NIM : 201810201138 / 7B
b) Asidosis respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk
atau pernafasan yang lambat.Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah.Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH
darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan
lebih dalam.
c) Alkalosis metabolic
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.
d) Alkalosis respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadarkarbondioksida dalam
darah menjadi rendah.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan
salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat
mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan
pernafasan.
b. Asidosis Metabolik
a. Penyebab Asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
o Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan
asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
o Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa
penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak
terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang
disebut keton.Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimanaasam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
o Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR)atau rhenal tubular
acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderitagagal ginjal atau penderita kelainan
yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
b. Penyebab utama dari Asidosis Metabolik:
Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
c. Alkalisis Respiratorik
a. Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
b. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah :
Rasa nyeri
sirosis hati
kadar oksigen darah yang rendah
demam
overdosis aspirin.
d. Alkolosis Metabolik
a. Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung
(seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah
pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.Selain
itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
b. Penyebab utama alkalosis metabolik:
o Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
o Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung.
o Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid
Kelainan yang mengancam nyawa pada asidosis respiratorik bukan karena asidosisnya
tetapi karena hipoksemia, oleh karena itu terapi utama adalah terapi oksigen sambil mengatasi
penyebab primer pernapasan (hipoventilasi). Atasi faktor penyebab seperti kelainan paru,
keracunan narkotik, keracunan salisilat. Untuk memperbaiki ventilasi paru ventilasi mekanik.
B. Gangguan Metabolik
1. Asidosis Metabolik.
Meskipun sebagian besar asidosis metabolik dapat diatasi oleh tubuh setelah penyakit
primer nya tertanggulangi, namun bila penurunan pH (<7,2) dan BE/SBE sangat rendah
(<10mEq/L) maka pemberian alkali (natriumbikarbonat) perlu dipertimbangkan.Koreksi
alkali terutama ditujukan pada asidosis metabolik yang disebabkan olehanion
nonorganik.Sedangkan yang disebabkan oleh anion organik (laktat, keton) yang dapat
dimetabolisme kembali oleh tubuh, tata laksana ditujukan pada penyakit primer bukan pada
pemberian alkali (Tabel 7.). Asidosis metabolikkarena gagal ginjal(anion
nonorganic)ditanggulangi dengan dialisis (renalreplacement therapy) tetapi sementara
menunggu dialisis bila asidosis yanmg terjadi sangat berat maka pemberian alkali dapat
dipertimbangkan. Pada asidosis metabolik karenaanion organik pemberian alkali masih
kontroversial , tatalaksana ditujukan pada penyakit primer dan pemberian alkali
dipertimbangkan bila pH < 7,0
Di ruang rawat intensif ada empat penyebab utama asidosis metabolik yaitu asidosis laktat
karena syok dan hipoksemia, ketoasidosis karena diabetesmelitus, asidosis tubulus ginjal,
dan asidosis karena dehidrasi akibat diare. Dari keempat keadaan tersebut alkali diberikan
pada asidosis tubulus ginjal dan diare, sedangkan pada syok, hipoksemia dan diabetes
pengobatan ditujukan pada penyakit primer, yaitu dengan resusitasi cairan, oksigenisasi dan
insulin. Pemberian alkali dipertimbangkan bila pH plasma < 7,0 setelah dilakukan resusitasi
dan terapi lainnya. Pada gangguan asidosis metabolik kronis pemberian alkali harus
dilakukan meskipun pH <7,35 untuk mencegah katabolisme protein dan demineralisasi
tulang, agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan anak.
2. Alkalosis Metabolik.
Terdapat dua jenis alkalosis metabolik yaitu klor sensitif dan klor resisten. Disebut klor
sensitif karena dengan pemberian klor (NaCl fisiologis, KCl, atau HCl) memberi respons
yang baik. Klor sensitif disebabkan karena tubuh kehilangan klor dari cairan lambung atau
muntah sedangkan fungsi ginjal normal. Klor resisten adalah alkalosis metabolik yang tidak
responsif dengan pemberian klor, akibat klor terus-menerus disekresi ginjal, biasanya
terdapat peningkatan kadar klor urin >20mEq/L. Tata laksana klor resisten alkalosis
metabolik ditujukan pada penyakit primer (seperti, aldosteronisme, sindrom Cushing, dll.).
