Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menua merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh. Perubahan yang
terjadi pada system muscular terkait usia pada lansia diantaranya redistribusi
masa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot,
pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan, dan kekuatan sendi.
Penurunan pada masa tulang dapat disebabkan karena ketidakaktifan fisik,
perubahan hormonal, dan resorpsi tulang (Maryam, 2008).
Menurut Badan Pusat Statistik, Jumlah Lansia di Indonesia tahun 2020
diperkirakan sekitar 10,0% jiwa atau sekitar dari total jumlah penduduk, dan
jumlah ini meningkat terus menerus secara signifikan. Data lain menurut
laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Burean
Of the Census United States of America ( 1993 ), dilaporkan bahwa indonesia
pada tahun 1990-2025 akan mengalami kenaikan jumlah lansia sebesar 414%,
yang merupakan angka yang paling tinggi di seluruh dunia. Hal ini merupakan
konsekuensi logis berhasilnya pembangunan, yaitu bertahannya usia harapan
hidup dan bertambahnya jumlah lansia di indonesia (Darmojo, 2007). Dari
hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan Lanjut usia (Lansia)
yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 Provinsi tahun 2007 diketahui bahwa
penyakit terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%),
hipertensi (38,8%), anemia (30,7%), dan katarak (23%). Penyakit-penyakit
tersebut merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Roehadi, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di UPT PSLU Jombang di
pada bulan september 2020 sampai oktober 2020 dari 70 klien yang
mengalami nyeri kronis berjumlah 50 klien (UPT PSLU). Angka ini
menunjukkan bahwa rasa nyeri sudah cukup mengganggu aktivitas
masyarakat Indonesia, terutama mereka yang memiliki aktivitas.
Banyak macam penyakit yang memperlihatkan gejala nyeri tergantung
pada penyakit yang mendasari. Secara umum penderita nyeri akan merasa
nyeri pada sendi dan tulang, dan biasanya mulai terjadi pada usia pertengahan
(Junaidi, 2006). Dampak pada nyeri apabila teknik relaksasi tidak dilakukan,
maka klien akan mengalami nyeri yang tidak bisa ditangani oleh individu,
gelisah, meringis, perubahan frekuensi pernapasan, nadi, peningkatan tekanan
darah, detak jantung lebih cepat (Potter dan Perry, 2006)
Salah satu tanggung jawab perawat adalah memberi kenyamanan dan rasa
aman kepada pasien dengan cara membantu pasien dalam menemukan cara
mengatasi nyeri ada sejumlah terapi yang perawat lakukan diantaranya yaitu
menggunakan teknik relaksasi. Teknik relaksasi dapat digunakan saat individu
dalam kondisi sehat atau sakit dan merupakan upaya pencegahan untuk
membantu tubuh segar kembali dengan meminimalkan nyeri secara efektif
(Perry, 2006). Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun keadaanya harus
diatasi karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia sebagaimana
dalam Hiraki Maslow seseorang yang mengalami nyeri akan berdampak pada
kehidupan sehari-hari (Petter dan Perry, 2006)
Dari latar belakang di atas, sehingga penulis tertarik mengambil Judul
Penerapan Tehnik Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengatasi Nyeri Kronis pada
Lansia di UPT PSLU Jombang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumusan masalah yang
muncul yaitu “Bagaimana Penerapan Tehnik Relaksasi untuk Mengatasi Nyeri
Kronis pada Lansia?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mempraktikkan Penerapan Tehnik Relaksasi untuk Mengatasi
Nyeri Kronis pada Lansia
2. Tujuan Khusus
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik meliputi :
a. Melakukan pengkajian pada klien lansia dengan masalah nyeri kronik
pada lansia.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien lansia dengan masalah
nyeri kronik pada lansia.
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
masalah nyeri kronik pada penderita lansia.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat pada klien lansia
dengan masalah nyeri kronik pada lansia.
e. Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada klien lansia dengan masalah
nyeri kronik pada lansia.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep praktek pekerjaan sosial
terutama tentang penerapan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi
nyeri kronis pada lansia.
2. Manfaat Praktis
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi
keperawatan dalam upaya penyempurnaan Penerapan Tehnik Relaksasi
Untuk Mengatasi Nyeri Kronis pada Lansia.

a. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
Penerapan Tehnik Relaksasi Untuk Mengatasi Nyeri Kronis pada
Lansia.
b. Bagi Lahan Praktek
Sebagai masukan dalam Penatalaksanaan Penerapan Tehnik Relaksasi
Untuk Mengatasi Nyeri Kronis pada.
c. Bagi Penulis
Penulis mampu memperdalam Penerapan Tehnik Relaksasi Untuk
Mengatasi Nyeri Kronis pada Lansia.
d. Bagi Klien
Menambah ilmu pengetahuan dan pengalan dalam merawat diri sendiri
ataupun orang lain yang berhubungan dengan Masalah Nyeri Kronik
pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia


1. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.
13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2008).
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, Lanjut Usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita
(Kushariyadi, 2011).

Anda mungkin juga menyukai