Anda di halaman 1dari 16

FISIOTERAPI GETRIATRI PADA LANSI

MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Patologi Khusus

Dosen Pengampu

dr. Nurbaeti,SP.PA,M.Kes

Disusun:

1. Alfi Fadilah (45010720A002)


2. Faika Nabila C. (45010720A006)
3. Indri Damayanti (4501720A008)
4. Ivana Aulya U. (45010720A010)
5. Rosa Handayani (45010720A011)
6. Taufiq Darmawan (45010720A012)
7. Geri Fahrul R. (45010720A015)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dah
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan judul
“Fisioterapi Geriatri Pada Lansia“ tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam juga tak lupa tercurah kepada Baginda Nabi besar kita,
Nabi Muhammad SAW, semoga kita selalu berada dalam lindungan nya.Amin ya
robbal’alamin.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
patologi khusus yang diajarkan oleh dr. Nurbaeti,SP.PA,M.Kes
Kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna,kedepannya penulis akan lebih focus dalam menjelaskan tentang makalah
diatas yang lebih banyak di pertanggung jawab

Penulis
2021

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang,……………………………………………………....... 1
1.1. Rumusan masalah……………………………………………………... 2
1.2. Tujuan ………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Geriatri ...................................................................................... 3
2.2 Tujuan pemeriksaan kekuatan otot .............................................................. 3
2.3 Fungsi pemeriksaan sensormotorik ............................................................. 3
2.4 Cara pendosisan Geriatric ........................................................................... 4
2.5 Batasan Usia ................................................................................................ 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 5
3.2 Saran ............................................................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……... 6

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Di masa yang akan datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah
tahun 1990 jumlah lansia 6,3 persen (11,3 juta orang) pada tahun 1990 jumlah
lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang.tahun 2020 jumlah lansia di
Indonesia diperkirakan akan menempati urutan ke 6 terbanyak didunia dan
melebihi jumlah lansia di brazil
Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya
mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia
Peningkatan jumlah lansia tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan
nasional Indonesia. Keberhasilan itu dapat dilihat dari adanya peningkatan
kesejahteraan rakyat dan kemajuan dibidang teknologi. Hal itu mengakibatkan
perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit degenarasi dan
kardiovaskuler.
Lansia bukan suatu penyakit ,namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan.penurunan kemampuan berbagai organ,
fungsi dan system tubuh bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan disebkan
berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. (Wengert 2017)
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria
maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka
yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada
orang lain untuk menghidupi dirinya
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan
menjadi usia lanjut(60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih
dari 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan)
Di Indonesia lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2
Untuk mempertahankan kulitas hidup, tetap aktif dan produktif, lansia
membutuhkan kemudahan dalam beraktivitas. Kemudahan dalam beraktivitas
akan membantu lansia melakukan kegiatannya tanpa hambatan.peran
fisioterapi dalam hal itu meliputi aspek peningkatan (promotive), pencegahan
(preventive), pengobatan (curative), pemulihan (rehabilitative), dan
pemeliharaan (maintenance).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian geriatri?
2. Apa tujuan pemeriksaan kekuatan otot ?
3. Bagaimana fungsi pemeriksaan sensomotorik ?
4. Bagaimana cara pendosisan pada pasien geriatri?
5. Berapa batasan usia lanjut ?
6. Bagaimana penanganan terapis fisik dalam team geriatric?
7. Bagaimana Peran Aktivitas Fisik dan Latihan dalam Memaksimalkan Penuaan
Optimal?
8.Bagaimana Objektivitas dalam Penggunaan Alat Hasil?
9. Bagaimana Pengambilan Keputusan Klinis di Geriatri
Terapi fisik?

