia dapat di didukung oleh Safitri, Rusiana dan Idris
tingkatkan dengan mengajarkan cara ± cara (2013) diperoleh terdapat perbedaan kualitas
yang dapat menstimulus untuk memotivasi tidur pada lansia sebelum dan sesudah
tidur. Salah satu cara yang bisa dilakukan dilakukan terapi relaksasi otot progresif.
yaitu terapi relaksasi otot progresif. Menurut Berdasarkan hasil survei pendahuluan
Herodes (2010), terapi relaksasi otot yang saya lakukan jumlah lansia seluruhnya
progresif adalah teknik relaksasi otot dalam di panti jompo yayasan guna budi bakti
yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan medan 62 orang. Dengan wawancara kepada
atau sugesti. 62 orang lansia yang dilakukan peneliti di
Relaksasi ini diperkenalkan oleh Panti jompo yayasan guna budi bakti medan
Edmund jacobson pada tahun 1938 (Conrad Tahun 2017, 35 orang diantaranya
Dan Roth, 2010). Selain untuk memfasilitasi mengatakan sering terbangun pada tengah
tidur, relaksasi otot progresif juga bermanfaat malam dan susah untuk tidur kembali. Selain
untuk ansietas, mengurangi kelelahan, kram itu, didapatkan juga informasi bahwa
otot serta nyeri leher dan punggung (Berstein, kesulitan tidur disebabkan karena mereka
Borkovec, Dan Steven, 2011). selalu merasakan nyeri pada punggung bawah
Progressive muscle relaxation adalah (terkadang tidur pukul 23:00 wib dan
terapi relaksasi dengan gerakan terbangun pada pukul 03.00 wib) pernyataan
mengencangkan dan melemaskan otot ± otot kondisi seperti ini di benarkan oleh beberapa
pada satu bagian tubuh pada satu bagian pengasuh yang bekerja dipanti jompo
tubuh pada satu waktuuntuk memberikan yayasan guna budi bakti medan. Hal ini, jika
perasaaan relaksasi secara fisik.Gerakan tidak segera ditangani akan berdampak buruk
mengencangkan dan melemaskan secara bagi kesehatan lansia seperti timbulnya
progresif kelompok otot ini dilakukan secara penyakit diabetes melitus, jantung, stroke,
berturut ± turut (Synder & Lindquist, 2002.). depresi, dan menurunnya kekebalan tubuh
Relaksasi otot progresif menurut (stuart, yang berada di tempat tersebut. Berdasarkan
2005) merupakan suatu terapi relaksasi yang fenomena tersebut, maka peneliti tertarik
diberikan kepada lansia dengan menegangkan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
otot ± otot tertentu.Relaksasi progresif adalah terapi relaksasi otot progresif terhadap
salah satu cara dari teknik relaksasi kualitas tidur pada lansia dipanti jompo guna
mengombinasikan latihan napas dalam dan budi bakti medan Tahun 2017.
serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot
tertentu (Kustanti dan Widodo, 2008).
295
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017
budi bakti medan Tahun 2017 sebanyak 62 3) Tinggal di Panti Jompo yayasan
orang. Guna budi bakti Medan dan
bersedia menjadi responden.
Sampel b. Kriteria Eksklusi
Pengambilan sampel dalam penelitian 1) Lansia yang tidak kooperatif
ini ditentukan dengan menggunakan 2) Lansia yang mengkonsumsi obat
accidental sampling yaitu pengambilan tidur dalam 1 minggu terakhir
sempel dengan mengambil seluruh responden 3) Lansia yang memiliki
yang ada saat penelitian dilakukan dengan keterbatasan/kelumpuhan.
berdasarkan sesuai keriteria inklusi dan
eksklusi. Tempat Penelitian
a. Kriteria Inklusi Penelitian ini dilaksanakan di Panti
1) Subyek yang mengalami gangguan jompo yayasan guna budi bakti medan Tahun
tidur. 2017.
Lansia dengan usia 60 ± 85 tahun.
2) Dapat mendengar dan melihat Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
april 2017.
Definisi Operasional
Analisa Bivariat
Tabulasi Silang Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Kualitas Tidur pada
Lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Tahun 2017
Tabel 6. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Panti
Jompo Yayasan Guna Bakti Medan Tahun 2017 (n=30)
Kualitas Tidur Lansia Kualitas Tidur Lansia Setelah Intervensi
Total P Value
Sebelum Intervensi Kualitas Tidur Baik Kualitas Tidur Buruk
Kualitas Tidur Baik 9 1 10 0,003
Kualitas Tidur Buruk 12 8 20
Total 21 9 30
302
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017
Berdasarkan tabel 6 didapat bahwa pada lansia antara lain proses penuaan,
sebelum diberikan terapi relaksasi otot gangguan psikologis, gangguan medis umum,
progresif terdapat 10 responden yang gaya hidup, faktor lingkungan fisik, dan
memiliki kualitas tidur baik, setelah diberikan faktor lingkungan sosial (Ernawati dan Agus,
terapi relaksasi otot progresif didapatkan 9 2012). Dari hasil wawancara reponden juga
responden yang memiliki kualitas tidur baik mengatakan bahwa mereka sulit memulai
dan 1 responden yang memiliki kualitas tidur tidur dan sering terbangun dimalam hari dan
buruk. Dan dari 20 responden yang memiliki sulit untuk tidur kembali, meskipun tertidur
kualitas tidur buruk sebelum diberikan terapi kembali harus menunggu beberapa menit atau
relaksasi otot progresif, didapatkan 12 beberapa jam.
responden yang memiliki kualitas tidur baik Menurut peneliti bahwa mayoritas
setelah diberikan terapi relaksasi otot responden memiliki kualitas tidur yang buruk
progresif dan 8 responden yang memiliki hal ini dikarenakan proses penuaan yang
kualitas tidur buruk setelah diberikan terapi dialami oleh responden dimana di usia tua
relaksasi otot progresif. responden rentan terkena penyakit
Dari hasil uji statistik menggunakan Uji degeneratif termasuk penyakit nyeri
Mc. Nemar didapatkan p value = 0,003 punggung bawah dan juga
(P<0,05), menunjukkan bahwa ada pengaruh persendiansehingga ini akan menggangu
terapi relaksasi otot progresif terhadap jadwal tidur responden akibat nyeri yang
kualitas tidur pada lansia di Panti Jompo mereka alami.
Yayasan Budi Guna Bakti Medan Tahun
2017. Kualitas Tidur Sesudah Intervensi
Berdasarkan hasil penelitian di Panti
PEMBAHASAN Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan
Tahun 2017, mayoritas responden memiliki
Interprestasi Dan Diskusi Hasil kualitas tidur baik sesudah dilakukan
intervensi sebanyak 70,0%. Hal ini
Kualitas Tidur Sebelum Intervensi disebabkan efek dari terapi relaksasi
Berdasarkan hasil penelitian di di Panti membuat semua otot-otot lansia menjadi
Jompo Yayasan Budi Guna Bakti Medan rileks sehingga keadaan ini membuat lansia
Tahun 2017, mayoritas responden memiliki semakin nyaman dan mudah tertidur.
kualitas tidur buruk sebelum dilakukan Hasil Peneitian ini sejalan dengan
intervensi sebanyak 66,7%. Hal ini penelitian Rasyid dan Nisma (2014) tentang
disebabkan responden masih belum pengaruh terapi relaksasi napas dalam
mendapatkan terapi relaksasi dari peneliti terhadap kualitas tidur lansia, dari hasil
sebelumnya dimana gangguan tidur ini dapat penelitian didapatkan mayoritas responden
disebabkan oleh proses penuaan yang terjadi. sebanyak 36 orang (65,1%) memiliki kualitas
Hasil Peneitian ini sejalan dengan tidur yang baik setelah dilakukan intervensi.
penelitian Andi (2011) tentang pengaruh Dan demikian juga dengan penelitian Rendra
terapi tertawa terhadap kualitas tidur pada dan Asni (2012) tentang pengaruh relaksasi
lansia, dari hasil penelitian didapatkan Benson terhadap peningkatan kualitas tidur
mayoritas responden sebanyak 21 orang pada lansia, dari hasil penelitian didapatkan
(40,5%) memiliki kualitas tidur yang buruk mayoritas responden sebanyak 48 orang
sebelum dilakukan intervensi. Dan demikian (64,8%) memiliki kualitas tidur yang baik
juga dengan penelitian Khalil (2013) tentang setelah dilakukan intervensi.
pengaruh senam lansia dalam peningkatan Hasil penelitian tingkat kualitas tidur
kualitas tidur pada lansia, dari hasil penelitian responden sesudah terapi relaksasi otot
didapatkan mayoritas responden sebanyak 37 progresif menunjukkan bahwa tingkat
orang (56,3%) memiliki kualitas tidur yang kualitas tidur sesudah terapi relaksasi otot
buruk sebelum dilakukan intervensi. progresif mengalami penurunan. Penurunan
Menurut Rafknowledge bahwa faktor- tingkat kualitas tidur ini dikarenakan adanya
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur efek dari terapi relaksasi otot progresif. Hal
303
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017
tersebut sesuai dengan teori Ramdhani (2000, diperoleh ada pengaruh latihan relaksasi otot
dalam Triyant, 2014) bahwa teknik relaksasi progresif terhadap pemenuhan kualitas tidur
semakin sering dilakukan terbukti efektif lansia (p=0, . ,05).
mengurangi ketegangan dan kecemasan, Relaksasi progressive efektif untuk
mengatasi kualitas tidur dan asma. meningkatkan kualitas tidur pada lansia,
Menurut peneliti bahwa mayoritas selain itu memberefek secara fisik dengan
responden memiliki kualitas tidur yang baik stabilnya tekanan darah lansia setelah
setelah dilakukan intervensi hal ini diberikan relaksasi progressive. Masalah
dikarenakan saat dilakukan terapi relaksasi yang dialami oleh responden yaitu kualitas
otot progresif responden akan mengalami tidur mereka menurun karena ada perubahan
relaksasi sehingga ini memungkinkan setiap aktifitas (tidak bekerja), kondisi tubuh dan
otot responden mengalami relaksasi dimana panca indra yang menurun, ada penyakit
keadaan ini akan membuat responden dalam bawaan, dan pola makan yang kurang teratur.
keadaan nyaman sehingga responden mudah Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya
untuk mendapatkan tidur fungsi gerak otot lansia sehingga berpengaruh
pada kondisi fisik, tekanan darah maupun
Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif pola tidurnya yang menyebabkan mereka
terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di sering mengalami kualitas tidur.
Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Hal tersebut di atas sesuai dengan teori
Medan Tahun 2017 yang dikemukakan oleh Edmund (dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang Erliana, 2011) bahwa latihan relaksasi otot
dilakukan di Panti Jompo Yayasan Guna progresif yang dilaksanakan 20-30 menit,
Budi Bakti Medan Tahun 2017, dari hasil uji satu kali sehari secara teratur selama satu
statistik menggunakan uji Mc. Nemar minggu cukup efektif dalam menurunkan
didapatkan p value = 0,003 (P<0,05), kesulitan tidur pada lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi Jacobson ini dilanjutkan oleh para
relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pengikutnya diantaranya Benson (dalam
pada lansia yang tingga di Panti Jompo Hidayat, 2013). Dalam penelitian Austaryani
Yayasan Guna Budi Bakti. dan widodo (2012) mengemukakan relaksasi
Dalam penelitian ini didapatkan data otot progresif dapat menurunkan denyut nadi
sebelum dilakukan intervensi terdapat 10 dan tekanan darah, juga mengurangi keringat
responden memiliki kualitas tidur baik tetapi dan frekuensi pernafasan. Relaksasi otot yang
setelah dilakukan intervensi didapatkan dalam, jika dikuasai dengan baik mempunyai
responden yang memiliki kualitas tidur baik efek seperti obat antiansietas.
sebanyak 9 orang dan buruk 1 orang. Latihan-latihan terapi relaksasi otot
Keadaan ini menunjukkan bahwa terjadi progresif yang dikombinasikan dengan teknik
penurunan kualitas tidur responden meskipun pernapasan yang dilakukan secara sadar dan
telah dilakukan intervensi, hal ini terjadi menggunakan diafragma, memungkinkan
akibat adanya responden yang tidak abdomen terangkat perlahan dan dada
melakukan terapi dengan benar serta mengembang penuh. Teknik pernapasan
timbulnya kekambuhan pada penyakit yang tersebut, mampu memberikan pijatan pada
dialami responden seperti nyeri punggung jantung yang menguntungkan akibat naik
bawah yang sering menyerang lansia. turunnya diafragma, membuka sumbatan-
Sehingga keadaan ini mengakibat responden sumbatan dan memperlancar aliran darah ke
menjadi susah tertidur dan mudah bangun jantung serta meningkatkan aliran darah ke
pada malam hari akibat nyeri yang dialami. seluruh tubuh. Aliran darah yang meningkat
Hasil penelitian ini sejalan dengan juga dapat meningkatkan nutrien dan
penelitian yang dilakukan oleh Ana (2012) oksigen. Peningkatan oksigen di dalam otak
tentang pengaruh latihan relaksasi otot akan merangsang peningkatan sekresi
progresif terhadap pemenuhan kualitas tidur serotonin sehingga membuat tubuh menjadi
lansia, dari hasil yang didapatkan setelah tenang dan mudah untuk tertidur (Erliana,
melakukan terapi relaksasi otot progresif, 2012).
304
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017
Menurut peneliti bahwa ada pengaruh kualitas hidup lansia dan mutu
terapi relaksasi otot progresif terhadap pelayanan keperawatan.
kualitas tidur pada lansia, hal ini disebabkan 3. Bagi Lansia
terapi relakasasi yang dilakukan akan Diharapkan agar dapat aktif dalam
mempengaruhi jantung untuk memompakan melakukan kegiatan relaksasi otot
darah ke seluruh tubuh sehingga dalam progresif dan bisa menerapkannya dalam
keadaan ini pasokan darah yang mengalir ke kehidupan sehari-hari, sehingga kualitas
otak akan semakin meningkat, peningkatan tidur lansia dapat terpenuhi.
aliran darah ini akan membuat nutrien dan 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
oksigen meningkat dan tentu kondisi ini akan Di harapkan agar penelitian ini dapat
merangsang otak untuk mengeluarkan dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya
serotonin ke seluruh tubuh sehingga pasien dengan menambahkan jumlah sampel
akan mudah mengalami relaksasi. dan meneliti faktor-faktor yang dapat
mempengaruh kualitas tidur pada lansia
KESIMPULAN selain relaksasi otot progresif, selain itu
diharapkan agar peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian mengenai dapat mengembangkan penelitian ini
pengaruh terapi relaksasi otot progresif dengan menggunakan 2 kelompok
terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti intervensi yaitu kelompok kontrol dan
Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan kelompok intervensi.
Tahun 2017, dapat disimpulkan bahwa:
1. Mayoritas responden memiliki kualitas DAFTAR PUSTAKA
tidur buruk sebelum dilakukan intervensi
sebanyak 66,7%. Alim. (2011). Langkah-langkah Relaksasi
2. Mayoritas responden memiliki kualitas Otot Progresif.
tidur baik sesudah dilakukan intervensi http://www.psikologizone.com/langka-
sebanyak 21 orang 70,0%. langkah-relaksasi-otot-progresif.
3. Ada pengaruh terapi relaksasi otot Austaryani. (2012). Pengaruh Terapi
progresif terhadap kualitas tidur pada Relaksasi Otot Progresif terhadap
lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Perubahan Tingkat Insomnia pada
Budi Bakti Medan Tahun 2017 dengan p Lansia di Posyandu Lansia Desa
value = 0,003 (P<0,05). Gonilan, Kartasura
Berstein, Borkovec, Stevens, et al. (2011).
SARAN The Journal: New Direction in
Progressive Relaxation Training a
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Guidebook for Helping. USA: Praeger
Diharapkan agar institusi pendidikan Publisher.USA
dapat meningkatkan kemampuan Bukit. (2013). Keperawatan Lanjut Usia.
mahasiswa dengan memberikan materi Yogyakarta: Graha Ilmu.
tentang manfaat relaksasi otot progresif Buku Kedokteran EGC Conrad, A. & Roth,
sehingga mahasiswa dapat W.T. (2010). Muscle Relaxation for
menerapkannya dalam pemberian Anxiety Disorder: It Works But How?.
asuhan keperawatan gerontik, khususnya The Journal of Anxiety Disorder, 243-
pemenuhan kualitas tidur lansia. 264. http://www.laboratoriosilesia.com.
2. Bagi Panti Jompo Yayasan Guna Budi Buysse. (2011). The Pittsburgh Sleep Quality
Bakti Index: A New Instrument for Psychiatric
Diharapkan agar pengurus Panti Jompo Practice and Research. Journal of
Yayasan Guna Budi Bakti dapat Psychiatric Research 2011, 28(2), 193-
melaksanakan dan membuatnya dalam 213
jadwal aktivitas sehari-hari pada lansia Davis. (2010). Panduan Relaksasi dan
khususnya untuk pemenuhan kualitas Reduksi Stres Edisi III. Jakarta.
tidur dalam rangka meningkatkan
305
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017
306