PEMBAHASAN
1. Kebutuhan Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
Jenis Mobilitas
Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas
karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini
dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien
paraplegi dapat mengalamai moblitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan
control motorik dan sensorik.
Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible pada
sistem musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.
Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf
yang reversible. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera
tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
1
Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang mengalami gangguan mobilitas
(sakit) karena adat dan budaya yang dilarang untuk beraktivitas.
Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang cukup.
Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda.
3. Kebutuhan Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya.
Jenis imobilitas
Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien hemiplegia yang
tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah
posisi tubuhnya untuk mengubah tekanan.
Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan berpikir,
seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit.
Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara emosional
karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress
berat karena diamputasi ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam
berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam
kehidupan sosial.
2
2. Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh
Gerakan (ambulating). Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh. Contoh: keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan berbeda.
Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan dalam posisi jalan. Dalam posisi
jalan akan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi
gravitasi akan selalu berubah pada posisi kaki.
Menahan (squatting). Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
contoh : posisi orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya berbeda
dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan
posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
Menarik (pulling). Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda. Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam
menarik, sodorkan telapak tangan dengan lengan atas dipusat gravitasi pasien, lengan atas
dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki
ditekuk, lalu dilakukan penarikan.
Mengangkat (lifting). Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-
otot besar besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
Memutar (Pivoting) merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu
pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur gravitasi agar
tidak berpengaruh buruk pada postur tubuh.
3
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lodosis dan kiposis dapat berpengarh
terhadap pergerakan.
Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktvitas bila dibandingkan.
Ambulasi
Ambulasi adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi
dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan
dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien. (Roper, 2002)
1.Tujuan Ambulasi:
•Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
•Memenuhi kebutuhan ambulasi
•Mempertahankan kenyamanan
•Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
•Mempertahankan control diri pasien
•Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
2. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat dalam membantu pasien ambulasi:
• Ketika merencanakan untuk memindahkan pasien, atur untuk bantuan yang adekuat.
•Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan
•Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki lurus. Cegah terpelintir
•Fleksikan lutut, buat kakai tetap lebar
•Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)
•Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)
•Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei.
•Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak
•Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimping seseorang
dengan menghitung sampai tiga.(Narko Wiyono, 2002).
4
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering mengangkat benda-
benda yang berat.
•Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar
akan menyebabkan kecerobohan dalam beraktifitas.
•Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang
dikeluarkan.
•Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neoromuskular dan tubuh secara
proposional, postur, pergerakan dan reflex akan berfungsi secara optimal.
•Kesehatan fisik
Penyakit, cacar tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
•Kelemahan neoromuskular dan skelet
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lodosis dan kiposis dapat berpengarh
terhadap pergerakan.
•Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktvitas bila dibandingkan.
Kemampuan Mobilitas
5
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
Bahu
Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala,
telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh. 180
Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju 150
bahu.
6
*Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system
pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya
mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleritas
aktivitas terhadap perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah,
gangguan perifer, adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas
atau perubahan posisi.
0 0 Paralisis sempurna
7
Gangguan konsep diri akibat imobilitas
Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.Cara:
Dudukkan pasien
Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler
(30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).Cara :
Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah
telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kiri diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tiduran
ditekuk diarahkan ke dada.
Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus,
lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur.
Posisi Lititomy
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas
bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan
memasang alat kontrasepsi.Cara:
Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah
perut
Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
Pasang selimut
Posisi Trendelenburg
8
Posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk mdancarkan perdaran darah ke otak.Cara:
Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakan bantal di antara kepala dan ujung tempati
tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dcngan
meninggikan bagian kaki pasien.
9
Pronasi dan Supinasi Lengan bawah.
Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan yang lain.
Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
Kembalikan ke posisi semula.
Putar lengan bawh pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.
Kembalikan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi.
Rotasi Bahu
Cara :
Jelaskan prosedur yang dilakukan.
Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
Letakan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien
dengan tangan yang lainnya.
Gerakan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap
ke bawah
Kembalikan lengan ke posisi semula.
Gerakan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menyentuh ke atas.
Kembalikan lengan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi
10
Luruskan jari- jari kemudian dorong kebelakang.
Kembalikan ke posisi semula
Catat perubahan yang terjadi
11
Gerakan kaki mendekati badan pasien.
Kembalikan ke posisi semula.
Catat perubahan yang terjadi.
c). Perencanaan
Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan aktifitas
Memulihkan dan memperbaiki ambulasi
Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh
d). Pelaksanaan
Latihan ambulasi
Duduk diatas tempat tidur
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Anjurkan pasien untuk melatakan tangan disamping badannya dengan telapak tangan
menghadap kebawah.
Berdirilah disamping tempat tidur kemudian letakkan tangan pada bahu pasien.
Bantu pasien untuk duduk dan diberi penopang atau bantal.
12
Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya di bahu anda dan letakkan kedua tangan
anda disamping kanan dan kiri pinggang pasien.
Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut anda pada lutut pasien.
Bantu berdiri tegak dan jalan sampai kursi.
Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi agar nyaman.
Membantu berjalan
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Anjurkan pasien untuk meletakan tangan disamping badan atau memegang telapak tangan
anda.
Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
Bantu pasien berjalan.
e).Evaluasi Keperawatan
Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien
Hasil yang diharapkan dari masalah mekanika tubuh pada klien tidak dapat dilihat
dalam beberapa hari
Perawatan mekanika tubuh dan ambulasi klien harus sering kali dilakukan.
Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi selama evaluasi.
13