1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian geriatric
2. mengetahui tujuan pemeriksaan kekuatan otot
3. mengetahui fungsi pemeriksaan sensomotorik
4. mengetahui cara pendosisan pasien geriatric
5. mengetahui batasan usia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Geriatri
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya
tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian
misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,
endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiringmeningkatnya usia
sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan ,serta sistem organ.
Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan
psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dansosial lansia. Sehingga
secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living.
2.2 Tujuan pemeriksaan kekuatan otot
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot
secara manual, pemeriksaan ini ditunjukan untuk mengetahui kemampuan
mengontraksikan kelompok otot secara volunteer. lansia yang tidak mampu
mengontraksikan otot nya secara aktif dan volunteer tidak tepat apabila diberikan
MMT standar. Pemeriksaan kekuatan otot mrnggunakan MMT akan membantu
penegakan diagnosis klinis,penentuan jenis terapi,jenis alat bantu yang diperlukan
dan prognosis.
2.3 Fungsi pemeriksaan sensormotorik
Koordinasi dan keseimbangan saat dilakukan tes koordinasi selain factor
kemampuan melakukan gerakan fator kecepatan untuk membentuk gerakan juga
harus dipertimbangkan.gerakan harus halus dan akurat dengan arah
gerakan,kecepatan dan ketegan otot harus tepat. (Pudjiastuti, Surini, and Utomo
2003)
Pemeriksaan dapat dibagi dalam Pemeriksaan koordinasi non ekuilibrium, gerakan
ketika tubuh tidak pada posisi tegak. Kemudian ada pemeriksaan ekuilibrium, untuk
menilai komponen statis dan dinamis dari postur dan keseimbangan ketika tubuh

3
dalam posisi berdiri ,meliputi gerakan motoric kasar dan observasi tubuh saat static
dan dinamis.
4

2.4 Cara pendosisan Geriatric


Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan
atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam maupun obat
luar.Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud adalah dosis maksimum dewasa untuk
pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rectal. Selain itu dikenal juga istilah
dosis lazim.
Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien kepada pasien untuk menghasilkan
efek yang diharapkan tergantung banyak faktor antara lain umur, bobot badan, luas
permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit dan kondisi penderita.Dengan
dosis obat dimaksud jumlah obat yang diberikan kepada penderitadalam satuan berat
(gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya
(Unit Internasional). Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosist erapeutik
terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan.
2.5 Batasan Usia
Batasan-batasan usia lanjut Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu
berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old ) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old ) diatas usia 90 tahun

2.6 Penanganan Terapis Fisik dalam Team Geriatri


Terapis fisik yang bekerja dengan orang dewasa yang lebih tua harusbersiaplah untuk
melayani sebagai perawatan primer otonom praktisi, dan sebagai konsultan, pendidik
(pasien dan komunitas), peneliti klinis (kontributor dan penilai kritis), manajer kasus,
advokat pasien, anggota tim interdisipliner, dan manajer praktik(Elrod 2020).Meskipun
tidak satu pun dari peran ini yang unik untuk terapi fisik geriatri, yang unik adalah yang
luar biasa .Variabilitas di antara pasien dewasa yang lebih tua dan keteraturan yang
dihadapi terapis fisik geriatric pasien dengan kebutuhan yang sangat kompleks. tidak
seperti tipikal individu yang lebih muda, orang dewasa yang lebih tua mungkin memiliki
beberapa kondisi komorbiditas yang rumit dalam.Selain kondisi yang telah membawa
mereka ke terapi fisik.
4
Pasien dengan diagnose medis yang sama sering menunjukkan variabilitas yang besar
dalam fungsional dasar status dan mungkin secara bersamaan menghadapi tekanan
psikososial yang signifikan seperti kehilangan pasangan, kehilangan aspek penting dari
independensi, atau perubahan dalam tempat tinggal. Dengan demikian, masalah kognitif
seperti depresi, ketakutan,reaksi terhadap perubahan, dan masalah keluarga dapat
memperumit aspek fisik dan memberikan tantangan tambahan untuk terapis fisik. Terapis
fisik harus kreatif, memperhatikan petunjuk fungsional tentang gangguan yang dapat
dimodifikasi atau akomodatif yang mendasarinya, dan dengarkan baik-baik pasien untuk
memastikan penetapan tujuan benar-benar mewakili tujuan yang disepakati
bersama.Selain itu, pasien yang lebih tua kemungkinan akan diikuti oleh beberapa
penyedia layanan kesehatan, sehingga membuat terapis fisik anggota tim (apakah itu tim
diidentifikasi secara informal atau formal).
Dengan demikian,terapis fisik harus berbagi informasi dan berkonsultasi dengan anggota
tim lainnya; mengenali tanda dan gejala yang menunjukkan kebutuhan untuk merujuk ke
praktisi lain; mengkoordinasikan layanan; memberikan edukasi kepada pasien dan
pengasuh/keluarga; dan mengadvokasi kebutuhan pasien dan keluarganya.Terapis fisik
yang menemukan geriatri khususnya bermanfaat dan menarik cenderung menjadi praktisi
yang tidak menyukai dunia klinis pasien "rutin". Para praktisi ini senang menjadi kreatif
dan ditantang untuk membimbing pasien melalui labirin yang kompleks untuk mencapai
tujuan mereka tingkat penuaan optimal tertinggi; dan nikmati membuat lebih banyak
dampak pribadi pada perawatan pasien mereka. Navigasisolusi yang efektif di tengah-
tengah set kompleks masalah pasien secara profesional meneguhkan dan jarang
membosankan atau rutin.
2.7 Peran Penting Aktivitas Fisik dan Berolahraga dalam Memaksimalkan Penuaan
yang Optimal
Kurangnya aktivitas fisik (gaya hidup sedentary) adalah penyebab utama masalah
kesehatan masyarakat di seluruh kelompok umur. Hanya 22% dari orang dewasa yang
lebih tua melaporkan terlibat dalam waktu senggang yang teratur aktivitas fisik(Guccione,
Wong, and Dale 2012). Gaya hidup menetap meningkatkan tingkat penurunan fungsional
terkait usia dan mengurangi kapasitas untuk keberlanjutan latihan untuk mendapatkan
kembali cadangan fisiologis setelah cedera atau sakit. Sangat penting bahwa fisik terapis
secara terbuka menangani perilaku menetap sebagai bagian dari rencana perawatan untuk
pasien dewasa mereka yang lebih tua. Latihan mungkin menjadi alat yang paling penting
terapis fisik harus secara positif mempengaruhi fungsi dan meningkatkan aktivitas fisik
menuju penuaan yang optimal.
5
Meskipun kumpulan bukti yang terdefinisi dengan baik untuk memandu keputusan
tentang intensitas optimal, durasi, dan cara resep latihan, terapis fisik sering kurang
memanfaatkan latihan, dengan dampak negatif pada potensi untuk mencapaihasil yang
optimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kurangnya penggunaan resep latihan
yang dibangun dengan tepat dapat dikaitkan dengan faktor-faktor seperti bias usiabahwa
harapan yang lebih rendah untuk fungsi tingkat tinggi, kurang kesadaran akan norma
fungsional berdasarkan usia yang dapat digunakan untuk menetapkan tujuan dan
mengukur hasil, dan dirasakan serta pembatasan nyata yang diberlakukan oleh pembayar
pihak ketigamengenai jumlah kunjungan atau jenis intervensi (misalnya, pencegahan)
yang ditanggung dan diganti di bawah manfaat asuransi seseorang. Terapis fisikharus
mengambil setiap kesempatan untuk menerapkan berbasis buktirekomendasi untuk
aktivitas fisik dan olahraga program yang mendorong perubahan gaya hidup positif
dan,dengan demikian, memaksimalkan penuaan optimal.
2.8 Objektivitas dalam Penggunaan Alat Hasil
Orang dewasa yang lebih tua menjadi semakin berbeda dengan bertambahnya usia.
Orang yang berusia sama bisa lemah dan tinggal di panti jompo atau menjadi atlet
senior yang berpartisipasi dalam triathlon. Perbedaan tidak dapat dikaitkan dengan
usia saja dan dapat menantang terapis untuk menetapkan tujuan yang tepat dan
harapan. Penanda fungsional berguna untuk dihindari stereotip dan undershooting
yang tidak tepat dari orang yang lebih tua potensi fungsional orang dewasa. Tes
fungsional, terutama yang memiliki nilai normatif, dapat memberikan gambaran yang
lebih objektif dan deskripsi yang dipahami secara universal tentang kinerja aktual
relatif terhadap orang dewasa yang lebih tua dengan usia yang sama, berfungsi
sebagai bahasa umum dan sebagai dasar untuk mengukur kemajuan. Misalnya,
menggambarkan seorang pria berusia 82 tahun di kecepatan berjalan (0,65 m/s), tes
jalan kaki 6 menit (175 m), Tes keseimbangan Berg (26/56), dan kenaikan kursi 5-
pengulangan berjangka waktu (0) memberikan deskripsi yang lebih akurat daripada
"yang lebih tua" pria yang membutuhkan bantuan mod dua orang untuk mentransfer,
berjalan 75 kaki dengan alat bantu jalan, dan yang kekuatannya adalah WFL.” Tes
yang andal, valid, dan responsif, sesuai untuk berbagai berbagai kemampuan,
meningkatkan latihan dan memberikan yang berharga informasi untuk pasien kami
dan sumber rujukan.
6
2.9 Bagaimana Pengambilan Keputusan Klinis di Geriatri Terapi fisik?
Tujuan utama dari latihan terapi fisik adalah peningkatan kinerja manusia yang berkaitan
dengan pergerakan dan kesehatan. Menyediakan kerangka kerja untuk pengambilan
keputusan klinis dalam terapi fisik geriatri adalah:sangat penting karena volumenya yang
tipis informasi yang harus dibawa untuk menanggung pada klinis keputusan. Beberapa
kerangka konseptual disajikan dan diintegrasikan ke dalam model untuk memandu
pengambilan keputusan klinis terapi fisik di geriatri. NS model didasarkan pada
manajemen pasien-klien model Panduan Praktik Terapis Fisikdan menekankan peran
sentral dari gerakan fungsionalanalisis tugas dalam menetapkan diagnosis terapi fisikdan
memandu pilihan intervensi. Pemberdayaan-konsep disabilitas dari model disabilitas dari
International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF) dari Organisasi
Kesehatan Dunia jugadimasukkan ke dalam model ini, menggunakan bahasa ICF
untukmengkomunikasikan proses kecacatan dan penempatan penekanan substansial pada
menggambarkan dan menjelaskan faktor pribadi, medis, dan lingkungan yang
memungkinkan kemampuan fungsional atau meningkatkan kecacatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata geriatri berasal dari kata dalam bahasa Yunani, geron, yang berarti orang tua,
dan iatreia yang berarti penanganan terhadap penyakit. Dalam dunia medis,
kesehatan geriatri adalah cabang ilmu kesehatan yang berfokus pada diagnosis,
penanganan, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan tertentu akibat
penuaan.
Kategori lansia di Indonesia yaitu berusia atas 60 tahun. Kelompok usia ini lebih
rentan mengalami gangguan kesehatan dibanding usia lain. Berdasarkan statistik
penduduk Indonesia tahun 2019, jumlah penduduk lansia di seluruh Indonesia
mencapai sekitar 25 juta jiwa.
Peningkatan jumlah lansia tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan nasional
Indonesia. Keberhasilan itu dapat dilihat dari adanya peningkatan kesejahteraan
rakyat dan kemajuan dibidang teknologi. Hal itu mengakibatkan perubahan pola
penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit degenarasi dan kardiovaskuler.

3.2 Saran
1. Lansia diharapkan tidak terlalu memikirkan perubahan kondisi fisik dan
psikologis yang terjadi pada dirinya. Selain itu juga diharapkan dapat
meningkatkan hubungan sosial di lingkungannya, meningkatkan spritualitas,
dan memanfaatkan program yang dilaksanakan pemerintah yaitu Program
Kesehatan Lansia sehingga lansia masih tetap produktif dan dapat
meningkatkan kualitas hidupnya.
2. Keluarga diharapkan meningkatkan perannya bagi setiap anggota keluarga,
seperti: dapat meluangkan waktu sejenak untuk berkumpul dan mendengarkan
keluh kesah lansia, memberikan kasih sayang dan perhatian, memeriksakan
kesehatan lansia secara teratur, serta tidak menganggap lansia sebagai beban
sehingga dapat mendukung lansia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

5
DAFTAR PUSTAKA
Elrod, Cathy. 2020. Guccione’s Geriatric Physical Therapy Geriatric Physical
Therapy in the 21st Century: Overarching Principles and Approaches to
Practice. 4th ed. Elsevier Inc. http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-60912-
8.00001-4.
Guccione, Andrew, Rita Wong, and Avers Dale. 2012. Geriatric Physical Therapy
Geriatric Physical Therapy 3rd Edition.
Pudjiastuti, Surini, and Utomo. 2003. “Fisioterapi Pada Lansia.” Jakarta: EGC:
6097–98.
Wengert, Timothy J. 2017. “Study Guide.” Martin Luther’s Ninety-Five Theses: 49–
52.

Anda mungkin juga menyukai