Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PEMBAHASAN

A. Definisi Kebutuhan Aktivitas

Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat


melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989). Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah
kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi,
kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas.
(Hincliff, 1999). Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah
suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing
penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan
istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi.
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau
keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

B. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas

1. Kebutuhan Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
Jenis Mobilitas
Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas
karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini
dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien
paraplegi dapat mengalamai moblitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan
control motorik dan sensorik.
Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible pada
sistem musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.
Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf
yang reversible. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera
tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

2. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:


Gaya Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena berdampak
pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.
Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat berpengaruh
pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.

1
Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang mengalami gangguan mobilitas
(sakit) karena adat dan budaya yang dilarang untuk beraktivitas.
Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang cukup.
Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda.

3. Kebutuhan Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya.
Jenis imobilitas
Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien hemiplegia yang
tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah
posisi tubuhnya untuk mengubah tekanan.
Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan berpikir,
seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit.
Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara emosional
karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress
berat karena diamputasi ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam
berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam
kehidupan sosial.

C. Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulasi


Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari
muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika
tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan
tenaga, terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan serta mempertahankan
keseimbangan dalam beraktivitas.

1. Prinsip mekanika tubuh :


 Gravitasi, memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.
 Pusat gravitasi, titik yang ada di pertengahan tubuh
 Garis gravitasi, merupakan garis imaginer vertical melalui pusat gravitasi
 Dasar tumpuan, merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk
menopang atau menahan tubuh.
 Keseimbangan dicapai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi diantara garis
gravitasi dan pusat tumpuan.
 Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat atau
bobot benda yang akan diangkat karena berat benda tersebut akan mempengaruhi
mekanika tubuh.

2
2. Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh
Gerakan (ambulating). Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh. Contoh: keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan berbeda.
Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan dalam posisi jalan. Dalam posisi
jalan akan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi
gravitasi akan selalu berubah pada posisi kaki.
Menahan (squatting). Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
contoh : posisi orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya berbeda
dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan
posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
Menarik (pulling). Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda. Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam
menarik, sodorkan telapak tangan dengan lengan atas dipusat gravitasi pasien, lengan atas
dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki
ditekuk, lalu dilakukan penarikan.
Mengangkat (lifting). Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-
otot besar besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
Memutar (Pivoting) merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu
pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur gravitasi agar
tidak berpengaruh buruk pada postur tubuh.

3. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Pergerakan


 Status Kesehatan.
Terjadi penurunan koordinasi yang disebabkan oleh penyakit berupa berkurangya
melakukan aktifitas sehari-hari.
 Nutrisi
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadi
penyakit.contoh: tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah fraktur.
 Emosi
Kondisi psikologi seseorang dapat mudah memudahkan perubahan perilaku yang
dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
 Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering mengangkat benda-
benda yang berat.
 Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar
akan menyebabkan kecerobohan dalam beraktifitas.
 Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang
dikeluarkan.
 Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neoromuskular dan tubuh secara
proposional, postur, pergerakan dan reflex akan berfungsi secara optimal.
 Kesehatan fisik
Penyakit, cacar tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
 Kelemahan neoromuskular dan skelet

3
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lodosis dan kiposis dapat berpengarh
terhadap pergerakan.
 Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktvitas bila dibandingkan.

4. Dampak Mekanika Tubuh


Mekanika tubuh yang benar akan memberikan manfaat yang maksimal untuk tubuh,
gerakan yang dilakukan akan efektif serta mengurangi pemborosan tenaga. Mekanika tubuh
yang salah akan mengakibatkan terjadinya ketegangan sehingga menimbulkan kelelahan dan
gangguan sistem muskuloskeletal selain itu juga meningkatkan resiko kecelakaan pada sistem
musculoskeletal. Apabila seseorang salah berjongkok atau berdiri akan mudah terjadi
kelainan pada tulang vertebra.

Ambulasi
Ambulasi adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi
dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan
dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien. (Roper, 2002)

1.Tujuan Ambulasi:
•Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
•Memenuhi kebutuhan ambulasi
•Mempertahankan kenyamanan
•Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
•Mempertahankan control diri pasien
•Memindahkan pasien untuk pemeriksaan

2. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat dalam membantu pasien ambulasi:
• Ketika merencanakan untuk memindahkan pasien, atur untuk bantuan yang adekuat.
•Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan
•Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki lurus. Cegah terpelintir
•Fleksikan lutut, buat kakai tetap lebar
•Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)
•Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)
•Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei.
•Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak
•Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimping seseorang
dengan menghitung sampai tiga.(Narko Wiyono, 2002).

