DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI
Disusun Oleh
FERDIASTUTI
NIM : 3720190046
B. Klasifikasi
1. Jenis Mobilitas
a. Mobilitas penuh.
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari- hari.
Mobilitas penuh ini merupakan saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian.
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan
tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada
kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi
dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilngan
kontrol mekanik dan sensorik.
Mobilitas sebagian di bagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabakan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang refersibel. Contohnya
terjadinya hemiplegi karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensoris.
2. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
C. ETIOLOGI
1. Penyebab
Penyebab utama immobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psiokologis.
Penyebab secara umum :
a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan otot
D. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan
tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai
sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan
atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi
meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan
pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini
menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi
paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas
dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah
suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan
mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah
rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan
ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi
organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan
sel darah merah.
E. Pathway
Mobilisasi
Kerusakan integritas
Konstipasi
kulit
F. Tanda dan gejala
1. Kontraktur sendi
Disebabkan karena tidak digunakan atrofi dan pendekatan saraf otot.
2. Perubahan eliminasi urine
Eliminasi urine pasien berubah karena adanya imobilisasi pada posisi tegak lurus,
urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan kandung
kemih akibat gaya gravitasi.
3. Perubahan sistem integument
Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan. Jaringan yang tertekan,
darah membentuk dan kontriksi kuat pada pembuluh darah akibat tekanan persistem
pada kulit dan struktur di bawah kulit sehingga respirasi selular terganggu dan sel
menjadi mati.
4. Perubahan metabolik
Ketika cidera atau stres terjadi, sistem endokrin memicu serangkaian respon yang
bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup.
5. Perubahan sistem muskulus skeletal
Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan,
penurunan massa otot atrofi dan penurunan stabilitas.
6. Perubahan pada sistem respiratori
Klien dengan pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami komplikasi
pada paru- paru.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography)
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive,
yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk
memperlihatkan abnormalitas.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT
↑ pada kerusakan otot
H. Penatalaksanaan
1. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas
pasien. Tujuan :
a. Mempertahankan kenyamanan
b. Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
c. Mempertahankan kenyamanan
2. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Menfasilitasi fungsi pernafasan
b. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri Tujuan :
1) Melancarkan peredaran darah ke otak
2) Memberikan kenyamanan
3) Melakukan huknah
a. Toleransi aktifitas
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skeletal tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
1) Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
2) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
3) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebihpendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic
hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor
neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin
dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
g. Mengkaji fungsional klien
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Rentang gerak (range of motion-ROM)
Bahu
Lengan bawa
Pergelangan tangan
Jari-jari tangan
Ibu jari
Pinggul
Lutut
Mata kaki
5 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan
melawan tekanan secara stimulan
B. Diagnosa Keperawatan
1) Hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas ditandai dengan
keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar dan keterbatasan
rentang gerak sendi
2) Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan neuromuskular
ditandai dengan ketidakmampuan untuk meakukan pembersihan tubuh.
3) Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor risiko tonjolan tulang ditandai
dengan imobilisasi fisik
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Hambatan Mobilitas Setelah dilakukan asuhan NIC Label Exercise Therapy: Joint
Fisik berhubungan keperawatan ...x2u Mobility o Menentukan batas gerakan yang
dengan intoleransi 4jam diharapkan pasien akan dilakukan
aktivitas ditandai dapat tetap o Kaji keterbatasan gerak sendi o Motivasi yang tinggi dari pasien
dengan keterbatasan mempertahankan o Kaji motivasi klien untuk mempertahankan dpt melancarkan latihan
kemampuan pergerakannya, dengan pergerakan sendi o Agar pasien beserta keluarga dapat
melakukan criteria: o Jelaskan alasan/rasional pemberian latihan memahami dan mengetahui
keterampilan motorik NOC Label : Body kepada pasien/ keluarga alasanpemberian latihan
kasar Mechanics Performance o Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri o Agar dapat memberikan intervensi
Menggunakan posisi selama aktivitas secara tepat
duduk yang benar o Lindungi pasien dari cedera selama latihan o Cedera yg timbul dapat
Mempertahankan memperburuk kondisi klien
kekuatan otot o Bantu klien ke posisi yang optimal untuk
Mempertahankan latihan rentang gerak o Memaksimalkan latihan
fleksibilitas sendi o Anjurkan klien untuk melakukan latihan
range of motion secara aktif jika o ROM dapat mempertahankan
memungkinkan pergerakan sendi
o Anjurkan untuk melakukan range of o ROM pasif dilakukan jika klien
motion pasif jika diindikasikan tidak dapat melakukan secara
o Beri reinforcement positif setiap kemajuan mandiri
klien
o Meningkatkan harga diri klien
Daftar Pustaka
Alimul H., A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.
Alimul Aziz, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia, Jilid 2. Jakarta : Salemba Medika.
Bulechec M.Gloria, Butcher K. Howard, Dochterman Joanne McCloskey. 2004. Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi 5. Amerika: Mosby
Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA : Mosby
Elsevier
Moorhead, Sue. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. USA: Mosby
Elseviyer.
