Anda di halaman 1dari 6

Nama : feby andea pricilia

Npm :

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENNUHAN KEBUTUHAN DASAR MOBILISASI

1. KONSEP MOBILISASI

A. DEFINISI
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya Gangguan tingkat mobilisasi fisik klien sering
disebabkan oleh restriksi gerakan dalam bentuk tirah baring, restriksi fisik karena
peralatan eksternal (misalnya gips atau traksi rangka), restriksi gerakan volunter, atau
gangguan fungsi motorik dan rangka. Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
Gangguan mobilisasi adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan
fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang. Penyebab imobilitas fisik bermacam-
macam dan dapat dikategorikan berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal.

B. ANATOMI FISIOLOGIS MOBILISASI


a. Tulang
merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat
penyimpanan mineral khusunya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat
sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan
fungsi pelindung organorgan dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis,
tulang kuboid seperti tulang vertebra dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti
tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung
dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi oleh kartilago dan
secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis
terdapat pada kedua ujung tulang yang terpisah dan lebih elastis padas masa anak-
anak serta akan menyatu pada masa dewasa
b. Otot dan Tendon Otot
memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai
dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan
tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat
pada tempat insersinya tulang. Terputusnya tendon akan mengakibatkan kontraksi
otot tidak dapat menggerakkan organ di tempat insersi tendon yang bersangkutan,
sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali

c. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen
pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan
mengakibatkan ketidakstabilan
d. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otot dan medulla spinalis) dan sistem
saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki bagian somatis
dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya
kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat
menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat
mengakibatkan terganggunya daerah yang diinsersi, dan kerusakan pada saraf radial
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan .
e. Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi
sinovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago
artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan sinovial. Selain itu
terdapat juga sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan sendi lainnya

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MOBILISASI:

a. Gaya hidup Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilisasi


seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari
b. Proses penyakit/Cedera Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilisasi
karena dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang
menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam
ekstremitas bagian bawah. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena
adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien
harus istirahat di tempat tidur karena mederita penyakit.
c. Kebudayaan Kemampuan melakukan mobilisasi dapat juga dipengaruhi kebudayaan.
Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki
kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaliknya ada orang yang
mengalami gangguan mobilisasi (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang
untuk beraktivitas
d. Tingkat energi Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang
dapat melakukan mobilisasi dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup. Seseorang
yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang sehat
apalagi dengan seorang pelari
e. Usia dan Status Perkembangan Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi pada
tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi
alat gerak sejalan dengan perkembangan manusia. Usia berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi.

D. JENIS-JENIS MOBILISASI

a. Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.

b. Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan


yang jelas sehingga tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

 Mobilisasi sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak


dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal, seperti adanya dislokasi sendi dan tulang.

 Mobilisasi sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak


dengan batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang reversibel. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cedera tulang belakang, dan untuk kasus poliomielitis terjadi karena
terganggunya sistem saraf sensorik dan motorik.

2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas adalah sebagai berikut:
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, agama, dx medis, pekerjaan , jeni kelamin, pennggung
jawab dll.
b. Keluhan utama masuk rs ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan/gangguan dalam mobilisasi seperti adanya nyeri, kelemahan otot,
kelelahan,
c. Riwayat kesehatan dahulu Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilisasi, misalnya adanya riwayat penyakit ( kecelakaan,
peningkatan tekanan intracranial, infark miokard, gagal jantung , osteoporosis, fraktur,
artritis),lain-lain.
d. Riwayat kesehatan sekarang pengkaajian keluhanyang berhubungan dengan
kelemahann fisik saat ini.
e. Riwayat kesehatan keluarga , dikaji apakah ada riwayat penyaakit yang sama
f. Pemeriksaan fisik

Data fokus

g. Pemeriksaan penujang
Sinar x tulang
Ct scan
MRI
Pemeriksaan labor

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan mobilitas fisik gangguan neuuromuskuler
b. Defisit nutrisi

C. INTERVENSI
a. Ganggguan mobilitas fisik
SLKI :
Setelah dilakukan tindakan kep 3x 24 jam diharapkan mobilitas fisik tidak
terganggu dg kriteria hasiil :
Pergerakan ektremitas meningkat
Kekuatan otot meningkat
Rentang ggerang meingkat
Kelememahan fisik menurun

SIKI :

Dukungan mobilisasi Observasi


1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu( mis; duduk diatas tempat
tidur
2. Fasilitasi melakukan pergerakan
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis: duduk diatas
tempat tidur)

Pemantauan Neurologis
Observasi : 1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor status pernapasan : analisa gas darah, oksimetri nadi,
kedalaman napas, pola napas, dan usaha napas
5. Monitor refleks kornea 6. Monitor kesimetrisan wajah
Terapeutik :
1. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis, jika perlu
2. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan.

b. Defisit nutrisi
SLKI :

Kriteria Hasil:

Porsi makanan yang dihabiskan meningkat


Kekuatan otot mengunyah meningkat
Kekuatan otot menelan meningkat
Berat badan membaik
Frekuensi makan membaik
 Nafsu mkan membaik
Membran mukosa membaik

SIKI :

 Manajemen nutrisi
Observasi :
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan toleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
 Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene
2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan
5. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
 Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang diprogramkan

 Terapi Menelan
Observasi :
1. Monitor tanda dan gejala aspirasi
2. Monitor gerakan lidah saat makan
3. Monitor tanda kelelahan saat makan, minum dan menelan

 Terapeutik
1. Berikan lingkungan yang nyaman
2. Jaga privasi pasien
3. Gunakan alat bantu,jika perlu
4. Hindari penggunaan sedotan
5. Posisikan duduk
6. Berikan permen loliipop untuk meningkatkan kekuatan lidah
7. Fasilitasi meletakkan makanan dibelakang lidah
8. Berikan perawatan mulut, sesuai kebutuhan

 Edukasi
1. Informasikan manfaat terapi menelan kepada pasien dan keluarga
2. Anjurkan membuka dan menutup mulut saat memberikan makanan
3. Anjurkan tidak bicara saat makan

Anda mungkin juga menyukai