3.Faktor –faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Ambulasi:


•Status Kesehatan.
Terjadi penurunan koordinasi yang disebabkan oleh penyakit berupa berkurangya
melakukan aktifitas sehari-hari.
•Nutrisi
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadi
penyakit.contoh: tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah fraktur.
•Emosi
Kondisi psikologi seseorang dapat mudah memudahkan perubahan perilaku yang
dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
•Situasi dan Kebiasaan

4
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering mengangkat benda-
benda yang berat.
•Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar
akan menyebabkan kecerobohan dalam beraktifitas.
•Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang
dikeluarkan.
•Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neoromuskular dan tubuh secara
proposional, postur, pergerakan dan reflex akan berfungsi secara optimal.
•Kesehatan fisik
Penyakit, cacar tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
•Kelemahan neoromuskular dan skelet
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lodosis dan kiposis dapat berpengarh
terhadap pergerakan.
•Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktvitas bila dibandingkan.

D. Proses dan Tindakan Asuhan Keperawatan


1. Asuhan Keperawatan pada Masalah kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas
a). Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan Imobilitas adalah
sebagai berikut:
 Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri,
kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah
terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan
mobilitas.

 Riwayat Keperawatan Penyakit yang pernah Diderita


Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan
cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, miastenia
gravis, guillain barre, cedera medulla spenalis, dan lain-lain), riwayat penyakit
sistem kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat
penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat
penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia,
dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik, depresan
sistem saraf pusat, laksansia, dll.

 Kemampuan fungsi motorik


Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan
dan kiri dan untuk menlai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis.

 Kemampuan Mobilitas

5
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan


Tingkat 3
peralatan.

Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau


Tingkat 4
berpartisipasi dalam perawatan.

 Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian Rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada daerah
seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.
Gerak Sendi Derajat Rentang Normal

Bahu
Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala,
telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh. 180

Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju 150
bahu.

Pergelangan Tangan 80-90


Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi. 80-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin 70-90
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika tangan
menghadap ke atas. 0-20
Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kea rah kelingking, telapak tangan
menghadap ke atas. 30-50

Tangan dan Jari


90
Fleksi: Buat Kepalan Tangan
90
Ekstensi: Luruskan Jari
30
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
Abduksi: Kembangkan jari tangan
20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi.
20

6
*Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system
pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya
mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleritas
aktivitas terhadap perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah,
gangguan perifer, adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas
atau perubahan posisi.

*Kekuatan otot dan gangguan koordinasi


Dalam megkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
Skala Persentase kekuatan normal Karakteristik

0 0 Paralisis sempurna

Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi


1 10
atau dilihat

Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan


2 25
topangan

3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi

Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan


4 75
melawan tahanan minimal

Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal


5 100
melawan gravitasi dan tahanan penuh.
*Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas
dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam
mekanisme koping,dll.

b). Diagnosis/Masalah Keperawatan


Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan lain-lain.
Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatic pneumonia
Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru
Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi
Gangguan eliminasi akibat imobilitas
Retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik
Inkontinensia urin akibat gangguan mobilitas fisik
Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan (anoreksia)
akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik usus.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan (intake)
Gangguan Interaksi sosial akibat imobilitas

7
Gangguan konsep diri akibat imobilitas

c). Perencanaan Keperawatan


Tujuan:
Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan fleksibilitas tinggi
Meningkatkan fungsi kardiovaskuler
Meningkatkan fungsi respirasi
Meningkatkan fungsi gastrointestinal
Meningkatkan fungsi system perkemihan
Memperbaiki gangguan psikologis

d). Tindakan Keperawatan


Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh sesuai
kebutuhan pasien serta melakukan latihan ROM pasif dan aktif.
Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi kebutuhan mobilitas dapat disesuaikan dengan tingkat
gangguan, seperti posisi fowler, sim, trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu
pectoral.

 Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.Cara:
Dudukkan pasien
Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler
(30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk

 Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).Cara :
Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah
telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kiri diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tiduran
ditekuk diarahkan ke dada.
Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus,
lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur.

 Posisi Lititomy
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas
bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan
memasang alat kontrasepsi.Cara:
Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah
perut
Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
Pasang selimut

 Posisi Trendelenburg

8
Posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk mdancarkan perdaran darah ke otak.Cara:
Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakan bantal di antara kepala dan ujung tempati
tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dcngan
meninggikan bagian kaki pasien.

 Posisi Dorsal Recumbent


Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genitalia scrta proses persalinan.Cara:
Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah di buka
Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan renggangkan
kedua kaki.
Pasang selimut

 Posisi Genu Pectoral


Pada posisi ini pasien menungging dengan kcdua kaki ditekuk dan dada menempel
pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk mcmc;riksa daerah rektum dan
sigmoid.Cara:
Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada mencmpel
pada kasur tempat tidur.
Pasang selimut pada pasien.

