Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN MOBILISASI
DI RUANG BIMA RSUD KOTA SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas Kebutuhan Dasar Manusia


Disusun Oleh :
Ayu Novita Sari
P1337420614027

PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2014/2015

1.

PENGERTIAN

a.

Mobilisasi
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian
bagi seseorang (Ansari, 2011).
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi
menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi
kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan
tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
(Mubarak, 2008)
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Aziz AA, 2006).

b.

Imobilisasi
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana
individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik.
Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik
antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan
kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic
akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke,
klien pengguna kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi),
dan pembatasan gerakan volunter (Potter, 2005).

2.

ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier, 1995:
a.

Gaya hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan

kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi


dengan cara yang sehat. Misalnya seorang ABRI akan berjalan dengan gaya
yang berbeda dengan seorang petani.
b.

Proses dari suatu penyakit dan injuri


Adanya penyakit tertentu yang didrita seseorang akan memepengaruhi
mobilitasnya, misalnya seseorang yang patah tulang akan kesulitan untuk
melakukan mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru
menjalani operasi. Karena adanya nyeri, mereka akan cenderung bergerak
lebih lamban.

c.

Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan
aktivitas, misalnya seorang anak desa dengan anak kota. Anak desa biasa
bepergian dengan berjalan kaki, berbeda dengan anak kota yang bepergian
menggunakan mobil. Sehingga mobiltasnya sangat berbeda.

d.

Tingkat energi
Setiap orang dalam melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi,
orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dengan orang yang
sehat.

e.

Usia dan status perkembangan


Seorang anak akan berbeda tingkat mobilitasnya dengan dewasa. Anak
yang sering sakit juga mobiltasnya akan berbeda dengan anak yang sehat.

Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan


otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab
utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada
demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia
lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit
(Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
a) Kelainan postur
b) Gangguan perkembangan otot
c) Kerusakan system saraf pusat

d) Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular


e) Kekakuan otot
C. Tujuan Mobilisasi
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia.
2. Mencegah terjadinya trauma.
3. Mempertahankan tingkat kesehatan.
4. Memertahankan tingkat kesehatan.
5. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari.
6. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
D. Klasifikasi
Klasifikasi mobilisasi dan immobilisasi menurut A. Aziz 2006:
1. Klasifikasi mobilisasi
Mobilisasi penuh.
Mobilisasi sebagian :
keterbatasan gerak karena gangguan syaraf motorik dan otonom.
Mobilisasi sebagian temporer :
keterbatasan gerak dengan batasan sementara.
Mobilisasi sebagian permanen :
keterbatasan gerak dengan batasan menetap.
2. Klasifikasi immobilisasi
Immobilisasi fisik :
kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan fisik yang
disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang itu itu sendiri.
Immobilisasi intelektual :
kondisi yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Immobilisasi emosional :
terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan.
Immobilsasi sosial :
kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.

E. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot, isotonik dan
isometrk. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraki isometrik menyebabkan penngkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrk. Postur dan gerakan otot merefleksikan
kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktivitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan
otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang
seimbang.
F. PATHWAY
G. Jenis Gerakan Mobilisasi
1. Fleksi : gerak membengkokkan.
2. Ekstensi : gerak meluruskan.
3. Hiper Ekstensi : gerakan ayunan ke belakang.
4. Rotasi : gerakan penuh.
5. Sirkumduksi 3600 : gerakan gabungan dari fleksi, abduksi, adduksi, ekstensi,
hiper ekstensi sehingga membentuk lingkaran penuh.
6. Supinasi : gerakan berbaring / menengadah.
7. Pronasi : gerakan telungkup.
8. Abduksi : gerakan mendekati tubuh.
9. Adduksi : gerakan menjauhi tubuh.
10. Oposisi
H. Pengkajian Keperawatan
1. Aspek Biologis
a) Usia

Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktivitas,


terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya
adalah postur tubuh yang sesuia dengan tahap perkembangan individu.
b) Riwayat keperawatan
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada
sistem muskuloskeletal , ketergantungan terhadap orang lain dalam
melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien
dan lain-lain.
c) Pemeriksaan fisik
Meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak
immobilisasi terhadap sistem tubuh.
2. Aspek Psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji diantaranya adalah bagaimana respons
psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya,
mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas
dan lain-lain.
3. Aspek Sosial Kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi
dampak yang terjadi akibat gangguan aktivitas yang dialami klien terhadap
kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan,
peran diri baik dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain.
4. Aspek Spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai
yang dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti
apakah klien menunjukkan kepeusasaannya atau tidak, dan lain-lain.
I.

Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan sensori persepsi.
3. Defisit perawatan diri b/d kerusakan neurovaskuler.

J.

Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum
Intervensi
- Tentukan penyebab keletihan, nyeri, aktivitas, perawatan, pengobatan
- Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
- Monitor asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energi
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan sonsori persepsi
Intervensi
- Ajarkan teknik ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan
keluarga
- Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
- Beri penguatan positif untuk bberlatih mandiri dalam batasan yang aman
3. Defisit perawatan diri b/d kerusakan neurovaskuler
Intervensi
- Kaji kebersihan kulit, kuku, rambut, gigi, mulut, perineal, anus
- Bantu klien untuk mandi, tawarkan pemakaian lotion, perawatan kuku,
rambut, gigi, mulut, perineal, dan anus sesuai kondisi
- Anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan oral hygiene sesudah
makan dan bila perlu berikan gliserin atau obat kumur.

K. Implementasi Keperawatan
Melakukan semua tindakan intervensi keperawatan.
L. Evaluasi
Merupakan hasil akhir setelah semua implementasi dilaksanakan. Berupa
pencatatan dan pendokumentasian.

DAFTAR PUSTAKA
Aziz A.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Asmadi.2008.Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai