Anda di halaman 1dari 29

TUGAS

KEPERAWATAN DASAR

DOSEN PEMBIMBING:
DWI FEBRIANTO SKEP,NS,MKEP

DI SUSUN OLEH

YULINDA LIHA LONI


(PO5303203200750)
TINGKAT IB

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. Mekanisme Haus
Mekanisme nafsu lain yang diatur oleh hipotalamus adalah haus. Lesi pada
tempat-tempat tertentu pada hipotalamus mengurangi atau menghilangkan
pemasukan cairan, pada beberapa keadaan tanpa terdapat perubahan pada
pemasukan makanan, dan perangsangan listrik pada hipotalamus menyebabkan
binatang minum. Pada tikus daerah yang berhubungan dengan haus adalah pada
hipotalamus lateral lebih ke belakang dari pusat makan, pada anjing dan kambing
daerah haus ini terletak pada hipotalamus dorsal ke lateral dan posterior dari
nuklei para ventrikel.
Minum meningkat oleh kenaikkan tekanan osmotik efektif plasma, oleh
pengurangan volume CES, dan oleh faktor psikologi dan faktor-faktor lainnya.
Penyuntikan NaCL hipertonik kedalam hipotalamus anterior menyebabkan minum
pada binatang yang sadar.
Penurunan volume CES juga merangsang haus, melalui lintasan yang tidak
tergantung dari lintasan yang memerantai rasa haus akibat hiperosmolitas plasma.
Jadi perdarahan menyebabkan kenaikkan minum meskipun tidak terdapat
perubahan pada osmolalitas plasma. Efek penurunan volume CES pada haus
sebagian diprakarsai melalui sistem renin-angiotensin. Sekresi Renin naik karena
hipovolemia, yang menyebabkan kenaikkan angiotensin II yang beredar.
Angiotensin II bekerja pada organ subforniks, yaitu daerah reseptor khusus dalam
diensefalon, yang merangsang daerah neural yang berhubungan dengan haus. Ada
tanda bahwa angiotensin II juga kerja pada organum vasculosum lamina
terminalis (OVLT). Daerah ini sangat permeabel, dan merupakan dua dari organ-
organ circumventrikel, yang berada diluar sekatan darah otak. Hubungan dari
organ subforniks ke daerah neural mungkin kolinergik. Obat-obat yang
menghambat kerja angiostensin II tidak menghambat seluruh respon haus
terhadap hipovalemia, dan nampak bahwa ada lain mekanisme ikut berperan.
Apabila perasaan haus tertekan baik oleh kerusakan langsung pada diensefalon
atau oleh defresi atau perubahan kesadaran, pasien berhenti minum cairan
mencukupi. Dehidrasi terjadi jika tidak diambil tindakan yang sesuai untuk
mempertahankan keseimbangan air. Jika pemasukan protein tinggi, metabolit-
metabolit protein menimbulkan diuresis osmotik, dan jumlah air yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan adalah besar. Kebanyakan kasus dari
hipernatremia sebenarnya disebabkan oleh dehidrasi biasa pada pasien-pasien
dengan psikosis atau kelainan otak yang tidak atau tidak dapat menaikkan
pemasukan cairan mereka bila mekanisme haus mereka dirangsang.
 Faktor-faktor lain yang mengatur pemasukan air.
Sejumlah faktor lain telah dikenal yang ikut berperan dalam pengaturan
pemasukan air. Faktor psikologik dan sosial adalah penting. Kering pada membran
mukosa farings menyebabkan perasaan haus. Pasien yang harus mengurangi
pemasukan cairannya, kadang-kadang hausnya sangat diperingan dengan mengisap
sepotong kecil es atau kain basah. Tikus dengan lesi pada daerah haus akan minum air
sedikit apabila tenggorokannya menjadi kering meskipun mereka tidak memberi
respons terhadap dehidrasi sendiri.

2. Jelaskan Apa yang Dimaksud Asidosis Respiraturik, Asidosis Metabilik,


Alkalosis Respiratorik, Alkalosis Metabolik!
Asidosis adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat
tinggi. Kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, misalnya napas pendek, linglung,
atau sakit kepala
Asidosis respiratorik adalah keadaan turunnya pH darah yang disebabkan
oleh proses abnormal pada paru-paru. Ekskresi karbondioksida paru yang tidak
adekuat pada keadaan produksi normal gas akan menimbulkan asidosis.
Penumpukan karbondioksida tersebut diakibatkan oleh fungsi pari-paru yang
buruk atau pernapasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernapasan
mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Asidosis respiratorik ini dapat digolongkan menjadi asidosis
respiratorik akut atau asidosis respiratorik kronik. Asidosis respiratorik akut
terjadi jika kejadiannya baru berlangsung beberapa jam dan belum terjadi
kompensasi oleh ginjal. Asidosis respiratorik kronik biasanya telah terjadi lebih
dari 12 jam sampai 5 hari, dan upaya kompensasi oleh ginjal telah terjadi. Pada
asidosis respiratorik akut, peningatan ion bikarbonat hanya sedikit, sedangkan
pada yang kronik konsentrasi ion bikarbonatnya meningkat lebih banyak.
Terdapat penyakit-penyakit yang memengaruhi paru-paru, sehingga erat
kaitannya dengan asidosis respiratorik ini, yaitu
1. Emfisema
2. Bronkitis kronis
3. Pneumonia berat
4. Edema pulmoner
5. Asma

metabolik adalah gangguan ketika status asam-basa bergeser ke


sisi asam akibat hilangnya basa atau retesi asam nonkarbonat dalam
tubuh. Asidosis sendiri merupakan kondisi dimana terjadi akumulasi asam dan
ion hidrogen dalam darah dan jaringan tubuh sehingga menurunkan pH. Asidosis
metabolik ditimbulkan oleh perubahan keseimbangan antara produksi
dan ekskresi asam.Asidosis sistemik dapat disebabkan oleh peningkatan masukan dari
sumber-sumber eksogen (dari luar tubuh) atau peningkatan prosuksi endogen (dari
dalam tubuh) maupun ketidakadekatan ekskresi ion hidrogen atau
kehilangan bikarbonat berlebih dari urin atau tinja.Keadaan klins tersebut ditndai oleh
rendahnya pH (peningkatan konsentrasi hidrogen) dan rendahnya konsentrasi
bikarbonat plasma.Konsentrasi bikarbonat dalam cairan ekstraseluler adalah 22
mEq/L dan pH 7,35.

Penyebab mendasar dari asidosis metabolik adalah penambahan asam


(nonkarbonat), kegagalan ginjal untuk mengekskresi beban asam setiap hari, dan
kehilangan bikarbonat basa.penyebab dari asdosis metabolik umumnya dibagi lagi
menjadi dua kelompok berdasarkan apakah selisih anion normal atau
meningkat. Asidosis metabolik dengan selisi anion yang tinggi terjadi akibat
peningkatan anion tak terukur seperti asam sulfat dan asam-asam
organik lainnya. Jika asidosis disebabkan oleh kehilangan bikarbonat (misal diare),
atau bertambahnya asam klorida (misalnya pemberian amonium klorida), selisih anion
akan normal.

Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan saat darah menjadi basa karena


pernapasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah (atau disebut juga Alkalosis).
Pernapasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.

Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:

1. rasa nyeri
2. sirosis hati
3. kadar oksigen darah yang rendah
4. demam
5. overdosis aspirin.

Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat


menyebabkan rasa kesemutan disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam darah arteri. pH darah juga
sering meningkat.

Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam


keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh
kehilangan terlalu banyak asam. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh asupan basa yang
meningkat. Dehidrasi dan perubahan kadar elektrolit ekstrasel, yang menyebabkan
pergeseran dalam elektrolit-elektrolit plasma, dapat menyebabkan alkalosis metabolik.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).

Penyebab umum alkalosis metabolik ini adalah muntah


berkepanjangan, hipovolemia, penggunaan obat golongan diuretik,
dan hipokalemia. Gejala dan tanda-tanda pada kasus yang berat termasuk sakit kepala,
lesu, dan tetani. Alkalosis metabolik didiagnosis dengan mengukur elektrolit serum dan
kandungan gas dalam darah di arteri. Jika etiologi alkalosis metabolik tidak jelas dari
riwayat klinis dan pemeriksaan fisik, termasuk penggunaan narkoba dan adanya
hipertensi, maka konsentrasi ion klorida urine dapat diperoleh.
3. .Buatlah SOP Tanda-tanda vital, SOP Pemeriksaan Rumple Lead Tes, SOP
Pemeriksaan Urine, SOP Pemberian Makan Oral,SOP Pemasangan
Infus,dan SOP Pemasangan Kateter!

