B. Tujuan Mobilisasi
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia.
2. Mencegah terjadinya trauma.
3. Mempertahankan tingkat kesehatan.
4. Mempertahankan tingkat kesehatan.
5. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari.
6. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
D. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot skeletal
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot,
isotonik dan isometrk. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek. Kontraki isometrik menyebabkan penngkatan
tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif
dari otot, misalnya menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrk. Postur dan
gerakan otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi
dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktivitas
dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus
otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
E. Klasifikasi
Klasifikasi mobilisasi dan immobilisasi menurut A. Aziz 2006:
1. Klasifikasi mobilisasi
a. Mobilisasi penuh.
b. Mobilisasi sebagian : keterbatasan gerak karena gangguan syaraf
motorik dan otonom.
c. Mobilisasi sebagian temporer : keterbatasan gerak dengan batasan
sementara.
d. Mobilisasi sebagian permanen : keterbatasan gerak dengan batasan
menetap.
2. Klasifikasi immobilisasi
a. Immobilisasi fisik : kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan
fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang
itu itu sendiri.
b. Immobilisasi intelektual : kondisi yang disebabkan karena kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
c. Immobilisasi emosional : terjadi akibat proses pembedahan atau
kehilangan.
d. Immobilsasi sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi
sosial yang sering terjadi akibat penyakit.
G. Jenis Mobilitas
1. Mobilitas Penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas.
2. Mobilitas Sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan adanya suatu
batasan dan tidak mampu bergerak secara bebas yang dikarenakan oleh
adanya gangguan syaraf motorik dan sensorik pada area tubuh. (A.Aziz
Alimul, 2005).
H. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier, 1995:
1. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan
kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan
mobilisasi dengan cara yang sehat. Misalnya seorang ABRI akan berjalan
dengan gaya yang berbeda dengan seorang petani.
2. Proses dari suatu penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang didrita seseorang akan memepengaruhi
mobilitasnya, misalnya seseorang yang patah tulang akan kesulitan untuk
melakukan mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru
menjalani operasi. Karena adanya nyeri, mereka akan cenderung bergerak
lebih lamban.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan
aktivitas, misalnya seorang anak desa dengan anak kota. Anak desa biasa
bepergian dengan berjalan kaki, berbeda dengan anak kota yang bepergian
menggunakan mobil. Sehingga mobiltasnya sangat berbeda.
4. Tingkat energy
Setiap orang dalam melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi,
orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dengan orang yang
sehat.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat mobilitasnya dengan dewasa. Anak
yang sering sakit juga mobiltasnya akan berbeda dengan anak yang sehat.
I. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas
Menurut Tarwoto dan wartonah (2004), faktor2 yg mempengaruhi
mobilitas antara lain:
1. Tingkat Perkembangan Tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuro muskuler dan
tubuh secara proposional, postu, pergerakan dan reflek akan berfungsi
secara optimal.
2. Kesehatan Fisik
Penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan
tubuh.
3. Keadaan Nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahn otot, dan obsitas dapat
menyebabkan pergerakan kurang bebas.
4. Emosi
Rasa aman, nyaman dan gembira, sedih dapat mempengaruhi aktivitas
tubuh seseorang.
5. Kelemahan Skeletal dan Neuromuskuler
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lordosis, dan kiposis dapat
mempengaruhi pergerkan.
6. Pekerjaan.
J. Manifestasi Klinis
1. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium
b. kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan trombus
c. pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea
setelah beraktifitas
d. metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolik, metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan
(seperti konstipasi)
e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal
f. integumen seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan
g. neurosensori: sensori deprivation
2. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling
umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-
bangun, dan gangguan koping.
3. Keterbatasan rentan pergerakan sendi
4. Pergerakan tidak terkoordinasi
5. Penurunan waktu reaksi ( lambat )
I. Komplikasi
1. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
2. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi
orthostatic
3. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal
4. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
5. Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan
ketidak stabilan posisi tubuh
6. Status emosi labil
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan
imobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilitas
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau
tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
2. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
1) TD
2) Nadi
3) RR
b. Ekstermitas
1) Kelemahan
2) Gangguan sensorik
3) Tonus otot dan kekuatan otot
4) Kemampuan jalan dan berdiri
c. Tingkat kesadaran
d. Postur atau bentuk tubuh
1) Scoliosis
2) Kiposis
3) Lordosis
4) Cara berjalan
e. Pemeriksaan Radiologi : Menentukan lokasi / Luas
f. Pemeriksaan Laboratorium
g. Hb
h. Leukosit
i. Hematrokit
j. Trombosit
k. Mengkaji fungsional klien
TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
PERSENTASE
SKALA KEKUATAN NORMAL KARAKTERISTIK
(%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Rongen
Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.
2. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI
Memperlihatkan fraktur juga dapatdigunakan untuk -mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram :
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4. Hitung jumlah, komposisi dan volume darah
Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun(perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multipel).Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah
trauma.
5. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, trafusi mutipes,atau
cedera hati.
C. Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d tirah baring/imobilisasi, kelemahan menyeluruh.
