Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh mahluk hidup biasanya melalui tahap penuaan, yang dimana
tahap terus menerus terjadi secara alami diawali dari lahir hingga wafat.
Tahap menua adalah hal yang lumrah serta akan di alami oleh seluruh orang
yang diberikan usia panjang serta tahapan kehidupan manusia. Individu
disebut usia lanjut (lansia) jika orang itu sudah berusia antar 65 tahun sampai
tutup usia, tahap senium (Zainiyah, 2022).
Tahapan menua bukan penyakit maupun keadaan yang mesti tak
berkemampuan, tetapi suatu tahapan lanjutan dari tahap kehidupan yang
dikenali dengan keterlambatan kemampuan fungsional yang kerap
diakibatkan dari beberapa masalah kronik. Tahap menua ialah hasil dari
semua transformasi yang terjadi dengan seiringnya masa, transformasi ini
menjadi pencetus sensivitas tubuh akan penyakit sebab minimnya
kemampuan tubuh saat tahap menyesuaikan diri saat mempertahankan
keseimbangan tubuh pada rangsangan di dalam atau luar tubuh (Hesti, 2010).
Pada bidang kesehatan peningkatan usia harapan hidup adalah salah satu
indikator dalam kesuksesan pembangunan. Menurut Depkes RI, (2007) rerata
usia harapan hidup tertinggi berada di Jepang yakni 80,93/tahun (laki-laki
77,63/tahun dan perempuan 84,41/tahun), Amerika serikat 77,14/tahun
(laki-laki 74,37/tahun dan perempuan 80,05/tahun), selain itu menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) prediksi lansia di Indonesia yang berumur lebih
dari 65 tahun sebanyak 7,18% pada tahun 2000 dan diprediksi meningkat
menjadi 8,5% pada tahun 2020 penduduk lansia di Indonesia sejumlah 28,8
juta atau 11,34 %, dan merupakan lansia yang terbesar di dunia
(Nurviyandari, 2011).
Kenaikan angka lansia perlu dibarengi oleh pemeliharaan kesejahteraan
lansia yang dinaungi oleh Depsos yang bermaksud menaikkan kualifikasi
kesehatan serta kualitas kehidupan guna menggapai masa tua yang bahagia
serta efektif di kehidupan keluarga juga masyarakat sesuai dengan
kehadirannya di masyarakat, maka lansia bisa merasakan sisa hidupnya
dengan damai, aman serta tentram lahir atau batin. Akan tetapi tetap
1
dijumpai lansia di Indonesia yang terlantar, dari 18 juta lansia, tercatat
sejumlah 2,8 juta lansia dan lansia berisiko terabaikan 4,6 juta lansia, hal ini
disebabkan oleh faktor ekonomi, trend hidup dan budaya (Zainiyah, 2022).
Penurunan serta transformasi struktur fungsi, baik fisik dan psikis pada
sistem muskuloskeletal bisa memengaruhi mobilitas fisik pada lansia yang
bisa terjadi gangguan pada mobilitas fisik pada lansia yang akan
memengaruhi kemampuan agar bisa berkegiatan. Gangguan mobilitas fisik
yang dialami lansia memengaruhi metamorfosis pada motorik yang
mencakup hilangnya kekuatan serta tenaga yang lazimnya ikut metamorfsis
fisik yang terjadi akibat bertambahnya umur, kehilangan kemampuan otot,
kekakuan persendian, gemetar pada tangan, kepala dan rahang bawah serta
biasanya diakibatkan terdapat gangguan pada muskuloskeletal, metamorfosis
fisik akan memengaruhi level kemandirian lansia. Hambatan mobilitas fisik
ialah keterbatasan pada gerakan fisik tubuh secara individual serta tertuju
pada satu atau lebih ekstremitas (SDKI, 2017).
Perawat mempunyai andil yang penting saat memberikan asuhan
keperawatan pada lansia dengan melaksanakan pengkajian aspek
biopsiko-sosio-spiritual. Asuhan keperawatan dapat mencegah gangguan
mobilitas fisik ialah memberikan cara pemakaian alat bantu jalan, menolong
ambulasi klien, mengedukasi cara praktik latihan rentang gerak guna menjaga
kekuatan otot klien, mengedukasi ROM pasif (SDKI, 2017). Menurut
fenomena serta data ini memunculkan penulis tertarik guna memahami serta
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. U dengan sindrom
geriatri gangguan mobilitas fisik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis
mengangkat judul asuhan keperawatan pada pasien dengan PPOK di Ruang
Kemuning RSUD M.Yunus Kota Bengkulu

2
C. Tujuan Pembahasan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami gambaran asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan mobilisasi

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
gangguan mobilisasi
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan mobilisasi
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan
gangguan mobilisasi
d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan mobilisasi
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan mobilisasi

D. Manfaat Pembahasan
1. Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien gangguan mobilisasi dengan tindakan
keperawatan yang komperehensif menjadi efektif

2. Bagi Instansi Pendidikan


Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pemberian materi
tentang mobilisasi dan menjadi referensi tingkatan selanjutnya dalam
membuat laporan pendahuluan pada jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu

3. Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian asuhan
keperawatan terkait dengan mobilisasi dan dapat digunakan sebagai
standar operasional prosedur dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien Mobilisasi

3
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pasien dan
keluarga mengenai tindakan pencegahan untuk mengurangi terjadinya
gangguan mobilisasi pada klien. Sehingga perawat, klien, dan keluarga
bisa bekerja sama untuk mengurangi dampak yang akan terjadi.

4
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN MOBILISASI

A. Konsep Dasar Kebutuhan Mobilisasi


1. Definisi Mobilisasi
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan,
yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun
dengan bantuan orang lain dan hanya dengan bantuan alat (Widuri, 2010).

Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya


koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010)

Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan


dengan bebas (Kozier, 2010).

Jadi mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk


bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya untuk dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

2. Etiologi
a. Penyebab utama immobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psiokologis. Penyebab
secara umum :
1) Kelainan postur
2) Gangguan perkembangan otot
3) Kerusakan system saraf pusat
4) Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromuscular
5) Kekakuan otot

5
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Mobilisasi :
1) Gaya Hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat
pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di
ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian
halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang
akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat
misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan
seorang pramugari atau seorang pemabuk.
2) Proses Penyakit dan Injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan
mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang
akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang
yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung
untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di
tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misalnya; CVA yang
berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
3) Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam
melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan
kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang
biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan
berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura
dan sebagainya.
4) Tingkat Energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi,
orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan
dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
5) Usia dan Status Perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya
dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam

6
masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya
dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

3. Klasifikasi
a) Jenis- Jenis Mobilitas:
1) Mobilitas Penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari- hari. Mobilitas penuh ini merupakan saraf
motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang.
2) Mobilitas Sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi
oleh gangguan saraf motorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya.
Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas
sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilngan kontrol mekanik
dan sensorik. Mobilitas sebagian di bagi menjadi 2 jenis, yaitu :
 Mobilitas Sebagian Temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabakan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
 Mobilitas Sebagian Permanen, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal
tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang refersibel.
Contohnya terjadinya hemiplegi karena stroke, paraplegi karena
cedera tulang belakang, poliomelitis karena terganggunya sistem
saraf motorik dan sensoris.

b) Rentang Gerak dalam Mobilisasi :

7
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1) Rentang Gerak Pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot
dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2) Rentang Gerak Aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya
berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3) Rentang Gerak Fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan
aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000).

4. Patofisiologi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi


sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot
Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.

Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot
tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot,. Gerakan volunter
adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian
energi meningkat.

Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus


otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang
melawan gravitasi. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh
dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi
menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah
rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang,

8
pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi
dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

5. Manifestasi Klinis
a) Kontraktur Sendi
Disebabkan karena tidak digunakan atrofi dan pendekatan saraf otot
b) Perubahan Eliminasi Urine
c) Eliminasi Urine pasien berubah karena adanya imobilisasi pada posisi
tegak lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke
dalam ureter dan kandung kemih akibat gaya gravitasi.
d) Perubahan Sistem Integument
e) Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan. Jaringan yang
tertekan, darah membentuk dan kontriksi kuat pada pembuluh darah
akibat tekanan persistem pada kulit dan struktur di bawah kulit sehingga
respirasi selular terganggu dan sel menjadi mati.
f) Perubahan Metabolik Ketika cidera atau stres terjadi, sistem endokrin
memicu serangkaian respon yang bertujuan untuk mempertahankan
tekanan darah dan memelihara hidup.
g) Perubahan Sistem Muskulus Skeletal
Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan
daya tahan, penurunan massa otot atrofi dan penurunan stabilitas.
h) Perubahan pada sistem respiratori
Klien dengan pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami
komplikasi pada paru- paru.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
9
b. CT scan (Computed Tomography)
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin
dan SGOT ↑ pada kerusakan otot

7. Penatalaksanaan
1. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan
kemampuan mobilitas pasien. Tujuan :
a. Mempertahankan kenyamanan
b. Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
c. Mempertahankan kenyamanan
2. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
a. Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk .
Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Menfasilitasi fungsi pernafasan
b. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri
Tujuan :
1) Melancarkan peredaran darah ke otak
2) Memberikan kenyamanan
3) Melakukan huknah
4) Memberikan obat peranus (inposutoria)
5) Melakukan pemeriksaan daerah anus
c. Posisi trelendang adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan
bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki

Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah

d. Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki


ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur.

3. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda


10
Tujuan :
a. Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur
b. Mempertahankan kenyamanan pasien
c. Mempertahankan kontrol diri pasien
d. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan

4. Membantu pasien berjalan


Tujuan :
a. Toleransi aktifitas
b. Mencegah terjadinya kontraktur sendi

11
8. Pathway

12
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien
Yaitu meliputi nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
alamat, pekerjaan,nomor RM, tanggal pengkajian, tanggal masuk
rumah sakit, diagnosa medis

b. Identitas Penanggung Jawab

Meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan antara penanggungjawab


dengan pasien.

c. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien


Meminta bantuan pelayanan seperti:
a) Apa yang dirasakan klien
b) Apa masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau pertahan dan sejak kapan dirasakan.
c) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup pasien
sehari hari.
d) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
Pasien.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan
yang dirasakan sekarang khusumya gangguan yang mungkin
sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan
kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu
aktivita klien, kondisi tidak dikeluhkan.

13
3) Riwayat diet.
Perubahan statur nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan
dapat mencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan makan
yang salah menjadi faktor penyebab, oleh karena itu perlu dikaji.

a) Penurunan berat badan drastic


b) Selera makan menurun
c) Pola makan dan minum sehari-hari
d) Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi Pencernaan
4) Riwayat Tidur
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur pasien,pola
tidur biana, Perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur,
Penggunaan obat tidur pola asupan diet, gejala yang dialami saat
tidur atau terbangun.

5) Status Sosial Ekonomi


Kaji status sosial ekonomi klien dengan menghindari
pertanyaanYang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan
melainkan lebih difokuskan pada kualitas pengelaan suatu nilai
tertuntu.

6) Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengkaji Kondisi kesehatan keluarga pasien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami pasien.

d. Pola kesehatan fungsional pola gordan


1) Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan
2) Pola nutrisi dan mutabolikPola cairan dan metabolik
3) Pola istirahat dan tidur
4) Para aktivitas dan latihan
5) Pola eliminasi

14
6) Pola persepsi dan kognitif
7) pola reproduksi dan seksual
8) Pola persepsi dan konsep diri
9) pola mekanisme kuping
10) pola nilai kepercayaan

e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum pasien
2) Kesadaran
3) Pemeriksaan TTV
4) Pemeriksaan kepala dan wajah
5) Bentuk kepala, kesimetrian, bentuk wajah, kelengkapan mata,
kebersihan hidung dan keadaan telinga
6) Pemeriksaan integument
7) Keadaan turgor kulit, lesi, kelainan kulitm tekstur dan warna kulit
8) Pemeriksaan thoraks dan jantung
9) Bentuk dada, bunyi normal pada jantung dan apakah ada pembesaran
pada jantung
10) Pemeriksaan abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, apakah ada kelainan pada abdomen, hati
dan lambung
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan :
1) Penurunan massa otot
2) Penurunan kekuatan otot
3) Kekakuan sendi
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
1) Imobilitas
2) Kelemahan
3) Tirah baring

15
c. Keletihan berhubungan dengan :
1) Kondisi fisiologis
2) Gangguan tidur
3) Stress berlebihan

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SLKI)
1. Gangguan Setelah duberikan Dukungan Observasi
Mobilitas intervensi selama Mobilisasi
1. Mengetahui
Fisik b.d 3x24 jam
Observasi adanya nyeri
penurunan diharapakan
massa otot pasien 1. Identifikasi 2. Mengetahui
menunjukkan adanya nyeri atau
mobilitas fisik keluhan fisik toleransi fisik
meningkat dengan lainnya untuk
kriteria hasil :
2. Identifikasi melakukan
1.Pergerakan toleransi fisik pergerakan
ekstremitas melakukan
meningkat pergerakan 3. Pemantauan

2.Kekuatan otot 3. Monitor Frekuensi


meningkat Frekuensi jantung dan
jantung dan
3.Rentang gerak tekanan darah
tekanan darah
(ROM) 4. Pemantauan
meningkat 4. Monitor Kondisi
umum kondisi umum
Terapeutik
Terapeutik
1. Untuk
1. Fasilitasi memfasilitasi
aktivitas aktivitas
mobilisasi mobilisasi
dengan alat dengan alat
bantu bantu
2. Fasilitasi 2. Untuk
melakukan mempermudah
16
pergerakan dalam
melakukan
3. Libatkan
pergerakan
keluarga untuk
membantu 3. Untuk
pasien dalam mendukung
meningkatkan agar pasien
pergerakan merasa lebih
semangat
Edukasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur 1. Menambah
mobilsasi wawasan pasien
2. Anjurkan 2. Agar pasien
melakukan
dapat
mobilisasi dini
melakukan
3. Anjurkan mobilisasi
mobilisasi
sederhana yang 3. Agar pasien
harus dilakukan mengetahui
mobilisasi yang
sederhana
2. Intoleransi Setelah dilakukan Terapi aktivitas 1. Untuk
aktivitas b.d intervensi mengetahui
Observasi : tingkat aktivitas
imobilitas keperawaran
selama 3x24 jam 1. Identifikasi 2. Untuk
maka toleransi defisit tingkat mengetahui
aktivitas sumber daya
aktivitas
meningkat dengan 2. Identifikasi aktivitas yang
kriteria hasil : sumber daya diinginkan
untuk aktivitas 3. Mengetahui
1. Keluhan lelah yang diinginka makna aktivitas
menurun yang dilakukan
3. Identifikasi
2. Frekuensi makna aktvitas Terapeutik
meningkat rutin
1. Membantu
3. Dispnea saat Terapeutik : untuk memilih
aktivitas 1. Koordinasikan aktivitas
menurun pemilihan berdasarkan
aktivitas sesuai usia
4. Dispnea usia 2. Supaya pasien
setelah dapat
2. Fasilitasi makna
aktivitas mengetahui
aktivitas yang
menurun dipili makna aktvitas
17
3. Tingatkan yang dipilih
aktvitas fisik
untuk 3. Untuk
memelihara berat Meningkatkan
badan aktivitas fisik

4. Fasilitasi 4. Untuk
mengembakan mengembangka
motivasi n motivasi dan
penguatan
Edukasi
Edukasi
1. Anjurkan cara
1. Agar
melakukan mengetahui
aktivitas yang aktivitas apa
dipilih yang akan
dipilih