1. SOP MENGUKUR TANDA-TANDA VITAL

STANDAR PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL


DOPERSIONAL
PROSEDUR
Pemeriksaa tanda vital (vital sign) merupakan suatu cara untuk
mendeteksi adanaya perubahan system tubuh. Tanda vital meliputi
suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah.
Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh.
PENGERTIAN
Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat
menunjukan keadaan metabolisme dalam tubuh; denyut nadi dapat
menunjukan perubahan pada system kardiovaskuler; frekuensi
pernafasan dapat menunjukan fungsi pernafasan; dan tekanan darah
dapat menilai kemampuan system kardiovaskuler yang dapat di
kaitkan dengan denyut nadi.

 Untuk mengetahui adanya kelainan pada pasien


 Mengetahui kondisi dan perkembangan vital sign pasien
 Mengetahui frekuensi, irama pernafasan, frekuensi nadi,
TUJUAN
tekanan darah dan suhu tubuh pasien

 Pasien baru masuk rumah sakit


 Pasien dengan sakit yang berhubungan dengan vital sign
 Semua pasien dirawat
KEBIJAKAN
 Pasien dengan gangguan system pernafasan, cardiovaskuler,
dan suhu tubuh

PETUGAS Perawat
1. Handscoon
2. Thermometer air raksa
3. botol masing-masing berisi: Cairan sabun, cairan
desinfektan,air bersih.
PERALATAN
4. Tissue
5. Tensi meter: Spingomanometer/tensi air raksa
6. Stetoskop
7. Jam tangan/stopwatch
8. Baki beserta alasnya
9. Bengkok
10. Grafik perkembangan vital sign
11. Alat lulis

Tahap Prainteraksi
1. Menyiapkan alat dan pasien dengan benar
2. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan
posisi pemeriksa dengan benar

Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan pasien bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

TAHAP Tahap Kerja


PELAKSANAAN 1. Mencuci tangan
2. Menjaga privasi pasien
3. Atur posisi yang nyaman duduk atau berbaring dengan posisi
tangan rileks
4. Memakai sarung tangan
5. Memposisikan perawat di sisi sebelah kanan pasien
6. Keringkan ujung thermometer. Kemudian turunkan air raksa
sampai skala nol. Sebelum meletakkan di
aksila, bersihkan/keringkan aksila sebelah kiri pasien terlebih
dahulu dengan menggunakan tissue.
7. Letakkan thermometer diaksila sebelah kiri. Selanjutnya
sambal menunggu naiknya air raksa pada
thermometer lakukan pemeriksaan nadi, pernafasan dan
tekanan darah dengan cara:
8. Letakkan ujung tiga jari-jari tangan kecuali ibu jari
padaarteri/nadi yang akan diukur, (mulai dari radiialis,
brakhialis,carotis, dan temporalis) tekan dengan lembut
9. Hitung frekuensi nadi mulai hitungan nol (0) selama 30
detik(kalikan 2x untuk memperoleh frekuensi dalam satu
menit). Jika ritme nadi tidak teratur, hitung selama satu menit.
Lanjutkan perhitungan pernafasan
10. Lalu sembari memegang arteri radialis (seolah-olah masih
menghitung denyut nadi), hitung jumlah pernafasan klien
selama 1 menit (naik turunnya dada klien)
11. Selanjutnya siapkan pasien untuk pemeriksaan tekanan
darah(persiapan tensi meter).
12. bebaskan area brakhialis dengan cara gulung lengan
baju klien.
13. Palpasi arteri brakhialis. Letakkan manset 2,5cm diatas
nadi brakhialis (ruang antekubital).
14. Naikkan tekanan dalam manset sambil meraba arteri radialis
sampai denyutnya hilang kemudian tekanan dinaikkan lagi
kurang lebih 30 mmhg.
15. Letakkan stetoskop pada arteri brakhialis pada fossa cubitti
dengan cermat dan tentukan tekanan sistolik
16. Mencatat bunyi korotkoff I dan V atau bunyi detak
pertama(systole) dan terakhir (diastole) pada manometer
sebagai mana penurunan tekanan
17. Turunkan tekanan manset dengan kecepatan 4
mmhg/detiksambil mendengar hilangnya pembuluh yang
mengikuti 5 fasekorotkof
18. Ulang pengukuran 1 kali lagi dengan air raksa
dalamspignomanometer dikembalikan pada angka 0.
Lakukantindakan seperti diatas.
19. Kemudian membuka manset, melepaskan manset dan
merapikan kembali
20. Melepaskan thermometer dari aksila membaca kenaikan
suhu,kemudian mencuci thermometer ke dalam air sabun
kemudianair desinfektan terakhir ke air bersih
21. Keringkan thermometer dan turunkan kembali air raksanya
22. Merapikan kembali pasien dan alat-alat.
23. Melepaskan handscoon
24. Mencuci tangan

 Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi Tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
2. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN RUMPLE LEED TEST

STANDAR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMERIKSAAN RUMPLE LEED TEST
DOPERSIONAL
PROSEDUR

Rumple leed test adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan

PENGERTIAN melakukan pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit


untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit
 Untuk mendeteksi adanya perdarahan di bawah kulit (petekie)
sebagai tanda demam berdarah.
 Untuk mengetahui ketahan/kerapuhan dinding pembuluh darah
TUJUAN
derta jumlah dan fungsi trombosit.

1. Persiapan alat:
 Tensimeter lengkap dengan manset
2. Persiapan klien:
 Ucapkan salam.
 Bina hubungan saling percaya perawat dengan klien.
 Klien di beritahu maksud tujuan dan langkah-langkah
pemeriksa status kaki
PERSIAPAN  Buat kontrak waktu pemeriksaan dengan klien.
 Atur posisi kaki klien dengan cara meluruskan kaki klien
di tempat tidur.
3. Persiapan Lingkungan:
 Jaga klien dengan cara memasang sampiran atau
menutup gorden pembatas kamar.
 Atur pencahayaan ruangan.
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

1. Mendekatkan alat-alat ke sekitar klien.
2. Lakukan cuci tangan.
3. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
4. Atur posisi dalam keadaan berbaring
5. Lakukan pengukuran tekanan  darah
6. Hitung batas tekanan sistolik dan tekanan diastolik
kemudian jumlahkan batas kedua tekanan tersebut dan bagi
dua dengan rumus.

MAP:
Tekanan Sistolik+ Tekanan Diastolik
2

7. Lakukan pengukuran MAP dengan mempertahankan


PROSEDUR tekanan   hasil pengukuran MAP sampai kurang lebih 5
menit
8. Setelah itu turunkan tekanan secara perlahan-lahan
9. Baca hasil positiif
- Tidak ditemukan petekie (<20)
+ Adanya petekie (> 20)
10. Catat hasil pengukuran
11. Bereskan alat-alat yang telah dipergunakan
12. Rapihkan kembali klien.
13. Ucapkan salam.
14. Buka sarung tangan, lalu buang ke dalam bengkok.
15. Lakukan cuci tangan.
16. Dokumentasikan seluruh hasil pengumpulan data pada
format yang telah disiapkan.

Aziz Alimul Hidayat, A. 2008. Buku Saku Praktikum Keperawatan


REFERENSI
Anak hlm. 46.  Jakarta: EGC
3. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN URIN

STANDAR
DOPERSIONAL
PROSEDUR

Pemeriksaan urin lengkap metode strip adalah pemeriksaan urine


secarapraktis dengan cara mencelupkan strip ke dalam urine
PENGERTIAN ditunggubeberapa saat langsung keluar hasil sebanyak 10 parameter
yaitu:warna, kejernihan, pH, berat jenis, protein, glukosa,
urubilinogen,bilirubin, keton dan nitrit
Persiapan Pasien
1. Petugas memperkenalkan diri
2. Identifikasi klien
3. elaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan

Persiapan Alat

1. Fehling A dan Fehling B


2. Tabung reaksi dan raknya
3. Pemegang tabung reaksi
4. Kertas saring dan corong
5. Sarung tangan
PROSEDUR
6. Lampu spirtus
7. Korek api
8. Tabung ukur / spuit 3 buah (untuk mengambil Fehling A, B
dan urine)
9. Larutan clorin 0,5% dalam ember

Pelaksanaan

1. Pasien diminta untuk BAK. urine ditampung dan beri nama


pasien pada tempat penampung urine
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Urine terlebih dahulu disaring dengan kertas saring dengan
menggunakan corong kedalam tabuung reaksi
5. Dengan menngunakan spuit masukkan kedalam tabung reaksi
1 bagian urine, 2 bagian fehling A dan 2 bagian fehling B
(Perbandingan 1:2:2)
6. Panaskan tabung reaksi yang berisi campuran (urine dan
Fehling A, B) dengan menggunakan penjepit dan pemegang
tabung diatas lampu spirtus dipegang miring digoyang-
goyangkan agar panasnya merata tidak meluap keluar
7. Setelah mendidih didiamkan sebentar, kemudian melihat
perubahan:
 Biru / hijau jernih : -
 Hijau agak kekuningan : +
 Kuning kehijauan, ada endapan kuning : ++
 Kuning kemerahan endapan kuning merah : +++
 Merah jingga sampai merah bata : ++++
8. Tulis hasilnya
9. Beritahu hasilnya pada pasien
10. Bersihkan dan rapikan alat
11. Masukkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0.5% dan
lepas dengan terbalik
12. Cuci tangan
4. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN MAKAN ORAL
STANDAR
DOPERSIONAL
PROSEDUR

Proses yang dalam format keperawatan memberikan makan atau


PENGERTIAN
minum untuk klien yang mampu makan atau minum per oral

1. Memenuhi keseimbangan nutrisi klien.


TUJUAN
2. Menjalin sosialisasi klien perawat

Klien yang tidak mampu makan secara mandiri karena sakit atau
INDIKASI
trauma
tubuh, seperti hemiplegia, kuadriplegia, fraktur lengan, kecacatan
anggota tubuh atau kelemahan lansia

PERSIAPAN 1. Pastikan identitas klien


PASIEN
2. Kaji kondisi klien
3. Beritahu dan jelaskan kepada klien/keluarganya tindakan yang
dilakukan
4. Jaga privacy klien
5. Atur posisi klien

PERSIAPAN 1. Piring berisi makanan


ALAT
2. Garpu
3. Sendok
4. Gelas minum berisi air hangat dan tatakan
5. Sedotan
6. Tissu dan tempatnya
7. Serbet
8. Baki untuk membawa makanan
9. Pisau (jika perlu)
10. Obat yang diberikan setelah makan, jika ad
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaannya)
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga
4. Tanyakan persetujuan atau kesiapan klien

Tahap Bekerja
1. Lakukan vertifikasi program gizi klien
2. Cuci tangan
CARA KERJA 3. Tempatkan makanan dan keperluan makan di atas baki
4. Tempatkan alat dekat klien dengan benar
5. Jaga privacy klien
6. Posisikan klien setengah duduk atau duduk, bila mampu
7. Posisikan diri duduk atau berdiri sesuai dengan kenyamanan
dan kesopanan dalam memberikan makanan
8. Tawarkan kepada klien untuk minum, bila perlu pakai sedotan
9. Suapkan makanan sedikit demi sedikit menggunakan sendok
atau garpu. Potong kecil-kecil makanan yang besar
10. Perhatikan sudah atau belum makanan ditelan habis oleh klien
sebelum menyuapkan makanan berikutnya
11. Beri minum setelah selesai makan. Bila ada program obat
oral, beri klien obat
12. Beri klien tissu untuk membersihkan mulut dan area sekitar
Mulut
13. Rapikan klien
14. Pamit kepada klien
15. Bereskan alat ketempat semula
16. Cuci tangan

Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektuf dan objektif) di dalam
catatan
3. Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada
tempatnya
4. Buka APD dan cuci tangan
5. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP
5. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MEMASANG INFUS

STANDAR
DOPERSIONAL
PROSEDUR

1. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang


memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam IV
2. Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap
pemberian obat
3. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-
menerus melalui IV
4. Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan
melalui oral atau intramuskuler
INDIKASI
5. Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan
dan elektrolit
6. Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi
cairan
7. Klien yang mendapatkan tranfusi darah
8. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur
(misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang
jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk
memudahkan pemberian obat)
9. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya
risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam
nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga
tidak dapat dipasang jalur

KONTRAINDIKAS Infus dikontraindikasikan pada daerah:


1. Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau
I
trombosis
2.  Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat
disentuh
3. Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area
flebitis
4. Vena yang sklerotik atau bertrombus
5.  Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
6. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau
kerusakan kulit

7.  Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena


terganggu)
8. Lengan yang mengalami luka bakar

PERSIAPAN ALAT 1. Larutan yang benar


2. Jarum yang sesuai (abbocath, wing needle/butterfly)
3.  Set infus
4.  Selang intravena
5.  Alkohol dan swab pembersih yodium—povidon
6. Torniket
7. Sarung tangan sekali pakai
8. Kasa atau balutan trasparan dan larutan atau salep yodium—
povidon
9. Plester
10. Handuk/pengalas tangan
11. Tiang penyangga IV
12. Bengkok (tempat pembuangan jarum)
13. Gunting

PROSEDUR 1. Baca status dan data klien untuk memastikan program terapi IV
KERJA 2. Cek alat-alat yang akan digunakan
PEMASANGAN 3. Cuci tangan
INFUS 4. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
5. Perkenalkan nama perawat
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
9. Tanyakan keluhan klien saat ini
10. Jaga privasi klien
11. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
12. Tinggikan tempat tidur sampai ketingian kerja yang nyaman
13. Letakkan klien dalam posisi semifowler atau supine jika tidak
memungkinkan (buat klien senyaman mungkin)
14. Buka kemasan steril dengan meanggunakan tehnik steril
15. Periksa larutan dengan menggunakan lima benar dalam
pemberian obat
16. Buka set infus, pertahankan sterilitas kedua ujungnya
17. Letakkan klem yang dapat digeser tepat di bawah ruang drip dan
gerakkan klem pada posisi off
18. Lepaskan pembungkus lubang selang IV pada kantung larutan
IV plastik tanpa menyentuh ujung tempat masuknya alat set
infuse
19. Tusukkan set infus ke dalam kantong atau botol cairan (untuk
kantong, lepaskan penutup protektor dari jarum insersi selang,
jangan menyentuh jarumnya, dan tusukkan jarum ke lubang
kantong IV. Untuk botol, bersihkan stopper pada botol dengan
menggunakan antiseptik dan tusukkan jarum kekaret hitam
stopper botol IV.
20. Gantungkan botol infus yang telah dihubungkan dengan set infus
pada tempat yang telah disediakan (pertahankan kesterilan set
infus)
21. Isi slang infus dengan cairan, pastikan tidak ada udara dalam
selang (terlebih dulu lakukan pengisian pada ruang tetesan/the
drip chamber). Setelah selang terisi, klem dioffkan dan penutup
ujung selang infus ditutup
22. Beri label pada IV dengan nama pasien, obat tambahan,
kecepatan pemberian.
23. Pasang perlak kecil/pengalas di bawah lengan/tangan yang akan
diinsersi
24. Kenakan sarung tangan sekali pakai
25. Identifikasi aksesibilitas vena untuk pemasangan kateter IV atau
jarum
26. Posisikan tangan yang akan diinsersi lebih rendah dari jantung,
pasang torniket mengitari lengan, di atas fossa antekubital atau
10-15 cm di atas tempat insersi yang dipilih (jangan memasang
torniket terlalu keras untuk menghindari adanya cidera atau
memar pada kulit). Pastikan torniket bisa menghambat aliran IV.
Periksa nadi distal.
27. Pilih vena yang berdilatasi baik, dimulai dari bagian distal, minta
klien untuk mengepal dan membuka tangan (apabila belum
menemukan vena yang cocok, lepaskan dulu torniket, dan ulangi
lagi setelah beberapa menit).
28. Bersihkan tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi, dengan
gerakan sirkuler dari tempat insersi ke daerah luar dengan
larutan yodium—povidon, biarkan sampai kering. (klien yang
alergi terhadap yodium, gunakan alkohol 70 % selama 30 detik)
29. Lakukan pungsi vena, fiksasi vena dengan menempatkan ibu jari
tangan yang tidak memegang alat infus di atas vena dengan cara
meregangkan kulit. Lakukan penusukan dengan sudut 20-30°,
tusuk perlahan dengan pasti
30. Jika tampak aliran darah balik, mengindikasikan jarum telah
masuk vena.
31. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan tarik jarum sedikit lalu
teruskan plastik IV kateter ke dalam vena
32. Stabilkan kateter IV dengan satu tangan dan lepaskan torniket
dengan tangan yang lain
33. Tekan dengan jari ujung plastik IV karteter, lalu tarik jarum
infus keluar
34. Sambungkan plastic IV kateter dengan ujung selang infus
dengan gerakan cepat, jangan menyentuh titik masuk selang
infus
35. Buka klem untuk memulai aliran infus sampai cairan mengalir
lancar
36. Fiksasi sambungan kateter infus (apabila sekitar area insersi
kotor, bersihkan terlebih dulu)
37. Oleskan dengan salep betadin di atas area penusukan, kemudian
tutup dengan kasa steril, pasang plester
38. Atur tetesan infus sesuai ketentuan
39. Beri label pada temapt pungsi vena dengan tanggal, ukuran
kateter, panjang kateter, dan inisial perawat.
40. Buang sarung tangan dan persediaan yang digunakan
41. Cuci tangan
42. Berikan reinforcement positif
43. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
44. Akhiri kegiatan dengan baik
45. Observasi klien setiap jam untuk menentukan respon terhadap
terapi cairan (jumlah cairan benar sesuai program yang
ditetapkan, kecepatan aliran benar, kepatenan vena, tidak
terdapat infiltrasi, flebitis atau inflamasi)
46. Dokumentasikan di catatan perawatan (tipe cairan, tempat
insersi, kecepatanaliran, ukuran dan tipe kateter atau jarum,
waktu infus dimulai, respon terhadap cairan IV, jumlah yang
diinfuskan, integritas serta kepatenan sistemIV.
6. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MEMASANG KATETER
N Komponen Nilai
o 1 2 3 4
1. Persiapan Alat

 Baki

 Kantong penampung urine (Urine Bag).

 Kateter steril, ukuran disesuaikan dengan pasien.

 Kassa.

 Cairan pelumas/jelly.

 Kapas sublimat/kapas savlon steril dalam tempatnya.

 Perlak dan alasnya.

 Korentang.

 Pinset anatomi atau sarung tangan steril.

 Duk steril.

 Sketsel.

 Bengkok 2 buah (untuk kapas kotor dan penampung urine.

 Spuit 10-20 cc dan aquabides.

 Plester atau gunting.


2.
 Selimut ekstra.

Persiapan Pasien

Memberitahu pasien terlebih dahulu tentang tindakan yang akan


dilakukan, dan posisi pasien sesuai dengan jenis kelamin.

Jika pemasangan kateter dilakukan pada pria, maka posisi yang


tepat adalah berbaring dengan kaki diluruskan, sedangkan
pemasangan kateter pada wanita yaitu dengan posisi dorsal
3.
recumbent (Seperti melahirkan).
Persiapan Lingkungan

Dalam mempersiapkan lingkungan yang tepat untuk pemasangan


4. kateter ini, yang perlu kita perhatikan adalah kenyamananan saat
tindakan, seperti menjaga privacy (menutup sampiran).

Tindakan

1. Pasang ekstra selimut.

2. Perlak dan alasnya dipasang di bawah bokong dan lepas


pakaian.

3. Meletakkan dua bengkok diantara kedua tungkai.

4. Mencuci tangan.

5. Pakai sarung tangan.

6. Memasang duk steril.

7. Tahapan Selanjutnya, pemasangan dibedakan berdasarkan


jenis kelamin, berikut uraian lebih jelasnya.

Pasien Perempuan :

 Membuka labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan


kiri, dan tangan kanan memengang kapas sublimat.

 Membersihkan vulva dengan kapas savlon/sublimat dari


labia mayora dari atas kebawah 1 kali usap, kapas kotor
diletakkan dibengkok, kemudian labia minora, dan
perineum sampai bersih (sesuai kebutuhan) .

 Dengan memakai sarung tangan atau dengan pinset


anatomis mengambil kateter dan diberi pelumas pada
ujungnya 2.5-5 cm.

 Perawat membuka labia minora dengan tangan kiri.

 Memasukkan kateter ke dalam orificium uretra perlahan-


lahan (5-7.5 cm dewasa) dan menganjurkan pasien untuk
menarik nafas panjang.
 Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol
steril dan masukan lagi.

 Bila kateter dipasang tetap/permanen maka, isi balon 5-15


cc (kateter dikunci memakai spuit dan aquades steril).

 Tarik sedikit kateter untuk memeriksa bolan sudah


terfiksasi dengan baik.

 Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.

 Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas.

 Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut.

 Rapikan dan alat-alat dibereskan.

 Lepas sarung tangan.

 Mencuci tangan.

 Buka sampiran.

Pasien Pria :

 Tangan kiri perawat memegang penis atas.

 Preputium ditarik sedikit ke pangkalnya dan dibersihkan


dengan kapas savlon minimal 3 kali.

 Oleskan minyak pelicin pada ujung kateter sepanjang 12.5-


17.5 cm.4. Penis agak ditarik supaya lurus, dan kateter
dimasukkan perlahan-lahan (17.5-22 cm (dewasa) dan
menganjurkan pasien untuk nafas panjang.

 Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol


steril lalu masukkan lagi 5 cm.

 Bila kateter dipasang tetap/permanen maka kateter dikunci


memakai spuit dan aquabides steril (mengisi balon)

 Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.

 Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas.

 Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut.


 Rapikan dan alat-alat dibereskan.

 Mencuci tangan.

 Buka sampiran.

Sikap Ketika Melakukan Pemasangan Kateter

 Menunjukkan sikap sopan dan ramah.

 Menjamin Privacy pasien.

 Bekerja dengan teliti.

