Anda di halaman 1dari 3

Alkalosis

Alkalosis adalah sebuah kondisi di mana darah dalam tubuh mengandung terlalu
banyak basa atau alkali. Kondisi ini dapat terjadi karena kadar asam
atau karbondioksida dalam tubuh berkurang, serta terdapat penurunan kadar
elektrolit klorida dan kalium dalam tubuh.
Darah dalam tubuh mengandung kadar asam dan basa yang ukurannya ditetapkan
melalui pemeriksaan darah dalam skala pH. Keseimbangan kedua zat tersebut
diatur dengan baik oleh ginjal dan paru-paru dengan nilai pH normal sekitar 7,4.
Kadar pH lebih kecil dari normal menandakan kandungan asam dalam tubuh lebih
banyak, sedangkan pH yang lebih besar dari normal menujukkan kandungan basa
dalam tubuh lebih banyak.

Penanganan kasus alkalosis tergantung dari seberapa cepat penyakit ini


terdiagnosis dan tertangani. Semakin cepat diobati, maka hasil penangannya akan
lebih baik. Pada umumnya, sebagian besar penderita dapat pulih setelah dilakukan
pengobatan.

Gejala Alkalosis
Gejala yang ditunjukkan alkalosis berbeda-beda. Pada tahap awal, gejala
ditunjukkan dengan:

 Mual
 Tubuh terasa kaku
 Otot yang tegang dan mengalami kedutan
 Tremor pada tangan
 Cepat marah
 Gangguan kecemasan yang menimbulkan napas cepat dan kesemutan pada
wajah, tangan, atau kaki.

Pada beberapa kasus, alkalosis tidak menimbulkan gejala sama sekali. Di sisi lain,
gejala yang parah dapat terjadi jika alkalosis tidak segera ditangani, yaitu sesak
napas dan penurunan kesadaran (hingga koma).

Penyebab Alkalosis
Keseimbangan kadar asam-basa dalam tubuh dijaga ketat dengan mekanisme dari
paru-paru, ginjal, dan sistem penyangga kimia dalam tubuh. Saat terjadi
gangguan keseimbangn di mana nilai pH berbeda dari normal, maka kondisi banyak
organ dapat terganggu. Berdasarkan penyebabnya, terdapat empat jenis alkalosis,
yaitu:

 Alkalosis metabolik. Jenis ini terjadi jika kandungan asam tubuh terlalu


rendah, sehingga tubuh lebih banyak mengandung basa. Kondisi ini dapat
disebabkan karena muntah yang berlebihan dan berkepanjangan hingga
kehilangan elektrolit (terutama klorida dan kalium), konsumsi obat tertentu
yang berlebihan (diuretik, antasida, atau obat pencahar), penyakit kelenjar
adrenal, konsumsi bikarbonat, serta kecanduan alkohol.
 Alkalosis respiratorik. Kondisi ini terjadi karena tidak cukup karbondioksida
dalam aliran darah yang disebabkan bernapas terlalu cepat (misalnya dalam
kondisi kecemasan), kekurangan oksigen, keracunan salisilat, kondisi medis
(demam tinggi, penyakit paru-paru, penyakit liver), atau berada di tempat
yang tinggi. Hiperventilasi karena kecemasan merupakan penyebab yang
paling sering ditemui dalam alkalosis respiratorik.

Diagnosis Alkalosis
Setelah mengetahui gejala yang dialami pasien, dokter dapat melakukan
pemeriksaan fisik sebagai langkah awal dalam menetapkan diagnosis. Pemeriksaan
tersebut perlu ditunjang serangkaian tes untuk mengetahui penyebab gejala yang
dialami pasien. Tes tersebut berupa:

 Tes darah, yang meliputi tes elektrolit dan analisa gas (oksigen dan


karbondioksida) dalam darah arteri. Kedua tes tersebut dilakukan guna
mengetahui alkalosis yang terjadi merupakan alkalosis respiratorik atau
metabolik.
 Tes urine atau urinalisis. Tes dengan mengambil sampel urine ini dilakukan
untuk memeriksa kadar elektrolit dan pH urine.

Pengobatan Alkalosis
Penanganan dapat dijalankan setelah dokter mengetahui penyebab alkalosis pada
pasien. Pada alkalosis respiratorik, penanganan utama yang perlu dilakukan adalah
memastikan penderita memiliki kadar oksigen yang memadai dan
mengembalikan kadar karbondioksida kembali normal. Saat penderita bernapas
dengan cepat karena rasa nyeri, maka rasa nyeri tersebut perlu diatasi lebih dahulu,
sehingga pernapasan menjadi normal dan kondisi penderita dapat lebih baik. Jika
masalah penapasan disebabkan kecemasan, maka dokter dapat menganjurkan
penderita untuk bernapas lebih lambat dan dalam, guna membantu meringankan
gejala penderita. Di samping itu, upaya menenangkan pasien dan membantu pasien
bernapas dalam kantong kertas juga dapat meningkatkan kadar karbondioksida
dalam darah, sehingga gejala dapat mereda. Namun saat hasil tes menunjukkan
kadar oksigen dalam tubuh yang rendah, maka pasien perlu mendapat asupan
oksigen tambahan melakukan masker.
Pada alkalosis akibat kekurangan beberapa zat kimia, seperti klorida dan kalium,
dokter dapat memberi obat dan suplemen untuk menggantikan zat kimia yang
kurang. Jika alkalosis metabolik ini sangat parah, maka dapat diberikan melalui infus
cairan dan elektrolit dalam perawatan di rumah sakit. Selain itu, tanda vital pasien
juga akan senantiasa diamati, yaitu suhu tubuh, nadi, laju pernapasan, serta tekanan
darah. Pasca penanganan, sebagian besar penderita alkalosis dapat pulih.

Komplikasi Alkalosis
Komplikasi alkalosis dapat muncul saat kondisi ini tidak ditangani secara tepat,
Beberapa komplikasi alkalosis adalah:

 Aritmia, seperti detak jantung terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur
 Koma.

Pencegahan Alkalosis
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah mengurangi risiko berkembangnya
alkalosis. Pengurangan risiko tersebut dapat ditempuh dengan cara:

 Menerapkan pola makan yang sehat, terutama makanan yang tinggi


kalium guna mencegah kekurangan elektrolit. Sumber nutrisi kalium banyak
terdapat dalam buah dan sayuran, seperti wortel, bayam, pisang, serta
kacang-kacangan.
 Menjaga asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi yang ditandai
dengan rasa haus. Dehidrasi dapat membuat tubuh kehilngan banyak
elektrolit dalam waktu cepat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah dehidrasi adalah minum 8 hingga 10 gelas tiap hari, dan biasakan
untuk minum sebelum, sesudah, atau pada saat berolahraga. Kendati perlu
cukup minum, perlu diperhatikan agar membatasi kafein dalam soda, teh,
atau kopi, yang dapat memperparah dehidrasi.

https://www.alodokter.com/alkalosis

Anda mungkin juga menyukai