Mubarak, Wahit & Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC.
NANDA. 2006. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik,Ed.4. Vol.2. Jakarta : EGC.
T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
FORMAT PENGKAJIAN KLIEN LANJUT USIA
.
I. Identitas
A. Nama : Tn. D
B. Umur : 66 Tahun
C. Alamat : Kaliabang nagka
D. Pendidikan : Diploma III
E. Jenis Kelamin : Laki-laki
F. Suku : sunda
G. Agama : Islam
H. Status perkawinan : menikah
I. Tanggal Pengkajian : 16 November 2020
Klien mengalami stroke haemoragik dan menjalani operasi craniotomy serangan yang ke 2, saat
ini klien hanya berbaring ditempat tidur, klien hanya bisa miring kiri dan miring kanan, semua
aktivitas harian seperti makan, BAB, BAK, mandi, mobilisasi dibantu
Klien mengatakan memiliki riwayat DM dan hipertensi sejak usia 50 tahun tidak terkontrol, klien
pada tahun 2015 pernah mengalami stroke non haemoragik tetapi dapat pulih kembali.
m. System persarafan
Kesadaran : compos mentis
GCS : E : 4 M : 6 V: 5
n. System endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Keterangan : ketergantungan : tn. D makan disuapin, BAB dan BAK dibantu ditempat tidur, mandi dan
berpakaian juga dibantu
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
Total 55 , Tn. D termasuk dalam kategori ketergantungan total
Interprestasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Indentifikasi aspek kognitif dari fungsi mental menggunakan MMSE (Mini Mental State Exam’s ) :
Orientasi
Registrasi
Perhatian
Kalkulasi
Mengingat kembali
Bahasa
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar : √
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada ? ×
Negara ……….
Propinsi ……….
Kota …………..
PSTW/RS………
Wisma/kamar ……..
2 Registrasi 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing- masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan ) √
coklat
mawar
tetes mata
Inter prestasi hasil : nilai skor klien 20 termasuk gangguan kognitif sedang
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
MORSE FALL SCALE (MFS)
Tidak 0
4. Terapi intra vena/ apakah lansia terpasang infus? Ya 20 …20….
Paraf : …………………………….
ANALISA DATA
DO
- Aktivitas harian seperti makan,
toilet,mandi, berpakaian, dan
mobilisasi dibantu oleh anaknya
- Ekstremitas bagian kiri lemah
- Klien terpasang kateter urin
- Mobilisasi klien hanya bisa miring
kiri miring kanan
Defisit Pengetahuan Kurang Setelah dilakukan asuhan - Bantu klien dalam mengidentifikasi
Terpapar Informasi keperawatan 1x30 menit factor2 resiko timbulnya stroke
diharapkan pengetahuan klien - Kaji tingkat pemahaman klien tentang
dan keluarga bertambah dengan pengertian, penyebab , tanda dan gejala
criteria hasil : Klien dan , pencegahan, pengobatan dan akibat
keluarga mampu menyebutkan lanjut dari penyakitnya
pengertian, penyebab dan - Jelaskan kepada klien tentang proses
pencegahan stroke penyakit stroke ( pengertian, penyebab,
gejala, pencegahan serta pengobatan )
melalui penkes.
-
Penampilan peran tidak efektif Setelah dilakukan tindakan - Diskusikan dengan klien hal-hal apa
berhubungan dengan faktor keperawatan selama 3x24 jam saja yang masih dapat dilakukan secara
ekonomi klien mampu menerima diri mandiri
terhadap peran yang - Bangun kepercayaan diri klien dengan
diembannya karena kondisinya memberi motivasi dan pujian
yang sekarang di tunjukkan - Ajarkan suatu keterampilan okupasi
dengan : pada lansia
- Klien mengungkapkan
secara verbal tentang
kepuasannya sekarang
menjalani peran dalam
keluarga
- Klien mampu menjalani
perannya saat ini dengan
strategi koping yang adaptif
CATATAN PERAWATAN
16.11.2020 III 1. Mendiskusikan dengan klien kegiatan S: klien merasa semenjak sakit jadi
yang bisa dilakukan merepotkan orang lain
2. Beri motivasi dan bangun kepercayaan O: Klien semangat melakukan ROM
klien aktif dan pasif untuk meningkatkan
3. Melatih okupasi peran agar dapat melakukan aktivitas
secara mandiri
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi sebagian
Tanggal No DX EVALUASI
18.11.2020 1 S: Klien mengatakan Semua aktifitas dibantu keluarga
O:
- Klien memiliki trust kepada perawat ditunjukkan dengan mau mengungkpkan
perasaannya
- Klien menghabiskan hari- harinya dengan beribadah, berzikir dan berdoa.
- Klien dan keluarga mempraktekan kegiatan ROM aktif dan pasif
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
18.11.2020 2 S : Klien dan keluarga sudah mengerti apa yang dijelaskan perawat
O : Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali
( pengertian, penyebab, gejala, pencegahan ) penyakit stroke
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan