Npm :
LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP MOBILISASI
A. DEFINISI
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya Gangguan tingkat mobilisasi fisik klien sering
disebabkan oleh restriksi gerakan dalam bentuk tirah baring, restriksi fisik karena
peralatan eksternal (misalnya gips atau traksi rangka), restriksi gerakan volunter, atau
gangguan fungsi motorik dan rangka. Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
Gangguan mobilisasi adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan
fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang. Penyebab imobilitas fisik bermacam-
macam dan dapat dikategorikan berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal.
c. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen
pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan
mengakibatkan ketidakstabilan
d. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otot dan medulla spinalis) dan sistem
saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki bagian somatis
dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya
kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat
menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat
mengakibatkan terganggunya daerah yang diinsersi, dan kerusakan pada saraf radial
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan .
e. Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi
sinovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago
artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan sinovial. Selain itu
terdapat juga sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan sendi lainnya
D. JENIS-JENIS MOBILISASI
a. Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Data fokus
g. Pemeriksaan penujang
Sinar x tulang
Ct scan
MRI
Pemeriksaan labor
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan mobilitas fisik gangguan neuuromuskuler
b. Defisit nutrisi
C. INTERVENSI
a. Ganggguan mobilitas fisik
SLKI :
Setelah dilakukan tindakan kep 3x 24 jam diharapkan mobilitas fisik tidak
terganggu dg kriteria hasiil :
Pergerakan ektremitas meningkat
Kekuatan otot meningkat
Rentang ggerang meingkat
Kelememahan fisik menurun
SIKI :
Pemantauan Neurologis
Observasi : 1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor status pernapasan : analisa gas darah, oksimetri nadi,
kedalaman napas, pola napas, dan usaha napas
5. Monitor refleks kornea 6. Monitor kesimetrisan wajah
Terapeutik :
1. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis, jika perlu
2. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan.
b. Defisit nutrisi
SLKI :
Kriteria Hasil:
SIKI :
Manajemen nutrisi
Observasi :
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan toleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene
2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan
5. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Terapi Menelan
Observasi :
1. Monitor tanda dan gejala aspirasi
2. Monitor gerakan lidah saat makan
3. Monitor tanda kelelahan saat makan, minum dan menelan
Terapeutik
1. Berikan lingkungan yang nyaman
2. Jaga privasi pasien
3. Gunakan alat bantu,jika perlu
4. Hindari penggunaan sedotan
5. Posisikan duduk
6. Berikan permen loliipop untuk meningkatkan kekuatan lidah
7. Fasilitasi meletakkan makanan dibelakang lidah
8. Berikan perawatan mulut, sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Informasikan manfaat terapi menelan kepada pasien dan keluarga
2. Anjurkan membuka dan menutup mulut saat memberikan makanan
3. Anjurkan tidak bicara saat makan