3. Keletihan b.d Setelah dilakukan SIKI : Dukungan Observasi


kondisi intervensi Tidur 1. Untuk
fisiologis keperawatan mengetahui
selama 3x24 jam Observasi : pola aktivitas
maka diharapkan 1. Identifikasi Pola tidur
tingkat keletihan aktivitas tidur 2. Untuk
menurun dengan mengetahui
kriteria hasil : 2. Identifikasi factor
factor pengganggu
1. Tenaga pengganggu tidur
meningkat tidur
Terapeutik
2. Kemampuan Terapeutik
melakukan 1. Menciptakan
aktivitas rutin 1. Modifikasi lingkungan
Lingkungan yang nyaman
meningkat
2. Untuk
3. Lesu menurun 2. Batasi waktu
membatasi
tidur siang waktu tidur
4. Verbalisasi
3. Fasilitasi agar tidak
lelah menurun berlebih
menghilangkan
maupun
stress berkurang
3. Agar
menghilangkan
Edukasi : stress
1. Jelaskan Edukasi
pentingnya tidur
cukup selama 1. Agar pasien
sakit mengerti

18
2. Anjurkan pentingnya
menepati tidur cukup
kebiasaan waktu
2. Agar pasien
tidur
terbiasa dengan
3. Mengidentifik asi waktu tidurnya
kebutuhan
3. Untuk
istirahat
mengetahui
kebutuhan
istirahat

19
BAB III
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN MOBILISASI

FORMAT PENGKAJIAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

NO.REGISTER : 104965 TANGGAL MASUK : 28- 01- 2023


RUANGAN : WIRA TANGGAL PENGKAJIAN: 30-01- 2023
DIAGNOSA MEDIS : DM Tipe 2

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : Ny. A
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Pendidikan : SMA
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : IRT
6. Status Perkawinan : Sudah Menikah
7. Suku : Melayu
8. Alamat : Ds. TANJUNG AGUNG
9. Nama Penanggung Jawab : Tn. S
10. Alamat Penanggung Jawab : Pasemah

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Keluhan Utama : Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri ulu hati.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pada saat dikaji pasien mangatakan, nyeri
uluh hati, mual muntah, batuk, lemah, dan merasa badan lelah

C. Riwayat Kesehatan Lalu : pasien (Ny. A) mengatakan pernah dirawat di


RS Patah kurang lebih 1 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama

D. Riwayat Kesehatan Keluarga : Ada riwayat keluarga yang menderita


penyakit yang sama. (DM)

Genogram

Ket : : Meninggal

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien
E. Riwayat Kesehatan Sehari-hari
1. Nutrisi
a. Di Rumah

20
Makan 3x1 hari (bubur)
b. Di Rumah Sakit
Makan 3x1 hari (bubur) tapi tidak habis

2. Eliminasi (BAB, BAK)


a. Di Rumah
2x 1 sehari (BAB) 3x1 hari(BAK), Pasien BAB dan BAK tanpa
dibantu
b. Di Rumah Sakit
1x1 hari (BAB), 3x1 hari (BAK), Passien BAB dan BAK dibantu
dengan keluarga

3. Personal Hygiene (Kulit, Rambut, Kuku, dan Gigi)


a. Di Rumah
2x1 hari mandi
b. Di Rumah Sakit
1x1 hari badan pasien hanya dilap saja

4. Aktivitas / Activity Daily Living (ADL)


a. Di Rumah
1 tahun terakhir pasien mengatakan istirahat dirumah
b. Di Rumah Sakit
Pasien hanya bedrest

5. Istrahat dan Tidur


a. Di Rumah
Pasien cukup tidur (tidur kurang lebih 8 jam)
b. Di Rumah Sakit
Pasien kurang tidur (kurang lebih 3 jam)

III. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


1. Psikologi
Pasien mengatakan mempunyai hunbungan baik dengan keluarga dan juga
pasien berinteraksi baik dengan pasein lannya
2. Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sehari hari sebagai IRT
3. Spiritual
Pasien mengatakan hanya bisa berdoa untuk kesembuhannya, pasien yakin
bahwa ia akan sembuh atas izin Allah

21
IV. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
3. Ekspresi : Meringis
4. Penampilan : Baik
5. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 130/70 mmHg Pulse : 112x/menit
Frekuensi Pernafasaan : 20x/menit Temperatur: 36,5° C
6. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

A. Kepala
 Inspeksi
 Rambut
 Jumlah : Banyak
 Distribusi : Merata
 Tekstur :Halus
 Kebersihan :Bersih
 Palpasi
 Kulit Kepala
 Lesi : Tidak ada
 Tlg. Tengkorak
 Kontur : Keras
 Ukuran : Normocephalus
 Nyeri tekan : Tidak ada
Wajah
 Inspeksi
 Keseimbangan : Simetris kiri dan kanan
 Ekspresi : Meringis
Kulit
 Inspeksi
 Lesi : Tidak ada lesi
Mata
 Inspeksi
 Kelompak Mata :Kantung mata menghitam
 Konjungtiva :Ananemis
 Sclera :Ikterik
 Kedudukan Bola Mata :Simetris kiri dan kanan
 Pergerakan Bola Mata :Normal(tidak ada kelainan)
 Reaksi Pupil :midriasi(+) dan miosis (+)
 Alis Mata : Simetris kiri dan kanan
 Ketajaman Penglihatan : Tidak ada masalah
Telinga
 Inspeksi
 Struktur Luar :Daun telinga bersih
 Bagian Dalam :terlihat sediki serumen

22
 Tes Pendengaran
- Weber : seimbang (+)
- Rinne : positif (+)

Hidung
 Inspeksi
 Struktur Luar :Simetris lubang kiri dan kanan
 Apakah Pasien Bernafas
Dengan Cuping Hidung :Tidak bernafas dengan cuping
hidung
 Sinus :Tidak ada kelainan
 Struktur Dalam
- Warna :Merata dengan kulit lainnya
- Konka : tidak ada tanda tanda peradangan
- Septum : Tidak ada deviasi septum
Mulut
 Inspeksi
 Bibir : Pucat
 Gigi : Ada beberapa gigi
berlubang dan caries
 Gusi : gusi berwarna kemerahan
 Paring
- Warna : Merah muda
- Lesi :Tidak ada lesi
- Gerakan : Normal(tidak ada kelainan)
 Tes Pengecapan : Tidak ada masalah

B. Leher
 Inspeksi
 Kesimetrisan :Simetris kiri dan kanan
 Palpasi
 KGB : Tidak ada pembengkakan
 Tiroid : Tidak ada
 Devisiasi Trakea : Tidak ada
 Vena Jugularis :Terlihat vena jugularis namun tidak
ada pembesaran
C. Dada dan Paru-paru
 Inspeksi
 Bentuk : Normochest
 Ukuran : tidak ada masalah (2:1)
 Retraksi Inspiratory : Tidak ada retraksi dinding dada
 Rate : 20 x/menit
 Irama : reguler
 Kedalaman : Pasien tidak menggunakan napas
dalam
 Palpasi
 Fraktur Iga : Tidak ada masalah
 Hematum : Tidak ada masalah
23
 Ekspansi Thorak : Tidak ada masalah
 Perkusi : Resonance
 Auskultasi : Vesikuler

D. Jantung
 Palpasi :Ictus teraba lemah
 Auskultasi :Lup Dup (Tidak ada bunyi
tambahan)

E. Payudara
 Inspeksi
 Ukuran & Simetris : Simetris kiri dan kanan
 Kontur : elastis(kenyal)/tidak ada masalah
 Kondisi Kulit : Merata dengan warna kondisi lainnya
 Putting Susu :Tidak ada pembengkakan
 Palpasi
 Nodul :TIdak ada pembesaran
 Lokasi : dada
 Ukuran : Sedikit menurun