 Latihan ROM Pasif dan Aktif


Pasien yang mobilitas sendinya perbatas karna penyakit, diabilitas, atau trauma
memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut dilakukan
untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilitas
persendian.
Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan.
Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang pegelangan tangan
pasien.
Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
Catat perubahan yang terjadi.

 Fleksi dan Ekstensi Siku


Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke tubuhnya.
Letakan tangan diatas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan lainnya.
Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu.
Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
Catat perubahan yang terjadi.

9
 Pronasi dan Supinasi Lengan bawah.
Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan yang lain.
Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
Kembalikan ke posisi semula.
Putar lengan bawh pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.
Kembalikan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi.

 Pronasi Fleksi Bahu


Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya.
Letakan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan
lainnya.
Angkat lengan pasien pada posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi.

 Abduksi dan Adduksi


Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
Letakan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan
lainnya.
Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat.
Kembalikan keposisi semula.
Catat perubahan yang tejadi.

 Rotasi Bahu
Cara :
Jelaskan prosedur yang dilakukan.
Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
Letakan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien
dengan tangan yang lainnya.
Gerakan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap
ke bawah
Kembalikan lengan ke posisi semula.
Gerakan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menyentuh ke atas.
Kembalikan lengan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi

 Fleksi dan ekstensi jari- jari


Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pegang jari- jari pasien dengan satu tangan sementara tangan lain memegang kaki.
Bengkokkan (tekuk) jari- jari kebawah.

10
Luruskan jari- jari kemudian dorong kebelakang.
Kembalikan ke posisi semula
Catat perubahan yang terjadi

 Infers dan efersi kaki


Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan
tangan satunya.
Putar kaki kedalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
Kembalikkan ke posisi semula
Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
Kembalikan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi.

 Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki


Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Letakkan 1 tangan perawat pada telapak kaki pasien dan 1 tangan yang lain diatas
pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks.
Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari- jari kaki kearah dada pasien.
Kembalikan ke posisi semula.
Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
Catat perubahan yang terjadi

 Fleksi dan ekstensi lutut


Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Letakkan 1 tangan dibawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang lainnya.
Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki keatas.
Kembali ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi.

 Rotasi pangkal paha


Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Letakkan 1 tangan perawat pada pergelangan kaki dan 1 tangan yang lain diatas lutut.
Putar kaki menjauhi perawat.
Putar kaki kea rah perawat.
Kembalikan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi.

 Abduksi dan aduksi pangkal paha


Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Letakkan 1 tangan perawat dibawah lutut pasien dan 1 tangan pada tumit.
Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8cm dari tempat tidur, gerakan kaki
menjauhi badan pasien.

11
Gerakan kaki mendekati badan pasien.
Kembalikan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi.

e). Evaluasi Keperawatan


Evaluasi yang diharapkan dati haisl tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan
mobilitas adalah sebagai berikut:
Peningkatan fungsi sistem tubuh
Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
Peningkatan fleksibilitas sendi
Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien menunjukan
keceriaan.

2. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Mekanika Tubuh dan Ambulasi


a). Pengkajian
Menilai kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara :
Bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk
Kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri
Menilai gaya berjalan

b). Diagnosis Keperawatan


Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme otot
dan tulang pada extremitas, nyeri akibat peradangan sendi, penggunaan alat Bantu
dalam waktu yang lama.
Risiko cedera berhubungan dengan adanya paralysis, gaya berjalan tidak stabil,
penggunaan tongkat yang tidak benar
Kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik secara umum

c). Perencanaan
Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan aktifitas
Memulihkan dan memperbaiki ambulasi
Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh

d). Pelaksanaan
Latihan ambulasi
Duduk diatas tempat tidur
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Anjurkan pasien untuk melatakan tangan disamping badannya dengan telapak tangan
menghadap kebawah.
Berdirilah disamping tempat tidur kemudian letakkan tangan pada bahu pasien.
Bantu pasien untuk duduk dan diberi penopang atau bantal.

 Turun dan berdiri


Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Atur kursi roda dalam posisi terkunci.
Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang.
Fleksikan lutut dan pinggang anda.

12
Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya di bahu anda dan letakkan kedua tangan
anda disamping kanan dan kiri pinggang pasien.
Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut anda pada lutut pasien.
Bantu berdiri tegak dan jalan sampai kursi.
Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi agar nyaman.

 Membantu berjalan
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Anjurkan pasien untuk meletakan tangan disamping badan atau memegang telapak tangan
anda.
Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
Bantu pasien berjalan.

Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien


Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat atau
tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard

e).Evaluasi Keperawatan
Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien
Hasil yang diharapkan dari masalah mekanika tubuh pada klien tidak dapat dilihat
dalam beberapa hari
Perawatan mekanika tubuh dan ambulasi klien harus sering kali dilakukan.
Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi selama evaluasi.

13

Anda mungkin juga menyukai