(00092)
2. Nyeri akut b/d agen cidera biologi (infeksi), agen cidera fisisk (trauma).
(00132)
3. Resiko perdarahan b/d aneurisme, koagulopati yang meningkat, efek
samping pengobatan. (00206)
4. Konstipasi b/d kebiasaan defekasi tidak teratur, kelemahan. (00011)
(NANDA, 2015-2017)
Intervensi NIC
1) Pengkajian
a. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,
berdiri, ambulasi, dan melakukan ADL
b. Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
c. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
d. Manajemen energy (NIC):
1) Tentukan penyebab keletihan
2) Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
3) Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
4) Pantau respon nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy
yang adekuat
5) Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu
tidur dalam jam
2) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
a. Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
b. Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi
yang perlu dilaporkan ke dokter
c. Pentingnya nutrisi yang baik
d. Penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas
e. Penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas
f. Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam
keluarga
g. Tindakan untuk menghemat energy
h. Manajemen energy (NIC):
1) Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan
diri yang akan meminimakan konsumsi oksigen
2) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah kelelahan
3) Aktivitas kolaboratif
a. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan
salah satu penyebab
b. Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk
merencanakan dan memantau program aktivitas, jika perlu.
c. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan
jiwa dirumah
d. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan
pelayanan bantuan perawtan rumah, jika perlu
e. Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet
f. Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan
dengan penyakit jantung
4) Aktivitas lain
a. Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode
istirahat
b. Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, jika perlu
c. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah aktivitas
d. Rencanakan aktivitas bersama pasien secara terjadwal antar istirahat
dan latihan
e. Manajemen energy (NIC);
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
2) Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy
paling banyak
3) Bantu pasien untuk aktivitas fisik teratur
4) Bantu rangsangan lingkungan untuk relaksasi
5) Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan
membuat dan menggunakan dokumentasi tertulis untuk mencatat
asupan kalori dan energy
5) Perawatan dirumah
a. Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi
aktivitas
b. Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga
dirumah
2. Nyeri akut b/d agen cidera biologi (infeksi), agen cidera fisisk (trauma).
(00132)
Batasan karakteristik
Subjektif:
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat
Objektif:
a. Posisi untuk mengindari nyeri
b. Perubahan tonus otot dengan rentang lemas sampai tidak bertenaga
c. Respon autonomic misalnya diaphoresis, perubahan tekanan darah,
pernapasan atau nadi, dilatasi pupil
d. Perubaan selera makan
e. Perilaku distraksi missal, mondar-mandir, mencari orang atau aktifitas
lain, aktivitas berulang
f. Perilaku ekspresif missal; gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang
g. Wajah topeng; nyeri
h. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
i. Fokus menyempit, missal; gangguan persepsi waktu, gangguan proses
piker, interaksi menurun.
j. Bukti nyeri yang dapat diamati
k. Berfokus pada diri sendiri
l. Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak teratur atau tidak
menentu dan tidak menyeringai
Tujuan/criteria hasil
Memperlihatkan pengendaian nyeri
Hasil & NOC
NOC:
a. Tingkat kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
psikologis
b. Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendaikan nyeri
c. Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
d. memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
e. mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)
f. melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
g. mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
memodifikasi factor tersebut
h. melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
i. melaporkan pola tidur yang baik
Intervensi NIC
1) Pengkajian
a) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
b) Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
c) Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh
analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
d) Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan
terhadap nyeri dan respon pasien
e) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan pasien
f) Manajemen nyeri:
1) lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan factor presipitasinya
2) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada
mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif
2) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi
obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami
nyeri membandel.
b) Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai
c) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
d) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid
(resiko ketergantungan atau overdosis)
e) Manajemen nyeri:
f) Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
g) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi,
terapi)
3) Aktivitas kolaboratif
a) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang
terjadwal (missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
b) Manajemen nyeri:
1) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat
2) Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika
keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari
pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
4) Perawatan dirumah
a) Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah
b) Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang
diperlukan dalam pemberian obat
Intervensi (NIC) :
a. bleeding precautions
1) Monitor ketat tanda2 perdarahan
2) Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan
3) Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT, PTT, trombosit
4) Monitor TTV ortostatik
5) Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
6) Kolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet atau fresh frozen
plasma)
7) Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
8) Hindari mengukur suhu lewat rectal
9) Hindari pemberian aspirin dan anticoagulant
10) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak
mengandung vitamin K
11) Hindari terjadinya konstipasi dengan menganjurkan untuk
mempertahankan intake cairan yang adekuat dan pelembut feses
b. bleeding reduction
7) instruksikan pasien untuk menekan area luka pada saat bersin atau
batuk
E. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk
mengatasi gangguan mobilitas adalah :
1. Peningkatan fungsi sistem tubuh
2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
3. Peningkatan fleksibilitas sendi
4. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi
pasien menunjukkan keceriaan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2. Jakarta; Salemba Medika.
Dujiastuti SN Suris. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta. Potter dan Perri.
Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta; 2005.
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba
Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medik
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi
2015-2017/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan
Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica
Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.