C. Pemberian “alkali” (natrium bikarbonat)
Natrium bikarbonat diberikan pada asidosis metabolik berat terutama pada asidosis
metabolik yang disebabkan karena anion mineral (Tabel 7.). Dosis optimal natrium bikarbonat
diberikan berdasarkan nilai SBE atau SID dengan perhitungan : 0,3 X BB(kg) X SBE ( SID)
mEq, diberikan separuh dosis dengan pertimbangan:
Natrium bikarbonat diberikan langsung intravena, sehingga dosis yang diberikan jauh
lebih besar dari target perhitungan (volume intravaskularlebih kecil dari total
volumeekstraselular).
Natrium bikarbonat akan segera menghasilkan karbondioksida yang tinggi (1mEq
natrium bikarbonat = 22 mL karbondioksida).
Karbondioksida mudah berdifusi melalui membran sel, sehingga dapat menembus
sawar darahotak , asidosis.
Terdapat dalam dua sediaan yaitu larutan 8,4% (1 mEq/mL) dan 4,2% (0,5 mEq/L). Larutan
8,4% sangat hiperosmolar (2000 mOsm/L), pemberian bikarbonat dapat menyebabkan
hipernatremia, hiperosmolalitas, vasodilatasi dan hipotensi ringan. Bila terjadi ektravasasi dapat
menyebabkan sklerosis vena kecil dan nekrosis jaringan. Larutan 4,2% digunakan untuk bayi
baru lahir untuk mengurangi bahaya hiperosmolaritas dan perdarahan periventrikular dan
intraventrikular.Sodium bikarbonat dapat diberikan melalui intravena, intraoseus, tetapi tidak
boleh melalui endotrakeal, dengan kecepatan lambat yaitu 1mEq/menit.Ada dua pendapat
tentang cara kerja natriumbikarbonat, pertama peningkatkan pH plasma melalui pendaparan ion
H+ oleh bikarbonat dengan reaksi : H+ +HCO3- menjadi H2CO3 dan 505berdisosiasi menjadi
H2O + CO2.Kedua melalui peningkatan ion natrium yang menyebabkan peningkatan SID dan
menyebabkan peningkatan pH (penurunan ion H+). Kedua pendapat tersebut dengan hasil akhir
yang sama yaitu peningkatan pH danpeningkatan CO2. Karbondioksida yang terbentuk akan
dikeluarkan melalui paru-paru, oleh karena itu sebelum ventilasi baik (terkendali) pemberikan
natrium bikarbonat ditunda.
b. Tentukan gangguan keseimbangan asam basa apakah yang terjadi pada kasus?
1. Seorang pasien usia 65 tahun, dengan dianosis pneumonia dilakukan pemeriksaan analisis gas darah,
dengan hasil sebagai berikut :
pH : 7,20
pCO2 : 72
HCO3 : 25
JAWAB:
pH 7,20 = tidak normal (Asidosis)
pCO2 72 = asam (Asidosis Respiratorik)
HCO3 25 = normal (Rentang Nilai Normal)
2. Seorang pasien usia 60 tahun dilakukan pemeriksaan analisis gas darah dengan hasil sebagai berikut:
pH : 7,47
pCO2 : 60
HCO3 : 32
JAWAB:
pH (7,47) = Alkalosis (naik)
pCO2 (60) = Akalisis Respiratorik
HCO3 (32) = Alkalosis Metabolik
3. Seorang pasien dengan diagnosa gagal ginjal dilakukan pemeriksaan analisis gas darah, dengan hasil
sebagai berikut :
pH : 7,37
pCO2 : 30
HCO3 : 18
JAWAB:
pH (7,37) = Normal
pCO2 (30) = Alkalosis Respiratorik
HCO3 (18) = Asidosis Metabolik
4. Seorang pasien dengan diagnosa gagal ginjal dilakukan pemeriksaan analisis gas darah, dengan hasil
sebagai berikut :
pH : 7,48
pCO2 : 30
HCO3 : 17
JAWAB :
pH (7,48) = Alkalosis
pCO2 (30) = Alkalosis Respiratorik
HCO3 (17) = Asidosis Metabolik.