F. Abdomen
 Inspeksi
 Warna :Warna merata
 Konsur :Kenyal elastis
 Simetri :Simetris kiri dan kanan
 Auskultasi
 Bising Usus :Terdengar 20x/menit (Hiperpristaltik)
 Buits/ Desiran :
- Aorta : Tidak ada
- A. Renalis : Tidak ada
 Perkusi
 Batas Hepar :Tidak ada hepatomegali
 Lambung :Hipertimpani
 Limpa : pekak
 Kandung Kemih : pekak
 Palpasi
 Setiap Kuadran :Nyeri tekan
 Kandung Empedu :Tidak ada distensi
 Hepar :Tidak ada nyeri tekan lepas
 Limpa :Tidak ada pembesaran
 Ginjal :Tidak ada nyeri tekan lepas
 Kandung Kemih :Tidak ada distensi
 P = Peradangan di lambung
 Q = Nyeri seperti ditusuk-tusuk
 R = Ulu hati
 S = Skala nyeri 8
 T = Hilang timbul

24
G. Ektremitas
 Inspeksi
 Gaya Berjalan :Bedrest (Pasien tidak mampu berjalan)
 Cara Berdiri :Bedrest (dibantu oleh 2 atau 3 orang)
 Penegakan Kaki :pasien bedrest

Kulit
 Inspeksi
 Warna :Merata
 Ketebalan :Tipis
 Bentuk :
 Tekstur :Sedikit kering
 Sudut antara kuku &
Kuku : Tidak ada clubbing finger

 Palpasi
 Kelembaban :Kulit sedikit kering
 Suhu Kulit :36,5°c
 Turgor :tidak elastis
 Edema Piting : Tidak ada edema piting

Kuku
 Palpasi
 Kapiler Refill : Kembali lebih dari 3 detik

ROM
 Jari Tangan :Aktif
 Panggul :Pasif
 Lutut :Aktif
 Tumit :Pasif(kaki kanan)
 Jari Kaki :Aktif (Kaki kiri)
Tonus Otot & Kekuatan Otot Refleks
 Biceps :Lemah
 Triceps :Lemah
 Brakhioradialis Radius : Lemah
 Kuadriceps Femoris Patella : Lemah
 Tendon Achilles :Lemah
 Babinsky :Positif(+)

H. Dada Posterior dan Punggung Dada Posterior


 Inspeksi
 Deformitas atau Asimetri : Dada simetris dan tidak ada kelainan
 Retraksi Inspiratori Iga : tidak ada
 Pergerakan Dada : mengembang dan pergerakan simetris
 Palpasi
 Apakah ada Fraktur Iga :Tidak ada
 Ekspansi Thorak :Mengembang
25
 Taktil Premitus :Gerakan taktil premitus terasa

Punggung
 Inspeksi
 Postur ada Belakang :Vertebra normal (tidak ada kelainan)
 Palpasi
 Apakah ada Penyimpangan : Tidak ada
 Perkusi Ginjal : tidak ada masalah

I. Genetalia
Genetalia pria
 Inspeksi
 Distribusi Rambur Pubis : Merata
 Struktur Luar (bentuk): Tidak ada masalah
 Warna : merata dengan warna kulit lainnya
 Bau : Bau khas
 Secret : tidak ada
 Skrotum :-
 Testis :-
J. Anus
 Inspeksi
 Scar : tidak ada
 Kemerehan : Tidak ada
 Lesi : Tidak ada
 Jamur :Tidak ada
 Bengkak :Tidak ada

V. PERSEPSI PASIEN & KELUARGA TENTANG PENYAKIT

Harapan-harapan Pasien
Pasien ingin kembali bisa beraktivitas seperti semula, dan ingin cepat
pulang

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. LABORATORIUM
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN
RUJUKAN
Gula darah sewaktu 150 80 -180 mg/dl

2. PENATALAKSANAAN (TERAPHY), GIZI DAN FISIOTERAPHY)

If fd Rl 20 tpm Infus (IV)


Injeksi omz 1x1 Vial (IV)
Injeksi ondansentron 2x1 Ampul (IV)
Injeksi ceftriaxone 3x1 Ampul (IV)
Sucralfat 3x1 Sirup

26
Metformin 3x1 Tablet (oral)
Domperidon 3x1 Tablet (Oral)

27

Anda mungkin juga menyukai