 Memperhatikan body mechanism

Setelah selesai, penting untuk menanyakan keadaan serta


kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan pemasangan
kateter. Lalu, lakukan observasi pengeluaran urine seperti
(jumlah urin, warna urin, dan bau urin).

N Komponen Nilai
o 1 2 3 4
1. Persiapan Alat

 Baki

 Kantong penampung urine (Urine Bag).

 Kateter steril, ukuran disesuaikan dengan pasien.

 Kassa.

 Cairan pelumas/jelly.

 Kapas sublimat/kapas savlon steril dalam tempatnya.

 Perlak dan alasnya.

 Korentang.

 Pinset anatomi atau sarung tangan steril.

 Duk steril.
 Sketsel.

 Bengkok 2 buah (untuk kapas kotor dan penampung urine.

 Spuit 10-20 cc dan aquabides.

 Plester atau gunting.


2.  Selimut ekstra.

Persiapan Pasien

Memberitahu pasien terlebih dahulu tentang tindakan yang akan


dilakukan, dan posisi pasien sesuai dengan jenis kelamin.

Jika pemasangan kateter dilakukan pada pria, maka posisi yang


tepat adalah berbaring dengan kaki diluruskan, sedangkan
pemasangan kateter pada wanita yaitu dengan posisi dorsal
3.
recumbent (Seperti melahirkan).

Persiapan Lingkungan

Dalam mempersiapkan lingkungan yang tepat untuk pemasangan


4.
kateter ini, yang perlu kita perhatikan adalah kenyamananan saat
tindakan, seperti menjaga privacy (menutup sampiran).

Tindakan

8. Pasang ekstra selimut.

9. Perlak dan alasnya dipasang di bawah bokong dan lepas


pakaian.

10. Meletakkan dua bengkok diantara kedua tungkai.

11. Mencuci tangan.

12. Pakai sarung tangan.

13. Memasang duk steril.

14. Tahapan Selanjutnya, pemasangan dibedakan berdasarkan


jenis kelamin, berikut uraian lebih jelasnya.
Pasien Perempuan :

 Membuka labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan


kiri, dan tangan kanan memengang kapas sublimat.

 Membersihkan vulva dengan kapas savlon/sublimat dari


labia mayora dari atas kebawah 1 kali usap, kapas kotor
diletakkan dibengkok, kemudian labia minora, dan
perineum sampai bersih (sesuai kebutuhan) .

 Dengan memakai sarung tangan atau dengan pinset


anatomis mengambil kateter dan diberi pelumas pada
ujungnya 2.5-5 cm.

 Perawat membuka labia minora dengan tangan kiri.

 Memasukkan kateter ke dalam orificium uretra perlahan-


lahan (5-7.5 cm dewasa) dan menganjurkan pasien untuk
menarik nafas panjang.

 Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol


steril dan masukan lagi.

 Bila kateter dipasang tetap/permanen maka, isi balon 5-15


cc (kateter dikunci memakai spuit dan aquades steril).

 Tarik sedikit kateter untuk memeriksa bolan sudah


terfiksasi dengan baik.

 Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.

 Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas.

 Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut.

 Rapikan dan alat-alat dibereskan.

 Lepas sarung tangan.

 Mencuci tangan.

 Buka sampiran.

Pasien Pria :
 Tangan kiri perawat memegang penis atas.

 Preputium ditarik sedikit ke pangkalnya dan dibersihkan


dengan kapas savlon minimal 3 kali.

 Oleskan minyak pelicin pada ujung kateter sepanjang 12.5-


17.5 cm.4. Penis agak ditarik supaya lurus, dan kateter
dimasukkan perlahan-lahan (17.5-22 cm (dewasa) dan
menganjurkan pasien untuk nafas panjang.

 Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol


steril lalu masukkan lagi 5 cm.

 Bila kateter dipasang tetap/permanen maka kateter dikunci


memakai spuit dan aquabides steril (mengisi balon)

 Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.

 Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas.

 Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut.

 Rapikan dan alat-alat dibereskan.

 Mencuci tangan.

 Buka sampiran.

Sikap Ketika Melakukan Pemasangan Kateter

 Menunjukkan sikap sopan dan ramah.

 Menjamin Privacy pasien.

 Bekerja dengan teliti.

 Memperhatikan body mechanism

Setelah selesai, penting untuk menanyakan keadaan serta


kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan pemasangan
kateter. Lalu, lakukan observasi pengeluaran urine seperti
(jumlah urin, warna urin, dan bau urin).

Anda mungkin juga menyukai